2.4 Sorbitol
Bahan pemanis ini dikenal sebagai D-sorbitol, D-glucitol, L-gulitol, sorbit atau sorbol adalah monosakarida poliol mempunyai berat molekul 182,17 dengan rumus kimia
C
6
H
14
O
6
. Kemanisannya hanya 0,5 kali gula tebu. Sorbitol larut dalam pelarut polar seperti air dan alkohol. Sorbitol secara komersial dibuat dari glukosa dengan
hidrogenasi dalam tekanan tinggi maupun reduksi elektrolit.
Sorbitol berupa senyawa yang berbentuk granul atau kristal dan berwarna putih dengan titik leleh berkisar antara 89-101°C, higroskopis dan berasa manis.
Penggunaannya pada suhu tinggi tidak ikut berperan dalam reaksi pencoklatan Maillard.
Kristal sorbitol mengandung 0,5 atau 1 molekul H
2
O. Kandungan kalorinya 3,994 K. Kalori setiap gram sama dengan kalori gula tebu, yaitu 3,940 K. Tujuh puluh
persen dari jumlah sorbitol yang masuk kedalam tubuh akan diubah menjadi CO
2
tanpa menunjukan adanya kenaikan glukosa dalam darah sehingga sangat baik untuk penderita diabetes Cahyadi. W., 2006.
2.4.1 Penggunaan Sorbitol
Sorbitol memiliki beberapa keunggulan dibanding gula lainnya. Rasanya cukup manis namun tidak merusak gigi. Poliol pada umumnya dan sorbitol khususnya, resisten
terhadap metabolisme bakteri oral yang melepaskan asam dari reaksi penguraian gula dan pati. Asam ini dapat mengerosi email enamel gigi.
Selain itu juga sorbitol dapat mempertahankan kelembaban bahan makanan merupakan contoh kelebihan sorbitol dibanding sukrosa. Sorbitol cukup stabil, tidak
reaktif, dan mampu bertahan dalam suhu tinggi. Sorbitol juga tidak rusak apabila dicampur dengan gula lain, gel, protein, dan minyak sayur. Karena itu sorbitol cukup
banyak dipakai dalam industri makanan. Produk yang mengandung sorbitol antara lain permen bebas gula, permen karet biasanya rasa mint, industri gula-gula konfeksi,
pemanis roti dan cokelat, serta pemanis makanan beku. Penggunaan lain dari sorbitol
Universitas Sumatera Utara
adalah sebagai pencegah kristalisasi dalam produk makanan, karena sifatnya yang mampu mempertahankan kelembaban makanan yang cenderung mengering dan
mengeras; agar bahan makanan tersebut tetap segar. Sorbitol juga sering dipakai sebagai bahan tambahan untuk obat kumur, sirup obat batuk dan pasta gigi.
Sorbitol juga cukup aman dipakai sebagai gula pengganti pada penderita diabetes melitus, karena penyerapannya lebih lambat daripada glukosa. Penyerapan
yang lambat ini otomatis akan mengurangi derajat drastisnya peningkatan glukosa darah dan respons insulin. Kalori yang rendah juga sesuai dengan target pengendalian
berat badan pada pasien diabetes melitus. Untuk tujuan ini sorbitol banyak digunakan untuk membuat produk makanan rendah kalori.
Di luar urusan makanan, sorbitol yang dicampur dengan kalium nitrat dapat digunakan untuk bahan bakar roket amatir. Dengan proses reduksi, sorbitol dapat
dijadikan bahan bakar biomassa http:www.caloriecontrol.orgsorbitol.html.
2.4.2 Efek Samping Penggunaan Sorbitol
Sorbitol cukup aman dan jarang menimbulkan efek samping. Walaupun demikian ADI acceptable daily intake untuk sorbitol belum ditentukan sampai sekarang.
Kelebihan konsumsi sorbitol dapat menimbulkan diare osmotik. Hal ini terjadi apabila sorbitol terdapat dalam saluran pencernaan dalam jumlah besar lebih dari 50 gram per
hari, sehingga tekanan osmosis dalam lumen usus lebih tinggi daripada sekitarnya. Hal ini menyebabkan sejumlah besar cairan yang ada di interstisial terdorong ke
lumen usus, dan terjadilah diare. Efek samping lainnya adalah sakit perut dan kembung http:www.caloriecontrol.orgsorbitol.html.
