Kerangka Konseptual TINJAUAN PUSTAKA

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual merupakan penjelasan alur berjalannya penelitian dari tujuan penelitian yang berujung pada arah penyelesain dengan berdasar pada kajian teori dan kajian empiris. Fenomena kunci penyebab terjadinya fluktuasi ekonomi di suatu negara menjadi pokok bahasan penelitian yang khusus. Hal ini menyebabkan terjadinya perdebatan yang mempertentangkan sumber-sumber penyebab fluktuasi perekonomian tersebut. Fluktuasi dalam perekonomian disebabkan oleh kegiatan perekonomian dari para pelaku usaha sehingga dalam hal ini fluktuasi perekonomian dapat digambarkan oleh siklus bisnis. Penelitian ini bermula dari perbedaan pandangan aliran New Klasik dan New Keynesian tentang siklus bisnis. Siklus bisnis di negara emerging market ASEAN 4 memiliki ciri yang berbeda dibandingkan negara maju. Hal tersebut dapat dibedakan melalui stabilitas perekonomian yang termasuk didalamnya kebijakan yang diarahkan untuk mendorong perekonomain tersebut. Negara ASEAN 4 yang terdiri dari Indonesia, Malaysia, Thailand dan Filipina memiliki tipe yang sama yaitu perekonomian terbuka kecil. Hal tersebut menjadikan peran pelaku ekonomi domestik lebih mendominasi dalam pasar. Permintaan dan penawaran secara kuat dipengaruhi sektor privat yakni oleh rumah tangga dan perusahaan. Keadaan tersebut berlaku secara agregat artinya kumpulan dari rumah tangga dan perusahaan akan memengaruhi perekonomian tidak lagi dalam ruang lingkup mikro namun secara makro sehingga variabel makro seperti konsumsi, investasi dan produktivitas berpengaruh pada kenaikan dan penurunan output yang dianggap sebagai ukuran perekonomian secara luas. Dalam arti makro siklus bisnis di suatu negara mencerminakan fluktuasi perekonomian secara agregat. Hal ini sejalan dengan pelaku ekonomi yang didominasi oleh kegiatan dunia usaha yang dijalankan rumah tangga dan perusahaan. Untuk menganalisis siklus bisnis, pemikir ekonomi memiliki paradigma yang berbeda-beda. Sehingga adanya teori siklus bisnis digunakan untuk mengidentifikasi sumber penyebab terjadinya siklus bisnis yang terjadi. Paradigma yang memiliki perbedaan kuat yaitu pemikiran New Klasik dan New Keynesian. Kedua aliran ini merupakan renkarnasi dari aliran sebelumnya Klasik tradisional dan old Keynesian. Perbedaan pemikiran kedua aliran ini membawa pada asumsi yang dibangun. Salah satu yang yang berbeda dalam kedua aliran adalah asumsi yang dibangun yakni informasi yang diperoleh secara sempurna dan adanya keterbatasan dalam pemerolehan informasi. New Keynesian menganggap perilaku tidak rasional memengaruhi informasi tidak secara penuh dapat diterima Collard dan Dellas: 2009. Sehingga hal tersebut berpengaruh pada perilaku perusahaan dan rumah tangga dalam perekonomian. Informasi bersifat kaku sticky information menyebabkan perusahaan konstan dalam menerima infomasi karena terdapat interval antara informasi terbaru Klenow dan Willis: 2007. Aliran New Keynesian ini beraggapan asumsi informasi menyebabkan perusahaan akan memiliki prefensi pada harga yang ditetapkan. Berbeda halnya dengan aliran New Klasik menganggap individu dapat bergerak secara dinamis dengan mengoptimalkan preferensi pilihan indifferenct curve dengan informasi yang tersedia. Dengan demikian setiap orang berada pada tingkat penyesuaian yang optimal Colander D dan Landreth: 2001. Perbedaan asumsi New Klasik dan New Keynesian tersebut berpengaruh pada keputusan-keputusan dalam dunia usaha. yang paling terlihat adalah penentuan harga yang dainggap