F. Kerangka Teori dan Konsepsi
1. Kerangka Teori
Menurut Kaelan M.S. Landasan teori pada suatu penelitian adalah merupakan dasar-dasar operasional penelitian. Landasan teori dalam suatu penelitian
adalah bersifat strategis artinya memberikan realisasi pelaksanaan penelitian.
21
Oleh sebab itu kerangka teoritis bagi suatu penelitian mempunyai kegunaan sebagai
berikut: 1.
Teori tersebut berguna untuk lebih mempertajam atau lebih mengkhususkan fakta yang hendak diselidiki atau diuji kebenarannya;
2. Teori sangat berguna dalam mengembangkan sistem klasifikasi fakta, membina
struktur konsep-konsep serta memperkembangkan definisi-definisi; 3.
Teori biasanya merupakan suatu ikhstisar dari pada hal-hal yang diteliti; 4.
Teori memberikan kemungkinan pada prediksi fakta mendatang, oleh karena telah diketahui sebab-sebab terjadinya fakta tersebut dan mungkin faktor-faktor
tersebut akan timbul lagi pada masa-masa mendatang.
22
Teori adalah untuk menerangkan atau menjelaskan mengapa gejala spesifik atau proses tertentu terjadi,
23
dan suatu teori harus diuji dengan menghadapkannya
21
Kaelan M.S, Metode Penelitian Kualitatif bidang Filsafat Paradigma bagi Pengemangan Penelitian Interdisipliner bidang Filsafat, Budaya, Sosial, Semiotika, Sastra, Hukum dan Seni,
Yogyakarta : Paradigma, 2005, hlm. 239.
22
Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum, Jakarta: UI Press, 1986, hlm. 121.
23
J.J.J. M. Wuisman, dalam M. Hisyam, penelitian ilmu-ilmu sosial, asas-asas, Jakarta : FE UI, 1996, hlm. 203. M. Solly Lubis, filsafat ilmu dan penelitian Bandung : CV. Mandar Maju
1994 hlm. 27, menyebutkan, bahwa teori yang dimaksud disini adalah penjelasan mengenai gejala yang terdapat dalam dunia fisik tersebut, tetapi merupakan suatu abstraksi intelektual dimana
pendekatan secara rasioal digabungkan dengan pengalaman empiris. Artinya teori ilmu merupakan
Universitas Sumatera Utara
pada fakta-fakta yang dapat menunjukkan ketidakbenaran.
24
. Kerangka teori adalah kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, teori, thesis mengenai sesuatu kasus
atau permasalahan problem yang menjadi bahan perbandingan, pegangan teoritis.
25
Teori yang akan dijadikan landasan dalam tesis ini adalah teori sistem hukum dari Lawrence M. Friedman, yaitu hukum dilihat sebagai suatu yang berdiri
sendiri. Keterkaitan dengan elemen-elemen lain merupakan penanda khas atas sistem hukum tersebut. Elemen lain yang dimaksudkan Friedman adalah ekonomi dan
politik. Gambaran tentang kaitan antar sub sistem tersebut tercakup dalam uraiannya mengenai sistem hukum dalam suatu masyarakat merupakan bagian dari sistem sosial
masyarakat tersebut. Tiga komponen utama yang dimiliki sistem hukum adalah legal structure, legal substance, and legal culture. Ketiga komponen tersebut saling
menentukan satu sama lainnya, demikian juga saling berpengaruh satu sama lainnya.
26
Komponen struktur hukum misalnya merupakan representasi dari aspek institusional birokrasi yang memerankan tugas pelaksanaan hukum dan pembuatan
undang-undang. Substansi hukum, sebagai suatu aspek dari sistem hukum, merupakan refleksi dari aturan-aturan yang berlaku, norma dan perilaku masyarakat
dalam sistem tersebut. Tercakup dalam konsep tersebut adalah bagaimana apresiasi masyarakat terhadap aturan-aturan formal yang berlaku. Disinilah muncul konsep
suatu penjelasan rasional yang berkesesuaian dengan objek yang dijelaskannya. Suatu penjelasan biar bagaimanapun meyakinkn, tetapi harus didukung oleh fakta empiris untuk dapat dinyatakan benar.
24
Ibid., hlm. 16.
