C. Syarat-Syarat dan Prosedur Pendaftaran Paten Asing di Indonesia.
Salah satu perkembangan yang menonjol dan memperoleh perhatian seksama dalam masa sepuluh tahun terakhir ini adalah semakin meluasnya arus
globalisasi yang berlangsung baik di bidang sosial, ekonomi, budaya, maupun bidang-bidang kehidupan lainnya. Dalam dunia perdagangan, terutama karena
perkembangan teknologi informasi dan transportasi telah menjadikan kegiatan- kegiatan dalam sektor ini meningkat secara pesat dan bahkan telah menempatkan
dunia sebagai pasar tunggal bersama. Dengan memperhatikan kenyataan dan kecendrungan seperti itu, maka menjadi hal yang dapat dipahami bila adanya tuntutan
kebutuhan bagi pengaturan dalam rangka perlindungan hukum yang lebih memadai. Apalagi beberapa negara semakin mengandalkan kegiatan ekonomi dan
perdagangannya pada produk-produk yang dihasilkan atas dasar kemampuan intelektual manusia, seperti penelitian yang menghasilkan penemuan di bidang
teknologi. Dalam kerangka perjanjian multilateral GATT saat ini menjadi WTO,
pada bulan April 1994 di Marakesh, Maroko, telah berhasil disepakati satu paket hasil perundingan perdagangan yang paling lengkap yang pernah dihasilkan oleh GATT.
Perundingan yang telah dimulai sejak tahun 1986 di Punta del Este, Uruguay, yang dikenal dengan Uruguay Round antara lain memuat persetujuan tentang Aspek-aspek
Dagang Hak Atas Kekayaan Intelektual Agreement on Trade Aspects of Intellectual
Universitas Sumatera Utara
Property RightsTRIPs.
67
Persetujuan TRIPs memuat norma-norma dan standar perlindungan bagi karya intelektual manusia dan menempatkan perjanjian
internasional di bidang Hak Atas Kekayaan Intelektual sebagai dasar. Di samping itu, persetujuan tersebut mengatur pula aturan pelaksanaan penegakan hukum di bidang
Hak Atas Kekayaan Intelektual secara ketat.
68
Paten ada karena permintaan seorang penemu inventor. Negara memberikan paten atas suatu penemuan setelah menguji bentuk penemuan tersebut.
Apakah patut untuk diberikan paten suitability for patenting, Apakah penemuan tersebut mempunyai suatu kebulatan unity of invention, bagaimaana hakikat dari
penemuan tersebut untuk mendapatkan paten subject matter and patentability. Selain itu, apakah paten tersebut telah memenuhi syarat formal.
Dalam ketentuan mengenai permintaan paten dibedakan antara surat permohonan paten dengan surat permohonan untuk mendapatkan paten. Surat untuk
mendapatkan paten merupakan dokumen tersendiri dan lazim disebut request for patent. Sedangkan permintaan paten lazim disebut patent application yang berisikan
dokumen. Kelengkapan dokumen ini menentukan tanggal penerimaan dokumen permintaan paten filling date.
Permintaan paten pada dasarnya harus diajukan oleh penemu atau yang berhak atas penemuan, disertai pembayaran biaya. Dalam hal permintaan tidak
diajukan oleh penemu sendiri, maka harus disertai pernyataan yang dilengkapi
67
http:tedi.heriyanto.netpaperspaten.html, diakses pada hari Selasa 10 Nopember 2009, Pukul 10.40 WIB.
68
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
dengan bukti mengenai hak orang yang mengajukan permintaan paten tersebut atas invensi penemuan yang dimintakan paten. Permintaan paten harus lengkap yang
mencakup : 1.
Surat permohonan untuk mendapatkan paten. 2.
Deskripsi tentang penemuan, yaitu penjelasan tertulis mengenai cara melaksanakan suatu penemuan sehingga dapat dimengerti oleh seseorang yang
ahli di bidang penemuan tersebut. 3.
Satu atau lebih klaim yang terkandung dalam penemuan. Klaim adalah uraian tertulis mengenai inti penemuan atau bagian-bagian tertentu
dari suatu penemuan yang dimintakan perlindungan hukum dalam bentuk paten. 4.
Satu atau lebih gambar yang disebut deskripsi yang diperlukan untuk memperjelas.