fleksibel dan asumsi New Keynesian menganggap adanya kekakuan harga rigidities prices. Harga fleksibel dan harga kaku menjadi variabel pembeda dari kedua aliran ini untuk melihat siklus bisnis di negara ASEAN 4. Penentuan harga oleh perusahaan yaitu harga bersifat fleksibel memengaruhi banyak aspek. Harga yang diasumsikan fleksibel menyatakan bahwa permintaan dan penawaran barang dan jasa di pasar disesuaikan dengan cepat. Besar kecilnya permintaan bukan satu-satunya penyebab pada fluktuasi output tetapi faktor penentuan harga. Ketika harga diasumsikan flekibel peran teknologi bepengaruh besar pada peningkatan produkstivitas yang dihasilkan. Hal ini berpengaruh negatif pada tingkat penurunan tenaga kerja disisi labour market. Ketika harga disumsikan kaku, permintaan merupakan sumber penyebab fluktusi ouput sehingga kebijakan moneter diasumsikan dapat memengaruhi perekonomian. Asumsi yang dibangun oleh New Klasik dan New Keynesian menjadi berpengaruh pada pemahaman sumber utama penyebab terjadinya siklus pada dunia usaha sesuai dengan kebijakan yang ditempuh otoritas pengambil kebijakan dalam perekonomian untuk memengaruhi negaranya. Hal ini menyebakan siklus bisnis dapat diukur dari variabel-variabel makroekonomi. Seperti pada asumsi New Keynesian bahwa besaran moneter ikut dimasukkan kedalam model siklus bisnis akan berpengaruh pada dan output. Hal ini lebih sesuai dengan kondisi saat ini bahwa setiap negara memiliki bank sentral yang bertujuan untuk ikut menggerakkan perkeonomian dari instrumen moneter. Variabel moneter yang digunakan dalam menganalisis siklus bisnis yaitu tingkat bunga kebijakan dan penawaran uang M1, M2. Menurut Solikin dan Sugema 2004 dengan asumsi harga bersifat rigid kaku menandakan hanya permintaan agregat yang dianggap memiliki pengaruh terhadap output riil. Hal ini mencerminkan perubahan permintaan agregat diikuti dengan perubahan besaran-besaran moneter jumlah uang beredar. Sehingga kebijakan moneter dapat secara efektif diarahkan untuk memengaruhi perkembangan variabel- variabel riil sehingga uang bersifat tidak netral. Tingkat bunga bank sentral merupakan instrumen yang paling sering digunakan untuk mewakili kebijakan moneter. Sedangkan tingkat uang M1, M2 merupakan variabel yang secara langsung berhubungan dengan tingkat permintaan yaitu bentuk respon terhadap uang. Penggunaan variabel moneter dalam perekonomian secara riil banyak telah diakukan. Yun 1996, Solikin dan Sugema 2004 dan Mankiw 2006 digunakan untuk melihat perekonomian dalam jangka pendek. Sedangkan variabel riil seperti teknologi digunakan untuk meramalkan perekonomian dalam jangka panjang. Sedangkan fokus dalam penelitian ini dengan menambahkan besaran moneter M1 kedalam model harga kaku dan harga fleksibel untuk melihat pengaruhnya terhadap siklus bisnis serta untuk meramalkan perekonomian dalam jangka pendek. Dalam penelitian ini siklus bisnis di ASEAN 4 diukur dari GDP. Menurut Mankiw 2006 Produk domestik Bruto Gross Demestic ProductGDP mengukur pendapatan dan pengeluaran total pada perekonomian. karena GDP adalah ukuran paling luas untuk seluruh kondisi perekonomian. GDP merupakan tempat alamiah untuk memulai analisis tentang siklus bisnis. Dalam penelitian ini fokus pada siklus dunia usaha serta perilaku pemerannya terhadap perekonomian. terlepas dari pmebahasan keterkaitan asumsi utama yaitu harga kaku dan harga fleksibel yang bepengaruh pada ketenagakerjaan employment. Kebijakan moneter disuatu negara bertujuan untuk menjaga stabilitas perekonomian melalui nilai mata uang yang