BAB 4 EVALUASI KEBERHASILAN BONE GRAFTING PADA IMPLAN DENTAL
Penggunaan implan dental pada kehilangan gigi menyeluruh ataupun sebagian telah menjadi perawatan umum pada bidang kedokteran gigi.
28
Buser dkk mengatakan kebutuhan akan perencanaan pemasangan implan secara tepat pada
model tiga dimensi dan bagaimana pemasangan implan berhubungan secara langsung dengan hasil restorasi. Jika tulang alveolar dan gingiva yang utuh tersedia, maka hasil
estetis yang memuaskan dapat diperoleh pada pemasangan implan immediate atau implan delayed implan tertunda.
29
Pemasangan implan endosseous adalah perawatan pilihan untuk memulihkan fungsi dan merekonstruksi daerah-daerah edentulous pada maksila dan mandibula.
Kehilangan tulang alveolar dapat direkonstruksi melalui banyak teknik termasuk osteogenesis distraksi atau autogenous bone grafting. Setelah rekonstruksi alveolar,
implan endosseous digunakan untuk mendukung dan mempertahankan restorasi prostetik.
30
Jeffrey AE, Alan SH, dan Philip JB
30
secara retrospektif menganalisis tingkat keberhasilan pemasangan implan endosseous pada tempat-tempat dengan
perbaikan tulang yang didistraksi dan dengan autogenous bone grafting pada sejumlah pasiennya di Universitas Loma Linda. Delapan puluh dua pasien yang
memerlukan augmentasi alveolar sebelum pemasangan implan dievaluasi. Semua pasien diberikan pilihan-pilihan perawatan untuk memperbaiki kekurangan tulang
alveolar mereka, yaitu dengan menggunakan autogenous bone grafting atau
Universitas Sumatera Utara
osteogenesis distraksi. Enam puluh lima pasien menerima graft autogenous anterior iliac crest: 44; retromolar: 17; tibia: 2; dagu: 2, dan 17 pasien menjalani osteogenesis
distraksi sebelum pemasangan implan. Tipe bone graft yang digunakan tergantung pada karakteristik kehilangan tulang dan ukuran graft yang dibutuhkan. Total 184
implan dipasang dengan autogenous bone grafted, dan 56 implan ditempatkan pada tulang yang didistraksikan.
Semua pasien dievaluasi dan dianalisa setelah minimal 36 bulan follow-up 36-61 bulan, dari 184 implan yang dipasang pada tempat-tempat yang diperbaiki
dengan autogenous bone grafting, 3 implan gagal pada posterior mandibula, 1 pada anterior maksila, 1 pada anterior mandibula, dan 1 posterior maksila, tingkat
keberhasilannya 97 178184, sedangkan 56 implan yang dipasang pada tempat tulang yang didistraksikan 1 implan gagal pada posterior mandibula, tingkat
keberhasilannya 98 5556. Autogenous bone grafting memiliki banyak kelebihan dibandingkan dengan
teknik yang lain, tetapi teknik ini juga memiliki resiko seperti dehisensi luka, infeksi, dan kehilangan sebagian atau semua bone graft. Kesulitan yang dapat ditemui dengan
menggunakan teknik ini sering berkaitan dengan toleransi dari jaringan lunak dan resorpsi graft tulang. Dehisensi luka merupakan sebuah komplikasi serius yang
menyebabkan paparan dari bone graft terhadap mikroflora mulut dan infeksi potensial. Ketika infeksi terjadi, maka kehilangan sebagian atau seluruh bone graft-
pun dapat terjadi, yang akhirnya akan membutuhkan perawatan ulang. Teknik osteogenesis distraksi juga memiliki kelemahan. Alat-alat yang ditempatkan pada
Universitas Sumatera Utara
permukaan luar tulang kortikal dapat menyebabkan resorpsi bagian bukal cortex, yang akan memerlukan bone graft pada waktu pengeluaran alat.
30
Autologous bone grafting yang digunakan dengan implan gigi dijelaskan pada awalnya oleh Branemark dkk. pada tahun 1975, dan kini merupakan sebuah
prosedur yang diterima dengan baik dalam rehabilitasi oral dan maxillofacial. Pemasangan implan endosseous memerlukan volume tulang yang cukup untuk
mendapatkan hasil yang sempurna. Selanjutnya, pola resorpsi puncak alveolar berpengaruh terhadap hubungan maksila-mandibula yang tidak baik, memerlukan
angulasi dari implan dan atau sudut abutment, dan mempengaruhi struktur penting yang berdekatan sinus maksila, kavitas nasal dan juga struktur vital saraf
mandibula.
31
Pengamatan oleh Devorah SA dan Liran L
31
dari 10 pasien sehat 1 pria, 9 wanita, usia berkisar dari 45 sampai 61 tahun, rata-rata 53 tahun yang melaporkan
rekonstruksi tulang alveolar pada maksila dengan menggunakan operasi intraoral block bone graft selama tahun 1999 sampai 2003 dikaji. Beberapa tempat penerima
yang berbeda digunakan untuk intraoral block bone graft : simfisis mandibula enam graft, ramus mandibula lima graft, daerah retromolar satu graft, dan tuberositas
maksila satu graft. Onlay Bone Grafting OBG dan prosedur sinus lifting dilaksanakan dalam delapan operasi enam bilateral dan dua unilateral, dan dua
dikombinasikan dengan prosedur sinus lifting. Dari 10 rekonstruksi tulang alveolar pada maksila, empat berlangsung dengan
baik, dua memerlukan augmentasi tulang tambahan pada waktu pemasangan implan dental, dua mengalami paparan graft minimal, satu mengalami efek samping yang
Universitas Sumatera Utara
kecil paresthesia temporer, dan satu operasi gagal sebagian sehingga memerlukan pengeluaran sebagian graft. Tidak ada komplikasi yang ditemukan pada tempat donor
kecuali untuk pembengkakan minor atau hematoma.