25
M. Solly Lubis, Op.Cit., hlm. 80.
26
Lawrence M. Friedman, American Law, New York-London : W.W. Norton Company, 1984, hlm. 5-6.
Universitas Sumatera Utara
hukum yang hidup dalam masyarakat living law. Oleh karena itu, maka konsep legal subtance juga meliputi apa yang dihasilkan oleh masyarakat.
27
Sedangkan budaya hukum dimaksudkan sebagai sikap atau apresiasi masyarakat terhadap hukum dan sistem hukum. Ke dalam komponen tersebut adalah
kepercayaan terhadap hukum, nilai value, ide atau gagasannya dan harapan- harapannya. Dengan kata lain hal itu merupakan bagian dari budaya secara umum
yang diorientasikan pada sistem hukum. Gagasan-gagasan dan opini harus dimengerti sebagai hal yang berhubungan dengan perkembangan proses hukum.
28
Andi Hamzah dalam bukunya mencoba mendefinisikan arti dari penegakan hukum. Penegakan hukum dalam bahasa Inggris disebut law enforcement atau
rechtshandhaving dalam bahasa Belanda, yaitu ‘’pengawasan controle yang berarti pengawasan pemerintah untuk ditaatinya peraturan yang sejajar dengan penyidikan
dalam hukum pidana, serta penerapan atau dengan ancaman penggunaan instrumen administratif, kepidanaan, atau keperdataan dicapailah penataan ketentuan hukum dan
praturan yang berlaku umum dan individual’’.
29
Sehingga dapat diartikan bahwa penegakan hukum adalah proses untuk dapat berperannya suatu aturan dalam suatu masyarakat yang didampingi pengawasan
oleh berbagai pihak dan di dalamnya terkandung maksud untuk mengadili pelanggarannya sebagai bukti bekerjanya hukum dan tegaknya proses penegakan
27
Ibid., hlm. 6.
28
Ibid., hlm. 218.
29
Andi Hamzah, Penegakan Hukum Lingkungan, Jakarta, Arikha Media Cipta, 1995, hlm. 61.
Universitas Sumatera Utara
tersebut. Dengan demikian proses penyelenggaraan Undang Undang Paten adalah tindakan penegakan hukum Paten itu sendiri, dimana dalam interaksinya tidak
terlepas dari faktor-faktor non-hukum antara lain ekonomi, sosial, politik, dan sebagainya.
Secara konsepsional, menurut Soerjono Soekanto, inti dari arti penegakan hukum terletak pada kegiatan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan di
dalam kaidah-kaidah yang mantap dan mengejawantah dan sikap tindak sebagai rangkaian penjabaran nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara, dan
memepertahankan kedamaian pergaulan hidup.
30
Dapat diuraikan, bahwa setiap manusia dalam pergaulan hidup bermasyarakat pada dasarnya mempunyai pandangan terhadap hal yang buruk dan
hal yang baik, hal yang baik diikuti untuk kemudian dijadikan tuntunan bagi keseluruhan masyarakatnya. Inilah yang kemudian menjadi aturan kaidahhukum
yang berlaku. Kaidah-kaidah tersebut kemudian menjadi pedoman atau patokan bagi perilaku
atau sikap tindak yang dianggap pantas atau yang seharusnya. Perilaku atau sikap tindak tersebut bertujuan untuk menciptakan, memelihara, dan mempertahankan
kedamaian. Hal inilah yang merupakan konkretisasi dari penegakan hukum.
31
Maksudnya adalah bahwa pembentukan hukum harus melihat pada masyarakatnya, yaitu tempat hukum itu akan berlaku. Karena menurut Homans
hukum lahir setelah adanya pernyataan statement dari masyarakat untuk bertingkahlaku menurut cara yang tertentu.
32
Pengertian penegakan hukum di Indonesia selalu diistilahkan sebagai law enforcement semata-mata hanya pelaksanaan undang-undangnya, sehingga ada
kecenderungan yang kuat untuk mengartikan penegakan hukum sebagai pelaksanaan
30
Soerjono Soekanto, Kesadaran dan Kepatuhan Hukum, Jakarta : PT Rajawali, 1982, hlm. 2.
31
Ibid., hlm. 3.
