BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Minyak nabati
Minyak nabati adalah sejenis minyak yang terbuat dari tumbuhan. Digunakan dalam makanan dan memasak. Beberapa jenis minyak nabati yang biasa digunakan ialah
minyak kelapa sawit, jagung, zaitun, kedelai bunga matahari dll Wikipedia, 2009. Berdasarkan kegunaannya, minyak nabati terbagi menjadi dua golongan.
Pertama, minyak nabati yang dapat digunakan dalam industri makanan edible oils dan dikenal dengan nama minyak goreng meliputi minyak kelapa, minyak kelapa
sawit, minyak zaitun, minyak kedelai dan sebagainya. Kedua, minyak yang digunakan dalam industri non makanan non edible oils misalnya minyak kayu putih, minyak
jarak Ketaren, 1986.
2.2 Sejarah tanaman kelapa sawit
Tanaman kelapa sawit Elaesis guineensis JACQ berasal dari Nigeria, Afrika Barat. Di tempat asalnya kelapa sawit hidup liar dihutan, tetapi sejak awal tanaman kelapa
sawit telah dikenal sebagai tanaman pangan yang penting, oleh penduduk setempat telah diolah sangat amat sederhana menjadi minyak dan tuak. Meskipun demikian, ada
yang menyatakan bahwa kelapa sawit berasal dari Amerika Selatan, yaitu Brasil karena lebih banyak ditemukan spesiesnya di hutan Brasil dibandingkan dengan
Afrika. Di Indonesia kelapa sawit diperkenalkan pertama kali oleh pemerintah kolonial
Belanda pada tahun 1848. Ketika itu ada empat batang bibit sawit yang dibawa dari Mauritius dan Amsterdam yang ditanam di Kebun Raya Bogor. Tanaman kelapa sawit
Universitas Sumatera Utara
mulai diusahakan secara komersial pada tahun 1911. Perintis usaha perkebunan kelapa sawit di Indonesia adalah Adrien Hallet, orang Belgia yang banyak belajar tentang
kelapa sawit di Afrika. Budidaya yang dilakukannya diikuti oleh K. Schaudt yang menandai lahirnya Pabrik Kelapa Sawit PKS di Indonesia. Sejak itu PKS mulai
berkembang ditandai dengan adanya PKS di Deli dan Aceh.
2.2.1 Pengolahan buah kelapa sawit
Pengolahan Tandan Buah Sawit TBS di PKS bertujuan untuk memperoleh minyak kelapa sawit yang berkualitas. Proses pengolahan TBS terbagi atas dua, yaitu proses
pengolahan CPO dan proses pengolahan kernel CPKO. Proses pengolahan CPO adalah sebagai berikut:
a. Pengangkutan TBS ke PKS, agar mutu TBS hasil panenan tidak berubah, hendaknya segera angkut TBS ke pabrik untuk diolah. Buah yang tidak segera
diolah kandungan asam lemak bebas nya ALB akan meningkat, sebaiknya TBS diolah delapan jam setelah panen.
b. Sortasi TBS, Jenis dan kondisi TBS yang diolah sangat menentukan kualitas dan rendemen CPO dan Kernel yang dihasilkan, untuk itu sebelum TBS tersebut
diolah sebaiknya terlebih dahulu dilakukan penyortiran terhadap TBS yang masuk ke PKS. TBS yang disortasi dimasukkan ke loading ramp tempat untuk
menampung TBS yang telah disortasi dan juga sebagai peralatan mekanis pengisian ke dalam lorri keranjang buah.
c. Perebusan TBS, lorri diisi dengan TBS di loading ramp, kemudian buah dan lorrinya direbus dalam stasiun perebusan atau sterilizer station. Pada umumnya
besar tekanan uap yang digunakan adalah 2,3-3,0 atmosfer dengan temperatur perebusan 150
C selama 85-90 menit. d. Perontokan dan pelumatan buah, setelah perebusan, lorri yang mengandung TBS
ditarik keluar dari stasiun perebusan sterilizer station dan kemudian ke stasiun pengangkutan hoisting crane yang digerakkan oleh motor. Hoisting crane akan
membalik-balikkan lorri sehingga TBS jatuh ke alat perontok buah threseher. Dari threseher, buah-buah yang telah rontok dipindahkan ke mesin pelumat
Universitas Sumatera Utara
digester. Digester berfungsi untuk melumatkan buah agar terpisah antara daging buah, minyak dan biji sebelum dipress.