Gambar yang dimaksud adalah gambar teknik suatu penemuan yang memuat tanda-tanda simbol, huruf, angka, bagan atau diagram yang menjelaskan bagian-
bagian dari penemuannya. 5.
Abstraksi tentang penemuan. Abstraksi adalah uraian singkat mengenai suatu penemuan yang merupakan
ringkasan dari pokok-pokok penjelasan deskripsi, klaim, ataupun gambar. Paten dalam pengertian hukum adalah hak khusus yang diberikan
berdasarkan undang-undang oleh pemerintah kepada orang atau badan hukum yang mendapatkan suatu penemuan invention di bidang teknologi. Berdasarkan hal
Universitas Sumatera Utara
tersebut maka si penemu untuk jangka waktu tertentu dapat melaksanakan sendiri penemuannya tersebut ataupun melarang orang lain menggunakan suatu cara
mengerjakan atau membuat barang tersebut method, proses. Permintaan tersebut diberikan atas dasar permintaan.
Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa unsur yang terpenting dari paten adalah orang yang berhak memperoleh paten, yakni penemu
atau yang menerima lebih lanjut hak penemu itu. Hak paten ada karena diminta oleh si penemu atau yang menerima lebih lanjut hak penemu. Penerimaan lebih lanjut hak
penemu tersebut dapat terjadi karena pewarisan, hibah, wasiat atau perjanjian. Yang dianggap penemu adalah mereka yang untuk pertama kali mengajukan permintaan
paten, artinya barulah bila terbukti sebaliknya secara kuat dan meyakinkan maka status sebagai penemu tersebut dapat berubah.
Berdasarkan data Dirjen HKI, selama 10 tahun belakangan ini rata-rata persetujuan paten oleh peneliti Indonesia dibanding seluruh paten yang telah
dikeluarkan angkanya baru mencapai 3,5. Dengan demikian mayoritas pemilik paten selebihnya yang 96,5 berasal dari negara industri maju seperti Amerika
Serikat, Belanda, Inggris, Jepang, Jerman, Korea Selatan, Prancis, Singapura, Swiss, Taiwan dan lain-lain. Prestasi yang tergolong tinggi yakni tahun 1999 ketika dari
sejumlah total 739 paten tercatat 88 buah atau 11 didapat oleh kalangan peneliti
Universitas Sumatera Utara
nasional. Setahun sebelumnya angka 203 dari 1997 atau nai 10. Jumlah rata-rata persetujuan paten per tahun adalah lebih dari 2000 paten.
69
Banyaknya jumlah paten yang dihasilkan oleh suatu negara berbanding lurus dengan kemajuan teknologi dan ekonomi negara tersebut. Sebaliknya, semakin
kecil jumlah paten yang dihasilkan oleh suatu bangsa, maka akan semakin miskin dan terkebelakang pula negara tersebut. Indonesia semakin hari menghadapi situasi
dimana perkembangan hak keakayaan intelektual kurang bergairah. Dari jumlah paten yang dihasilkan selama tahun 2002 dapat dikatakan, bahwa jumlah paten
domestik yang dalam proses pemeriksaan substantif adalah sebanyak 21, sedang paten sederhana sebanyak 51. Sementara itu, paten asing yang dihasilkan pada tahun
yang sama sebesar 2471 dan 14 untuk paten sederhana. Dari data tersebut dapat disimpulkan, bahwa perolehan paten domestik secara keseluruhan di Indonesia pada
tahun 2002 kurang dari tiga persen. Padahal salah satu konsekuensi yang harus dipikul oleh negara Indonesia setelah meratifikasi Trade Related Aspects of
Intellectual Property Rights Agreement pada tahun 1995 TRIPS Agreement adalah meningkatkan jumlah paten domestik minimal 10 persen dari jumlah keseluruhan
paten di Indonesia.
70
Penemu atau inventor dalam pengajuan permohonan itu mengajukan suatu temuan atau invensi yang memiliki sifat kebaruan, mengandung langkah inventif dan
69
httpwww.tinjauan-yuridis-tentang-penerapan-biaya-paaten-sebagai-syarat-perlindungan paten-dan-implikasinya-terhadap-pendaftaran-paten-di-Indonesia-pdf-doc.htm, diakses pada hari
Selasa 10 Nopember 2009, Pukul 10.10 WIB.