32
Ibid., hlm. 76.
Universitas Sumatera Utara
keputusan hakim proses untuk dapat berperannya suatu aturan dalam suatu masyarakat yang didampingi pengawasan oleh berbagai pihak dan di dalamnya
terkandung maksud untuk mengadili pelanggarannya sebagai bukti bekerjanya
hukum. Namun sebenarnya menurut Soerjono Soekanto dengan mensitir pendapat
Wayne LaFavre, penegakan hukum sebagai suatu proses pada hakekatnya merupakan peranan diskresi mensitir pendapat Roscoe Pound, maka LaFavre menyatakan
bahwa pada hakekatnya diskresi berada diantara hukum dan moral atau etika dalam arti sempit yang menyangkut membuat keputusan yang tidak secara ketat diatur oleh
kaidah hukum, akan tetapi mempunyai unsur penilaian pribadi. Dengan perkataan lain, bahwa adanya gangguan terhadap penegakan hukum
itu mungkin terjadi karena ketidakserasian antara tritunggal; nilai, kaidah, dan pola perilaku, yang bersimpang siur dan tidak terarah yang menganggu kedamaian
pergaulan hidup. Perlindungan terhadap penggunaan suatu Paten yang dituangkan dalam
Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten, nantinya akan bermuara pada penegakan hukumnya. Seperti telah disebutkan pada uraian sebelumnya, bahwa
perlindungan Paten tanpa penegakan hukum adalah tidak ada artinya. Masalah penegakan hukum berkaitan dengan bagaimana hukum itu dijalankan sesuai dengan
prosedur, sehingga nantinya terwujud tegaknya hukum. Jadi penegakan hukum juga dapat dikatakan sebagai bekerjanya hukum efektif atau tidak dan bagaimana hukum
itu dilaksanakan tegak atau tidak. Kedua hal ini berhubungan erat dengan tujuan dari diterapkannya Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 Tentang Paten. Selain itu,
Universitas Sumatera Utara
penegakan hukum Paten juga merupakan penegakan terhadap moral, kaidah, dan tata perilaku dalam penggunaan Paten.
Memperhatikan banyaknya kasus di bidang Paten pada khususnya, terlihat bahwa hukum Paten seakan-akan kurang berfungsi atau kurang kokoh untuk
mencegah terjadinya pelanggaran terhadap penggunaan, perbanyakan, dan pengumuman Paten. Berbicara tentang penyebab terjadinya pelanggaran Paten,
sangat erat kaitannya dengan faktor yang mempengaruhi penegakan hukum secara keseluruhan. Faktor-faktor yang mungkin mempengaruhi penegakan hukum inilah
yang kemudian menjadi masalah pokok dalam penegakan hukum Paten.
Henry Soelistyo dalam makalahnya menyebutkan, bahwa perlindungan hukum pada dasarnya tidak dapat semata-mata digantungkan pada tersedianya peraturan
perundang-undangan. Peran aparat penegak hukum yang paling bertanggung jawab dari segi pelaksanaan enforcement dan masyarakat sebagai pemakai
peraturan perundang-undangan, turut menentukan tingkat efektivitas perlingungan hukum yang dijanjikan. Ketiga faktor diatas yakni tersedianya perangkat hukum,
kesiapan penegak hukum dan kesadaran hukum secara keseluruhan menjadi prioritas utama pemerintah dalam penegakan sistem Hak Kekayaan Intelektual.
33
Hal tersebut dapat dikatakan benar, karena walaupun hukumnya sudah baik tetapi jika kualitas penegak hukumnya kurang maka akan timbul penyalahgunaan
wewenang abus de droit dan hukum pun pada akhirnya tidak akan berjalan lancar. Sebaliknya apabila substansi hukumnya kurang baik, meskipun penegak hukumnya
sudah baik, maka akan menimbulkan tata hukum yang kurang memadai sehingga tidak dapat meng-cover keseluruhan permasalahan yang ada dan hanya akan
menimbulkan bermacam-macam permasalahan lainya. Begitu pula dengan adanya
33
Henry Soelistiyo, Tindakan Pemerintah dalam Mengantisipasi Pelanggaran di Bidang HaKI, Jakarta : News Letter-PPh No. 31VIIIDesember1997, hlm. 3.