e. Pengempaan pressing, bertujuan untuk memisahkan minyak mentah crude oil dengan ampas fiber and nuts.
f. Pemurnian minyak Clarification, minyak kelapa sawit yang keluar dari tempat Pengempaan pressing masih berupa minyak mentah crude oil dengan ampas
fiber and nuts. Dalam pemurnian minyak menggunakan ayakan bergetar vibrating screen yang merupakan alat yang berfungsi untuk menyaring minyak
dari benda-benda kasar seperti serabut yang tidak mengendap di dalam sand trap tank. Ayakan bergetar vibrating screen berdiameter 1,5 m yang terdiri dari 2
ayakan dengan ukuran 40 mash dan 30 mash dan dialiri air panas dengan suhu ±85
C agar minyak dalam ayakan tidak terlalu kental dan mudah dialirkan ke dalam crude oil tank.
g. Crude oil tank, di dalam crude oil tank terjadi proses pemisahan antara minyak dengan kotoran, dimana molekul kotoran yang memiliki berat jenis yang lebih
besar dari minyak akan mengendap di dasar crude oil tank. Minyak yang berada di bagian atas crude oil tank akan dibawa ke CST Continous Settling Tank dengan
bantuan crude oil transfer pump. Sementara kotoran yang terendap didasar crude oil tank akan dibuang sebagai limbah.
h. Continous Settling Tank CST, di dalam CST dilakukan proses pengendapan lanjutan, yaitu pemanasan terhadap minyak dengan menggunakan steam yang
bersuhu antara 90-100 C, pemanasan ini bertujuan agar proses pengendapan
berjalan lebih cepat. CST dilengkapi dengan pengaduk mixer di dalamnya yang berfungsi untuk mengaduk minyak agar mudah terpisah antara minyak dengan
kotoran dan air sludge. i. Oil Tank, minyak dari CST dibawa oleh screamer menuju oil tank, yang berfungsi
untuk memanaskan minyak sebelum masuk kedalam oil purifier. Pemanasan dilakukan dengan mengalirkan steam yang bersuhu antara 90-100
C yang bertujuan untuk mempermudah pemisahan minyak dengan air dan juga kotoran
ringan dengan cara pengendapan dengan kapasitas 30 m
3
. j. Oil Purifier, minyak yang telah dipanaskan dari dalam oil tank kemudian dialirkan
ke oil purifier untuk proses pemurnian selanjutnya. Oil purifier mesin digerakkan
Universitas Sumatera Utara
oleh elektromotor yang memiliki putaran 1420-1500 rpm dengan kapasitas 7 tonjam.
k. Vacuum Drier, minyak dari oil purifier dialirkan ke dalam vacuum drier dan disemprotkan ke dalam ruangan melalui nozzle. Ada 3 buah nozzle yang terdapat
di dalam vacuum drier. Vacuum drier berfungsi untuk menurunkan kadar air pada minyak sehingga batas maksimum yang diinginkan yaitu 0,08-0,1 dengan
kapasitas 4 tonjam. l. Sludge Tank, minyak hasil pemisahan dalam CST masuk ke dalam oil tank,
sedangkan sludge akan dialirkan ke dalam sludge tank. Sludge tank berbentuk silinder dan bagian bawahnya berbentuk kerucut berfungsi memanaskan sludge
agar mudah terpisah antara air, kotoran dan minyak. Pemisahan dilakuan berdasarkan prinsip perbedaan berat jenis. Pemanasan pada sludge tank dilakukan
dengan memberikan steam dengan suhu 95-100 C.