70
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
dapat diterapkan di industri. Pengajuan invensi itu sendiri harus mematuhi persyaratan pokok yakni syarat formalitas administrasi dan substantif teknis,
dalam pengajuan itu harus lagi membedakan antara paten biasa dan sederhana karena memiliki perbedaan dalam pembayaran biaya pendaftaran. Pembayaran biaya untuk
Paten Biasa Rp. 575.000,00 dan Paten Sederhana Rp. 125.000,00 selain itu dikenakan pula biaya pemeriksaan substantif untuk Paten Biasa Rp, 2.000.000,00 dan Paten
Sederhana Rp. 350.000,00.
71
Tahap selanjutnya yang dilakukan inventor setelah pengajuan invensi yang telah memenuhi persyaratan adalah menunggu untuk mendapatkan keputusan
mengenai disetujuinya invensi dari inventor tersebut untuk mendaparkan hak selama sekurang-kurangnya 18 delapan belas bulan sejak Tanggal Penerimaan atau segera
setelah 18 delapan belas bulan sejak tanggal prioritas apabila Permohonan diajukan dengan Hak Prioritas dan paling lama 36 tiga puluh enam bulan. Dan dalam hal
Paten Sederhana, segera setelah 3 tiga bulan sejak Tanggal Penerimaan dan paling lama 24 dua puluh empat bulan. Selama waktu penungguan hasil tersebut inventor
telah dapat menggunakan invensi tersebut untuk diproduksi atau dijual kepada pihak ke-tiga dalam hal ini perusahaan industri terkait yang dapat menggunakan invensi
tersebut. Hal ini didasari pada hak prioritas secara minimum yang diperoleh inventor secara minimum untuk mendapatkan Tanggal Penerimaan dan Nomor Permohonan
sebelum pengajuan tersebut disetujui dan diumumkan kepada masyarakat umum
71
http:www.prinsip-first-to-file-dalam-pendapatan-paten-di-Indonesia.html, diakses pada hari Selasa 10 Nopember 2009, Pukul 10.40 WIB.
Universitas Sumatera Utara
sebagai dasar telah memiliki hak paten, namun bila inventor telah mengumumkannya terlebih dahulu sebelum mengajukan permohonan hak paten kepada masyarakat
umum maka dianggap invensi itu telah menjadi public domain atau milik umum baik dalam seminar, diskusi ilmiah ataupun melalui jurnal ilmiah, makanya invensi
tersebut harus dirahasiakan terlebih dahulu.
72
Proses persetujuan paten ini memang terbilang cukup lama, karena didasari oleh pemeriksaan yang memang tidak mudah untuk dikeluarkan secara tergesa-gesa.
Dan bila pengajuan permohonan invensi telah disetujui dan diumumkan kepada umum maka inventor berhak mendapatkan Sertipikat Paten sebagai bukti hak atas
Paten. Pengumuman itu sendiri dilakukan oleh Dirjen HKI selama 6 enam bulan terhitung sejak tanggal diumumkannya Permohonan Paten untuk paten biasa dan 3
tiga bulan terhitung sejak tanggal diumumkannya Permohonan Paten Sederhana. Selama dalam proses pengumuman itu bagi pihak yang merasa keberatan bisa
mengajukan gugatan atas temuan paten tersebut bahwa invensi tersubut tidak atau bukan milik si inventor yang mengajukan, dan penolakan dicatat dan diproses oleh
Dirjen HKI.
73
Pemberian hak atas Paten itu sendiri diberikan untuk jangka waktu selama 20 dua puluh tahun terhitung sejak Tanggal Penerimaan untuk Paten Biasa dan
untuk Paten Sederhana diberikan untuk jangka waktu selama 10 sepuluh tahun terhitung sejak Tanggal Penerimaan. Pemberian hak tersebut tidak dapat
72
Ibid.
73
Ibid.
