Penegakan Hukum Menurut Perjanjian TRIP’s

BAB IV PENEGAKAN HUKUM PIDANA TERHADAP PATEN ASING DI INDONESIA

A. Penegakan Hukum Menurut Perjanjian TRIP’s

Dalam rangka memberantas pembajakan dan pemalsuan berbagai kekayaan intelektual yang dilindungi hukum Hak Kekayaan Intelektual, TRIP’s mengatur persoalan ini dengan menetapkan aturan-aturan tentang penegakan hukum. Usaha pemberantasan dilakukan dengan 20 Pasal yang merupakan kewajiban umum General Obligations bagi negara-negara peserta TRIP’s untuk melaksanakan penegakan hukum sebagaimana diatur dalam Pasal 41 sampai dengan Pasal 60 TRIP’s. 102 Menurut Pasal 41 TRIP’s adalah menjadi kewajiban umum negara anggota untuk mengatur dalam hukum nasionalnya berbagai prosedur penegakan hukum yang efektif atas pelanggaran kekayaan intelektual yang dilindungi menurut persetujuan TRIP’s. termasuk berbagai usaha tepat dan deterrent mencegah terjadinya pelanggaran-pelanggaran. Prosedur pelaksanaannya harus diupayakan tidak menciptakan timbulnya hambatan-hambatan perdagangan. 102 http:www.dgip.go.id:8080articlearticleview1917, diakses pada hari Selasa 10 Nopember 2009, Pukul 10.40 WIB. Universitas Sumatera Utara Selanjutnya, didalam paasal yang sama ini perjanjian TRIP’s memuat kewajiban-kewajiban yang tegas mengenai pelaksanaan penegakan hukum HKI berupa : a. Prosedur penegakan harus adil dan wajar fair and equitable. b. Tidak rumit atau memakan biaya tinggi. c. Tidak memakan waktu yang irasional atau ditunda-tunda secara tidak jelas kapan akan dilaksanakan. 103 Prinsip yang ditetapkan dalam TRIP’s ini sebenarnya merupakan suatu derivasi dari prinsip umum lain, dikenal sebagai prinsip fair and equitable, checks and balance antara pihak pemegang suatu hak kekayaan intelektual dengan pelanggar kekayaan intelektual untuk menyeimbangkan posisi kedua-duanya. Untuk melaksanakan prinsip procedure fair and equitable juga mempengaruhi prinsip dasar yang lain, yaitu prinsip tentang pihak-pihak berperkara mempunyai hak untuk di dengar dan diwakili di Pengadilan. Hak kekayaan intelektual adalah ilmu baru, sehingga banyak negara mempunyai pengacara yang kurang berkualitas dalam bidang Hak Kekayaan Intelektual. Pasal 41.2 TRIP’s mensyaratkan bahwa prosedur penegakan hukum harus adil dan pantas, tidak rumit atau mahal ataupun menghabiskan batas waktu. Dalam istilah adil dan pantas, harus ditemukan prinsip checks and balance pengawasan dan keseimbangan yang melandasi bagian penegakan hukum. Penyelesaian haruslah 103 Marni Emmy Mustafa, Ibid., hlm. 124. Universitas Sumatera Utara efektif dan baik sehingga kedudukan baik pemilik hak kekayaan intelektual maupun orang yang disangka telah melakukan pelanggaran adalah sederajat equal. Pelanggar harus dapat menghentikan tindakannya, juga masa depan pemilik HKI yang tidak boleh membujuk melibatkan dalam arti memprovokator pihak ketiga ataupun memulai pengaduan tanpa bukti-bukti yang jelas. Pasal 41.3 TRIP’s mendasarkan bahwa keputusan dalam suatu putusan pokok perkara akan lebih disukai dalam penulisan, alasan, hanya berdasarkan pada bukti-bukti tertulis para pihak dapat berkesempatan untuk didengar pendapatnya. Hal ini normal dalam praktik di berbagai negara, bahwa dalam bentuk tulisan dikirimkan kepada kedua belah pihak untuk dapat diketahui secara mendetail tentang kasus pelanggaran yang dihadapinya. Hak untuk peninjauan