terhadap output riil. Hal ini mencerminkan perubahan permintaan agregat diikuti dengan perubahan besaran-besaran moneter jumlah uang beredar. Sehingga
kebijakan moneter dapat secara efektif diarahkan untuk memengaruhi perkembangan variabel-variabel riil sehingga uang bersifat tidak netral.
c. Harga Penentuan harga yang dilakukan oleh perusahaan memiliki pengaruh penting
pada keputusan rumah tangga untuk berkonsumsi dan berinvestasi maupun sektor riil lain. Pemaparan Solikin dan Sugema 2004 menyatakan bahwa setiap negara selalu
menginkan adanya kestabilan harga yang tercermin dari rencahnya fluktuasi pada inflasi. Para ekonom sepakat bahwa harga menjadi variabel penting memengaruhi
perekonomian. Model harga kaku dan harga fleksibel dalam perekonomian dapat menjelaskan aktivitas perekonomian suatau negara. Mankiw 2006 memaparkan
bahwa harga-harga secara umum yang digambarkan secara dari IHK dianggap sebagai ekspektasi harga yang paling baik Sedangkan pemaparan Zenon 1999
menyatakan ukuran harga paling baik untuk mencerminkan pergerakan harga ditingkat input adalah indeks harga produsen price producer index, PPI. Pernyataan
tersebut mengindikasikan bahwa tingkat harga dibidang produsen mengalami pergerakan fluktuatif yang tercermin dari perubahan struktur input, biaya bahan baku
serta produktivitas tenaga kerja. d. Produksi
Pemaparan Abel dan Bernanke 1999, 2001 mengenai produksi yang dianggap penting sebagai indikator pada aktivitas ekonomi agregat. Produksi menggambarkan
perilaku perusahaan atau produsen dalam aktivitasnya memproduksi barang dan jasa. Produksi memiliki sifat prosiklikal output, kenaikan atau penurunan produksi
meningkatkan atau menyebabkan penurunan output secara agregat.
2.2 Penelitian Sebelumnya
Keterkaitan antara siklus bisnis dengan mengaitkan variabel moneter telah banyak dilakukan diantaranya King dan Plosser 1983 dalam penelitian ini
memadukan variabel nominal yang ada dalam sistem perbankan seperti deposito, currency, mampu menjelaskan variabel riil seperti output. King dan plosser berhasil
membuktikan keterkaitan antara variabel nominal dan riil yang tidak berhasil secara tepat dijelaskan oleh New Keynesian. Meskipun melibatkan variabel nominal namun
penelitian ini tetap dibawah asumsi persaingan sempurna dan harga fleksibel. Yun 1996 memasukkan variabel penawaran uang untuk menjelaskan keterkaitannya
dalam siklus bisnis. Dalam jangka pendek output dipengaruhi oleh jumlah uang beredar sedangkan dalam jangka panjang output dipengaruhi oleh guncangan
teknologi. Penelitian ini melibatkan penawaran uang sebagai variabel nominal ikut memengaruhi output dan inflasi. Yuthana 2015 menggunakan variabel suku bunga
diproksi sebagai variabel moneter untuk melihat pengaruhnya terhadap siklus bisnis. Wardhono et al 2013 menggunakan variabel kebijakan moneter suku bunga SBI dan
jumlah uang beredar M2 untuk melihat pengaruh uang berperan dalam siklus biklus bisnis di Indonesia. Penelitian ini untuk menguji pandangan Klasik yang menganggap
uang tidak memengaruhi perekonomian secara riil atau bersifat netral dalam meskipun dalam jangka pendek sedangkan pendapat ini berbeda dengan pendapat
Keynesian yang menganggap uang bersifat tidak netral dalam jangka pendek. Hasil yang diperoleh untuk kasus di Indonesia kebijakan moneter di Indonesia masih cukup
mampu pempengaruhi siklus bisnis dalam jangka panjang yang ditunjukkan dengan signifikannya M2 memengaruhi GPD riil sebagai ukuran siklus bisnis.