Universitas Sumatera Utara
diperpanjang, namun dapat dialihkan hak tersebut melalui Pewarisan, Hibah, Wasiat,
Perjanjian Tertulis, atau sebab lain yang dibenarkan oleh peraturan perundang- undangan. Kekuatan inventor sebagai pemegang hak paten mendapatkan
perlindungan yang sangat ekslusif dan protektif, dengan pemberian hak melalui UU
Paten No. 14 tahun 2001 Pasal 16 berupa pemberian hak ekslusif untuk
melaksanakan Paten yang dimilikinya dan melarang pihak lain yang tanpa persetujuannya untuk membuat, menggunakan, menjual, Mengimpor, menyewakan,
menyerahkan, atau menyediakan untuk dijual atau disewakan atau diserahkan produk yang diberi Paten. Begitu pula terhadap penggunaan proses produksi yang diberi
Paten untuk membuat barang dan tindakan lainnya.
74
Suatu paten juga dapat berakhir apabila :
75
1. Selama tiga tahun berturut-turut pemegang paten tidak membayar biaya tahunan,
maka paten dinyatakan batal demi hukum terhitung sejak tanggal yang menjadi akhir batas waktu kewajiban pembayaran untuk tahun yang ketiga tersebut.
2. Tidak dipenuhinya kewajiban pembayaran biaya tahunan berkaitan dengan
kewajiban pembayaran biaya tahunan untuk tahun kedelapan belas dan tahun- tahun berikutnya, maka paten dianggap berakhir pada akhir batas waktu
kewajiban pembayaran biaya tahunan untuk tahun yang kedelapan belas tersebut.
74
Ibid.
75
Pasal 115 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2001 Nomor 109, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4130.
Universitas Sumatera Utara
Di Indonesia, ketentuan tentang sistem pendaftaran paten semula merujuk pada Pengumuman Menteri Kehakiman tanggal 12 Agustus 1853 No. J.S.5414
Berita Negara No. 53-69 tentang permohonan Sementara Pendaftaran Paten. Adapun Syarat-syarat permohonan pendaftaran paten menurut Pengumuman Menteri
Kehakiman tersebut adalah
76
: a.
Permohonan pendaftaran paten harus disusun dalam bahasa Indonesia atau dalam bahasa si pemohon dengan disertai terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Surat
permohonan harus ditandatangani oleh si pemohon sendiri dan harus disebut dalam surat itu nama, alamat dan kebangsaan pemohon. Syarat demikian harus
dipenuhi pula apabila permohonan diajukan oleh seseorang yang bertindak bagi dan atas nama pemohon selaku kuasanya.
b. Surat permohonan harus disertai :
1. Sebuah uraian dari ciptaan baru maksudnya temuan baru dari penulis yang
dimintakan paten rangkap tiga 3. 2.
Jika perlu sebuah gambar atau lebih dan setiap gambar harus dibuat rangkap dua 2.
3. Surat kuasa, apabila permohonan diajukan oleh seorang kuasa.
4. Surat pengangkatan seorang kuasa yang bertempat tinggal di Indonesia.
c. Biaya-biaya yang ditentukan.
d. Keterangan tentang belum atau sudah dimintakannya hak paten di luar negeri atas
permohonan yang diajukan itu dan kalau sudah dimintakannya, apakah sudah diberi hak paten di luar negeri tersebut.
Jika dilihat dari permohonan pedaftaran hak paten di Indonesia, maka hal tersebut tidak berbeda untuk pendaftaran paten bagi yang berasal dari luar negeri.
Proses pendaftaran hak paten asing tersebut termasuk ke dalam paten sederhana, dan untuk mengetahui berapa banyak peten asing yang melakukan pendaftaran terhadap
hasil invensinya dapat dilihat dibawah ini.
76
OK. Saidin, Op.Cit., hlm. 242.
Universitas Sumatera Utara
Tabel 1 Statistik PermohonanPaten
Sumber: Laporan Statistik Paten, 2008
77
Dengan demikian, adapun yang menjadi prosedur dalam permohonan paten berdasarkan Undang-Undang Paten No. 14 Tahun 2001 yaitu :
78
1. Permohonan Paten diajukan dengan cara mengisi formulir yang disediakan untuk itu dalam bahasa Indonesia dan diketik rangkap 4 empat.
2. Pemohon wajib melampirkan: a. surat kuasa khusus, apabila permohonan diajukan melalui konsultan Paten
terdaftar selaku kuasa; b. surat pengalihan hak, apabila permohonan diajukan oleh pihak lain yang
bukan penemu; c. deskripsi, klaim, abstrak: masing-masing rangkap 3 tiga;
d. gambar, apabila ada : rangkap 3 tiga; e. bukti prioritas asli, dan terjemahan halaman depan dalam bahasa Indonesia
rangkap 4 empat, apabila diajukan dengan hak prioritas.