kembali oleh pengadilan yang berwenang dari keputusan administratif akhir dan aspek hukum akhir dari putusan pengadilan awal adalah yang dibangun ke dalam Pasal 41.3 TRIP’s, yang menginginkan beberapa peninjauan kasus pembebasan dari tuduhan dalam kasus pidana. Pasal 41 4 TRIP’s pada dasarnya menjelaskan hal sebagai berikut : Para pihak dalam suatu perkara mempunyai kesempatan untuk meminta peninjauan oleh peradilan atas suatu keputusan akhir administratif dan dengan memperhatikan pertimbangan yuridis dalam hukum nasional mengenai pentingnya perkara yang bersangkutan, setidaknya aspek hukum dari keputusan peradilan awal mengenai pokok perkara. Akan tetapi, anggota tidak wajib untuk memberikan kesempatan bagi pengajuan permohonan peninjauan terhadap keputusan yang ditetapkan atas perbuatan yang telah terbukti di dalam kasus pidana. Universitas Sumatera Utara Didalam mengkodifikasikan peraturan-peraturan detail mengenai pelaksanaan atas hak-hak kekayaan intelektual, bagian ketiga dari TRIP’s memuat ketentuan yang penting Pasal 41.5 TRIP’s yang menyatakan tidak ada satu kewajiban untuk membentuk suatu sistem peradilan yang khusus untuk sistem HKI, dan TRIP’s tidak mempengaruhi kapasitas anggota untuk melaksanakan hukumannya secara umum. Tidak ada satu kewajiban pun yang berkaitan dengan pelaksanaan HKI untuk bertentangan dengan pelaksanaan hukum umum. Bahwa pelaksanaan dari prosedur harus ditetapkan sebagai usaha untuk mencegah penciptaan rintangan- rintangan atas perdagangan yang sah dan memberikan perlindungan atas penyalahgunaan. Pasal 42 TRIP’s mengatur tentang perlu adanya prosedur yang adil dan patut menyelesaikan perkara-perkara kekayaan intelektual untuk penyelesaian perkara. Setiap negara anggota wajib menyediakan prosedur peradilan perdata bagi pemegang hak sehubungan dengan penegakan hukum atas HKI yang dicakup oleh persetujuan ini. Tergugat berhak untuk memperoleh dalam waktu singkat pemberitahuan tertulis yang memuat secara cukup detail mengenai gugatan, termasuk mengenai dasar gugatan. Para pihak diperkenankan untuk diwakili oleh penasihat hukum yang dipilihnya sendiri, dan prosedur yang berlaku tidak boleh membebankan persyaratan yang terlalu berat sehubungan dengan kewajiban untuk hadir sendiri di pengadilan. Semua pihak dalam proses berperkara berhak untuk mempertahankan kebenaran gugatannya dan mengajukan bukti-bukti yang relevan. Prosedur yang Universitas Sumatera Utara bersangkutan harus menyediakan sarana untuk mengidentifikasikan dan melindungi informasi yang dirahasiakan, kecuali apabila hal tersebut bertentangan dengan persyaratan konstitusional yang berlaku. 104 Pasal 43 TRIP’s yang mengatur tentang alat-alat bukti menetapkan bahwa Badan Peradilan berwenang, dalam hal suatu pihak telah mengajukan bukti yang cukup untuk mendukung gugatannya dengan alat-alat bukti yang sah untuk membuktikan kebenaran gugatannya bahwa barang-barang yang dipermasalahkan berada di bawah kontrol pihak lawan. Oleh karena itu, dimohonkan kepada pengadilan untuk memerintahkan agar bukti-bukti tersebut diajukan oleh pihak lawan, dengan memperhatikan persyaratan untuk menjamin perlindungan terhadap informasi yang bersifat rahasia dalam perkara-perkara tertentu. 