Paten Asing Analisis Data

BAB III PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PATEN ASING DI INDONESIA

A. Paten Asing

Konvensi Paris mempunyai prinsip bahwa suatu negara Uni berkewajiban untuk memperlakukan orang asing, warga negara dari negara lain anggota Uni, ama seperti warga negaranya sendiri dalam masalah Paten the principle of national treatment. Prinsip ini digabung dengan hak setiap negara untuk menjadi anggota dari Uni, berarti bahwa warga Negara dari suatu Negara anggota yang tidak mempunyai peraturan Paten dapat diberi perlindungan Paten oleh negara-negara anggota Uni lainnya. 86 Menurut Pasal 4 bis, yang menganut prinsip independent of patent, ditentukan bahwa hapusnya hak paten di suatu negara peserta Uni tidak akan mempengaruhi kelangsungan hak paten yang sama di negara anggota Uni lainnya. Penemu asing dengan sendirinya telah meminta paten di negaranya sendiri, tetapi agar penemuannya dilindungi di Negara lain ia memintakan patennya di Negara lainnya tersebut. Hukum paten Indonesia mengatur bahwa penemu dari luar negeri dapat pula mengajukan permintaan paten di Indonesia sesuai dengan ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Konvensi Paris. Adapun terhadap permintaan paten serupa itu 86 Muhamad Djumhana dan R. Djubaedillah, Op.Cit., hlm. 125. 63 Universitas Sumatera Utara diberikan hak untuk didahulukan apabila permintaan tersebut diajukan dalam waktu dan sesuai dengan syarat-syarat yang ditentukan dalam peraturan paten yang ada. Yang mana hak untuk didahulukan seperti itu disebut hak prioritas. Apabila seorang asing mengajukan aplikasi paten untuk penemuannya, yang mana di negara asalnya telah mendapatkannya, maka ada 3 tiga kemungkinan, yaitu eksploitasi setempat dengan sukarela; eksploitasi setempat dengan lisensi wajib; dan si penerima paten tidak menepati untuk mengeksploitasi patennya secara lokal. Ketentuan Pasal 5 ayat 1 dari Konvensi Paris menetapkan, bahwa suatu negara anggota tidak boleh membatalkan suatu paten yang telah diberikannya hanya karena pemilik paten tersebut telah melakukan impor barang-barang patennya dari suatu negara anggota Uni lain. Akan tetapi, bagaimanapun menurut ayat 2 nya si pemilik paten tetap berkewajiban untuk mengeksploitasi patennya sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku di negara di mana ia mengimpor barang-barang patennya. Kewajiban eksploitasi di negara pemberi paten hampir dianut dalam perundang-undangan paten di setiap negara. Di Indonesia diatur pada Pasal 17 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten, yaitu bahwa pemegang paten diwajibkan melaksanakan patennya di wilayah Negara Republik Indonesia. Ketentuan ini memberi manfaat untuk terjadinya alih teknologi. Universitas Sumatera Utara

B. Perlindungan Hukum Terhadap Paten Asing Yang Terdaftar Di Indonesia