m. Sand Cylone, berfungsi untuk membersihkan pasir-pasir yang terdapat pada sludge tank, sehingga mempermudah pemisahan lumpur dan minyak pada unit sludge
separator. n. Decanter, berfungsi untuk memisahkan antara padatan, air dan minyak. Adapun
mekanisme kerjanya, minyak minyak yang akan diolah diumpankan ke decanter melalui pipa pengumpanan. Padatan yang terkumpul pada dinding karena
pengaruh gaya sentrifugasi. Kedua jenis cairan yaitu minyak dan air yang mempunyai berat jenis yang berbeda, membentuk lapisan terpadu semacam
silindris, minyak di lapisan bagian dalam karena berat jenisnya lebih ringan dan air di bagian luar karena berat jenisnya lebih besar. Padatan yang terkumpul pada
dinding blow didorong ke ujung bow yang berbentuk kerucut oleh conveyor ke lubang pembuangan padatan dan dikeluarkan ke trailer padatan. Pemisahan
optimal pada suhu minimum 90 C dan akan lebih sempurna jika decanter sebelum
digunakan untuk proses telah dipanaskan dengan cara mengumpan dengan air panas yang suhunya mendekati suhu minimum.
o. Sludge separator, prinsip kerja dari Sludge separator adalah berdasarkan gaya sentrifugasi sehingga antara minyak, air dan kotoran terpisah.
p. Bak dekantasi, fungsi dari bak dekantasi adalah memisahkan kandungan palm oil water phase output sludge separator yang masih mengandung minyak sebesar
0,06 menjadi 0,04. Lumpur yang masih mengandung minyak yang berada
Universitas Sumatera Utara
dalam bak dekantasi akan dipisahkan berdasarkan berat jenisnya dimana lumpur yang berada di bagian bawah dan minyak berada di bagian atas akan dikumpulkan
pada bak recycling yang selanjutnya dipompakan lagi ke continuous tank untuk di proses kembali. Lumpur dan pasir yang mengendap di dasar bak dekantasi akan
dibuang di kolam fat-pit, selain fase minyak dari decanter lumpur dihasilkan dari proses blow down dari sterilizer juga masuk ke bak dekantasi untuk pengambilan
minyak yang ada pada lumpur tersebut, dan water phase yang masih mengandung minyak sebesar 0.04 dialirkan kedalam fat-fit melalui parit pembuangan.
Proses pengolahan kernel CPKO a. Cake Breaker Conveyor CBC, CBC berfungsi memecahkan gumpalan-gumpalan
ampas pressan dan menguapkan kandugan air. Biji dengan mengikuti prinsip gravitasi jatuh ke depericarper, sedangkan fibre cangkang halus serta inti pecah
ringan di hisap oleh fibre cyclone secagai bahan bakar ketel. b. Fibre cylone, adapun fungsi fibre cylone adalah untuk menghisap fraksi ringan
sampah yang sudah terurai di CBC. c. Depericarper, adapun fungsi depericarper adalah membersihkan serat-serat halus
yang masih melekat pada biji nut serta melekangkan kernel dengan cangkang. Alat ini bentuknya polishing drum yang di lengkapi dengan jari-jari disusun
membentuk alur sehingga nut bisa keluar tromol. Nut selanjutkan dibawa oleh elevator ke nut bin, sedangkan sampah serat halus keluar di ujung tromol dan
ditampung oleh wadah tersendiri. Pelengkangan kernel terhadap cangkang dengan nut di putar dan dibantingan pada dinding dari jari-jari tromol yang berputar.
d. Nut silo, nut dari pulishing drum jatuh ke dalam nut conveyor dan dibawa ke nut silo melalui tromol vertikal dengan bantuan energi hisap angin yang di aktifkan
oleh dust cylone fan, kemudian masuk kedalam nut cylone untuk di bagi ke dalam dua nut silo. Di nut silo terjadi proses pengeringan nut agar mudah terlepas antara
kernel dan cangkangnya. Pemanasan dilakukan dengan meniupkan udara panas menggunakan blower. Suhu pemanasan di dalam nut silo berbeda pada tiap
tingkatnya, yaitu: bagian atas 60 C, bagian tengah 60
C dan bagian bawah 40 C.