Universitas Sumatera Utara
peran masyarakat yang akan mempermudah dan memperlancar proses penegakan hukum, karena penegakan hukum adalah dari rakyat dan untuk rakyat.
Pemikiran ini sesuai dengan pendapat Soerjono Soekanto, bahwa jika masyarakat mengalami gangguan maka jauh lebih baik apabila masyarakat secara
aktif ikut serta menanggulangi gangguan tersebut, sesuai dengan kaidah dan peraturan yang berlaku.
34
Adanya toleransi sosial yang merupakan ketidakserasian antara perumusan pihak yang berwenang dengan masyarakat terhadap gangguan, juga
merupakan salah satu faktor penyebab kurangnya partisipasi masyarakat dalam penanggulangan masalah.
35
Berkaitan dengan penegakan hukum, Satjipto Rahardjo
36
mensitir pendapat dari Robert B Seidman tentang analisa bekerjanya hukum di dalam masyarakat,
dengan model analisa yang dilukiskannya dalam bagan berikut ini :
34
Soerjono Soekanto, Efektivikasi Hukum dan Peranan Sanksi, Bandung : Remadja Karya, 1985, hlm. 24.
35
Ibid., hlm. 30.
36
Satjipto Rahardjo, Hukum dan Masyarakat, Bandung : Angkasa, 1986, hlm. 27.
Universitas Sumatera Utara
Bagan 1 Teori Penegakan Hukum
Faktor Sosial Personal Lembaga Pembuat
Aturan Lembaga Penerapan Pemegang
Aturan Peranan
Faktor Sosial Personal Faktor Sosial Personal
Dari bagan di atas dapat diuraikan dalam dalil-dalil sebagai berikut : a.
Setiap peraturan hukum memberitahu tentang bagaimana seorang pemegang peranan role occupant itu diharapkan bertindak.
b. Bagaimana seorang pemegang peranan itu akan bertindak sebagai suatu
respons terhadap peraturan hukum merupakan fungsi peraturan-peraturan yang ditujukan kepadanya, sanksi-sanksinya, aktivitas kekuatan sosial, politik
dan lain-lainnya mengenai dirinya.
c. Bagaimana lembaga-lembaga pelaksana itu akan bertindak sebagai respons
terhadap peraturan hukum merupakan fungsi peraturan-peraturan hukum yang ditujukan kepada mereka, sanksi-sanksinya, kaseluruhan kompleks kekuatan-
kekuatan sosial, politik dan lain-lainnya yang mengenai diri mereka serta umpan balik yang datang dari para pemegang peranan.
d. Bagaimana pembuat Undang-undang itu akan bertindak merupakan fungsi
peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku mereka, sanksi-sanksinya, keseluruhan kompleks kekuatan-kekuatan sosial, politik, ideologis dan lain-
lainnya yang mengenai diri mereka serta umpan balik yang datang dari pemegang peranan srta birokrasi.
37
37
Ibid., hlm. 28.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Soerjono Soekanto,
38
ada beberapa faktor yang bisa mempengaruhi penegakan hukum di Indonesia, antara lain :
a. Faktor undang-undang itu sendiri
Hal ini dapat disebabkan oleh tidak diikutinya azas-azas berlakunya Undang- undang, belum adanya peraturan pelaksanaan yang sangat dibutuhkan untuk
menerapkan Undang-undang, atau ketidakjelasan arti kata dalam Undang- undang yang biasanya menimbulkan multitafsir.
b. Faktor penegak hukum yakni pihak yang secara langsung dan tidak langsung
berkecimpung di bidang penegakan hukum kehakiman, kejaksaan, kepolisian, kepengacaraan, dan pemasyarakatan. Biasanya para penegak
hukum mengalami keterbatasan untuk menempatkan diri, kurang aspiratif, sulit membuat proyeksi untuk memikirkan masa depan, atau kurang inovatif.
c. Faktor sarana atau fasilitas yang mendukung penegakan hukum. Tanpa
adanya sarana atau fasilitas, maka tidak mungkin penegakan hukum akan berlengsung dengan lancar. Sarana atau fasilitas ini antara lain mencakup
sumber daya manusia yang berpotensi, trampil, dan berpendidikan, serta peralatan dan faktor ekonomi yang memadai.
