Pola Perilaku Seks Pranikaah Di Kalangan Siswa SMA Raksana Medan Tahun 2010

(1)

POLA PERILAKU SEKS PRANIKAH DI KALANGAN SISWA SMA RAKSANA MEDAN

TAHUN 2010

OLEH:

KASTHOORIBHAEE SELVADURAI 070100471

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

POLA PERILAKU SEKS PRANIKAH DI KALANGAN SISWA SMA RAKSANA MEDAN

TAHUN 2010

KARYA TULIS ILMIAH

OLEH:

KASTHOORIBHAEE SELVADURAI 070100471

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(3)

LEMBAR PENGESAHAN

POLA PERILAKU SEKS PRANIKAAH DI KALANGAN SISWA SMA RAKSANA MEDAN

TAHUN 2010

NAMA : KASTHOORIBHAEE SELVADURAI NIM : 070100471

____________________________________________________________________

Pembimbing Penguji I

( dr. Alya Amila Fitrie, M.Kes ) (Prof. Harun Al Rasyid, Sp.PD,Sp.GK)

Penguji II

( dr.Isti Ilmiati Fujiati,MSc-CMFM)

Medan 15 Desember 2010 Dekan

Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara

(Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH) NIP : 19540220 198011 1 001


(4)

ABSTRAK

Masalah perilaku remaja merupakan suatu bahan yang menarik untuk dibicarakan karena masa remaja merpakan suatu masa di mana seseorang mengalami pelbagai perubahan baik secara fisik maupun lingkungan. Pada masa remaja, rasa ingin tahu terhadap masalah seks sangat besar sehingga remaja berusaha mencari informasi mengenai hal tersebut. Mudahnya menemukan berbagi macam informasi bisa menjadikan remaja terjebak dalam perilaku yang tidak sehat.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan metode cross sectional. Sampel populasi penelitian adalah siswa dari SMA Raksana. Metode penelitian yang digunakan adalah statified random sampling dan jumlah sampel adalah sebanyak 100 orang siswa. Hasil penetilian ini adalah bahwa dari 100 siswa SMA Raksana, pengetahuan siswa mengenai hubungan seksual pranikah berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 66%. Sikap siswa mengenai hubungan seksual pra-nikah ada pada kategori sedang yaitu sebanyak 59 % dan tindakan siswa mengenai hubungn seksual pra- nikah berada pada kategori baik yaitu sebanyak 62%

Dari hasil penelitian ini diharapkan sekolah SMA Raksana lebih memberikan informasi kepada para siswa tentang kesehatan seksual dengan menambah materi tersebut ke dalam mata pelajaran Biologi sehingga informasi yang didapatkannya bisa mengarahkan pengetahuan dan sikapnya ke arah yang lebih baik.


(5)

ABSTRACT

Pre marital sexual behavior among teenagers is an interesting topic to discuss about because teenage is a stage where teenagers had some changes physically and mentally. During this time period, a teenager will be very curious to know about the information regarding sexual behavior and this will lead them to go after many source which can provide them with knowledge on sexual behavior. Easy access to gain the information about sex knowledge might lead a teenager to involve in an unhealthy behavior.

This research is with descriptive design and with cross sectional study. The total populations are students from SMA Raksana. Stratified random sampling has been used to gather the samples and about 100 students were used as a samples in this research. From the result of this research, we can say that out of this 100 students from SMA Raksana have a moderate level of knowledge on sexual behavior which represent 66%. Whereas the attitude of students regarding the sexual behavior is also in moderate category which is about 59% and the students behavior regarding premarital sex is in a good category which is about 62%

From this research, it is expected that the school can give more information to its students about the sexual health either by counseling or inserting the materials into Biology so that the information they derive can guide them, and they can assemble study groups which consist of the students who discuss the juvenile problems, especially regarding the health of youths’ reproduction which, in turn, can make the participants of the study groups informants in relation to the health reproduction to their peers or schoolmates.


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur diucapkan pada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan Rahmat dan hidayah-nya untuk menyiapkan karya tulis ilmiah ini, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan sebagai sarjana kedokterean program Studi Pendidikan Dokter Fakultas Kedoteran Universitas Sumatera Utara.

Karya tulis ilmiah ini berjudul Pola Perilaku Seks Pranikah DiKalangan Siswa SMA Raksana Medan Tahun 2010. Dalam penyelesaian pnulisan karya tulis ilmiah ini, penulis telah banyak menerima bantuan dari pelbagai pihak. Untuk itu saya ingin menyammpaikan ucapan rasa terima kasih dan penghargaan setinggi- tingginya kepada:

1. Bapak Prof.dr.Gontar Alamsyah Siregar, Sp.PD-KGEH, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara.

2. dr. Alya Amila Fitrie, M.Kes dan dr. Zulham , M.Biomed selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberi arahan dan masukan kepada penulis, sehingga karya tulis ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik.

3. Seluruh staf pengajar dan pelajar dari sekolah SMA Raksana, No.20 Medan. 4. Terima kasih saya ucapkan kepada dosen penguji saya yang memberi beberapa

masukan yaitu dr.Rina Ameliya, dr.Isti Ilmiati Fujiati, Prof.Harun Al-Rashyid. 5. Terima kasih saya ucapkan kepada kedua orang tua saya, yang telah

membesarkan saya dengan penuh kasih sayang dan tiada bosan mendoakan serta memberikan semangat kepada saya dalam menyelesaikan pendidikan.

6. Terima kasih saya ucapkan kepada teman- teman setambuk 2007, atas dukungan dan bantuannya.

Saya menyadari bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu saya mengharapkan masukan berupa kritikan dan saran yang membangun demi kesempurnaan karya tulis ilmiah ini. Semoga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi ita semua.

Medan, Desember 2010, KASTHOORIBHAEE SELVADURAI


(7)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMA N PERSETUJUAN... i

ABSTRAK... ii

ABSTRACT...iii

KATA PENGHANTAR...iv

DAFTAR ISI...v

DAFTAR TABEL...vi

BAB 1 PENDAHULUAN...1

1.1. Latar belakang... ...1

1.2.Rumusan masalah...2

1.3.Tujuan penelitian...2

1.3.1 Tujuan Umum...2

1.3.3 Tujuan Khusus...3

1.4. Manfaat penelitian...3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...4

2.1. Perilaku...4

2.1.1. Dasar Perilaku...4

2.1.2. Perilaku Seksual Pada Remaja...5

2.2. Perilaku Seksual Pra Nikah...6

2.2.1. Faktor Pendorong Melakukan Seks Pranikah...6

2.3. Implikasi Seksual Pranikah...9

2.3.1. Kehamilan Yang Tidak Diinginkan...9

2.3.2. Aborsi Yang Tidak Aman...9

2.3.3. Penyakit Menular Seksual...11

BAB 3 KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL...13

3.1. Kerangka Konsep...13


(8)

BAB 4 METODE PENELITIAN...14

4.1. Rancangan Penelitian...14

4.2. Lokasi Dan Waktu Penelitian...14

4.3. Populasi Dan Sampel Penelitian...14

4.4. Metode Pengumpulan Data...15

4.5. Metode Analisis Data...15

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...17

5.1 Hasil Penelitian...17

5.1.1. Deskripsi Lokasi Penelitian...17

5.1.2. Deskripsi Karakteristik Responden...17

5.1.3. Hasil Analisis Data...18

5.2 Pembahasan ...33

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN...37

6.1. Kesimpulan...37

6.2. Saran...37

DAFTAR PUSTAKA...38 LAMPIRAN


(9)

DAFTAR TABEL

Halaman 1. Tabel 3.1. Variabel, Definisi Operasional,Alat Ukur, Cara Ukur

Hasil Ukur dan Skala Ukur...13 2. Tabel 5.1. Distribusi Responden Siswa SMA Raksana

Berdasarkan Kelas dan Jenis Kelamin dan Umur...18 3. Tabel 5.2. Distribusi Responden Berdasarkan Kelas ...18 4. Tabel5.3. Distribusi Sumber Informasi Responden bertanya

Tentang Kesehatan Reproduksi...19 5. Tabel 5.4. Distribusi Sumber Informasi Tempat Responden Bertanya

Tentang Seksualitas/ Kesehatan Reproduksi...20 6. Tabel 5.5. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan

Pengertian Kesehatan Reproduksi...21 7. Tabel 5.6. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan

Pengenalan Dasar Yang Perlu Diketahui Renaja Tentang Kesehatan Reproduksi...22 8. Tabel 5.7. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Aktivitas

Yang Membahayakan Kesehatan Reproduksi...22 9.Tabel 5.8. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan

Pengertian Hubungan Seksual...23 10.Tabel 5.9. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan


(10)

11.Tabel 5.10. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan

Dampak Melakukan Hubungan Seks Pranikah...24 12.Tabel 5.11. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan

Solusi Terbaik Bagi Pasangan Pranikah Yang

Mengalami Kehamilan Ynag Tidak Diinginkan...24 13.Tabel 5.12. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan

Pengertian Aborsi...25 14.Tabel 5.13. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan

Penyakit Yang Tergolong Penyakit Menular Seksual...25 15.Tabel 5.14. Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan

Dampak Buruk Melakukan Hubungan Seksual

Pranikah...26 16.Tabel 5.15. Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Cara

Terhindar Dari Perilaku Seks...26 17.Tabel 5.16. Distribusi Kategori Pengetahuan Responden Tentang

Hubungan seks Pranikah...27 18.Tabel 5.17. Distribusi Kategori Pengetahuan Responden Tentang

Hubungan seks Pranikah Berdasarkan Jenis Kelamin...27 19.Tabel 5.18. Distribusi Sikap Responden Tentang Hubungan Seks

Pra-Nikah...27 20.Tabel 5.19. Distribusi Kategori Sikap Responden Tentang

Hubungan Seks Pranikah...29 21.Tabel 5.20. Distribusi Kategori Sikap Responden Tentang


(11)

Hubungan Seks Pranikah Berdasarkan Jenis Kelamin...29 22.Tabel 5.21. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan

Pernah Berdiskusi Tentang Kesehatan Reproduksi

Kepada Keluarga...30 23.Tabel 5.22. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan

Pernah Berdiskusi Tentang Kesehatan Reproduksi

Dengan Guru...30 24.Tabel 5.23. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan

Pernah Berdiskusi Tentang Kesehatan Reproduksi

Kepada Teman Sebaya...30 25.Tabel 5.24. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan

Pernah membac a bahan yang bersifat pornografi...31 26.Tabel 5.25. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan

Pernah Melakukan Masturbasi...31 27.Tabel 5.26. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan

Pernah Berciuman Dengan Pacar...31 28.Tabel 5.27. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan

Pernah Petting Dengan Lawan Jenis...32 29.Tabel 5.28. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan

Pernah Melakukan Hubungan Seksual Pranikah...32 30.Tabel 5.29. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan

Status Pasangan Responden Ketika Melakukan


(12)

31.Tabel 5.30. Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Pernah Melakukan Aborsi...33 32.Tabel5.31. Distribusi Frekuensi Kategori Tindakan Responden

Tentang Hubungan Sekual Pranikah...33


(13)

ABSTRAK

Masalah perilaku remaja merupakan suatu bahan yang menarik untuk dibicarakan karena masa remaja merpakan suatu masa di mana seseorang mengalami pelbagai perubahan baik secara fisik maupun lingkungan. Pada masa remaja, rasa ingin tahu terhadap masalah seks sangat besar sehingga remaja berusaha mencari informasi mengenai hal tersebut. Mudahnya menemukan berbagi macam informasi bisa menjadikan remaja terjebak dalam perilaku yang tidak sehat.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif dengan metode cross sectional. Sampel populasi penelitian adalah siswa dari SMA Raksana. Metode penelitian yang digunakan adalah statified random sampling dan jumlah sampel adalah sebanyak 100 orang siswa. Hasil penetilian ini adalah bahwa dari 100 siswa SMA Raksana, pengetahuan siswa mengenai hubungan seksual pranikah berada pada kategori sedang yaitu sebanyak 66%. Sikap siswa mengenai hubungan seksual pra-nikah ada pada kategori sedang yaitu sebanyak 59 % dan tindakan siswa mengenai hubungn seksual pra- nikah berada pada kategori baik yaitu sebanyak 62%

Dari hasil penelitian ini diharapkan sekolah SMA Raksana lebih memberikan informasi kepada para siswa tentang kesehatan seksual dengan menambah materi tersebut ke dalam mata pelajaran Biologi sehingga informasi yang didapatkannya bisa mengarahkan pengetahuan dan sikapnya ke arah yang lebih baik.