77
http:www.media-HKI-Oktober2008hal10-17.hdf-adobe reader, diakses pada hari Selasa 10 Nopember 2009, Pukul 10.40 WIB.
78
http:www.dgip.go.id:8080articlearticleview1317, diakses pada hari Selasa 10 Nopember 2009, Pukul 10.40 WIB.
Universitas Sumatera Utara
f. terjemahan uraian penemuan dalam bahasa Inggris, apabila penemuan tersebut aslinya dalam bahasa asing selain bahasa Inggris : rangkap 2 dua;
g. bukti pembayaran biaya permohonan Paten sebesar Rp. 575.000,- lima ratus tujuh puluh lima ribu rupiah; dan
h. bukti pembayaran biaya permohonan Paten Sederhana sebesar Rp. 125.000,- seratus dua puluh lima ribu dan untuk pemeriksaan substantif Paten
Sederhana sebesar Rp. 350.000,- tiga ratus lima puluh ribu rupiah; i. tambahan biaya setiap klaim, apabila lebih dari 10 klaim:Rp. 40.000,- per
klaim. 3. Penulisan deskripsi, klaim, abstrak dan gambar sebagaimana dimaksud dalam
butir 2 huruf c dan huruf d ditentukan sebagai berikut: a. setiap lembar kertas hanya salah satu mukanya saja yang boleh dipergunakan
untuk penulisan dan gambar; b. deskripsi, klaim dan abstrak diketik dalam kertas HVS atau yang sejenis yang
terpisah dengan ukuran A-4 29,7 x 21 cm dengan berat minimum 80 gram dengan batas sebagai berikut:
1. dari pinggir atas : 2 cm
2. dari pinggir bawah : 2 cm
3. dari pinggir kiri : 2,5 cm
4 . dari pinggir kanan
: 2 cm c. kertas A-4 tersebut harus berwarna putih, rata tidak mengkilat dan
pemakaiannya dilakukan dengan menempatkan sisinya yang pendek di bagian atas dan bawah kecuali dipergunakan untuk gambar;
d. setiap lembar deskripsi, klaim dan gambar diberi nomor urut angka Arab pada bagian tengah atas dan tidak pada batas sebagaimana yang dimaksud pada
butir 3 huruf b 1; e. pada setiap lima baris pengetikan baris uraian dan klaim, harus diberi nomor
baris dan setiap halaman baru merupakan permulaan awal nomor dan ditempatkan di sebelah kiri uraian atau klaim serta tidak pada batas
sebagaimana yang dimaksud pada butir 3 huruf b 3; f. pengetikan harus dilakukan dengan menggunakan tinta toner warna hitam,
dengan ukuran antar baris 1,5 spasi, dengan huruf tegak berukuran tinggi huruf minimum 0,21 cm;
g. tanda-tanda dengan garis, rumus kimia, dan tanda-tanda tertentu dapat ditulis dengan tangan atau dilukis;
Universitas Sumatera Utara
h. gambar harus menggunakan tinta Cina hitam pada kertas gambar putih ukuran A-4 dengan berat minimum 100 gram yang tidak mengkilap dengan batas
sebagai berikut: - dari pinggir atas
: 2,5 cm - dari pinggir bawah
: 1 cm - dari pinggir kiri
: 2,5 cm -
dari pinggir kanan : 1 cm
i. seluruh dokumen Paten yang diajukan harus dalam lembar-lembar kertas utuh, tidak boleh dalam keadaan tersobek, terlipat, rusak atau gambar yang
ditempelkan; j. setiap istilah yang dipergunakan dalam deskripsi, klaim, abstrak dan gambar
harus konsisten satu sama lain. Dalam Hak Kekayaan Intelektual khususnya di bidang paten, maka terdapat
2 sistem pendaftaran yang terdapat dalam paten adalah :
79
a. Sistem Konstitutif.
Menurut sistem ini, invensi terlebih dahulu diselidiki terutama tentang langkah inventif serta kebaruannya, kalau ternyata benar barulah kemudian penemuan itu
di beri hak paten.
b. Sistem Deklaratif.