stabil tercermin pada tingkat harga maupun mata uang negara lain. Demikian sama halnya dengan kebijakan moneter yang ditempuh bank sentral di Negara ASEAN 4 bertujuan untuk menjaga stabilitas mata uang dengan memanfaatkan kerangka kerja yang dianggap efektif memengaruhi perekonomian. kebijakan yang dilakukan negara ini tentu memiliki perbedaan dengan negara lainnya. seperti Indonesia menggunakan kebijakan inflation targeting untuk menjaga stabilitas mata uang dengan melakukan penargetan inflasi. Sedangkan Malaysia menggunakan kebijakan tingkat bunga sebagai kerangka kerja kebijakan moneter. Sedangkan Thailand dan Filipina memiliki kerangka kerja inflation targeting sama seperti Indonesia. Penentuan kebijakan moneter yang ditempuh oleh otoritas moneter tidak serta merta dilakukan tanpa mempertimbangkan kondisi perekonomian secara riil sehingga dapat tercapai perekonomian yang seimbang antara kebijakan moneter dengan kebijakan lain yang ditetapkan oleh pemerintah untuk mencapai tujuan sama yaitu pertumbuhan perekonomian. Hal ini perlu adanya penyelarasan sinkronisasi antara kebijakan yang dilakukan pemerintah dengan kondisi perekonomian. Arah kebijakan moneter yang independen dilakukan oleh otoritas moneter tentu juga harus searah dengan kebijakan pemerintah baik kebijkan fiskal maupun perdagangan. Tanpa arahan yang sama antara kebijakan satu dan yang lainnya menyebabkan terjadinya ketidakseimbangan dalam perekonomian itu sendiri. Kebijakan pemerintah untuk meningkatkan aliran masuk dengan membuka arus perdagangan juga harus selaras diikuti dengan kebijakan yang ditempuh oleh bank sentral yaitu melalaui pasar keuangan dengan mengatur rendahnya tingkat bunga surat berharga baik surat utang maupun capital stock. Jika kebijakan yang dilakukan berlawanan menjadi tidak selaras dan perekonomian menjadi terganggu. Hal pokok dalam peyelarasan menjadi penting untuk dibahas mengenai perilaku kebijakan moneter ikut berperan memengaruhi perekonomian secara luas di masing- maisng negara ASEAN 4. Instrumen kebijakan moeneter yang digunakan oleh otoritas moeneter adalah tingkat bunga kebijakan. Suku bunga kebijakan merupakan baseline penentuan tingkat bunga lainnya, sehingga pergerakan suku bunga yang termasuk dalam variabel nominal memiliki hubungan dengan perekonomian secara riil. Hal ini juga terkait dengan pengaruh penentuan harga secara makro sebagai kompilasi dalam penelitian untuk menentukan sumber sebagai penyebab perekonomian itu tumbuh dengan trend positif atau mengalami fluktuasi. Siklus bisnis yang dapat diamati melalui GDP memiliki komponen yang sangat luas. Hal ini berarti variabel yang dapat memengaruhi pergerakan GDP tidak hanya dipengaruhi oleh satu sektor saja namun beberapa aspek dalam perekonomian sangat menentukan pergerakan dalam siklus bisnis. Keterkaitan seluruh kebijakan baik fiskal, moneter dan kebijakan perdagangan dalam asumsi perekonomian terbuka kecil dapat direspon oleh dunia usaha menyebabkan perilaku dunia usaha dalam perekonomian menjadi lebih variatif. Peran GDP sebagai aspek utama penentu perekonomian mangalami peningkatan, penurunan ataupun tidak bergerak sudah menjadi ukuran baku pada setiap negara dalam menganalisa siklus bisnis. Penyebab GDP bergerak menjadi bahasan utama dalam penelitian ini. Disadari bahwa aspek penentu dalam sikus bisnis sangat luas. Seperti halnya kebijakan fiskal memiliki program penurunan pajak dunia usaha yang bertujuan untuk meningkatkan gairah perekonomian secara ekspansif. Selain itu adanya deregulasi kebijakan perdagangan yang bertujuan