Gambar 14. A foto panoramic pre-operatif pada maksila dengan tulang alveolar yang atrofi. B gambaran labial maksila. C penempatan blok untuk merekonstruksi kehilangan tulang
rahang. Blok tulang dilekatkan dengan skrup titanium. D 5 bulan setelah OBG ditempatkan. E 6 bulan setelah penempatan implan, menunjukkan tinggi tulang
meningkat dibandingkan dengan situasi pra-operasi. F foto panorama delapan implan dental pasca operasi yang akan mendukung protesa cekat. Devorah SA, Liran L.
intraoral Autogenous Block Onlay Bone Grafting for Extensive Reconstruction of Atrophic Maxillary Alveolar Ridges. J Periodontol 2005; 76:640
Universitas Sumatera Utara
Resorpsi tulang setelah kehilangan gigi bersifat irreversible dan lebih mencolok pada tahun pertama. Resoprsi yang terjadi dapat vertikal ataupun
horizontal, yang menyisakan daerah tanpa tulang dan mempersulit pemasangan implan.
32
Ketika fresh socket pasca ekstraksi terlalu lebar atau sisa dinding alveolar rusak, maka beberapa masalah pemasangan implan dapat terjadi, khususnya pada
anterior maksila dimana volume tulang penting karena alasan biologi dan estetis. Biasanya pada daerah anterior, resorpsi dan remodeling tulang pasca ekstraksi dapat
menimbulkan keadaan estetis yang tidak diinginkan, terutama ketika plat bukal telah rusak selama ekstraksi gigi. Sehingga, prosedur bedah seperti regenerasi jaringan
terarah, allograft tulang, autograft tulang, dan xenograft direkomendasikan untuk mempertahankan volume tulang dari fresh socket.
33
Pengamatan oleh Roberto C, Paolo C, dan Enrico G
33
pada Oktober 2006 sampai Januari 2007, 15 pasien tujuh wanita dan delapan pria; usia rata-rata 54.6
tahun; tingkatan usia 34 sampai 68 tahun dimasukkan dalam studi prospektif. Setiap pasien memerlukan ekstraksi dari tiga gigi. Kriteria inklusi untuk soket adalah
keberadaan tiga dinding tulang dan kehilangan plat bukal; semua pasien berada dalam kondisi yang baik, tidak perokok, dan tidak mengalami penyakit sistemik
kronis. Kriteria eksklusi adalah gangguan-gangguan koagulasi, keberadaan tanda- tanda infeksi akut sekitar tulang alveolar pada tempat bedah, dan penyalahgunaan
alkohol atau obat-obatan. Pada 15 pasien, 45 fresh socket pasca ekstraksi dengan tiga dinding tulang
dipilih. Lima belas soket menerima MHA hydroxyapatite magnesium, 15 soket
Universitas Sumatera Utara
menerima CS kalsium sulfat, dan 15 soket menerima Corticocancellous PB heterologous porcine bone sebagai bahan graft. Tiga bulan setelah pengisian bone
graft, implan gigi titanium dipasang di tempat-tempat yang diaugmentasi. Tiga bulan setelah pemasangan implan, restorasi sementara ditempatkan. Pemeriksaan
dilaksanakan, dan radiograf digital intraoral diambil pada awal, 12 dan 24 bulan setelah pemasangan implan untuk mengevaluasi level tulang marginal pada setiap
pasien.
A B
Gambar 15. A penempatan implan pada tulang alveolar yg di graft setelah 3 bulan pencabutan gigi. B implan siap dipasangkan restorasi Roberto C, Paolo C, Enrico G. Dental Implants Placed
in Extraction Site Grafted With Different Bone Substitutes: Radiographic Evaluation at 24 Months. J Periodontol 2009; 80: 1619-1620
Gambar 16. Gambaran radiografi. A 3 bulan setelah penempatan B 24 bulan setelah penempatan implan Roberto C, Paolo C, Enrico G. Dental Implants Placed in
Extraction Site Grafted With Different Bone Substitutes: Radiographic Evaluation at 24 Months. J Periodontol 2009; 80: 1619
Universitas Sumatera Utara
Pemeriksaan pada bulan ke-24, tingkat keberhasilan sebesar 100 dilaporkan untuk semua implan. Tidak ada rasa nyeri atau mobilitas protesa akhir yang
direkam. Ada penyembuhan luka yang sesuai sekitar abutment dengan adaptasi yang baik terhadap crown sementara. Pembengkakan minor dari mukosa gingiva terlihat
pada hari-hari pertama setelah prosedur bedah; tidak ditemukan mukositis dengan supurasi.
33
------------00000----------
Universitas Sumatera Utara
BAB 5 DISKUSI DAN KESIMPULAN