105 Pembuktian dalam kasus kekayaan intelektual sangatlah penting karena berkenaan dengan permasalahan intinya. Permasalahan mengenai keberadaan bukti- bukti yang nyata dapat menjadi bahan perdebatan oleh para ahli, tetapi jarang sekali 104 Di Jepang dalam persidangan terhadap informasi yang dirahasiakan pengadilan melindungi informasi rahasia tersebut dengan cara sistim persidangan in-camera. Bukti rahasia tersebut pada waktu persidangan hanya dilihat oleh Hakim di ruang tertutup tanpa dilihat oleh pihak lain. Setelah diperlihatkan kepada Hakim bukti rahasia tersebut disimpan kembali oleh pihak yang mempunyai bukti tersebut. Begitu juga pada tingkat Pengadilan Tinggi bukti tersebut diperlihatkan kepada Majelis Hakim Tinggi kemudian dibawa kembali oleh pihak yang bersangkutan. 105 Pasal 43.1 TRIP’s menentukan bahwa pengajuan bukti-bukti dapat dipaksakan “dalam pengamanan informasi konfidensial”. Di United Kingdom seorang penggugat dalam keadaan-keadaan seperti ini diharuskan menunjukkan bukti-bukti bahwa ada “alasan-alasan kuat” untuk mencurigai bahwa tergugat melanggar hak-hak penggugat. Dalam hal terdapat kekhawatiran mengenai rahasia- rahasia dagang kepada seorang yang merupakan saingan dagangannya, pengadilan dapat memerintahkan pemeriksaan atas bukti-bukti potensi yang ditemukan itu oleh seorang ahli yang independen. Pasal 43.2. TRIP’s mengizinkan anggota-anggota menugaskan kepada pejabat-pejabat yudisial “kekuasaan untuk membuat ketentuan-ketentuan pendahuluan maupun final, baik yang menguatkan maupun negatif berdasarkan informasi yang disampaikan kepada mereka”. Universitas Sumatera Utara terdapat bukti-bukti yang mencukupi. Hal ini sangat berbeda dengan masalah- masalah hak-hak yang tidak nyata, jika seorang pesaing menghasilkanmemproduksi barang-barang yang melanggar hak paten orang lain. 106 Pada umumnya, dalam kasus-kasus hak kekayaan intelektual yang merupakan pertimbangan untuk ganti kerugian adalah : a. Hilangnya keuntungan atas kerugian penjualan jumlahperhitungan agar sama dengan keuntungan yang diterima oleh pelanggar. b. Hilangnya keuntungan dengan kerugian royalty penjualan yang dilakukan pelanggar. c. Merendahkan nilai hak kekayaan intelektual contohnya eksklusivitas. d. Besarnya keuntungan yang dihasilkan oleh tergugat sebagai hasil penyalahgunaan hak kekayaan intelektual. Undang-undang memberikan kemudahan kepada pemegang paten, karena hal ini menyangkut suatu permasalahan hukum pembuktian yang sulit. Pasal 44 1 TRIP’s, menetapkan bahwa suatu perintah pengadilan untuk mencegah masuknya kedalam arus perdagangan dalam wilayah hukum barang-barang impor yang diduga merupakan pelanggaran terhadap hak kekayaan intelektual. ”The title of this Article refers to ”injunction”, but the concept is not universal”, yang maksudnya judul Pasal ini mengacu pada injunction, tetapi konsep yang terkait tidak 106 Marni Emmy Mustafa, Ibid., hlm. 130. Universitas Sumatera Utara mempunyai daya cukup universal. 107 Tindakan ini harus dilaksanakan segera dan efektif setelah barang-barang ini diizinkan keluar dari pabean immediately after customs clearance. Pasal ini secara esensial berhubungan dengan penetapan sementara provisional measures. Sedangkan perbedaan secara hakiki yaitu ”Unlike Article 50, which esentially aims to prevent an infringement from occurring, Article 44 applies to an infringement that has already been determined” maksudnya yaitu bahwa Pasal 44 TRIPS’s ditujukan untuk suatu pelanggaran yang telah terjadi yaitu menghentikan pelanggaran, sedangkan Pasal 50 TRIP’s yang tujuan utamanya adalah untuk mencegah terjadinya suatu pelanggaran. 