(14)

ABSTRACT

Pre marital sexual behavior among teenagers is an interesting topic to discuss about because teenage is a stage where teenagers had some changes physically and mentally. During this time period, a teenager will be very curious to know about the information regarding sexual behavior and this will lead them to go after many source which can provide them with knowledge on sexual behavior. Easy access to gain the information about sex knowledge might lead a teenager to involve in an unhealthy behavior.

This research is with descriptive design and with cross sectional study. The total populations are students from SMA Raksana. Stratified random sampling has been used to gather the samples and about 100 students were used as a samples in this research. From the result of this research, we can say that out of this 100 students from SMA Raksana have a moderate level of knowledge on sexual behavior which represent 66%. Whereas the attitude of students regarding the sexual behavior is also in moderate category which is about 59% and the students behavior regarding premarital sex is in a good category which is about 62%

From this research, it is expected that the school can give more information to its students about the sexual health either by counseling or inserting the materials into Biology so that the information they derive can guide them, and they can assemble study groups which consist of the students who discuss the juvenile problems, especially regarding the health of youths’ reproduction which, in turn, can make the participants of the study groups informants in relation to the health reproduction to their peers or schoolmates.


(15)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1LATAR BELAKANG

Masalah perilaku remaja merupakan suatu bahan yang menarik untuk dibicarakan karena masa remaja merupakan suatu masa dimana seseorang mengalami pelbagai perubahan baik secara fisik maupun lingkungan. Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah seks sangat besar sehingga remaja berusaha mencari berbagai informasi mengenai hal tersebut (Amrillah, 2006).

Mudahnya menemukan berbagai macam informasi termasuk masalah seks merupakan salah satu faktor yang bisa menjadikan remaja terjebak dalam perilaku yang tidak sehat. Berbagai informasi di internet ataupun majalah disajikan secara jelas. Meskipun demikian ada juga informasi tentang seks yang disajikan secara mentah, mengajarkan cara-cara melakukan hubungan seks tanpa disertai penjelasan mengenai perilaku seks yang sehat dan perilaku seks berisiko (misalnya, penyakit yang diakibatkan oleh perilaku seks yang tidak sehat). Pemberian informasi masalah seks/pendidikan seks kepada remaja menjadi penting karena remaja berada dalam potensi seksual yang aktif (Amrillah, 2006). Hal ini dilakukan agar remaja tidak mencari informasi dari orang lain maupun sumber-sumber yang tidak jelas.

Seks bebas menjadi dampak negatif dari pergaulan yang meningkat tanpa dibarengi pengetahuan seks yang sehat dan benar. Survei Kesehatan Remaja Indonesia (SKRRI) 2002-2003 yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik Republik Indonesia menyebutkan laki-laki berusia 20-24 tahun belum menikah yang memiliki teman pernah melakukan hubungan seksual sebanyak 57,5 persen dan yang berusia 15-19 tahun sebanyak 43,8 persen. Sedangkan perempuan berusia 20-24 tahun belum menikah yang memiliki teman pernah melakukan hubungan seksual sebanyak 63


(16)

persen. Perempuan berusia 15-19 tahun belum menikah yang memiliki teman pernah melakukan hubungan seksual sebanyak 42,3 persen ( Yatmi, 2009).

Perilaku seks remaja tanpa disertai pengetahuan yang cukup dan dengan tingkat emosi yang masih labil dapat menimbulkan masalah seperti aborsi, penyakit menular seksual, HIV/AIDS, dan sebagainya. Sementara menurut WHO, sejak awal 2008 hingga kini (24 Februari 2008) di Indonesia diperkirakan ada sekitar 20-60% kasus aborsi yang disengaja (aborsi provocatus). Penelitian di 10 kota besar dan 6 kabupaten di Indonesia juga memperkirakan sekitar 2 juta kasus aborsi, dengan 50%-nya terjadi di perkotaan. Aborsi yang tidak aman terpaksa dipilih untuk menghentikan kehamilan yang tidak diinginkan sementara lingkungan di sekitar remaja menganut dogma bahwa pengguguran tidak dibenarkan oleh hukum dan agama. Dalam situasi seperti ini para remaja akan mencari orang yang dapat melaksanakan pengguguran; sering orang-orang yang melaksanakan pengguguran ini tidak ahli dan bekerja dibawah kondisi yang tidak dapat memenuhi persyaratan kesehatan (Yatmi, 2009).

Remaja Indonesia saat ini mengalami perubahan yang pesat menuju era modern dengan mengabaikan norma-norma tradisional dan nilai moral kehidupan. Pandangan bahwa pergaulan bebas yang menjurus ke perilaku seksual merupakan suatu hal yang wajar harus ditinjau dari perkembangan fisiologis dan perkembangan sosial. Gaya hidup yang bebas dilakukan oleh sebagian remaja saat ini dapat membawa kepada perilaku seksual di luar batas kewajaran (Widodo, 2009).

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, kita perlu melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana pola perilaku seks pranikah di kalangan siswa-siswi di SMU Raksana Medan tahun 2010.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum


(17)

Mengetahui pola perilaku seks pra-nikah pada siswa SMU di Kota Medan Tahun 2010.

1.3.2 Tujuan Khusus

• Mengetahui tingkat pengetahuan tentang seks pranikah pada siswa SMU Raksana tahun 2010

• Mengetahui sikap siswa SMU Raksana tahun 2010 tentang perilaku seks pranikah.

• Mengetahui tindakan siswa SMU Raksana tahun 2010 yang telah melakukan hubungan seks pranikah dan aborsi yang tidak aman.

1.4 Manfaat penelitian 1. Bagi Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai dasar untuk penelitian selanjutnya dan menambah referensi tentang tingkat pengetahuan dan sikap remaja mengenai seks pranikah.

2. Bagi Tenaga Kesehatan

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan pada tenaga kesehatan tentang pentingnya memberikan informasi dan pendidikan tentang pengertian, penyebab maupun dampak dari seks pranikah.

3. Bagi Remaja

Penelitian ini diharapkan memberikan wawasan kepada remaja tentang kesehatan reproduksi pada remaja dalam hal ini pengetahuan tentang seks pranikah di kalangan remaja, sehingga dapat lebih memperhatikan terhadap pergaulan remaja di sekitarnya baik dari rumah, sekolah, maupun lingkungan sekitarnya.

4. Bagi Sekolah dan Masyarakat

Penelitian ini diharapkan memberikan wawasan kepada pihak sekolah dan masyarakat khususnya orang tua remaja tentang seks pranikah di kalangan remaja sehingga dapat lebih mengawasi pergaulan remaja dan memberikan pendidikan seks kepada anak remaja mereka.


(18)

5. Dinas Kesehatan

Penelitian ini dapat dijadikan acuan untuk lebih sering mengadakan kegiatan-kegiatan mengenai pemberian informasi tentang kesehatan reproduksi remaja di seluruh sekolah-sekolah.


(19)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PERILAKU

2.1.1 Dasar Perilaku

Perilaku manusia merupakan hasil segala macam pengalaman serta interaksi manusia yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap, dan tindakan. Perilaku merupakan suatu tindakan yang mempunyai frekuensi, lama, dan tujuan khusus, baik yang dilakukan secara sadar maupun tidak sadar (Darmasih, 2009). Menurut Skinner (Darmasih, 2009), perilaku merupakan respon atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Perilaku manusia dari segi biologis adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas seperti berjalan, berbicara, menangis, bekerja, dan sebagainya.

Dilihat dari bentuk respon terhadap stimulus, Skinner membedakan perilaku menjadi dua:

a. Perilaku Tertutup (Covert Behaviour)

Ini adalah respon seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup. Respon terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan atau kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secara jelas oleh orang lain.

b. Perilaku Terbuka (Overt Behavior)

Ini adalah respon seseorng terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Respon terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktik yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat orang lain.

Skinner mengemukakan bahwa perilaku adalah merupakan hasil hubungan antara perangsang (stimulus) dan tanggapan atau respon (Darmasih, 2009). Respon dibedakan menjadi dua respon:


(20)

1. Respondent response atau reflexive response, ialah respon yang ditimbulkan oleh rangsangan-rangsangan tertentu yang relatif tetap. Respon responden (respondent behaviour) mencakup juga emosi respon.

2. Operant response atau instrumental response adalah respon yang timbul dan berkembangnya diikuti oleh perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimuli. Proses pembentukan atau perubahan perilaku dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor ekstrinsik atau intrinsik seseorang individu. Aspek-aspek dalam diri individu yang sangat berpengaruh dalam perubahan perilaku adalah persepsi, motivasi, dan emosi. Persepsi adalah pengamatan yang merupakan kombinasi dari penglihatan, pendengaran, penciuman, serta pengalaman masa lalu. Motivasi adalah dorongan bertindak untuk memuaskan sesuatu kebutuhan. Dorongan dalam motivasi diwujudkan dalam bentuk tindakan (Darmasih, 2009).

Menurut Green, perilaku ditentukan oleh 3 faktor:

1. Faktor predisposisi (predidposing factors) yaitu faktor-faktor yang dapat mempermudah terjadinya suatu perilaku.

2. Faktor pendukung atau pemungkin (enabling factors) meliputi semua karakter lingkungan dan semua sumber daya atau fasilitas yang mendukung atau memungkinkan terjadinya suatu perilaku.