d. Faktor masyarakat yaitu lingkungan dimana hukum itu berlaku dan
diterapkan. Penegakan hukum berasal dari masyarakat dan untuk mencapai kedamaian di dalam masyarakat, oleh karena itu mayarakat sedikit banyak
dapat mempengaruhi penegakan hukum tersebut. Biasanya yang selalu menjadi masalah dalam penegakan hukum dalam masyarakat adalah
masyarakat tidak mengetahui atau tidak menyadari apabila hak-hak mereka dilanggar, tidak mengetahui upaya hukum yang harus ditempuh, kurangnya
pengetahuan sosial atau politik, kurangnya kemampuan finansial, serta masalah psikis.
e. Faktor kebudayaan. Kebudayaan pada dasarnya merupakan nilai-nilai yang
mendasari hukum yang berlaku.
Peran hukum dalam pembangunan, khususnya pembangunan ekonomi di Indonesia dapat dirumuskan dalam dua bentuk, berdasarkan tipologi pembangunan
ekonomi yang dilakukan. Model pembangunan ekonomi yang pertama adalah model ekonomi pasar, dimana hukum dipandang sebagai sesuatu yang esensial bagi
penciptaan dan pembinaan pasar. Dimana sifat esensial dari hukum disebabkan
38
Soerjono Soekanto, Op.Cit., hlm. 10.
Universitas Sumatera Utara
karena hukum mampu memberikan prediktabilitas kepada para pelaku ekonomi dalam rangka menjalankan usahanya. Hukum mendorong orang-orang yang
melakukan kegiatan ekonomi secara kreatif dan menjamin bahwa buah dari kegiatan tersebut akan mendapatkan perlindungan. Melalui lembaga-lembaga seperti kontrak
dan hak individual, hukum akan mendorong perkembangan pasar dan juga
perkembangan ekonomi. Kemudian yang kedua adalah model ekonomi berencana
yang menekankan pada sifat purposif dan aspek kekuatan pada hukum. hukum sebagai alat untuk menerjemahkan tujuan-tujuan pembangunan kedalam norma-
norma yang diterapkan. Semakin hukum dapat dipakai secara efektif untuk mengarahkan tingkah laku manusia semakin berhasil pembangunan yang dijalankan.
Kemudian Hak Paten sebagai salah satu Hak Kekayaan Intelektual merupakan hak yang dapat dimanfaatkan secara bebas oleh pemiliknya. Oleh karena
itu untuk membatasi penonjolan kepentingan perorangan, hukum juga memberikan jaminan akan tetap terpeliharanya kepentingan masyarakatnya.
Sebagai cara untuk menyeimbangkan kepentingan, dan peranan pribadi individu dengan kepentingan masyarakat, maka sistem Hak Kekayaan Intelektual
berdasarkan pada prinsip : a. Prinsip keadilan the principle of natura justice
Pencipta sebuah karya, atau orang lain yang bekerja membuahkan hasil dari kemampuan intelektualnya, wajar memperoleh imbalan. Imbalan tersebut
dapat berupa materi maupun bukan materi seperti adanya rasa aman karena dilindungi, dan diakui atas hasil karyanya. Hukum memberikan perlindungan
tersebut demi kepentingan pencipta berupa suatu kekuasaan untuk bertindak dalam rangka kepentingannya tersebut, yang kita sebut hak. Setiap hak
menurut hukum itu mempunyai titel, yaitu suatu peristiwa tertentu yang menjadi alasan melekatnya hak itu pada pemiliknya. Menyangkut hak milik
Universitas Sumatera Utara
intelektual, maka peristiwa yang menjadi alasan melekatnya itu, adalah penciptaan yang mendasarkan atas kemampuan intelektualnya. Perlindungan
ini pun tidak terbatas di dalam negeri si penemu itu sendiri, melainkan juga dapat meliputi perlindungan di luar batas negaranya. Hal itu karena hak yang
ada pada seseorang ini mewajibkan fihak lain untuk melakukan commision, atau tidak melakukan ommision sesuatu perbuatan.
