Aborsi yang Tidak Aman

Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002 – 2003 menunjukkan sekitar 17 kehamilan masuk dalam kategori tidak diinginkan, baik karena tidak tepat waktu maupun karena tidak ingin hamil lagi. Tingginya kehamilan tidak diinginkan KTD ini erat kaitannya dengan aborsi. Dari estimasi jumlah aborsi per tahun di Indonesia bisa mencapai sekitar 2,4 juta, sekitar 800.000 di antaranya terjadi di kalangan remaja Aprillia, 2009.

2.3.2 Aborsi yang Tidak Aman

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia abortus didefinisikan sebagai terjadi keguguran janin; melakukan abortus sebagai melakukan penguguran dengan sengaja karena tidak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu. Terdapat beberapa jenis aborsi yaitu: a Spontaneous abortion: aborsi yang berlaku disebabkan oleh trauma kecelakaan atau sebab- sebab alami b Therapeutic abortion: penguguran yang dilakukan karena kehamilan tersebut mengancam kesehatan jasmani si ibu, terkadang dilakukan sesudah pemerkosaan c Eugenic abortion: penguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat d Elective abortion: penguguran yang dilakukan untuk alasan – alasan yang lain. e Abortus imminens: peristiwa terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, di mana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks f Abortus insipiens: peristiwa pendarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dimana hasil konsepsinya masih dalam uterus dan terdapat dilatasi serviks. g Abortus provokatus medicinalis: aborsi yang dilakukan demi menyelamatkan nyawa si ibu. Universitas Sumatera Utara h Abortus provokartus kriminalis: abortus yang dilakukan dengan menggunakan alat- alat atau obat- obat tertentu. Ia sering terjadi pada keadaan yang tidak dikehendaki. Aborsi yang tidak aman adalah penghentian kehamilan yang dilakukan oleh orang yang tidak terlatih atau tidak berkompeten dan menggunakan sarana yang tidak memadai, sehingga menimbulkan banyak komplikasi bahkan kematian. Aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya pelayanan kesehatan yang memadai. Apalagi bila aborsi dikategorikan tanpa indikasi medis seperti korban perkosaan, dan hamil di luar nikah Sinaga, 2007. Menurut WHO dari 46 juta aborsi tahun, 20 juta dilakukan dengan tidak aman, 800 wanita diantaranya meninggal karena komplikasi aborsi tidak aman dan sekurangnya 13 kontribusi Angka Kematian Ibu Global. Dari suatu penelitian pada 10 kota besar dan enam kebupaten memperlihatkan 53. Kasus aborsi yang ditangani dukun bayi sebesar 11 di kota dan 70 di Kabupaten dan dari semua titik pelayanan 54 di kota dan 85 di kabupaten dilakukan oleh swasta Sinaga, 2007. Data di Beberapa Negara Selain Indonesia Di Hungaria misalnya, tingkat kehamilan per 1000 wanita pada tahun 1984 adalah 80,4. Di Selandia Baru angka kehamilan pada remaja menunjukkan 46 per 1000 wanita. Angka-angka yang lebih rendah ditemukan di Inggris 44,7, Swedia 4,2, Finlandia 32,1, dan Denmark 27,9. Di Eropa angka hubungan seksual dan kehamilan pada remaja yang terkecil adalah di Nederland 12,1. Di Jepang tingkat kehamilan pada remaja masih lebih kecil dari Nederland. hanya 10,5 per 1000 wanita. Dari kesemuanya tingkat kehamilan pada remaja yang terbesar adalah di Amerika Serikat, sekitar 98 dari per 1000 wanita. Malang bagi janin dalam rahim pada remaja itu. Penyebabnya adalah makin tidak populernya pemeliharaan kehamilan. Pengguguran makin sering menjadi pilihan. Jumlah Universitas Sumatera Utara pengguguran makin banyak dan terus meningkat semenjak tahun tujuh puluhan. Angka terbesar pengguguran ditemukan di Denmark, Jepang, dan Swedia, yaitu sekitar 60 dari kehamilan. Di Finlandia dan Norwegia satu diantara dua kehamilan berakhir dengan pengguguran. Meskipun tingkat kehamilan di AS paling tinggi, tetapi persentase yang digugurkan kurang dari 50. Di negara- negara Eropa Timur seperti Chekoslovakia, Jertim, dan Hungaria, serta di Selandia Baru sekitar seperempat dari kehamilan digugurkan. Berbeda dengan tingkat kehamilan pada remaja yang lebih banyak terjadi pada remaja umur 18- 19 tahun dibanding umur sebelumnya, tingkat pengguguran lebih banyak pada usia sebelum 18 tahun dibanding usia 18-19 tahun Faturochman, 2010.

2.3.3 Penyakit Menular Seksual