3. Faktor pendorong atau penguat (reinforcing factors) yaitu faktor yang memperkuat terjadinya perilaku antara lain tokoh masyarakat, teman atau kelompok sebaya, peraturan, undang-undang, surat keputusan dari para pejabat pemerintahan daerah atau pusat (Darmasih, 2009)

2.1.2 Perilaku Seksual pada Remaja

Menurut Irawati remaja melakukan berbagai macam perilaku seksual berisiko yang terdiri atas tahapan-tahapan tertentu yaitu dimulai dari berpegangan tangan, cium kening, berpelukan, memegang atau meraba bagian sensitif, petting,


(21)

oral sex, dan atau bersenggama. Perilaku seksual pranikah pada remaja ini pada akhirnya dapat mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan remaja itu sendiri (Darmasih, 2009).

2.2 PERILAKU SEKSUAL PRANIKAH

Menurut Sarwono, perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik yang dilakukan sendiri, dengan lawan jenis maupun sesama jenis tanpa adanya ikatan pernikahan menurut agama. Menurut Stuart dan Sundeen (1999), perilaku seksual yang sehat dan adaptif dilakukan ditempat pribadi dalam ikatan yang sah menurut hukum. Sedangkan perilaku seksual pranikah merupakan perilaku seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing (Darmasih, 2009).

2.2.1 Faktor Pendorong Melakukan Seks Pranikah

Hurlock mengemukakan bahwa terdapat faktor ekstrinsik dan intrinsik yang mempengaruhi perilaku seksual di kalangan remaja. Faktor intrinsik merujuk kepada perubahan hormonal pada diri remaja dan tertariknya remaja pada lawan jenisnya. Biasanya remaja yang tidak bisa mengendalikan faktor intrinsik akan mengarahkannya ke perlakuan yang negatif dan menuntut untuk segera dipuaskan (Amrillah, 2006).

Faktor ekstrinsik merujuk kepada hal-hal yang bisa mendorong seorang remaja untuk melakukan perilaku seks. Stimulus eksternal itu dapat diperoleh melalui pengalaman kencan, informasi tentang seksualitas, diskusi dengan teman, pengalaman masturbasi, jenis kelamin, pengaruh orang dewasa, dan majalah atau bahan pronografi. Ditambahkan oleh Chilman, faktor eksternal yang menyebabkan


(22)

perilaku remaja yang wabal1

Berdasarkan hasil penelitian sebanyak 450 sampel tentang perilaku seksual remaja berusia 14-24 tahun mengungkapkan 64% remaja mengakui secara sadar bahwa melakukan hubungan seks sebelum menikah melanggar nilai dan moral adalah kelompok referensi sosial. Beberapa riset menemukan adanya hubungan yang positif antara mempunyai teman yang bersikap permisif terhadap seks dengan perilaku seks yang aktif, sehingga kesimpulannya bahwa teman sebaya (peer group) itu berpengaruh kuat terhadap perilaku seksual remaja. Selain itu karakteristik psikologi, ditandai adanya penemuan bahwa baik pada remaja pria ataupun wanita yang pernah melakukan hubungan seks, berani mengambil risiko dalam hubungan seks, dan kurang religius. Remaja yang bertempat tinggal di daerah perkotaan, diperkirakan lebih banyak melakukan hubungan seks sebelum meningkah. Hal ini disebabkan karena pada daerah kota terdapat bermacam-macam informasi, serta masyarakat perkotaan cenderung individualis sehingga kontrol sosial semakin berkurang. Status sosial ekonomi remaja yang pernah melakukan hubungan seks biasanya berasal dari keluarga dengan status sosial ekonomi rendah (Widodo, 2009).

Menurut penelitian yang dilakukan oleh Suryoputro tentang faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual remaja di Jawa Tengah adalah, faktor internal (pengetahuan, aspek-aspek kesehatan reproduksi, sikap terhadap layanan kesehatan seksual dan reproduksi, perilaku, kerentanan yang dirasakan terhadap risiko, kesehatan reproduksi, gaya hidup, pengendalian diri, aktifitas sosial, rasa percaya diri, usia, agama, dan status perkawinan), dan faktor eksternal (kontak dengan sumber-sumber informasi, keluarga, sosial-budaya, nilai dan norma sebagai pendukung sosial untuk perilaku tertentu) (Darmasih, 2009).

1

Masyarakat pada umumnya menyebut remaja putri yang mempunyai perilaku seksual bebas sebagai “ wabal atau wanita baulan”. Wabal berasal dari bahasa jawa yang berarti wanita yang dikonsumsi atau digunakan secara bersamaan dan berdasarkan perasaan suka sama suka. Sebagian besar wabal ini masih di bangku sekolah dan kebanyakannya tinggal bersama orang tua dan kebanyakan mereka berasal dari golongan usia 15-22 tahun (Widodo, 2009).


(23)

agama. Sedangkan 31% menyatakan bahwa melakukan hubungan seks sebelum menikah adalah biasa atau sudah wajar dilakukan tidak melanggar nilai dan moral agama. Dari hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pemahaman agama berpengaruh terhadap perilaku seks pranikah remaja (Darmasih, 2009)

Seringkali remaja merasa bahwa orang tuanya menolak membicarakan masalah seks pranikah sehingga mereka kemudian mencari alternatif sumber informasi lain seperti teman atau media massa. Beberapa kajian menunjukkan bahwa remaja sangat membutuhkan informasi mengenai persoalan seksual dan reproduksi. Remaja seringkali memperoleh informasi yang tidak akurat mengenai seks dari teman-teman mereka, bukan dari petugas kesehatan, guru atau orang tua (Darmasih, 2009).

Faktor lingkungan yang sangat berpengaruh terhadap perilaku reproduksi remaja diantaranya adalah faktor keluarga. Remaja yang melakukan hubungan seksual sebelum menikah banyak diantara berasal dari keluarga yang bercerai atau pernah cerai, keluarga dengan banyak konflik dan perpecahan. Hubungan orang-tua yang harmonis akan menumbuhkan kehidupan emosional yang optimal terhadap perkembangan kepribadian anak sebaliknya. Orang tua yang sering bertengkar akan menghambat komunikasi dalam keluarga, dan anak akan “melarikan diri“ dari keluarga. Keluarga yang tidak lengkap misalnya karena perceraian, kematian, dan keluarga dengan keadaan ekonomi yang kurang, dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak (Darmasih, 2009).

Penelitian juga menyatakan bahwa siswa yang belajar di sekolah yang bertaraf tinggi dan tinggal dengan orang tua yang mempunyai prinsip hidup yang baik, tidak mahu melibatkan diri mereka dalam perilaku seks pranikah. Sebaliknya, siswa yang mempunyai pencapaian rendah dalam pelajaran; menyalahgunakan narkoba, alkohol; mendapatkan bahan porno; mempunyai peer group yang aktif dalam perilaku seks; ketidakstabilan keluarga mendorong seorang siswa atau remaja untuk melibatkan diri dalam perilaku seks pranikah. Beberapa faktor lain yang mempengaruhi perilaku


(24)

seksual pada remaja adalah perubahan hormonal, penundaan usia perkawinan, penyebaran informasi melalui media massa, tabu-larangan, norma-norma di masyarakat, serta pergaulan yang makin bebas antara laki-laki dan perempuan (Jaya, 2009).

2.2.2 Insidens Hubungan Seks Pra-Nikah

WHO melihat 340.000.000 wabah infeksi menular seksual bisa diobati setiap tahun dan global pada orang usia 15 hingga 49 tahun. Penyakit ini termasuk gonore tidak hanya klamidia dan trikomoniasis. Insiden gonore tertinggi berada di Asia Selatan dan Tenggara serta di sub-Sahara Afrika. Sejumlah meningkatnya infeksi gonore non-diobati telah dilaporkan di Jepang, Hong Kong, China, Australia, dan bagian lain di Asia. Di Amerika Serikat, hampir 75 persen dari semua kasus yang dilaporkan ditemukan pada orang antara 15 dan 29 tahun. Statistik secara konsisten menunjukkan bahwa gadis-gadis remaja yang paling mungkin terinfeksi gonore di Amerika Utara. Gonore menunjukkan tingkat tertinggi infeksi ditemukan pada wanita 15-19 tahun penyakit radang panggul. (PID), yang disebabkan oleh gonore, mempengaruhi satu juta wanita setiap tahun. Tingkat tertinggi pada pria yang berada di antara 20 dan 24 tahun (WHO, 2010).

2.3IMPLIKASI HUBUNGAN SEKSUAL PRANIKAH 2.3.1 Kehamilan yang Tidak Diinginkan

Kehamilan yang tidak dikehendaki dapat menimbulkan dampak buruk kepada janin ibu ataupun anak setelah lahir. Banyak wanita yang tidak menginginkan kehamilannya, berupaya menggugurkan kandungan dengan meminum obat-obat tertentu atau melakukan aborsi. Kehamilan yang tidak dikehendaki dan aborsi merupakan dua hal yang saling berkaitan. Kehamilan saat remaja akan menimbulkan posisi remaja dalam situasi yang serba salah dan memberikan tekanan batin/stres (Sinaga, 2007).


(25)

Hasil Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia 2002 – 2003 menunjukkan sekitar 17% kehamilan masuk dalam kategori tidak diinginkan, baik karena tidak tepat waktu maupun karena tidak ingin hamil lagi. Tingginya kehamilan tidak diinginkan (KTD) ini erat kaitannya dengan aborsi. Dari estimasi jumlah aborsi per tahun di Indonesia bisa mencapai sekitar 2,4 juta, sekitar 800.000 di antaranya terjadi di kalangan remaja (Aprillia, 2009).

2.3.2 Aborsi yang Tidak Aman

Dalam kamus umum Bahasa Indonesia abortus didefinisikan sebagai terjadi keguguran janin; melakukan abortus sebagai melakukan penguguran (dengan sengaja karena tidak menginginkan bakal bayi yang dikandung itu). Terdapat beberapa jenis aborsi yaitu:

a) Spontaneous abortion: aborsi yang berlaku disebabkan oleh trauma kecelakaan atau sebab- sebab alami

b) Therapeutic abortion: penguguran yang dilakukan karena kehamilan tersebut mengancam kesehatan jasmani si ibu, terkadang dilakukan sesudah pemerkosaan c) Eugenic abortion: penguguran yang dilakukan terhadap janin yang cacat d) Elective abortion: penguguran yang dilakukan untuk alasan – alasan yang lain.

e) Abortus imminens: peristiwa terjadinya pendarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, di mana hasil konsepsi masih dalam uterus dan tanpa adanya dilatasi serviks

f) Abortus insipiens: peristiwa pendarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dimana hasil konsepsinya masih dalam uterus dan terdapat dilatasi serviks.

g) Abortus provokatus medicinalis: aborsi yang dilakukan demi menyelamatkan nyawa si ibu.


(26)

h) Abortus provokartus kriminalis: abortus yang dilakukan dengan menggunakan alat- alat atau obat- obat tertentu. Ia sering terjadi pada keadaan yang tidak dikehendaki.