2.5 Katalis
Reaksi yang berlangsung lambat dapat dipercepat dengan memberikan zat lain tanpa menambah konsentrasi atau suhu. Zat itu disebut katalis. Istilah ini mula-mula dipakai
oleh Berzelius pada tahun 1835. Katalis biasanya ikut bereaksi sementara dan
Universitas Sumatera Utara
kemudian terbentuk kembali sebagai zat bebas. Selanjutnya bereaksi lagi dengan pereaksi mempercepat reaksi dan bebas kembali. Demikian seterusnya berulang kali
sehingga reaksi selesai.
Suatu reaksi yang menggunakan katalis disebut reaksi katalis dan prosesnya disebut katalisme Syukri, 1999.
2.5.1 Pembagian Katalis 2.5.1.1 Katalis Homogen
Katalis homogen adalah katalis yang mempunyai fase sama dengan pereaksi Hiskia, 2001. Katalis homogen umumnya bereaksi dengan satu atau lebih pereaksi untuk
membentuk suatu zat antara yang selanjutnya bereaksi membentuk produk akhir reaksi. Contoh reaksi yang menggunakan katalis homogen adalah hidrolisis ester
dengan katalis asam Parker, 1982.
CH
3
COOC
2
H
5
aq + H
2
Ol CH
3
COOHaq + C
2
H
5
OHaq H
+
Cara kerja katalis homogen umumnya melibatkan pembentukan senyawa- senyawa kompleks antara yang bersifat tidak stabil dalam tahap-tahap reaksi. Katalis
dengan reaktan membentuk kompleks antara yang mengakibatkan reaktan dalam kompleks menjadi aktif membentuk produk baru dengan disertai pelepasan kembali
katalisatornya. Oleh karena itu, unsur-unsur transisi sangat berperan dalam reaksi katalitik karena sifatnya mudah membentuk senyawa kompleks.
Berikut ini dikemukakan beberapa contoh reaksi organik katalitik: 1.
Pada reaksi hidrokarbonilasi alkena menjadi aldehida artinya pengikatan hidrogen dan karbonil, CO dipakai katalisator CoI atau RhI:
CoI atau O
RHC = CH
2
+ H
2
+ CO RH
2
C – CH
2
– C RhI
H Reaksi ini, walaupun kurang tepat, sering juga disebut sebagai reaksi
hidroformilasi yang mengacu pada terikatnya formaldehid pada alkena.
Universitas Sumatera Utara
Katalisator CoI dalam bentuk konpleks hidrokarbonil diduga mengalami perubahan sebagai berikut:
HCoCO
4
HCoCO
3
+ CO 2.
Pada reaksi oksidasi etena menjadi metanal proses Wacker dipakai katalisator PdII dan CuII:
PdII + CuII O
H
2
C = CH
2
+ O
2
CH
3
– C H
Pada proses ini dipakai katalisator PdCl
2
yang pada awalnya diduga terjadi reaksi dengan etena:
C
2
H
4
+ PdCl
2
+ H
2
O → CH
3
CHO + Pd + 2HCl Oksidasi Pd kembali menjadi PdII dipercepat dengan penambahan katalisator
CuII: Pd + 2Cu
2+
→ Pd
2+
+ 2Cu
+
, Dan Cu
+
mudah teroksidasi oleh udara kembali menjadi Cu
2+
: 4Cu
+
+ O
2
+ 4H
+
→ 4Cu
2+
+ 2H
2
O Kristian et al, 2010. Keuntungan dari katalisis homogen adalah kespesifikannya dan tidak
membutuhkan suhu dan tekanan yang tinggi dalam reaksi. Kerugiannya dari katalisis homogen adalah kesulitan dalam pemisahan katalis dari produk, degradasi dari katalis
dan harganya yang mahal Leach. B, 1983.
2.5.1.2 Katalis Heterogen
Katalis heterogen adalah katalis yang mempunyai fasa yang tidak sama dengan fasa pereaksi. Pada umumnya katalis adalah padatan sedangkan pereaksi terbanyak adalah
gas dan adakalanya cairan. Contoh:
1. Proses Haber dalam pembuatan amoniak Fe
N
2
+ 3H
2
2NH
3
Promotor NO
Universitas Sumatera Utara
2. Proses kontak pada pembuatan H
2
SO
4
Pt 2SO
2
+ O
2
2SO
3
3. Oksidasi amoniak pada pembuatan asam nitrat Fe
2
O
3
4NH
3
+ 5O
2
4NO +
6 H
2
O BiO
2
4. Hidrogenasi hidrokarbon Ni
X – CH = CH – Y +
H
2
X – CH
2
– CH
2
Y Minyak tak jenuh
lemak jenuh 5. Pembuatan asam klorida
arang H
2
+ Cl
2
2HCl Hiskia, 2001.
2.5.2 Reaksi-reaksi yang Dikatalisis oleh Palladium