108 Pasal 44 2 TRIP’s adalah persetujuan yang memberikan persyaratan- persyaratan ketat bagi tindakan-tindakan yang memberikan kekuasaan kepada pemerintah untuk mempergunakannya atau pihak-pihak ketiga yang diberi wewenang oleh pemerintah. Hanya, persyaratan-persyaratan ini dihormati, barulah anggota- anggota WTO World Trade Organization dapat membatasi pemerintah untuk membayar sebuah remunerasi berupa ganti kerugian atau upah sesuai dengan keadaan-keadaan kasus per kasus, termasuk situasi ekonomi anggota WTO yang bersangkutan. 107 Ibid., hlm. 138. 108 Ibid. Universitas Sumatera Utara Pasal 45 1 TRIPS’s serta bentuk ganti kerugian lainnya dan Pasal 45 2 TRIP’s menetapkan bahwa ganti kerugian harus cukup untuk mengganti kerugian yang diderita oleh pemegang suatu kekayaan intelektual. Sebagai pencegah, dapat dibayangkan bagaimana meminta pelanggar membayar setidaknya sebesar pemegang kekayaan intelektual yang bersangkutan termasuk upah pengacara. Pengaturan tentang hal ini terdapat dalam Pasal 45 2 TRIP’s, hal ini jauh dari penyelesaian apa yang dipertimbangkan untuk menjadi pencegah. Dari sudut pandang ekonomi, perbaikan pencegahan haruslah berdasarkan apa yang pengguna yang taat hukum investasikan. Jika ganti kerugian lebh cenderung pada konpensasi dan bukan penghukuman, hal ini tidak dapat dikatakan sebagai pencegah. Pembebanan upah PengacaraJaksa pada pihak yang kalah dapat menimbulkan efek pencegahan, meskipun tidak diperintahkan berdasarkan TRIP’s. Pemberian sanksi pidana dapat dijadikan sebagai pencegahan, meskipun hanya dapat diterapkan pada keadaan khusus seperti disebutkan nanti. Hanya perintah perbaikan yang merupakan penyelesaian sehingga pengguna legal tidak harus berhadapan. Atas ketidakadaan aturan ”pencegah”, dapat dikatakan bahwa sistem hukum setidaknya harus memberikan penetapan bijaksa expedient injunction. 109 Pasal 46 TRIP’s mengatur tentang beberapa cara lain penegakan hukum antara lain tentang pembuangan atau pemusnahan barang-barang bajakan serta bahan- 109 Bahwa ganti kerugian tidak hanya dituntut dalam hal pengetahuan pelanggaran kesadaran penuh melainkan juga apabila ditemukan alasan-alasan yang layak untuk mengetahui. Universitas Sumatera Utara bahan dan peralatan yang digunakan untuk membuat barang-barang bajakan, informasi mengenai pihak ketiga. Pasal 47 TRIP’s mengatur tentang hak memperoleh informasi. Pasal ini merupakan ketentuan pilihan yang membolehkan pengadilan untuk memerintahkan pelanggar untuk memberikan informasi mengenai pihak ketiga yang terlibat dalam pembuatan atau pendistribusian daripada barang-barang bajakan, ganti rugi tergugat. Pasal 48 TRIP’s, memerlukan perlindungan untuk tergugat apabila terjadi penyalahgunaan pelaksanaan pemeriksaan dengan pengecualian-pengecualian terbatas untuk petugas-petugas publik. Pasal 49 TRIP’s, memperluas cakupannya sampai pada tindakan-tindakan administratif : a memerintahkan adanya sebuah kompensasi perdata, dan b berdasarkan asas-asas yang mendasarkan pada Pasal 42 sampai Pasal 48, pada asas-asasnya pejabat-pejabat Administratif harus menyesuaikan diri dengan ”substansi” prosedur-prosedur ”Quasi Yudisial” seolah-olah yudisial.

B. Ketentuan Pidana dan Penyidikan Tindak Pidana Hak Paten