Aborsi yang tidak aman adalah penghentian kehamilan yang dilakukan oleh orang yang tidak terlatih atau tidak berkompeten dan menggunakan sarana yang tidak memadai, sehingga menimbulkan banyak komplikasi bahkan kematian. Aborsi yang tidak aman terjadi karena tidak tersedianya pelayanan kesehatan yang memadai. Apalagi bila aborsi dikategorikan tanpa indikasi medis seperti korban perkosaan, dan hamil di luar nikah (Sinaga, 2007).

Menurut WHO dari 46 juta aborsi/ tahun, 20 juta dilakukan dengan tidak aman, 800 wanita diantaranya meninggal karena komplikasi aborsi tidak aman dan sekurangnya 13 % kontribusi Angka Kematian Ibu Global. Dari suatu penelitian pada 10 kota besar dan enam kebupaten memperlihatkan 53%. Kasus aborsi yang ditangani dukun bayi sebesar 11% di kota dan 70% di Kabupaten dan dari semua titik pelayanan 54 % di kota dan 85% di kabupaten dilakukan oleh swasta (Sinaga, 2007).

Data di Beberapa Negara Selain Indonesia

Di Hungaria misalnya, tingkat kehamilan per 1000 wanita pada tahun 1984 adalah 80,4. Di Selandia Baru angka kehamilan pada remaja menunjukkan 46 per 1000 wanita. Angka-angka yang lebih rendah ditemukan di Inggris (44,7), Swedia (4,2), Finlandia (32,1), dan Denmark (27,9). Di Eropa angka hubungan seksual dan kehamilan pada remaja yang terkecil adalah di Nederland (12,1). Di Jepang tingkat kehamilan pada remaja masih lebih kecil dari Nederland. hanya 10,5 per 1000 wanita. Dari kesemuanya tingkat kehamilan pada remaja yang terbesar adalah di Amerika Serikat, sekitar 98 dari per 1000 wanita. Malang bagi janin dalam rahim pada remaja itu. Penyebabnya adalah makin tidak populernya pemeliharaan kehamilan. Pengguguran makin sering menjadi pilihan. Jumlah


(27)

pengguguran makin banyak dan terus meningkat semenjak tahun tujuh puluhan. Angka terbesar pengguguran ditemukan di Denmark, Jepang, dan Swedia, yaitu sekitar 60% dari kehamilan. Di Finlandia dan Norwegia satu diantara dua kehamilan berakhir dengan pengguguran. Meskipun tingkat kehamilan di AS paling tinggi, tetapi persentase yang digugurkan kurang dari 50%. Di negara-negara Eropa Timur seperti Chekoslovakia, Jertim, dan Hungaria, serta di Selandia Baru sekitar seperempat dari kehamilan digugurkan. Berbeda dengan tingkat kehamilan pada remaja yang lebih banyak terjadi pada remaja umur 18-19 tahun dibanding umur sebelumnya, tingkat pengguguran lebih banyak pada usia sebelum 18 tahun dibanding usia 18-19 tahun (Faturochman, 2010).

2.3.3 Penyakit Menular Seksual

Persentase anak muda usia 15–24 tahun yang mempunyai pengetahuan komprehensif tentang HIV/AIDS dapat diestimasi menggunakan pendekatan indikator dari survei. Pada 2002-2003, 65,8 persen wanita dan 79,4 persen pria usia 15–24 tahun telah mendengar tentang HIV/AIDS. Pada wanita usia subur usia 15–49 tahun, sebagian besar (62,4 persen) telah mendengar HIV/AIDS, tapi hanya 20,7 persen yang mengetahui bahwa menggunakan kondom setiap berhubungan seksual dapat mencegah penularan HIV/AIDS, dan 28,5 persen mengetahui bahwa orang sehat dapat terinfeksi HIV/AIDS. Sebuah penelitian pada 2002 menunjukkan bahwa 38,4 persen dari pelajar sekolah menengah atas usia 15–19 di Jakarta secara benar menunjukkan cara mencegah penularan HIV HIV dapat ditularkan melalui hubungan seksual, tapi hanya 35 persen yang mengetahui bahwa penggunaan jarum suntik bersama dapat menularkan HIV dan 15,2 persen masih percaya bahwa kontak social biasa juga dapat menularkan HIV dan menolak konsepsi yang salah tentang penularan HIV. Penelitian lain di Jawa Barat, Kalimantan Selatan, dan NTTmenunjukkan bahwa 93,3 persen anak muda usia 15–24 tahun mengetahui bahwa hingga saat ini prevalensi HIV/AIDS pada penduduk usia 15–29 tahun diperkirakan masih di bawah


(28)

0,1 persen. Anak yang terkena dampak HIV/AIDS masih rendah jumlahnya bila dibandingkan dengan negara-negara lainnya. Jumlah kasus AIDS yang dilaporkan pada anak berusia 0–4 tahun adalah 12 orang, usia 5–14 tahun sebanyak empat orang, dan antara usia 15–19 tahun 67 orang. Jumlah ini masih jauh dibawah angka yang sebenarnya, sehingga sangat perlu untuk menggalakkan sistem pengawasan pada setiap tingkatan (Sarwanto, 2004).


(29)

BAB 3

KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1 KERANGKA KONSEP

Tindakan

3.2 DEFINISI OPERASIONAL

Tabel 3.1. Variabel, Definisi Operasional, Alat Ukur, Cara Ukur, Hasil Ukur, dan skala Ukur.

Variabel Definisi Operasional Alat Ukur

Cara ukur Hasil Ukur

Skala Ukur Pengetahuan Segala sesuatu yang

diketahui oleh siswa tentang seks pranikah, dan dampak dari seks pranikah

kuesioner Angket Baik

Sedang Buruk

Ordinal

Sikap Reaksi yang muncul dari seseorang yang berkaitan dengan tindakan perilaku seks

kuesioner Angket Baik

Sedang Buruk

Ordinal

Tindakan Segala bentuk nyata aktivitas responden yang berkaitan dengan hubungan seks

pranikah

Kuesioner Angket Baik

Sedang Buruk

Ordinal

Pengetahuan

Sikap

Perilaku seksual pranikah


(30)

BAB 4

METODA PENELITIAN

4.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan metoda cross sectional.

4.2 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Sekolah Menengah Atas Raksana Kecamatan Medan Baru. Pemilihan SMU Raksana Medan didasarkan pada lokasinya yang terletak dekat dengan pusat perbelanjaan dan wilayah perdagangan. Waktu penelitian direncanakan bulan September hingga bulan November 2010.

4.3 Populasi dan Sampel Penelitian 4.3.1 Populasi

Populasi penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas X,XI,XII dari Sekolah Menengah Atas Raksana.

4.3.2 Jumlah Sampel

Untuk menentukan jumlah sampel, kami menggunakan rumus prevalence study sebagai berikut:

n = d²

Zα² . p.q

dengan n = jumlah sampel

Zα adalah tingkat kemaknaan yang telah ditetapkan = 1,96

p adalah proporsi siswa yang telah melakukan seks pranikah = 0,5

q = 1-0,5


(31)

= 0,1

Dengan memasukkan nilai-nilai variabel di atas maka: n =

(0,1)² =

1,96² . 0,5 .(1- 0,5)

0,01 = 96

0,9604

Dengan perhitungan rumus di atas, maka jumlah sampel adalah sebanyak 96 dan saya bulatkan menjadi 100.

Metoda sampling yang digunakan adalah statified random sampling.

4.4 Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data pada penelitian ini adalah dengan cara pengisian kuesioner. Kuesioner yang digunakan adalah kuesioner yang dibuat oleh Dimas Angga Sumantri( 2009).

Aspek pengukuran data dalam penelitian ini didasarkan pada jawaban responden terhadap pertanyaan dari kuesioner yang disesuaikan dengan skor, nilai yang dikumpulkan dikategorikan menjadi 3 tingkat, baik pada pengukuran pengetahuan,sikap dan tindakan yaitu:

Baik : jika total nilai yang diperoleh >75%

Sedang :jika total nilai yang diperoleh adalah antara 40% - 75% Kurang : jika total nilai yang diperoleh adalah <40% (Sumantri, 2009) 1. Pengetahuan

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan secara umum disusun pertanyaan sebanyak 15, dengan skor jawaban tertinggi 3, dan skor terendah 0. Total skor adalah 45. Berdasarkan nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kategori yaitu:

a. Pengetahuan baik, bila jumlah nilai responden >34 (>75% )


(32)

c. Pengetahuan kurang, bila jumlah nilai responden <18 ( <40% )

2. Sikap

Untuk mengetahui sikap terdapat 15 pertanyaan dengan total skor 30. Untuk responden yang menjawab Benar akan diberi skor 2, sedangkan Salah akan diberi skor 0. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 (tiga) kategori yaitu:

a. Sikap baik, bila jumlah nilai responden >23 ( 75% )

b. Sikap sedang, bila jumlah nilai responden 12 – 23 ( 40% - 75% ) c. Sikap kurang, bila jumlah nilai responden < 12 ( < 40% )

3. Tindakan

Untuk mengetahui tindakan terdapat sebanyak 16 pertanyaan dengan total skor 14. Pertanyaan 10 dan 11 tidak diberi skor, karena hanya memberikan keterangan dari pertanyaan sebelumnya berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 ( tiga ) kategori yaitu :

a. tindakan baik, apabila jumlah nilai responden >11 (75% )

b. tindakan sedang, apabila jumlah nilai responden 6 – 11 (40% – 75% ) c. tindakan kurang, apabila jumlah nilai responden < 6 ( <40% )

4.5 Metoda Analisis Data

Data yang dikumpul adalah data umum yaitu umur, agama, jenis kelamin, dan suku. Umur akan disajikan dalam tabel dengan mean dan range. Data umum lainnya akan disajikan dalam distribusi frekuensi. Data lainnya adalah data pengukuran perilaku seks pranikah. Data ditabulasi atas setiap butir pertanyaan pada kuesioner dan disajikan sebagai distribusi frekuensi.


(33)

BAB V

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Proses pengambilan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan instrumen kuesioner yang diisi oleh siswa tanpa dibawa pulang. Hasil angket yang telah dikumpulkan kemudian dianalis, sehingga dapat disimpulkan hasil penelitian dalam paparan di bawah ini.

5.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Raksana Medan yang terletak di jalan Gajah Mada No.20 kecamatan Medan Baru, Medan. Sekolah ini terletak di pusat bandar di mana terdapat pusat perbelanjaan berdekatan dengan sekolah ini. Sekolah ini dipilih karena letak geografinya yang dinilai sesuai bagi penelitian ini.

5.1.2 Deskripsi responden

Siswa siswi SMA Raksana tahun 2010/2011 menjadi responden pada penelitian ini. Jumlah siswa siswi di SMA Raksana adalah sebanyak 1066 orang. Sebanyak 100 orang siswa telahh menjadi responden untuk penelitan ini dan terdapat sebanyak 45 orang responden lelaki dan 55 orang responden perempuan. Pemilihan dilakukan secara stratified random sampling secara acak dari kelas X,XI dan XII.