untuk mempermudah perdagangan antar negara. Hal ini menjadi faktor yang dapat menentukan perilaku siklus bisnis. Pada dasarnya secara eksplisit dalam penelitian ini tidak disebutkan mengenai variabel kebijakan diluar moneter ikut berperan memengaruhi siklus bisnis. Namun hal ini tetap dapat dirasakan secara implisit bahwa kebijakan-kebijakan diluar kebijakan moneter dapat memengaruhi siklus bisnis. Hal ini ditunjukkan oleh asumsi itu sendiri bahwa siklus bisnis menggambarkan fluktuasi perekonomian dari aktiviats dunia usaha. Aktivitas dunia usaha seiring dengan pencerminan dengan berlangsungnya kebijakan –kebijakan yang diarahkan baik untuk memengaruhi secara longgar maupun ketat. Ketika kebijakan diarahkan ketat tentu perilaku perekonomian dengan senrdirinya akan terlihat menurunkan aktivitas perkeonomian, perekonomian longgar dengan otomastis akan meningkatkan produktivitas yang berarah pada peningkatan agregat. oleh karena itu searah dengan kebijaksanaan pemerintah maupun otoritas moneter masing-masing akan memiliki andil dalam penentu perekonomian melalui karakteristik instrumen kebijakannya masing-masing. Karakteristik kebijakan tersebut disalurkan dalam beberapa variabel perekonomian makro yang berbeda-beda. Dalam hal ini terkait dengan kebijakan perdagangan akan lebih berpengaruh pada tingkat keterbukaan negara-negara ASIAN 4 dengan negara lainnya dalam melakukan ekspor maupun impor. Secara luas hal ini akan berpengaruh pada tingkat keseimbangan eksternal negara tersebut. Hal ini menjadi kajian yang penting untuk dibahas dengan fenomena yang menarik adanya peningkatan integrasi ekonomi oleh negara-negara kawasan ASEAN. Sehingga variabel makroekonomi sebgaai penggerak perekonomian diberbagai sektor menjadi penting utnuk diamati sebagai bentuk penyelarasan dalam perekeonomian. Aspek fluktuasi perekonomian yang begitu luas baik dari segala sumber yang menyebabkan perekonomian itu beefluktuasi menjadi sangat penting untuk pembahasan dalam perekonomian. Namun ruanga lingkup serta batasan penelitian menjadi sangat penting untuk memperoleh fokus penelitian yang ingin digali dan menjadi optimal. Dalam hal ini pembahasan mengenai siklus bisnis dalam bahasan yang ulas dalam penelitian ini adalah pada perilaku kegiatan ekonomi domestik yang tercermin dalam kegiatan dunia usaha sektor privat. Hal ini menjadi bahasan utama berdasarkan asumsi bahwa negara ASEAN 4 merupakan negara dengan tingkat perekonomian terbuka kecil. Sehingga dalam dunia usahan peroduksi dan konsumsi ditingkat privat domestik menjadi pokok dalam pembahasan mengenai perekonomian di nagara ASEAN 4 untuk menggmbarkan perkonomian itu berlangsung. Secara ringkas mengenai alur berjalannya penelitina ini digambarkan dalam alur kerangka konseptual pada gambar 2.4 dengan penyusunan dalam dimulai dari kerangka berfikir umum secara luas dan dibatasi dengan asumsi teori sehingga fokus penelitian ini tertuju pada siklus bisnis dengan asumsi yang dibangun adalah fluktuasi ekonomi dari dunia usaha yang memengaruhi perekonomian secara agregat. Penelitian ini dilakukan untuk negara ASEAN 4 dengan menggunakan data runtut waktu. Paradigma Teori Ekonomi Klasik Kontra Klasik Keynesian Sosialis Monetaris New Klasik New Keynesian Asumsi Informasi Pasar Rumah tangga Informasi terbatas Kekekuan harga Perusahaan Variabel makro ekonomi Kebijakan moneter Tiap negara ASEAN 4 1. Indonesia 2. Malaysia 3. Thailand 4. Filipina Output Fleksibelitas harga Informasi Sempurna Gambar 2.4 Alur Kerangka Konseptual Keterangan:

2.4 Hipotesis Penelitian