Peran kebijakan moneter dalam siklus bisnis riil memiliki peran penting. Smets dan Wouters 2007 meneliti mengenai guncangan dan pergeseran dalam siklus
bisnis. Penelitian ini melakukan analisis kebijakan moneter dengan menggunakan NNS model New Neoclassical Synthesis model untuk menjelakan data-data makro
seperti GDP riil, pekerja, konsumsi, investasi, upah riil, dan suku bunga nominal jangka pendek. Dalam penelitian ini menggunakan model harga kaku untuk
menjelaskan pergerakan variabel-variabel tersebut dalam siklus bisnis. Sedangkan Casares 2001 meneliti siklus bisnis menggunakan harga kaku Calvo dan
memasukkan variabel moneter dan kebijakan fiskal untuk menjelaskan pengaruh
kebijakan tersebut dalam jangka pendek. Selain itu Yuthana 2015 meneliti mengenai sinkronisasi kebijakan ekonomi di ASEAN. Dalam penelitian tersebut
penyelarasan siklus bisnis dianggap penting untuk mengoptimalkan integrasi ekonomi dibawah teori optimum currency areas OCA. Variabel yang digunakan
adalah variabel makroekonomi dan variabel kebijakan. Variebel makroekonomi memiliki korelasi yang signifikan dibandingkan dengan variabel kebijakan. Namun
analisis VAR menunjukkan tingkat bunga sebagai variabel kebijakan moneter memiliki sinkronisasi signifikan di negara ASEAN. Dalam hal ini kebijakan moneter
menjadi variabel penting yang dalam integrasi keuangan dalam siklus bisnis sedangkan variabel kebijakan fiskal tidak signifikan disetiap kasus.
Selain variabel moneter yang digunakan sebagai pendekatan untuk melihat siklus bisnis, harga yang diasumsikan kaku dan fleksibel memberi pengaruh berbeda
dalam pergerakan siklus bisnis. Yun 1996 dan Casares 2001 memaparkan tingkat harga diasumsikan kaku ternyata lebih dapat mejelasakan pergerakan siklus bisnis
dibandingkan dengan harga fleksibel. Sedangkan penelitian Solikin dan Sugema 2004 meneliti mengenai penentuan upah dan harga rigid yang menyebabkan uang
tidak bersifat netral studi kasus di Indonesia. Dasar dalam penelitian ini adalah menggunakan asumsi New Keynesian bahwa harga dan upah bersifat kaku rigid
sehingga ada faktor esksternal yang ikut mendorong terjadinya siklus dalam fluktuasi bisnis. Faktor eksternal yang dimasksud disini adalah kebijakan moneter. Sehingga
penawaran uang dan variabel kebijakan moneter ikut menentukan terjadinya siklus bisnis. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini untuk kasus di Indonesia perubahan
harga didominasi oleh kenaikan harga barang produksi, sedangkan dari sisi permintaan lemah memengaruhi perubahan harga. Selain itu menu cost yang
dianggap sebagai penyebab harga bersifat kaku, untuk kasus di Indonesia sesuai yakni 34 persen ternyata perusahaan dengan sengaja membiarkan upah kaku tetap
rigidsticky. Asumsi harga kaku maupun harga fleksibel yang dibangun oleh aliran New Klasik dan New Keynesian sebenarnya terletak pada pembangunan asumsi yang
berbeda. Asumsi ini kemudian membangun perilaku konsumsi dan serta produksi
perusahaan dengan adanya guncangan teknologi berpengaruh pada perekonomian. Pandangan berbeda ketik harga diasumsikan kaku maupun fleksibel tidak sekedar
untuk menggunakan variabel harga dalam model melainkan dengan membangun asumsi yang berbeda dari kedua model tersebut.