b. Prinsip ekonomi the economic argument Hak milik intelektual ini merupakan hak yang berasal dari hasil kegiatan
kreatif suatu kemampuan daya pikir manusia yang diekspresikan kepada khalayak umum dalam berbagai bentuknya, yang memiliki manfaat serta
berguna dalam menunjang kehidupan manusia, maksudnya ialah bahwa kepemilikan itu wajar karena sifat ekonomis manusia yang menjadikan hal itu
satu keharusan untuk menunjang kehidupannya di dalam masyarakat. dengan demikian hak milik intelektual merupakan suatu bentuk kekayaan bagi
pemiliknya. Dari kepemilikannya seseorang akan mendapatkan keuntungan, misalnya dalam bentuk pembayaran royalty, dan technical fee.
c. Prinsip kebudayaan the cultural argument Kita mengkonsepsikan bahwa karya manusia itu pada hakekatnya bertujuan
untuk memungkinkannya hidup, selanjutnya dari karya itu pula akan timbul pula suatu gerak hidup yang harus menghasilkan lebih banyak karya lagi.
Dengan kosepsi demikian maka pertumbuhan, dan perkembangan ilmu pengetahuan, seni, dan sastra sangat besar artinya bagi peningkatan taraf
kehidupan, peradaban dan martabat manusia. Selain itu juga akan memberikan kemaslahatan bagi masyarakat, bangsa dan negara. Pengakuan atas kreasi,
karya, karsa, cipta manusia yang dibakukan dalam sistem hak milik intelektual adalah suatu usaha yang tidak dapat dilepaskan sebagai
perwujudan suasana yang diharapkan mampu membangkitkan semangat, dan minat untuk mendorong melahirkan ciptaan baru.
d. Prinsip sosial the social argument Hukum tidak mengatur kepentingan manusia sebagai perseorangan yang
berdiri sendiri, terlepas dari manusia yang lain akan tetapi hukum mengatur kepentingan manusia sebagai warga masyarakat. jadi manusia dalam
hubungannya dengan manusia lain, yang sama-sama terikat dalam satu ikatan kemasyarakatan. Dengan demikian hak apapun yang diakui oleh hukum, dan
diberikan kepada perseorangan atau suatu persekutuan atau kesatuan lain, tidak boleh diberikan semata-mata untuk memenuhi kepentingan
perseorangan atau persekutuan, atau kesatuan itu saja, akan tetapi pemberian hak kepada perseorangan persekutuankesatuan itu diberikan, dan diakui oleh
hukum. Oleh karena dengan diberikannya hak tersebut kepada perseorangan, persekutuan ataupun kesatuan hukum itu, kepentingan seluruh masyarakat
akan terpenuhi.
39
39
M. Djumhana dan R. Djubaedillah, Op.Cit., hlm. 20-22.
Universitas Sumatera Utara
Menurut Abdulkadir Muhammad, perlindungan hukum Hak Kekayaan
Intelektual merupakan sistem hukum yang terdiri dari unsur-unsur sebagai berikut : a.
Subjek perlindungan Subjek yang dimaksud adalah pihak-pihak pemilik atau pemegang hak, aparat
penegak hukum, pejabat pendaftaran dan pelanggar hukum.
b. Objek perlindungan
Objek yang dimaksud adalah semua jenis Hak Kekayaan Intelektual yang diatur oleh Undang-undang, seperti Hak Cipta, Merek, Paten, Desain Industri,
Rahasia Dagang, Tata Letak Sirkuit Terpadu, Perlindungan Varietas Tanaman.
c. Pendaftaran perlindungan
Hak Kekayaan Intelektual yang dilindungi hanyalah yang sudah terdaftar dan dibuktikan dengan sertifikat pendaftaran, kecuali apabila undang-undang
mengatur lain, seperti Hak Cipta boleh tidak didaftarkan menurut Pasal 1 ayat 1 jo Pasal 35 ayat 4 Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002.
d. Jangka waktu perlindungan
Jangka waktu yang dimaksud adalah lamanya Hak Kekayaan Intelektual itu dilindungi oleh undang-undang.
e. Tindakan hukum perlindungan
Apabila terbukti telah terjadi pelanggaran Hak Kekayaan Intelektual, maka pelanggar harus dihukum, baik secara pidana maupun perdata.