Menurut sistem ini praktis semua permintaan paten yang memenuhi syarat yang telah ditetapkan dan tidak bertentangan dengan ketertiban umum, kesusilaan dan
undang-undang diberikan hak paten dengan tidak diselidiki kebaruan invensi tersebut dan kalau ternyata tidak terdapat unsur kebaruan, maka ini akan dijadikan
alasan pembatalan hak paten melalui pengadilan. Jadi semua permohonan paten diterima. Kalau ada pihak lain yang berkeberatan dapat mengajukan gugatan
pengadilan. Negara dalam hal ini hanya memberi persangkaan atau anggapan ”bahwa si pendaftar itu adalah pemilik hak atas paten, jika ada pihak lain yang
dapat membuktikan sebaliknya, maka hak yang telah diberikan itu gugur batal dan yang pihak terakhir yang dapat membuktikan menjadi pemegang hak.
79
OK. Saidin, Op.Cit., hlm. 243.
Universitas Sumatera Utara
Pada sistem konstitutif ada dikenal dua cara sistem pemeriksaan yaitu : 1.
Sistem pemeriksaan ditunda defered examination system. Pemeriksaan substantif baru dilakukan setelah dipenuhi syarat-syarat
administratif. Jadi pemeriksaan substansi merupakan pemeriksaan tahap kedua. 2.
Sistem pemeriksaan langsung prompt examination system. Pemeriksaan administratif formal dan pemeriksaan substansi langsung
dilakukan pada waktu penerimaan permintaan paten. Undang-Undang Nomor 14 tahun 2001 tentang Paten menggunakan sistem
pemeriksaan yang ditunda. Hal ini dapat dilihat dari tahap-tahap pemeriksaan, yaitu pemeriksaan substansi dilakukan setelah dipenuhi syarat-syarat administratif.
Sebelum mengajukan permohonan paten, sebaiknya dilakukan tahap-tahap sebagai berikut
80
: 1. Melakukan penelusuran. Tahapan ini dimaksudkan untuk mendapatkan informasi
tentang teknologi terdahulu dalam bidang invensi yang sama state of the art yang memungkinkan ada kaitannya dengan invensi yang akan diajukan. Melalui
informasi teknologi terdahulu tersebut maka inventor dapat melihat perbedaan antara invensi yang akan diajukan permohonan patennya dengan teknologi
terdahulu.
2. Melakukan analisa. Tahapan ini dimaksudkan untuk menganalisa apakah ada ciri khusus dari invensi yang akan diajukan permohonan patennya dibandingkan
dengan invensi terdahulu. 3. Mengambil keputusan. Jika invensi yang dihasilkan tersebut mempunyai ciri
teknis dibandingkan dengan teknologi terdahulu, maka invensi tersebut sebaiknya diajukan permohonan patennya. Sebaliknya jika tidak ditemukan ciri khusus,
maka invensi tersebut sebaiknya tidak perlu diajukan untuk menghindari kerugian dari biaya pengajuan permohonan paten.
80
http:www.dgip.go.id:8080articlearticleview1917, diakses pada hari Selasa 10 Nopember 2009, Pukul 17.40 WIB.
Universitas Sumatera Utara
Jika dalam hal permohonan diajukan oleh pemohon yang bukan inventor, maka permohonan tersebut harus dilengkapi bukti yang cukup bahwa ia berhak atas
invensi yang bersangkutan. Untuk itu diperlukan beberapa tahap yang harus dilalui oleh suatu permohonan paten yaitu :
1. Pengajuan permohonan.
2. Pemeriksaan administratif.
3. Pengumuman permohonan paten.
4. Pemeriksaan substantif.
5. Pemberian atau penolakan.
Tujuan dilakukannya pemeriksaan administratif formal adalah untuk memeriksa kebenaran dan kelengkapan administratif dan fisik dari permohonan paten
yang diajukan sebelum dilakukannya pengumuman permohonan paten. Jika semua kelengkapan atau syarat-syarat sebagaimana dimaksud Pasal 30 UUP telah terpenuhi
maka akan diberikan tanggal penerimaan permohonan paten filling date. Jika kelengkapan dari permohonan paten yang diajukan belum terpenuhi maka pemohon
yang bersangkutan harus memenuhinya dalam batas waktu yang ditetapkan oleh Ditjen HKI. Jika ketidaklengkapan tidak dipenuhi hingga batas waktu yang
ditetapkan maka permohonan paten yang diajukan dianggap ditarik kembali. Permohonan pemeriksaan substantif diatur dalam Pasal 48-Pasal 59
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2001 tentang Paten. Permohonan pemeriksaan substantif diajukan secara tertulis kepada Direktorat Jenderal dengan dikenai biaya.