Ekspektasi yang dibangun oleh pelaku ekonomi juga memiliki peran dalam mengendalikan siklus bisnis. Beaudry dan Portier 2006 mengungkapkan bahwa
ekpektasi menyebabkan fluktuasi dalam siklus bisnis. Model yang neoklasik dalam penelitian ini menjelaskan bahwa ekspektasi ikut berperan dalam mengendalikan
driven siklus bisnis. Dalam hal ini produksi pada periode waktu t, kesempatan produksi yang tersedia diasumsikan oleh Ct = G K
t
, L
t
, K
t+1
, ψ
t
. Masing-masing dalam variabel konsumsi, kapital, kapital periode depan, serta ψ merupakan keadaan
teknologi. Hasil yang diperoleh pergerakan secara bersama antara konsumsi, investasi, dan tenaga kerja meningkat dalam pengaturan pasar sempurna sederhana
sebagai hasil dari perubahan ekspektasi. Teknologi diidentifikasikan sebagai bentuk yang dibutuhkan untuk ekspektasi melajukan siklus bisnis. Pernyataan Denis 2008
menyatakan pengembangan teori masih pada sisi mikro, sedangkan perilaku konsumsi memiliki implikasi penting dalam siklus bisnis.perilaku konsumsi dalam
penelitian ini dibedakan menjadi konsumsi ekternal dan konsumi internal. Konsumsi ekternal merupkan kebutuhan mengkonsumsi dipengaruhi oleh faktor-faktor eksternal
yaitu konsumsi dipengaruhi oleh perilaku cadangan stock. Konsumsi internal merupakan kebutuhan mengkonsumsi yang tidak dipengaruhi faktor eksternal.
Dengan menggunakan persamaan Euler bentuk persamaan konsumsi internal menjadi:
............................................ 2.4 Sedangkan ketika D=0, perilaku bentuk persamaan eksternal secara sederhana
adalah: ..................... 2.5
mendiskripsikan keputusan permasalahan rumah tangga, dinotasikan
sebagai tingkat pengembalian obligasi, dinotasikan sebagai konsumsi agregat,
dinotasikan sebagai tingkat konsumsi rumah tangga memiliki nilai di atas satu, ρ
= - lnβ dan ⧍ adalah operator pembeda, selain itu dengan menambahkan perilaku
multiplikatif secara empiris menunjukkan perilaku konsumsi internal dan eksternal memiliki pengaruh kecil pada karakteristik model siklus bisnis. Sedangkan Danthine
dan Kurmann 2003 fokus pada sisi pasar tenaga kerja, yakni pemberian upah yang adil
“fair wages” dianggap lebih baik daripada upah cenderung berubah yang dikembangkan New Klasik. Model ini berdasarkan model harga kaku New Keynesian
dengan menetapkan upah yang lebih tinggi, para pekerja akan berusaha melakukan pekerjaan lebih ekstra hal ini menjadi balasan keuntungan yang diterima oleh
perusahaan atas jasanya memberikan upah diatas nilai riilnya. Model ni dikembangkan berdasarkan tiga elemnen yaitu keluarga sebagai konsumi dan pekerja,
perusahaan persaingan secara monopolistik serta otoritas moneter memengaruhi penentuan
“fair wages”. Secara spesifik hasil dalam penelitian ini menyatakan bahwa fair wages menajadi sebuah platform yang memperkaya sistesis model New
Keynesian. Penelitian tentang peranan kebijakan moneter terhadap fluktuasi perekonomian
secara riil atau siklus perekonomianbisnis juga banyak dilakukan dengan menggunakan metode estimator SVAR. Hal ini dikarenakan metode SVAR dapat
secara baik menggabungkan teori dan empiris dari siklus bisnis tersebut kedalam model residual dengan memberi restriksi batasan dalam model sesuai dengan
asumsi peneliti berdasarkan teori yang ada. Arif dan Tohari 2006; Laurenceson dan Hui 2010, Brischetto dan Voss 1999 dan Vinayagathasan 2013 meneliti
mengenai kebijakan moneter terhadap pergerakan perekonomian secara riil di negara berbeda dengan meggunakan metode estimasi SVAR. Secara keseluruahan
penelitian-penelitian tersebut mengadopsi model SVAR yang dibangun oleh Kim dan Roubini, dengan menggunakan restriksi tersebut untuk meneliti kawasan negara yang
berbeda. Restriksi yang dibangun oleh Kim dan Roubini tersebut model umum yang sering digunakan untuk meneliti kebijakan moneter dalam perekonomian riil.
