BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Masalah perilaku remaja merupakan suatu bahan yang menarik untuk dibicarakan karena masa remaja merupakan suatu masa dimana seseorang mengalami
pelbagai perubahan baik secara fisik maupun lingkungan. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seks sangat besar sehingga remaja berusaha mencari
berbagai informasi mengenai hal tersebut Amrillah, 2006. Mudahnya menemukan berbagai macam informasi termasuk masalah seks
merupakan salah satu faktor yang bisa menjadikan remaja terjebak dalam perilaku yang tidak sehat. Berbagai informasi di internet ataupun majalah disajikan secara
jelas. Meskipun demikian ada juga informasi tentang seks yang disajikan secara mentah, mengajarkan cara-cara melakukan hubungan seks tanpa disertai penjelasan
mengenai perilaku seks yang sehat dan perilaku seks berisiko misalnya, penyakit yang diakibatkan oleh perilaku seks yang tidak sehat. Pemberian informasi masalah
sekspendidikan seks kepada remaja menjadi penting karena remaja berada dalam potensi seksual yang aktif Amrillah, 2006. Hal ini dilakukan agar remaja tidak
mencari informasi dari orang lain maupun sumber-sumber yang tidak jelas. Seks bebas menjadi dampak negatif dari pergaulan yang meningkat tanpa
dibarengi pengetahuan seks yang sehat dan benar. Survei Kesehatan Remaja Indonesia SKRRI 2002-2003 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Republik
Indonesia menyebutkan laki-laki berusia 20-24 tahun belum menikah yang memiliki teman pernah melakukan hubungan seksual sebanyak 57,5 persen dan yang berusia
15-19 tahun sebanyak 43,8 persen. Sedangkan perempuan berusia 20-24 tahun belum menikah yang memiliki teman pernah melakukan hubungan seksual sebanyak 63
Universitas Sumatera Utara
persen. Perempuan berusia 15-19 tahun belum menikah yang memiliki teman pernah melakukan hubungan seksual sebanyak 42,3 persen Yatmi, 2009.
Perilaku seks remaja tanpa disertai pengetahuan yang cukup dan dengan tingkat emosi yang masih labil dapat menimbulkan masalah seperti aborsi, penyakit
menular seksual, HIVAIDS, dan sebagainya. Sementara menurut WHO, sejak awal 2008 hingga kini 24 Februari 2008 di Indonesia diperkirakan ada sekitar 20-60
kasus aborsi yang disengaja aborsi provocatus. Penelitian di 10 kota besar dan 6 kabupaten di Indonesia juga memperkirakan sekitar 2 juta kasus aborsi, dengan 50-
nya terjadi di perkotaan. Aborsi yang tidak aman terpaksa dipilih untuk menghentikan kehamilan yang tidak diinginkan sementara lingkungan di sekitar remaja menganut
dogma bahwa pengguguran tidak dibenarkan oleh hukum dan agama. Dalam situasi seperti ini para remaja akan mencari orang yang dapat melaksanakan pengguguran;
sering orang-orang yang melaksanakan pengguguran ini tidak ahli dan bekerja dibawah kondisi yang tidak dapat memenuhi persyaratan kesehatan Yatmi, 2009.
Remaja Indonesia saat ini mengalami perubahan yang pesat menuju era modern dengan mengabaikan norma-norma tradisional dan nilai moral kehidupan.
Pandangan bahwa pergaulan bebas yang menjurus ke perilaku seksual merupakan suatu hal yang wajar harus ditinjau dari perkembangan fisiologis dan perkembangan
sosial. Gaya hidup yang bebas dilakukan oleh sebagian remaja saat ini dapat membawa kepada perilaku seksual di luar batas kewajaran Widodo, 2009.
1.2 Rumusan Masalah