(34)

Tabel 5.1 Distribusi Responden Siswa SMA Raksana Berdasarkan Kelas dan Jenis Kelamin dan Umur.

Jumlah responden Umur Jumlah Persentase 15 16 17 18

Lelaki 3 16 24 2 45 45

Perempuan 2 32 16 5 55 55

Jumlah 5 48 7 100 100

5.1.3 Distribusi Kelas Responden

Tabel 5.2 Distribusi Responden Berdasarkan Kelas

5.1.4 Sumber Informasi Responden

Adapun yang menjadi sumber informasi responden pada penelitian ini dibagi berdasarkan dari mana responden mendapatkan informasi perihal sekualitas atau kesehatan reproduksi dan kepada siapa responden biasanya bertanya atau mencari tahu perihal kesehatan seksualitas atau kesehatan reproduksi.

Kelas Jumlah orang Persentase (%)

X 32 32

XI 34 34

XII 34 34


(35)

Tabel 5.3 Distribusi Sumber Informasi Responden Tentang Seksualitas/ Kesehatan Reproduksi

Sumber Infromasi Responden1

Ya Tidak Jumlah

N % N % N %

Ayah/ibu 32 32 68 68 100 100

Kakak/abang 18 18 82 82 100 100

Paman/bibi 6 6 94 94 100 100

Guru 72 72 28 28 100 100

Teman dekat 56 56 44 44 100 100

Majalah /koran 47 47 53 53 100 100

Tv / Radio 44 44 56 56 100 100

Internet 55 55 45 45 100 100

Buku pelajaran 59 59 41 41 100 100

Dari tabel di atas dapat dikatakan bahwa sebanyak 72 orang responden mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi/ seksualitas dari guru.


(36)

Tabel 5.4 Distribusi Sumber Informasi Tempat Responden Bertanya/ Mencari

Tahu Tentang Seksualitas / Kesehatan Reproduksi

Tempat bertanya sumber informasi tentang seksualitas/ kesehatan reproduksi

Ya Tidak Jumlah

N % N % N %

Ayah / ibu 28 28 72 72 100 100

18 18 82 82 100 100

Paman / Bibi 8 8 92 92 100 100

Guru 72 72 28 28 100 100

Teman Dekat 56 56 44 44 100 100

12 12 88 88 100 100

Dari tabel di atas dapat dikatakan bahwa guru menjadi sumber di mana sebagian beasar responden menanyakan tentang kesehatan reproduksi.


(37)

5.1.5 Pengetahuan Responden

Tabel 5.5 Distribusi pengetahuan responden berdasarkan pengertian kesehatan reproduksi

Pengertiaan kesehatan reproduksi Jumlah %

Keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem, fungsi serta proses reproduksi.

75 75

Keadaan sehat hany pada alat reproduksi saja 3 3 Keadaan yang tidak semata-mata bebas dari penyakit

atau kecacatan,

namun juga sehat secara fungsi reproduksi

9 9

Tidak tahu 13 13

Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebahagian besar responden terhadap pengertian kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem, fungsi serta proses reproduksi,sebanyak 75 orang (75%).


(38)

Tabel 5.6 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pengenalan Dasar yang perlu diketahui Remaja tentang Kesehatan Reproduksi.

Pengetahuan Responden Berdasarkan Pengenalan Dasar yang perlu diketahui Remaja tentang Kesehatan Reproduksi

Jumlah %

Perubahanorgan reproduksi manusia. 1 1

Perubahan tubuh dari anak-anak menjadi dewasa, perubahan alat reproduksi, dan fungsinya.

7 7

Sistem reproduksi, proses reproduksi, fungsi alat reproduksi (tumbuh kembang remaja), hak-hak reproduksi, dan penyakit menular seksual, serta

dampaknya terhadap kondisi kesehatan reproduksi.

77 77

Tidak tahu 15 15

Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel 5.6 sebahagian besar pengetahuan responden tentang pengenalan dasar yang perlu diketahui mereka mengenai kesehatan reproduksi adalah Sistem reproduksi, proses reproduksi, fungsi alat reproduksi (tumbuh kembang remaja), hak-hak reproduksi, dan penyakit menular seksual, serta dampaknya terhadap kondisi kesehatan reproduksi, sebanyak 77 orang (77%).

Tabel 5.7 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Aktivitas yang

Membahayakan Kesehatan Reproduksi.

Aktivitas yang membahayakan kespro jumlah %

Mimpi basah/menstruasi 13 13

Pacaran dilengkapi dengan sentuhan pegangan tangan dan meraba tubuh lawan jenis

6 6

Hubungan seksual pranikah, oral seks dan anal seks 73 73 Masturbasi,berciuman dan bersentuhan dengan organ

vital

8 8


(39)

Berdasarkan tabel di atas dapat dikatakan bahwa sebanyak 73 orang responden mengetahui hubungan seksual pranikah, oral seks dan anal seks membahayakan kesehatan reproduksi.

Tabel 5.8 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pengertian Hubungan Seksual

Maksud Hubungan Seksual Jumlah %

Tindakan yang dilakukan atas ikatan pernikahan antara seorang laki-laki dan perempuan yang dilandasi oleh rasa cinta, untuk memperoleh keturunan semata.

45 45

Masuknya penis ke dalam vagina, dimana bila terjadi ejakulasi (pengeluaran cairan sperma) dengan posisi penis masih didalam vagina yang menyebabkan terjadinya pembuahan dan kehamilan

35 35

Tindakan yang dilakukan untuk kepuasan nafsu dan emosional

13 13

Tidak tahu 7 7

Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dikatakan bahwa sebahagian besar pengetahuan responden perihal hubungan seksual adalah tindakan yang dilakukan atas ikatan pernikahan antara seorang laki-laki dan perempuan yang dilandasi oleh rasa cinta, untuk memperoleh keturunan semata, sebanyak 45 orang(45%).

Tabel 5.9 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Aktivitas yang

Tergolong Aktivitas Seksual.

Golongan aktivitas seksual Jumlah %

Masturbasi, french kiss, hickey,petting dan hubungan Intim

80 80

Oral seks dan anal seks 6 6

Meraba – raba tubuh lawan jenis 9 9

Tidak tahu 5 5


(40)

Berdasarkan tabel diatas dapat disimpulkan bahwa sebanyak 80 orang responden mengetahui dengan baik tentang golongan aktivitas seksual adalah masturbasi, french kiss, hickey,petting dan hubungan intim .

Tabel 5.10 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Dampak

Melakukan Hubungan Seksual Pranikah

Dampak melakukan hubungan seks pranikah Jumlah % Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), aborsi,

timbul penyakit infeksi menular seksual

65 65

Putus sekolah 22 22

Pernikahan di usia dini, hamil diluar nikah 5 5

Tidak tahu 8 8

Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel 5.10 sebagian besar responden mengetahui bahwa dampak melakukan hubungan seksual pra nikah adalah kehamilan yang tidak diinginkan, aborsi dan timbul penyakit menular seksual sebanyak 65 orang.

Tabel 5.11 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Solusi Terbaik Bagi Pasangan Pra nikah Yang Mengalami Kehamilan Yang Tidak

Diinginkan.

Solusi terbaik bagi yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan

Jumlah %

Aborsi 0 0

Putus Hubungan 0 0

Melanjutkan hubungan ke jenjang perkahwinan 92 92

Tidak tahu 8 8

Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dinyatakan bahwa sebahagian besar responden mengetahui bahwa melanjutkan hubungan ke jenjang perkahwinan merupakan solusi terbaik bagi kehamilan yang tidak diinginkan sebanyak 92 orang.


(41)

Tabel 5.12 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pengertian Aborsi.

Pengertian aborsi Jumlah %

Tindakan kriminal karena membunuh janin. 30 30

Tindakan menggugurkan janin lewat bantuan dokter, bidan atau pun dukun beranak.

46 46

Tindakan mengakhiri masa kehamilan yang tidak dikehendaki, dengan usia kehamilan masih kurang dari 12 minggu

21 21

3 3

Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel di atas sebahagian responden pengetahuan responden tentang pergertian aborsi adalah tindakan menggugurkan janin lewat bantuan dokter, bidan atau pun dukun beranak sebanya 46 orang (46%), sedangkan sebahagian kecil tidak mengetahui perngertian dari aborsi yaitu sebanyak 3 orang( 3%).

Tabel 5.13 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Penyakit Yang

Tergolong Penyakit menular Seksual (PMS)

Penyakit yang tergolong PMS Jumlah %

Kutil pada kelamin, sifilis, alergi kulit kelamin 2 2 Herpes, Gonore, raja singa, kandida. Klamidia, HIV/AIDS 90 90 Gatal-gatal dan iritasi pada daerah kelamin 1 1

Tidak tahu. 7 7

Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dikatakan bahwa pengetahuan responden terhadap penyakit menular seksual adalah tinggi yaitu sebanyak 90% dimana sebanyak 90 orang responden menjawab herpes, gonore, raja singa , kandida, klamidia dan HIV/AIDS sebagai golongan penyakit menular seksual.


(42)

Tabel 5.14 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Dampak Buruk Melakukan Hubungan Seksual Pra nikah.

Dampak buruk melakukan seks pranikah Jumlah % Psikologis remaja menjadi terganggu dan memiliki rasa

cemas

3 3

Mentalitas memburuk, kesehatan reproduksi terganggu, hubungan keluarga memburuk dan pendidikan terganggu

11 11

Pilihan 1 dan 2 benar 85 85

Tidak tahu 1 1

Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel di atas sebahagian besar pengetahuan responden tentang dampak buruk melakukan hubunga seksual pra nikah bagi remaja adalah pilihan 1 dan pilihan 2 sebanyak 85 orang.

Tabel 5.15 Distribusi Pengetahuan Responden Tentang Cara Agar Bisa Terhindar Dari perilaku Seks Menyimpang seperti Melakukan

Hubungan Seks Pranikah

Cara agar bisa menghindar dari perilaku seks Jumlah %

Dengan tidak memiliki pacar 3 3

Aktif di berbagai kegiatan ekstrakurikuler sekolah. 5 5 Menambah pengetahuan dengan mengikuti seminar atau

pelatihan tentang remaja dan kesehatan reproduksinya

89 89

Tidak tahu 3 3

Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel di atas, sebagian besar pengetahuan responden mengenai cara bisa menghindar dari perilaku seks menyimpang seperti melakukan hubungan seksual di luar nikah adalah menambah pengetahuan dan mengikuti seminar atau perlatihan tentang remaja dan kesehatan reproduksinya sebanyak 89 orang .


(43)

Tabel 5.16 Distribusi Kategori Pengetahuan Responden Tentang Hubungan Seks Pra nikah

Kategori pengetahuan Jumlah orang %

Baik 27 27

Sedang 66 66

Kurang 7 7

Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebahagian besar tingkat pengetahuan responden tentang hubungan seksual pra nikah ada pada kategori sedang yaitu berjumlah 66 orang.