Restriksi yang dibangun membangun 7 variabel dengan menggunakan dua variabel sebagai variabel global yaitu tingkat bunga dunia FFR dan harga minyak dunia
WOT yang pergerakannya tidak dipengaruhi oleh variabel domestik. Sedangkan lima variabel lainnnya merupakan variabel domestik yaitu GDP, inflasi IHK,
penawaran uang Ms, permintaan uang Md, nilai tukar dan tingkat bunga bank sentral.
Vinayagathasan 2013 meneliti negara Sri Lanka, hasil yang diperoleh dalam penelitiannya suku bunga bank sentral ternyata lebih memengaruhi fluktuasi siklus
bisnis dibandingkan dengan variabel lain. Hal ini dibuktikan bahwa tingkat suku bunga stasioner pada tingkat level dibandingkan yang lain pada tingkat first different.
Sedangkan variabel lainnya berdasarkan asumsi informasi berpengaruh kuat dalam fungsi penawaran uang adalah uang, nilai tukar dan harga minyak. Sedangkan output
dan inflasi memiliki tenggang waktu lag. Arif dan Tohari 2006 untuk kasus di Indonesia menunjukkan bahwa perekonomian Indonesia sangat dipengaruhi oleh
guncangan variabel dunia yaitu minyak dunia dan FFR. Selain itu dalam penelitian ini menggunakan indeks kebijakan moneter IKM yang dikembangkan oleh Dungey dan
Pagan 2000 yang ditujukan untuk mengetahui efektivitas kebijakan moneter di Indonesia dalam perkonomian makro. Hasil yang diperoleh kebijakan moneter
signifikan mendorong pertumbuhan ekonomi, efektif dalam menjaga inflasi di Indonesia.
Laurenceson dan Hui 2010 mengembangkan model yang sedikit berbeda untuk kasus negara China. Berbeda dengan asumsi yang dikembangkan oleh Kim dan
Roubini untuk negara terbuka kecil, dalam penelitian ini menggunakan variabel sedikit berbeda sesuai dengan kondisi perekonomian China yaitu terdiri dari output
riil, harga barang dan jasa umum, base money, dan harga aset sedangkan satu variabel dunia yaitu harga komoditas dunia menjadi variabel eksogen dalam penelitian ini.
Hasil yang diperoleh kebijakan moneter lebih berpengaruh pada harga aset,
dibandingkan dalam perekonomian secara riil. Hal ini disebabkan oleh kebijakan otoritas kebijakan moneter yang ditentukan untuk nilai tukar dipatok peg sehingga
harga barang dan jasa serta harga aset dipaksa mengikuti kebijakan moneter.
Tabel 2.2 Ringkasan Penelitian Terdahulu
No. Peneliti Variabel
Metode Hasil
1. King dan Plosser
1983 Inflasi, upah, deposito, mata
uang, reserve,
high-power money H, suku bunga dan
perubahan Regression
model Hasil yang diperoleh keterkaitan antara
variabel nominal moneter dapat menjelaskan variabel riil GDP untuk kasus negara
Belanda.
2. Tack Yun
1996 Pertumbuhan
GDP, GDP,
harga,penawaran uang
dan Inflasi
VAR model Hasil yang diperoleh penawaran uang dengan
variebel endogen pada model upah kaku lebih baik untuk menjelaskan pergerkaan output dan
inflasi dibandingkan model harga fleksibel.