40
Adapun upaya perlindungan hukum adalah terdiri dari upaya pendaftaran
Hak Kekayaan Intelektual sesuai dengan undang-undang, penentuan masa perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, serta penindakan dan pemulihan terhadap
adanya pelanggaran Hak kekayaan Intelektual. Alasan dan pertimbangan adanya perlindungan Hak Kekayaan Intelektual, selain yang tersebut di atas, juga
dikarenakan adanya manfaat yang dapat diambil dari sistem perlindungan Hak Kekayaan Intelektual ini.
40
Abdulkadir Muhammad, Kajian Hukum Ekonomi Hak Kekayaan Intelektual, Bandung : Citra Aditya Bakti, 2001, hlm. 144-145.
Universitas Sumatera Utara
Manfaat perlindungan terhadap Hak Kekayaan Intelektual dapat dilihat dari berbagai sudut kepentingan, yaitu:
a. Bagi para penghasi karya intelektual, guna melindungi investasi dalam
bentuk waktu, tenaga, dan pikiran yang telah dicurahkan dalam menghasilkan karya intelektual agar mereka dapat menikmati pendapatan ekonomis atau
keuntungan komersialisasi hasil karya intelektualnya.
b. Bagi para pelaku usaha, dapat dimanfaatkan sebagai alat membangun daya
kompetisi usaha. c.
Bagi masyarakat luas, secara tidak langsung mereka mendapatkan manfaat berupa tersediannya produk-produk yang lebih baik, lebih berkualitas, dan
lebih kompetitif dari berbagai hasil inovasi yang diproduksi oleh para pelaku usaha tersebut.
d. Bagi negara, secara tidak langsung perlindungan karya intelektual dapat
menstimulasi lahirnya atau terjadinya alih penemuan, inovasi, dan kreasi yang mendukung pertumbuhan perekonomian nasional.
41
Menurut Helianti Hilman perlunya perlindungan terhadap Hak Kekayaan Intelektual dapat digambarkan dalam bagan berikut ini :
Bagan 2 Manfaat Perlindungan Hak Kekayan Intelektual
Riset dan Pengembangan
Pendapatan Ekonomi Siklus Karya Karya Intelektual
Intelektual
Komersialisasi
41
Helianti Hilman, Manfaat Perlindungan Terhadap Karya Intelektual pada Sistem HKI- Prosiding, Rangkaian Lokakarya Terbatas Masalah Kepailitan dan Wawasan Hukum Bisnis Lainnya,
Jakarta : Pusat Pengakjian Hukum PPH, 2005, hlm. 4-5.
Universitas Sumatera Utara
Dalam bagan diatas dapat kita lihat, bahwa perlindungan Hak kekayaan Intelektual dibutuhkan kepada mereka yang telah menginvestasikan tenaga,
waktu, dan uang atas karya intelektual yang telah mereka ciptakan. Artinya apabila riset dan pengembangan yang menghasilkan karya intelektual tersebut
tidak dilindungi, kemudian ditiru orang lain untuk dikomersialisasikan, maka akan terjadi persaingan tidak sehat dan pendapatan dari si Pencipta menjadi tidak
ada. Sehingga karya-karya intelektual yang diharapkan lahir tidak akan ada karena pada akhirnya dana riset dan pengembangan berkurang.
42
Dengan perkataan lain, perlindungan Hak Kekayaan Intelektual dimaksudkan untuk menjaga siklus penciptaan karya intelektual. Dengan adanya
karya intelektual diharapkan si Pencipta atau Pemilik karya dapat mengekspliotasi dan mengambil keuntungan atas karyanya tersebut. Dari keuntungan itu tentunya
akan menghasilkan pendapatan bagi si Pemilik atau Pencipta karya tersebut, dan juga akan memberikan sumbangsih bagi ekonomi negara. Pendapatan inilah yang
kemudian digunakan sebagai dana riset penelitian penciptaan karya selanjutnya dan sebagai dana pengembangan bagi berjalannya proses penciptaan suatu karya.