Tabel 5.17 Distribusi kategori Pengetahuan responden Tentang Hubungan Seks Pranikah Berdasarkan Jenis Kelamin

Jenis kelamin Pengetahuan Jumlah

Baik Sedang Kurang

Laki- laki 8 36 0 44

Perempuan 19 30 7 56

Jumlah 27 66 7 100

Berdasarkan tabel diatas dapat dikatakan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan responden tentang hubungan seksual pranikah berdasarkan jenis kelamin ada pada kategori sedang dengan jenis kelamin lelaki sebanyak 66 orang.

5.1.6 Sikap Responden

Tabel 5.18 Distribusi Sikap Responden Tentang Hubungan Seksual Pra-nikah No Pertanyaan yang berkaitan

dengan hubungan seksual pra nikah

Setuju Tidak setuju

Sangat tidak setuju

jumlah

N % N % N % N %

1 Berhubungan seksual dengan lawan jenis tanpa ikatan kahwin adalah wajar


(44)

2 Melakukan hubungan seks pranikah sebagai bukti cinta seseorang pada lawan jenis.

8 8 36 36 56 56 100 100

3 Kebanyakan remaja yang

menghadapi masalah hubungan seksual pranikah disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang kesehatan reproduksi

52 52 33 33 15 15 100 100

4 Remaja dipandang sebagai orang yang masih belum pantas untuk mendapatkan pengetahuan tentang kesehatan reproduksidan bersifat seksual

6 6 68 68 26 26 100 100

5 KTD bisa terjadi pada remaja yang pernah melakukan hubungan seksual hanya sekali

69 69 13 13 18 18 100 100

6 Aborsi merupakan solusi yang baik akibat dari KTD dari hubungan seksual pra nikah

14 14 55 55 31 31 100 100

7 Keluarga dan guru bukanlah tempat cocok untuk mengetahui tentang hal yang bersifat seksual

26 26 59 59 15 15 100 100

8 Banyaknya uang saku dapat memicu perilaku remaja sekolah untuk melakukan hubungan seks pranikah

32 32 54 54 14 14 100 100

9 Menurut anda media massa seperti televisi,radio,majalah , buku, internet dan lain – lain memperngaruhi remaja melakukan hubungan seks pranikah.

74 74 17 17 6 6 100 100

10 Bagaimana sikap anda terhadap hubungan seksual pra nikah yang terjadi di sekolah atau sekitar sekolah anda

24 24 22 22 54 54 100 100

11 Bagaimana sikap anda melihat aktivitas seksual yang terjadi di sekolah atau sekitar sekoah anda

25 25 28 28 47 47 100 100

12 Bagaimana sikap anda terhadap kasus kehamilan tidak diinginkan terjadi di sekolah


(45)

atau di sekitar sekolah anda 13 Bagaimana sikap anda terhadap

kasus aborsi oleh remaja yang terjadi di sekolah atau sekitar sekolah anda

21 21 32 32 47 47 100 100

14 Bagaimana sikap anda terhadap kasus penyakit menular seksual yang terjadi di sekolah anda atau sekitar sekolah anda

30 30 33 33 37 37 100 100

15 Kejadian hubungan seksual pranikah dapat dicegah dengan memberikan pendidikan seks bagi remaja sedini mungkin

74 74 14 14 12 12 100 100

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar sikap responden setuju bahwa media massa memicu seorang remaja melakukan hubungan seksual pra nikah sebanyak 74 orang (74%) dan sebanyak 74 orang reponden juga setuju bahwa perilaku hubungan seksual dapat dicegah dengan memberi pendidikan seks sedini mungkin.

Tabel 5.19 Distribusi Kategori Sikap Responden Tentang Hubungan Seks nikah

Kategori sikap Jumlah orang %

Baik 37 37

Sedang 59 59

Kurang 4 4

Jumlah 100 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dinyatakan bahwa sebagian besar tingkat sikap sisa terhadap hubungan seksual pranikah ada pada kategori sedang yaitu berjumlah 59 orang.

Tabel 5.20 Distribusi Kategori Sikap Responden Tentang Hubungan Seks Pranikah Berdasarkan Jenis kelamin

Jenis Kelamin Sikap Jumlah

Baik Sedang Kurang

Laki- laki 10 32 2 44

Perempuan 27 27 2 56


(46)

Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa sebagian besar sikap responden tentang hubungan seksual pranikah berdasarkan jenis kelamin ada pada kategori sedang dengan jenis kelamin laki-laki sebanyak 32 orang.

5.1.7 Tindakan Responden

Tabel 5.21 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Pernah Berdiskusi Tentang Kesehatan Reproduksi Atau Yang Bersifat Seksual Kepada Keluarga

Berdiskusi Dengan Keluarga L P Jumlah %

Ya 14 29 43 43

Tidak 31 26 57 57

Jumlah 45 55 100 100

Berdasarkan tabel di atas, dapat dirumuskan bahwa sebanyak 57 responden tidak berdiskusi/ bertanya kepada keluarga tentang kesehatan reproduksi.

Tabel 5.22 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pernah Berdiskusi Dengan Guru Tentang Kesehatan Reproduksi Atau Yang Bersifat Seksual

Pernah Bertanya Kepada Guru L P Jumlah %

Ya 29 45 74 74

Tidak 16 10 26 26

Jumlah 45 55 100 100

Berdasarkan tabel di atas sebanyak 72 orang responden bertanyakan tentang kesehatan reproduksi kepada guru.

Tabel 5.23 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pernah Berdiskusi Tentang Kesehatan Reproduksi atau Yang Bersifat Seksual

Kepada Teman Sebaya

Bertanya kepada teman L P Jumlah %

Ya 42 54 96 96

Tidak 3 1 4 4


(47)

Berdasarkan tabel di atas sebagian besar yaitu sebanyak 96 orang responden berdiskusikan tentang kesehatan reproduksi dengan teman.

Tabel 5.24 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pernah Membaca Majalah, menonton Video, Atau melihat Di Internet Tentang Hal- Hal Yang Berbau Pornografi.

Menonton bahan berbau pornografi L P Jumlah %

Ya 36 41 77 77

Tidak 9 14 23 23

Jumlah 45 55 100 100

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa sebanyak 77 orang responden menonton media bahan yang berbaur pornografi.

Tabel 5.25 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pernah Melakukan Masturbasi

Pernah melakukan masturbasi L P Jumlah %

Ya 20 16 36 36

Tidak 25 39 64 64

Jumlah 45 55 100 100

Berdasarkan tabel di atas sebanyak 37 responden pernah melakukan masturbasi

Tabel 5.26 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pernah Berciuman Dengan Lawan Jenis/ Pacar

Pernah bercium dengan lawan jenis L P Jumlah %

Ya 13 28 41 41

Tidak 32 27 59 59

Jumlah 45 55 100 100

Berdasarkan tabel di atas sebanyak 44 responden yang pernah bercium dengan pasangannya.


(48)

Tabel 5.27 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pernah Petting Dengan Lawan Jenis/ Pacar

Pernah Petting dengan lawan jenis L P Jumlah %

Ya 7 5 12 12

Tidak 38 50 88 88

Jumlah 45 55 100 100

Berdasarkan tabel di atas dapat dikatakan bahwa 13 responden pernah petting dengan pasangannya.

Tabel 5.28 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pernah Melakukan Hubungan Seksual Pra- nikah

Pernah melakukan Hubungan seks L P Jumlah %

Ya 6 10 16 16

Tidak 39 45 84 84

Jumlah 45 55 100 100

Berdasarkan tabel di atas 16 responden pernah melakukan hubungan seks pranikah

Tabel 5.29 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Status Pasangan

Responden Ketika Melakukan Hubungan Sekaual Pranikah Status pasangan responden L P Jumlah %

Teman 0 0 0 0

Pacar 6 10 16 100

Pekerja Seks 0 0 0 0

Waria 0 0 0 0

Jumlah 16 100

Dari tabel di atas dapat dirumuskan bahwa sebanyak 16 responden melakukan hubungan seks pranikah dengan pacar mereka.


(49)

Tabel 5.30 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Pernah Melakukan Aborsi

Pernah melakukan aborsi L P Jumlah %

Ya 0 10 10 10

Tidak 45 45 90 90

Jumlah 45 55 100 100

Dari tabel di atas dapat diatakan 12 responden pernah melakukan aborsi. Tabel 5.31 Distribusi Kategori Tindakan Responden Terhadap Kehamilan Yang

Tidak Diinginkan (KTD).

KTD L P Jumlah %

Ya 0 10 10 10

Tidak 45 45 90 90

Jumlah 45 55 100 100

Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa besar tingkat tindakan siswa terhadap hubungan seks pra – nikah berada pada tahap yang baik.

5.2 PEMBAHASAN

Pembahasan ini difokuskan pada hal- hal yang berkaitan dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui pengetahuan, sikap dan tindakan siswa tentang hubungan seksual pra- nikah.

Berdasarkan hasil pengumpulan data dengan menggunakan kuesioner yang telah diberi skor dan dianalisa, dapat dilihat bahwa reponden perempuan lebih banyak daripada responden lelaki. Hal ini karena jumlah keseluruhan siswi yang belajar di sekolah SMA Raksana adalah sebanyak 601 orang ( 56.4%) dan siswa lelaki hanya sebanyak 465 orang ( 43.6%). Para responden yang telibat dalam penelitian ini adalah dalam lingkungan 15- 18 tahun di mana sebanyak 48% berusia 16 tahun, 40% berusia 17 tahun yang selebihnya berusia 15 dan 18 tahun. Hal ini tentunya berhubungan karena pada tingkat menengah atas usia siswanya berkisar antara 15- 19 tahun, tergolong ke dalam usia remaja. Pada kelompok usia ini, teman sejawat memainkan peranan penting dalam sebuah perubahan perilaku.Remaja juga


(50)

mengembangkan kematangan tingkah laku, belajar membuat keputusan sendiri ( Sumantri, 2009).

Berdasarkan tabel 5.3 dapat dikatakan bahwa sebagian besar sumber informasi responden tentang kesehatan reproduksi diperoleh dari guru yaitu sebanyak 72%. Dari sini dapat dikatkan bahwa guru memainkan peran yang sangat penting dalam memberikan pengetahuan tentang kesehatan reproduksi kepada siswanya. Ini adalah karena sikap remaja yang mahu butuhkan kebebasan dan mulai mencari tahu hal- hal yang baru di luar rumahnya. Dalam hal ini sekolah memainkan peranan yang penting dan pendapat ini dapat di perkuatkan dengan peratusan yang terbanyak bagi reponden untuk memilih guru sebagai tempat bertanya tentang kesehatan reproduksi yaitu sebanyak 72%. Dengan ini dapat dikatakan bahwa guru mempunyai tanggungjawab dalam pembentukan tingkah laku remaja.

Berdasarkan tabel 5.5 dapat dikatakan bahwa sebanyak 75% responden mengetahui dengan benar tentang pegertian kesehatan reproduksi. Ini sudah sesuai dengan definisi WHO tentang kesehatan reproduksi dimana ia adalah suatu keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial utuh bukan hanya bebas dari poenyakit atau kecacatan dalam segala aspek yang berhubungan dengan sistem reproduksi, fungsi serta prosesnya.