Tata cara dan syarat-syarat permohonan pemeriksaan substantif diatur lebih lanjut
Universitas Sumatera Utara
dengan Keputusan Presiden. dan diajukan paling lama 36 tiga puluh enam bulan terhitung sejak Tanggal Penerimaan.
Apabila permohonan pemeriksaan substantif tidak diajukan dalam batas waktu yang telah ditentukan atau biaya untuk itu tidak dibayar, Permohonan dianggap
ditarik kembali. Direktorat Jenderal memberitahukan secara tertulis Permohonan yang dianggap ditarik kembali kepada Pemohon atau Kuasanya.
Apabila permohonan pemeriksaan substantif diajukan sebelum berakhirnya jangka waktu pengumuman, pemeriksaan itu dilakukan setelah berakhirnya jangka
waktu pengumuman. Apabila permohonan pemeriksaan substantif diajukan setelah berakhirnya jangka waktu pengumuman, pemeriksaan substantif dilakukan setelah
tanggal diterimanya permohonan pemeriksaan substantif tersebut. Apabila Pemeriksa melaporkan bahwa Invensi yang dimintakan Paten
terdapat ketidakjelasan atau kekurangan lain yang dinilai penting, Direktorat Jenderal memberitahukan secara tertulis adanya ketidakjelasan atau kekurangan tersebut
kepada Pemohon atau Kuasanya guna meminta tanggapan atau kelengkapan atas kekurangan tersebut. Pemberitahuan harus jelas dan rinci serta mencantumkan hal
yang dinilai tidak jelas atau kekurangan lain yang dinilai penting dengan disertai alasan dan acuan yang digunakan dalam pemeriksaan substantif, berikut jangka waktu
pemenuhannya. Jika setelah pemberitahuan Pemohon tidak memberikan tanggapan, atau
tidak memenuhi kelengkapan persyaratan, atau tidak melakukan perbaikan terhadap Permohonan yang telah diajukannya dalam waktu yang telah ditentukan Direktorat
Universitas Sumatera Utara
Jenderal, Permohonan tersebut dianggap ditarik kembali dan diberitahukan secara tertulis kepada Pemohon.
Undang-Undang juga mengatur permintaan yang diajukan dengan menggunakan hak prioritas sebagaimana telah diatur dalam Pasal 4 Konvensi Paris.
Menurut ketentuan Pasal 24 ayat 1 dan 2, permintaan yang diajukan dengan menggunakan hak prioritas harus diajukan dalam waktu 12 bulan terhitung sejak
tanggal permintaan paten yang pertama kali diterima di negara manapun yang juga ikut serta dalam konvensi tersebut. Permintaan ini wajib dilengkapi dengan salinan
surat permintaan paten yang pertama kali disahkan oleh pihak yang berwenang di negara yang bersangkutan dan waktu enam bulan sejak tanggal surat permintaan
paten tersebut . Pasal 24 2 Undang-Undang Nomor 14 tahun 2001 tentang Paten.
81
Jangka waktu untuk memenuhi syarat-syarat administratif tersebut, diberikan untuk selama jangka waktu maksimal enam belas bulan 9 Pasal 27 ayat 2
Undang-Undang Nomor 14 tahun 2001. Setelah dipenuhi syarat-syarat tersebut, tahap selanjutnya adalah tahap pengumuman paten. Ketentuan Pasal 42 Undang-Undang
Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten menentukan bahwa pengumuman dilakukan selambat-lambatnya 18 bulan untuk permintaan biasa dan 18 bulan untuk permintaan
81
Hak prioritas adalah hak pemohon untuk mengajukan permohonan yang berasal dari negara yang tergabung dalam Paris Convention For The Protection of Industrial Property atau
Agreement Establishing The Word Organization untuk memperoleh pengakuan bahwa tanggal penerimaan di negara asal merupakan tanggal prioritas di negara tujuan yang juga merupakan anggota
salah satu dari kedua perjanjian itu, selama pengajuan tersebut dilakukan dalam kurun waktu yang telah ditentukan berdasarkan Paris Convention tersebut.