Penyimpanan nut di dalam nut silo ± 12 jam agar pemanasan optimal. Prinsip kerja di dalam nut adalah First In First Out FIFO untuk dilanjutkan ke dalam
creacker ripple mill.
Universitas Sumatera Utara
e. Nut grading, berfungsi untuk memisahkan biji berdasarkan ukuran biji agar diperoleh efek pemecahan biji yang optimal sesuai dengan alat pemecah biji. Biji
yang cukup kering yang keluar dari pengeringan biji diangkut oleh elevator biji naik keayakan biji. Pada ayakan pertama, biji yang telah mengalami pemeraman
diayak oleh plate metal defloye sehingga biji menjadi lebih bersih keadaannya kemudian biji dipisah menurut fraksi kecil, sedang dan besar.
f. Ripple mill, prinsip kerjanya adalah dengan menggunakan metode gerus, artinya biji masuk melalui hopper kemudian gerus dengan ripple plate yang bentuknya
bergerigi sedemikian rupa, dibantu dengan pemutaran rotor bar yang disesuaikan dengan diameter biji yang akan diolah.
g. Modder bak, hasil pemecahan biji atau cracked mixture setelah dibuang sampah kotoran halus pada cracked tromol dimasukkan lebih dahulu ke dalam winnower
system untuk memisahkan cangkang-cangkang dan serabut-serabut dengan sistem hisapan selanjutnya masuk ke modder bak atau clay batch separator. Modder bak
berisi cairan lumpur dengan berat jenis 1400 gcc, akan memisahkan inti dengan cangkang dengan perbedaan berat jenis.
h. Hydro cylone, berfungsi untuk memisahkan cangkang dengan kernel yang beroperasi berdasarkan perputaran air. Proses pemisahan hydro cylone ini
dilakukan dengan bantuan media air yang dipompakan dengan tekanan 3-4 bar kedalam cylone. Akibat tekanan pompa terjadi gaya sentrifugasi dan oleh karena
perbedaan berat jenis kernel dan cangkang bersama air yang berat jenis lebih besar berada di sebelah tepi pinggir dan turun ke bawah dan keluar melalui lubang.
i. Tromol cangkang, berfungsi untuk memisahkan antara air dengan cangkang yang diumpankan oleh hydro cylone cangkang dan masih mengandung kernel pecah.
j. Kernel dewatering screen, berfungsi untuk memisahkan inti yang berasal dari hydro cylone kernel dan inti pecah dengan air, sampah yang masih terikut. Unit ini
dilengkapi dengan saringan penggetar untuk memudahkan pemisahan inti yang dihasilkan kemudian disalurkan ke kernel drier sedangkan air dan sampah
dialirkan kembali ke hydro cylone. k. Kernel drier, berfungsi untuk mengeringkan kernel sehingga dicapai mutu kernel
yang sesuai standar. Disini pengeringan dilakukan dengan cara menghembuskan udara panas dari heating element oleh blower dihembuskan ke dalam silo kernel.
Lama pengeringan berkisar anatara 10-12 jam dengan temperatur 60-70 C.
Universitas Sumatera Utara
l. Kernel bin, kernel yang sudah dikeringkan di kernel bin dengan kapasitas 40 Ton. Inti sawit yang dihasilkan kemudian dikirim ke tempat pengolahan inti sawit
sehingga dihasilkan minyak inti kelapa sawit mentah PKO http:regionalinvestement.com.
2.2.2 Minyak kelapa sawit mentah CPO
CPO diperoleh dari daging buah kelapa sawit. CPO mengandung sekitar 500 – 700 ppm karoten dan merupakan bahan pangan sumber karoten alami terbesar. Oleh
karena itu CPO berwarna merah jingga. Disamping itu jumlahnya juga cukup tinggi. Minyak kelapa sawit ini diperoleh dari mesokarp buah kelapa sawit melalui ekstraksi
dan mengandung sedikit air serta serat halus, yang berwarna kuning sampai merah dan berbentuk setengah padat pada suhu ruang. Dengan adanya air dan serat halus
tersebut menyebabkan CPO tidak dapat langsung digunakan sebagai bahan pangan maupun non pangan Naibaho, 1988.