3. Smets
dan Wouters
2007 GDP riil, pekerja, konsumsi,
investasi, upah riil, dan suku bunga
Bayesian VAR model
Hasil yang diperoleh mengembangkan model harga rigid sebagai kunci untuk menjelaskan
hubungan output dengan inflasi, produktivitas jam bekerja untuk perekonomian US.
4. Casares
2001 Inflasi,
permintaan uang,
investasi, konsumsi,teknologi Impuls
respon Functions
Hasil diperoleh variabel-variabel berfluktuasi ketika ada perubahan teknologi, pilihan
konsumsi dan kebijakan moneter untuk negara Eropa Euro Area.
5. Yuthana
2015 GDP, Inflasi, Ekspor, suku
bunga VAR model dan
GARCH Hasil yang diperoleh variabel makroekonomi
dan variabel kebijakan moneter penting dalam menjelaskan sinkronisasi siklus bisnis di
ASEAN 6.
6. Wardhono, et al
2013 Jumlah uang beredar, inflasi,
nilai tukar, GDP, suku bunga SBI,
Model ECM Hasil yang diperoleh suku bunga SBI
memengaruhi siklus bisnis dalam jangka pendek dengan lebih baik sedangkan M2
signifikan dan positif dalam jangka panjang.
7. Beaudry
dan Portier
2006 Konsumsi, income tax rate,
hours, investasi dan konsumsi. Econometrics
model Ekspektasi
yang dibangun
mampu mengendalikan
fluktuasi siklus
bisnis meningkat pada model neoKlasik ketika
diikuti alokasi tekonolgi di US.
8. Arif dan Tohari
2006 Tingkat bunga dunia, harga
minyak, nilai tukar, tingkat bunga bank sentral, GDP riil,
inflasi, dan Ms. SVAR model
Kebijakan moneter di Indonesis efektif untuk merespon pertumbuhan ekonomi dan menjaga
stabilitas inflasi. serta variabel tingkat bunga bank sentral paling berpengaruh dalam
menjelskan fluktuasi dalam model.
9. Laurenceson dan
Hui 2010
output riil, harga barang dan jasa umum, base money, dan harga
komoditas dunia SVAR model
Kebijakan moneter
di China
lebih berpengaruh pada harga aset dibandingkan
perekonomian secara riil.
10. Vinayagathasan
2013 Tingkat bunga dunia, harga
minyak, nilai tukar, tingkat bunga bank sentral, GDP riil,
inflasi, dan Ms dan Md. SVAR model
Kebijakan moneter yang diwakili oleh tingkat bunga bank sentral memiliki respon yang
paling signifikan
dalam pergerakan
perekonomian di Sri Lanka dibanding variabel lainnya.
11. Danthine
dan Kurmann
2003 GDP riil perkapita, konsumsi
riil. investasi riil, total jam non- farm
perkapita, tingkat
pengangguran seluruh
kerja da16 tahun keatas, kompensasi
riil perjam, penawaran uang nominal M1, harga deflator,
tingkat inflasi. VAR model
Dalam kasus negara US sebgaai lokus dalam penelitian ini, menemukan bahwa model
pemberian upah yang adil dapat dijadikan platform baru yang memperkaya model
dengan pendekatan New Keynesian.
12. Dennis R.
2008 Konsumsi,
tingkat bunga,
inflasi, produksi VAR model
Hasil yang diperoleh konsumsi internal dan eksternal memiliki pengaruh kecil pada
karakteristik siklus bisnis.
13. Beudry
dan Portier
2004 Konsumsi, kapital, investasi dan
tenaga kerja, teknologi Impuls Respon
Fungtion Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini
untuk lokus negara US adalah Secara spesifik pengaturan multisektor dengan distribusi yang
mahal menyebabkan
eskpekatasi mengendalikan siklus bisnis menjadi lebih
tinggi.
Berbagai sumber, diolah 2015
2.3 Kerangka Konseptual