Bedasarkan tabel 5.7 sebanyak 73% responden mengetahui bahwa hubungan seks pranikah merupakan suatu aktivitas yang membahayakan. Menurut Dinawati (2006), aktivitas seksual yang dapat membahayakan kesehatan reproduksi antara lain adalah hubungan seksual pranikah,oral seks dan anal seks. Aktiviti seksual seperti ini tentunya sangat bahaya karena dapat menularkan penyakit seperti Gonore, Herpes, HIV /AIDS dan siswa sekolah ini juga mengetahui akan dampaknya.

Siswa sekolah ini juga mengetahui dampak dari hubungan seks pranikah yaitu kehamilan yang tidak diinginkan (65%), psikologi remaja terganggu dan memiliki rasa cemas serta mengethaui bahwa pendidikan mereka akan terganggu sebanyak (85%). Ini Dapat dibuktikan dengan survey demografi dan kesehatan Indonesia


(51)

2002- 2003 menunjukkan sekitar 800.000 kasus aborsi terjadi di kalangan remaja.(Aprillia, 2009).

Untuk sikap responden dapat dikatakan bahwa sebanyak 66% sangat tidak setuju dengan berhubungan seksual dengan lawan jenis tanpa ikatan kahwin. Dengan ini kita dapat simpulkan bahwa siswa sekolah ini prihatin akan kesan yang akan dihadapi sekiranya mereka melakukan hubunga seks pranikah. Di samping itu dapat dikatakan bahwa sebanyak 77% responden setuju dengan pengaruh media massa akan tindakan seseorang remaja terhadap perilaku seksual pra nikah. Pendapat ini dapat juga dikemukakan dalam penelitian yang lainnya di mana mudahnya akses berbagai macam sumber informasi tentang seks menjadikan remaja rentan untuk terlibat dalam perilaku yang tidak sehat ini.

Berdasarkan tabel 5.24 dapat dikatakan bahwa sebagian besar responden yang mengakses sumber yang berbau pornografi. Ini dapat dikatakan bahwa sebagian dari golongan remaja mengakses sumber seperti ini hanya untuk kepuasan diri malah ada juga yang pernah melakukannya dengan pacar atau teman mereka sendiri ( Sumantri, 2009). Dari sini dapat disimpulkan bahwa hal- hal yang berbau pornografi bisa menyebabkan remaja melakukan aktivitas seksual yang bisa berujung ke hubungan seks pra nikah.

Dari tabel 5.28 kita dapat lihat bahwa sebanyak 16% responden sudah pernah melakukan hubungan seks pranikah dengan pacar mereka dan sebanyak 10% mengalami kehamilan yang tidak diinginkan serta ada juga kasus aborsi sebanyak 10% yang pernah dilaukan oleh siswa sekolah ini. Hal ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan di oleh Pusat Kajian Dan Perlindungan Anak , di mana terdapat siswa siswi SMU dan SMK yang berbeda di 3 Kota yaitu Medan, Lubuk Pakam dan Stabat menemukan sebanyak 295 orang yang pernah melakukan kegiatan seksual dalam bentuk variatif, 28 orang ( 9,4%) melakukan hubungan dalam bentuk hubungan kelamin. (Sumantri, 2009)


(52)

Dengan ini dapat dikatakan bahwa dampak dari perilaku seksual pranikah bukan saja memberikan masalah psikologis pada remaja namun juga menimbulkan pelbagai masalah lain seperti kehamilan yang tidak diinginkan , penyakit menular seksual dan bisa juga putus sekolah.


(53)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian, dapat dikatakan bahwa

1. Kategori pengetahuan responden mengenai hubungan seksual pra- nikah, sebagian besar tingkat pengetahuan responden tentang hubungan seksual pra – nikah adalah

pada kategori sedang yaitu berjumlah 66 %.

2. Kategori sikap responden mengenai hubungan seksual pra- nikah, sebagian besar tingkat sikap siswa terhadap hubungan seks pra nikah ada pada kategori sedang yaitu berjumlah 59 %.

3. Bagi kategori tindakan dapat dikatakan bahwa sebanyak 16% dari responden sudah melakukan hubungan seksual pranikah. 12% di antara mereka sudah mengalami kehamilan yang tidak diinginkan dan sudah mengalami aborsi.

6.2 Saran

Pihak sekolah SMA Raksana sebaiknya memberikan materi tentang pendidikan seksual kepada siswanya agar siswa bisa mengarahkan pengetahuan dan sikapnya ke arah yang lebih baik. Pihak sekolah dan orang tua seharusnya bekerjasama supaya dapat mencegah anak mereka dari penyimpangan dalam membentuk pribadi remaja yang baik.


(54)

DAFTAR PUSTAKA

Amrillah, A. A., Prasetyaningrum, J., Hertinjung, W.S. 2006. Hubungan Antara Pengetahuan Seksualitas dan Kualitas Komunikasi Orang Tua – Anak dengan Perilaku Seksual Pranikah. Diambil dari: eprints.ums.ac.id (diakses 7 April 2010)

Aprillia, Y., 2009. Pentingnya Peran Pendidikan Kesehatan Reproduksi Terhadap Penurunan Angka Aborsi. Diambil dari : April 2010)

Darmasih, R., 2009. Faktor yang mempengaruhi Perilaku Seks Pranikah pada Remaja SMA di Surakarta. Diambil dari :

Faturochman, 2010. Pengguguran Makin Menjadi Pilihan. Diambil dari :

Mei 2010)

Jaya, Hindin, M.J., 2009. Premarital Romantic Partnerships: Attitudes and Sexual Experiences of Youth in Delhi, India. Diambil dari:

Sumantri,D.,2009 Gambaran Perilaku Siswa Tentang Hubungan Seks Pranikah Di

SMU Hang Tuah Kec Medan Belawan Tahun 2009. Diambil dari: ( Diakses 20 Agustus 2010)

Sinaga, T., 2007. Penelitian Pengetahuan dan Sikap Remaja Terhadap Aborsi dari Kehamilan yang Tidak Dikehendaki. Diambil dari :


(55)

Widodo, D.A., 2009. Penelitian Perilaku Seksual Wabal Ditinjau dari Kualitas Komunikasi Orang Tua- Anak Tentang Seksualitas. Diambil dari : http://

2010)

WHO, 2010.

Diambil dari :

(diakses 6 Mei 2010)

Yadni, P., 2009. Pengaruh Pendidikan Kesehatan tentang Kesehatan Reproduksi terhadap Pengetahuan dan Sikap Seksual Pranikah pada Remaja Putri di SMK PGRI Karang Malang Kabupaten Sragen. Diambil dari :


(56)

Lampiran 1. Riwayat Hidup

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Kasthooribhaee Selvadurai Tempat/ tanggal lahir : Kuala Lumpur/ 26.10.1988 Agama : Hindu

Alamat : Jl. Dr.Sumarsono No. 8 Medan Riwayat pendidikan:

1. SD : Tadika Perpaduan , Taiping Perak, Malaysia.

2. SMP : SJK(T) st.Teresa’s Convent Taiping Perak Malaysia 3. SMA: SMK Convent Taiping Perak Malaysia.


(57)

Lampiran 2

LEMBAR PENJELASAN

Assalamu’alaikum Wr. Wb. Salam sejahtera bagi kita semua,

Saya, Kasthooribhaee Selvadurai, mahasiswa semester VII Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara, saat ini sedang melakukan penelitian yang berjudul “Pola Perilaku Seks Pranikah Di Kalangan Siswa SMA Raksana Tahun 2010”. Sebagaimana kita tahu bahwa remaja Indonesia saat ini mengalami perubahan yang pesat menuju era modern dengan mengabaikan norma-norma tradisional dan nilai moral kehidupan. Padangan bahwa pergaulan bebas yang menjurus ke perilaku seksual merupakan suatu hal yang wajar harus ditinjau dari perkembanagn fisiologis dan perkembangan sosial. Gaya hidup yang bebas dilakukan oleh sebahagian remaja saat ini dapat membawa kepada perilaku seksual di luar batas kewajaran. Penelitian saya ini untuk mengetahui gambaran perilaku saudara/i dalam aspek pengetahuan, sikap dan tindakan siswa SMA terhadap perilaku seks pranikah.

Penelitian Saya ini menggunakan lembaran pertanyaan dengan beberapa pilihan jawaban yang sudah saya sediakan. Pilihan jawaban ini dibagikan mengikut aspek sikap, tindakan dan pengetahuan yang mempunyai penilaian yang tersendiri. Saya mengharapkan kerjasama dari Saudara/i untuk memberikan jawaban yang sebenar-benarnya sesuai dengan pertanyaan yang ada. Dengan menjawab pertanyaaan tersebut kita akan mengetahui sikap, tindakan dan pengetahuan saudara/i dalam pengetahuan kesehatan reproduksi. Setelah pengisian lembaran pertanyaan Saudara/i nantinya akan mendapat penjelasan mengenai kepentingan pendidikan kesehatan reproduksi di kalangan siswa/i. Jawaban yang Saudara/i berikan hanya akan digunakan untuk kepentingan penelitian ini dan tidak akan disalahgunakan untuk maksud-maksud lain. Makanya saudara/saudari tidak perlu menyatakan nama sebenar


(58)

karena identitasnya akan dirahasiakan dan tidak akan dituliskan atau disebarkan. Data yang saya kumpul ini hanya untuk tujuan penelitian dan tidak akan diberikan atau didedahkan kepada pihak lain.Bila terjadi sesuatu atau ada yang ingin Saudara/i tanyakan dapat menemui atau menghubungi saya di :

Alamat : Jl. Sumarsono No.8 Medan, 20155 -Indonesia

No.Hp : 081534972851

Keikutsertaan Saudara/i dalam penelitian ini sangat Saya harapkan. Partisipasi Saudara/i bersifat bebas dan tanpa ada paksaan. Saudara/i berhak untuk menolak berpartisipasi tanpa dikenakan sanksi apapun.

Demikian penjelasan ini Saya sampaikan. Atas partisipasi dan kesediaan Saudara/i, Saya ucapkan terima kasih.

Medan, ________________ 2010


(59)

Lampiran3.

LEMBAR PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN

“Informed Consent”

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama :……….

Umur :……….

Pekerjaan :……….

Alamat :……….

Setelah mendapat keterangan dan penjelasan secara lengkap, serta memahaminya, maka dengan penuh kesadaran dan tanpa paksaan saya menyatakan bersedia berpartisipasi pada penelitian yang berjudul “Pola Perilaku Seks Pranikah Di Kalangan Siswa SMA Raksana Tahun 2010 Medan”. Demikianlah surat perjanjian ini saya perbuat tanpa paksaan dan apabila di kemudian hari saya mengundurkan diri, kepada saya tidak akan dituntut apapun.