Bentuk setengah padat CPO disebabkan oleh kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, sebagaimana tersaji pada tabel 2.1 dalam lampiran. Pada tabel tersebut
teramati sekitar 50 asam lemak yang ada merupakan asam lemak jenuh dengan komponen utama asam palmitat, sekitar 40 asam lemak tidak jenuh tunggal asam
oleat dan sekitar 10 asam lemak tidak jenuh jamak asam linoleat Arghainc, 2008.
Asam palmitat bentuk bebas dan bentuk terikat sebagai monopalmitin, dipalmitin dan tripalmitin memiliki titik leleh yang relatif tinggi di atas 60
C, sehingga pada suhu ruang senyawa tersebut berbentuk padat Belitz dan Grosh, 1987
2.2.3 Minyak inti kelapa sawit mentah CPKO
CPKO dihasilkan dari inti buah kelapa sawit. CPKO memiliki rasa dan bau yang khas. CPKO mudah sekali menjadi tengik bila dibandingkan minyak yang telah dimurnikan.
Titik lebur dari CPKO adalah berkisar antara 25 C - 30
C Sitinjak, 1983.
Universitas Sumatera Utara
CPKO merupakan trigliserida campuran, yang berarti bahwa gugus asam lemak yang terikat dari trigliserida-trigliserida yang dikandung lemak ini jenisnya
lebih dari satu. Jenis asam lemaknya meliputi C
8
asam kaprilat sampai C
18
tak jenuh asam oleat dan asam linoleat Winarno, 1991.
2.3 Iodimetri
Iodimetri merupakan titrasi langsung dan metoda penentuan atau penetapan kuantitatif yang pada dasar penentuannya adalah jumlah I
2
yang bereaksi dengan sampel atau terbentuk dari hasil reaksi antara sampel dengan ion iodida. Iodimetri adalah titrasi
redoks dengan I
2
sebagai penitar. Dalam reaksi redoks harus selalu ada oksidator dan reduktor, sebab bila suatu unsur bertambah bilangan oksidasinya
melepaskan elektron, maka harus ada suatu unsur yang bilangan oksidasinya berkurang atau turun
menangkap elektron, jadi tidak mungkin hanya ada oksidator saja ataupun reduktor saja. Dalam metoda analisis ini, analat dioksidasikan oleh I
2
, sehingga I
2
tereduksi
menjadi ion iodida :
A Reduktor + I
2
→ A Teroksidasi + 2 I
-
Iod merupakan oksidator yang tidak terlalu kuat lemah, sehingga hanya zat- zat yang merupakan reduktor kuat yang dapat dititrasi. Indikator yang digunakan
adalah amilum yang akan memberikan warna biru pada titik akhir titrasi. I
2
+ 2 e
-
→ 2 I
-
Iod merupakan zat padat yang sukar larut dalam air 0,00134 molL pada 25
◦
C, namun sangat larut dalam larutan yang mengandung ion iodida. Iod membentuk kompleks triiodida dengan iodida :
I
2
+ I
-
→ I
3 -
Iod cenderung dihidrolisis membentuk asam iodida dan asam iodat : I
2
+ H
2
O → HIO + H
+
+ I
-
Universitas Sumatera Utara
Larutan standar Iod harus disimpan dalam botol gelap untuk mencegah peruraian HIO oleh cahaya matahari .
2HIO → 2 H
+
+ 2 I
-
+O
2 g
Warna larutan Iod 0,1 N cukup tua sehingga Iod dapat bertindak sendiri sebagai indikator. Iod juga memberikan suatu warna ungu atau lembayung pada
pelarut seperti CCl
4
atau kloroform, dan kadang-kadang itu digunakan untuk mendeteksi titik akhir. Namun lebih lazim digunakan suatu larutan Amilum, karena
warna biru tua kompleks Amilum-Iod berperan sebagai uji kepekaan terhadap Iod. Kepekaan itu lebih besar dalam larutan sedikit asam dari pada dalam larutan netral
dan lebih besar dengan adanya ion iodida. www.chem-is-try.org.
2.4 Tanki timbun minyak kelapa sawit