Dalam perspektif ilmu hukum hak atas paten dikonstruksikan sama seperti hak milik dan merupakan hak privat private rights. Hak atas paten jika dilihat dari
pandangan hukum yang terdapat dalam Burgelijk Wetboek BW masuk dalam golongan benda tak bertubuh sebab BW mengenal pembedaan benda bertubuh dan
tidak bertubuh
43
onlichamelijke zaak dengan demikian suatu hak kebendaan zakelijk recht ialah suatu hak yang memberikan kekuasaan langsung atas suatu
42
Ibid., hlm. 25.
43
Wirjono Prodjodikoro, Hukum Perdata Tentang Hak Atas Benda, Jakarta : Intermasa, 1986, hlm. 2.
Universitas Sumatera Utara
benda yang dapat dipertahankan terhadap tiap orang.
44
Hak kebendaan itu mempunyai sifat mutlak, oleh karena hak itu memberikan kepada orang yang berhak
terhadap benda yang menjadi sasaran hak itu, suatu penguasaan tertentu yang dapat dipertahankan terhadap setiap orang.
Dalam paten juga terdapat moral right, akan tetapi jarang sekali dapat diketahui oleh konsumen siapa sesungguhnya pemegang hak moral itu. Dalam
undang-undang paten Indonesia dicantumkan ketentuan bahwa, “Pengalihan hak tidak menghapus hak inventor untuk tetap dicantumkan nama dan identitasnya pada
paten yang bersangkutan”. Inilah yang dimaksud dengan hak moral, yang tidak dapat diubah bahkan sampai berakhirnya paten tersebut setelah menjadi milik publik
45
. Pasal 1 angka 1 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten
menyebutkan, “Paten adalah hak ekslusif yang diberikan oleh Negara kepada investor atas hasil invensinya dibidang teknologi yang untuk selama waktu tertentu
melaksanakan sendiri invensinya tersebut atau memberikan persetujuannya kepada pihak lain untuk melaksanakannya”.
Sebelum memutuskan untuk mengajukan permohonan paten, inventor harus mempertimbangkan terlebih dahulu keuntungan dan kerugian dari perlindungan paten
tersebut. Ada 4 empat keuntungan sistem paten jika dikaitkan dengan perannya dalam meningkatkan perkembangan teknologi dan ekonomi yaitu :
44
Subekti, Pokok-Pokok Hukum Benda, Jakarta : Intermasa, 1997, hlm. 62.
45
OK. Saidin, Aspek Hukum Kekayaan Intelektual, Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada, 2004, hlm. 225.
Universitas Sumatera Utara
1. Paten membantu menggalakkan perkembangan teknologi dan ekonomi suatu negara.
2. Paten membantu menciptakan suasana yang kondusif bagi tumbuhnya
industri-industri lokal. 3.
Paten membantu perkembangan teknologi dan ekonomi negara lain dengan fasilitas lisensi.
4. Paten membantu tercapainya alih teknologi dari negara maju ke negara
berkembang.
46
Perlu diketahui, bahwa masalah luasnya lingkup perlindungan paten di Indonesia sangat tergantung dari berbagai faktor, yaitu :
1. Pemberdayaan peran dan kemampuan Sumber Daya Manusia SDM, baik
sebagai pemeriksa substantif maupun hakim. 2.
Pembuatan klaim. 3.
Prinsip itikad baik. Upaya hukum untuk melindungi paten pada hakikatnya dapat dilakukan
melalui upaya administratif kepabeanan dan litigasi, baik perkara pidana maupun perdata di pegadilan dan Alternatif Dispute and Resolution ADR. Menurut
Harahap,
47
ADR hanya dapat berperan bila dilandasi etika bisnis, sebab ADR bukan peradilan resmi ordinary court yang memiliki kewenangan memaksa.
Dengan kata lain paten menjadi penting karena memberikan insentif kepada setiap individu karena informasi invensi mereka akan disebarluaskan, serta dapat
menghasilkan keuntungan materi untuk penemuan yang potensial dan diterima pasar. Insentif ini akan meningkatkan inovasi yang akan memberikan dampak peningkatan
kualitas hidup masyarakat.
46
Lindsey, Tim, Op.Cit., hlm. 184.
47
M. Yahya Harahap, Beberapa Tinjauan Mengenai Sistem Peradilan dan Penyelesaian Sengketa, Bandung : Citra Aditya Bakti, 1997, hlm. 178-185.
Universitas Sumatera Utara
2. Kerangka Konsepsi