Medan, ……… 2010

Yang membuat pernyataan


(60)

KUESIONER PENELITIAN

POLA PERILAKU SEKS PRANIKAH DI KALANGAN SISWA SMA RAKSANA TAHUN 2010

Identitas Responden No. Responden : Jenis Kelamin : Umur :

Alamat rumah : Uang Saku/bulan : SUMBER INFORMASI

Beri tanda ( ) pada kotak yang kamu pilih (jawaban boleh lebih dari satu)

Beri tanda ( ) pada kotak yang kamu pilih (jawaban boleh lebih dari satu) 1.Dari mana kamu mendapatkan informasi tentang

seksualitas/kesehatan reproduksi

Ya Tidak

Ayah/Ibu Kakak/Abang Bibi/Paman Guru

Teman dekat Radio/TV Internet


(61)

2. Kepada siapa biasanya kamu bertanya (mencari tahu) tentang seksualitas/kesehatan reproduksi

Ya Tidak

Ayah/Ibu Kakak/Abang Bibi/Paman Guru

Teman dekat Dokter/Bidan

Lainnya...

PENGETAHUAN (Lingkarilah jawaban yang menurut anda paling benar) 1. Menurut anda, apa yang dimaksud dengan Kesehatan Reproduksi?

a. Keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek ang berhubungan dengansistem, fungsi serta proses reproduksi.

b. Keadaan sehat hanya pada alat reproduksi saja.

c. Keadaan yang tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan,namun juga sehat secara fungsi reproduksi.

d. Tidak tahu. (lanjut ke no.4)

2. Menurut anda, pengenalan dasar apa saja yang perlu diberikan kepada remaja berkaitan dengan kesehatan reproduksi?

a. Perubahan organ reproduksi pada manusia.

b. Perubahan tubuh dari anak-anak menjadi dewasa, perubahan alat reproduksi, dan fungsinya.

c. Sistem reproduksi, proses reproduksi, fungsi alat reproduksi (tumbuh kembang remaja),hak-hak reproduksi, dan penyakit menular seksual, sertadampaknya terhadap kondisi kesehatan reproduksi.

d. Tidak tahu. (lanjut ke no.4)

3. Dari pernyataan dibawah ini, hal apa yang dapat membahayakan kesehatan reproduksi?

a. Mimpi basah / menstruasi.

b. Pacaran dilengkapi dengan sentuhan pegangan tangan, dan meraba-raba tubuh lawan jenis.

c. Hubungan seksual (intim) pra-nikah, oral seks dan anal seks. d. Masturbasi (onani), berciuman, dan sentuhan pada organ vital.


(62)

4. Menurut anda, apa yang dimaksud dengan hubungan seksual?

a. Tindakan yang dilakukan atas ikatan pernikahan antara seorang laki-laki dan perempuan yang dilandasi oleh rasa cinta, untuk memperoleh keturunan semata.

b. Masuknya penis ke dalam vagina, dimana bila terjadi ejakulasi (pengeluaran cairan sperma) dengan posisi penis masih didalam vagina yang menyebabkan terjadinya pembuahan dan kehamilan.

c. Tindakan yang dilakukan untuk pemenuhan dorongan nafsu dan emosional. d. Tidak tahu. (lanjut ke no.8)

5. Menurut anda, apa saja yang tergolong dalam aktivitas seksual? a. Masturbasi, french kiss, hickey, petting, hubungan intim. b. Oral seks dan anal seks.

c. Meraba-raba tubuh lawan jenis. d. Tidak tahu. (lanjut ke no.8)

6. Menurut sepengetahuan anda, apakah hubungan seksual pra-nikah pernah terjadi di sekolah anda atau sekitar dekat sekolah anda?

a. Sering, berapa kali/kasus……… b. Kadang-kadang

c. Jarang terjadi

d. Tidak tahu (lanjut ke no.8)

7. Menurut anda, apa dampak dari melakukan hubungan seksual pra-nikah? a. Kehamilan yang tidak diinginkan (KTD), aborsi, timbul penyakit infeksi menular seksual.

b. Putus sekolah.

c. Pernikahan di usia dini, hamil diluar nikah. d. Tidak tahu.(lanjut ke no.8)

8. Menurut sepengetahuan anda, apakah Kehamilan Tidak Diinginkan (KTD) pernah terjadi di sekolah anda atau sekitar dekat sekolah anda?

a. Sering, berapa kali/kasus………. b. Kadang-kadang

c. Jarang terjadi d. Tidak tahu

9. Menurut anda, solusi terbaik bagi pasangan pra-nikah yang mengalami kehamilan yang tidak diinginkan adalah?

a. Aborsi.


(63)

c. Melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan. d. Tidak tahu.

10. Menurut anda, apa yang dimaksud dengan aborsi? a. Tindakan kriminal karena membunuh janin.

b. Tindakan menggugurkan janin lewat bantuan dokter, bidan atau pun dukun beranak.

c. Tindakan mengakhiri masa kehamilan yang tidak dikehendaki, dengan usia kehamilan masih kurang dari 12 minggu.

d. Tidak tahu.

11. Menurut sepengetahuan anda, apakah kasus aborsi pernah terjadi di sekolah anda atau sekitar dekat sekolah anda?

a. Sering, berapa kali/kasus………. b. Kadang-kadang

c. Jarang terjadi d. Tidak tahu

12. Dari hal dibawah ini, apa yang tergolong dalam jenis Penyakit Menular Seksual (PMS)?

a. Kutil pada kelamin, sifilis, alergi kulit kelamin.

b. Herpes, Gonore, raja singa, kandida. Klamidia, HIV/AIDS. c. Gatal-gatal dan iritasi pada daerah kelamin.

d. Tidak tahu.

13. Menurut sepengetahuan anda, apakah kasus Penyakit Menular Seksual (PMS) pernah terjadi di sekolah anda atau sekitar dekat sekolah anda?

a. Pernah.

b. Kadang-kadang. c. Tidak pernah terjadi. d. Tidak tahu

14. Menurut anda, apa dampak buruk hubungan seksual pra-nikah yang dilakukan oleh remaja seusia anda?

a. Psikologis remaja menjadi terganggu dan memiliki rasa cemas.

b. Mentalitas memburuk, kesehatan reproduksi terganggu, hubungan keluarga memburuk dan pendidikan terganggu.

c. Jawaban a dan b, benar. d. Tidak tahu.

15. Menurut anda, bagaimanakah cara agar kita bisa terhindar dari perilaku seks menyimpang seperti melakukan hubungan seks di luar nikah?


(1)

Valid Tidak tahu 47 47.0 47.0 47.0

Jarang terjadi 23 23.0 23.0 70.0

Kadang-kadang 22 22.0 22.0 92.0

Sering, 8 8.0 8.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

solusi terbaik untuk KTD

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak tahu. 8 8.0 8.0 8.0

Melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan.

92 92.0 92.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

apa yang dimaksud dengan aborsi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak tahu. 3 3.0 3.0 3.0

Tindakan kriminal karena membunuh janin.

30 30.0 30.0 33.0

Tindakan menggugurkan janin lewat bantuan dokter, bidan atau

pun dukun beranak

46 46.0 46.0 79.0

Tindakan mengakhiri masa kehamilan yang tidak dikehendaki, dengan usia kehamilan masih kurang dari 12

minggu.


(2)

apa yang dimaksud dengan aborsi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak tahu. 3 3.0 3.0 3.0

Tindakan kriminal karena membunuh janin.

30 30.0 30.0 33.0

Tindakan menggugurkan janin lewat bantuan dokter, bidan atau

pun dukun beranak

46 46.0 46.0 79.0

Tindakan mengakhiri masa kehamilan yang tidak dikehendaki, dengan usia kehamilan masih kurang dari 12

minggu.

21 21.0 21.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

insidens aborsi di sek/kawasan sekitar

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak tahu 77 77.0 77.0 77.0

Jarang terjadi 17 17.0 17.0 94.0

Kadang-kadang 5 5.0 5.0 99.0

Sering, 1 1.0 1.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

apa yang tergolong dalam jenis PMS

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent


(3)

Valid Tidak tahu. 7 7.0 7.0 7.0 Gatal-gatal dan iritasi pada

daerah kelamin.

1 1.0 1.0 8.0

Kutil pada kelamin, sifilis, alergi kulit kelamin.

2 2.0 2.0 10.0

Herpes, Gonore, raja singa, kandida. Klamidia, HIV/AIDS.

90 90.0 90.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

Insidens PMS di sekolah/kwsn sekitar

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak tahu 72 72.0 72.0 72.0

Tidak pernah terjadi. 22 22.0 22.0 94.0

Kadang-kadang. 2 2.0 2.0 96.0

Pernah. 4 4.0 4.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

apa dampak buruk seks pranikah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak tahu. 1 1.0 1.0 1.0

Psikologis remaja menjadi terganggu dan memiliki rasa

cemas.


(4)

Mentalitas memburuk, kesehatan reproduksi terganggu, hubungan keluarga

memburuk dan pendidikan terganggu.

11 11.0 11.0 15.0

Jawaban a dan b, benar. 85 85.0 85.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

cara menghindar seks pranikah

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tidak tahu. 3 3.0 3.0 3.0

Dengan tidak memiliki pacar. 5 5.0 5.0 8.0

Aktif di berbagai kegiatan ekstrakurikuler sekolah.

3 3.0 3.0 11.0

Menambah pengetahuan dengan mengikuti seminar atau

pelatihan tentang remaja dan kesehatan reproduksinya.

89 89.0 89.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

RECODE total (Lowest thru 40=0) (40 thru 75=1) (75 thru Highest=2)

INTO totalnew. VARIABLE LABELS totalnew 'new total skor'. EXECUTE.

FREQUENCIES VARIABLES=totalnew /ORDER=ANALYSIS.

N Valid 100


(5)

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid kurang 7 7.0 7.0 7.0

sedang 66 66.0 66.0 73.0

baik 27 27.0 27.0 100.0

Total 100 100.0 100.0

CROSSTABS /TABLES=jenkel BY totalnew /FORMAT=AVALUE TABLES

/CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL.

Crosstabs

[DataSet1] C:\Users\user\Documents\hasil spss\tingkat

pengetahuan.sav

Case Processing Summary Cases

Valid Missing Total

N Percent N Percent N Percent

umur responden * new total skor 100 100.0% 0 .0% 100 100.0%

umur responden * new total skor Crosstabulation Count

new total skor

Total

kurang sedang baik


(6)

16 2 35 11 48

17 1 26 13 40

18 2 2 3 7

Total 7 66 27 100

CROSSTABS /TABLES=uang BY totalnew /FORMAT=AVALUE TABLES

/CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL.

jenis kelamin * apakah anda pernah melakukan hub. seksual pranikah Crosstabulation Count

apakah anda pernah melakukan hub. seksual pranikah

Total

ya tidak

jenis kelamin perempuan 10 45 55

laki laki 6 39 45

Total 16 84 100

CROSSTABS /TABLES=jenkel BY T14 /FORMAT=AVALUE TABLES

/CELLS=COUNT /COUNT ROUND CELL.