Universitas Sumatera Utara
yang menggunakan hak prioritas sejak tanggal penerimaan permintaan paten yang pertama kali.
82
Pengumuman berlangsung selama 6 bulan tiga bulan untuk paten sederhana Pasal 44 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten dan
untuk selama jangka waktu tersebut, setiap orang dapat mengajukan secara tertulis pandangan atau keberatannya atas permintaan paten yang bersangkutan dengan
mencantumkan alasannya. Keberatan ini dapat disanggah oleh orang yang mengajukan permintaan paten, menurut ketentuan Pasal 60, Pasal 61, Pasal 62 dan
Pasal 64 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2001 tentang Paten sebagai berikut : Pasal 60 :
1. Permohonan banding dapat diajukan terhadap penolakan Permohonan yang berkaitan dengan alasan dan dasar pertimbangan mengenai hal-hal yang bersifat
substantif sebagaimana dimaksud dalam Pasal 56 ayat 1 atau Pasal 56 ayat 3.
2 Permohonan banding diajukan secara tertulis oleh Pemohon atau Kuasanya kepada Komisi Banding Paten dengan tembusan yang disampaikan kepada
Direktorat Jenderal. 3 Permohonan banding diajukan dengan menguraikan secara lengkap keberatan
serta alasannya terhadap penolakan Permohonan sebagai hasil pemeriksaan substantif.
4 Alasan sebagaimana dimaksud pada ayat 3 tidak merupakan alasan atau penjelasan baru sehingga memperluas lingkup Invensi sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 35. Pasal 61
1 Permohonan banding diajukan paling lama 3 tiga bulan terhitung sejak tanggal pengiriman surat pemberitahuan penolakan Permohonan.
82
OK. Saidin, Op.Cit., hlm 246.
Universitas Sumatera Utara
2 Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat 1 telah lewat tanpa adanya permohonan banding, penolakan Permohonan dianggap diterima oleh
Pemohon. 3
Dalam hal penolakan Permohonan telah dianggap diterima sebagaimana dimaksud pada ayat 2, Direktorat Jenderal mencatat dan mengumumkannya.
Pasal 62
1 Banding mulai diperiksa oleh Komisi Banding paling lama 1 satu bulan sejak tanggal penerimaan permohonan banding.
2 Keputusan Komisi Banding ditetapkan paling lama 9 sembilan bulan
terhitung sejak berakhirnya jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat 1. 3 Dalam hal Komisi Banding menerima dan menyetujui permohonan banding,
Direktorat Jenderal wajib melaksanakan keputusan Komisi Banding. 4 Dalam hal Komisi Banding menolak permohonan banding, Pemohon atau
Kuasanya dapat mengajukan gugatan atas keputusan tersebut ke Pengadilan Niaga dalam waktu paling lama 3 tiga bulan terhitung sejak tanggal
diterimanya keputusan penolakan tersebut.
5 Terhadap putusan Pengadilan sebagaimana dimaksud pada ayat 4, hanya dapat diajukan kasasi.
Pasal 64
1 Komisi Banding Paten adalah badan khusus yang independen dan berada di lingkungan departemen yang membidangi Hak Kekayaan Intelektual.
2 Komisi Banding Paten terdiri atas seorang ketua merangkap anggota, seorang wakil ketua merangkap anggota, dan anggota yang terdiri atas beberapa ahli di
bidang yang diperlukan serta Pemeriksa senior. 3 Anggota Komisi Banding Paten sebagaimana dimaksud pada ayat 1 diangkat
dan diberhentikan oleh Menteri untuk masa jabatan 3 tiga tahun. 4 Ketua dan wakil ketua dipilih dari dan oleh para anggota Komisi Banding
Paten. 5 Untuk memeriksa permohonan banding, Komisi Banding Paten membentuk
majelis yang berjumlah ganjil sekurang-kurangnya 3 tiga orang, satu di antaranya adalah seorang Pemeriksa senior yang tidak melakukan pemeriksaan
substantif terhadap Permohonan.
Universitas Sumatera Utara
D. Akibat Hukum Pendaftaran Paten