Paradigma Transcultural Nursing Konsep Transcultural Nursing Leininger

keadaan yang nyata atau antisipasi kebutuhan untuk meningkatkan kondisi kehidupan manusia. 10. Cultural Care berkenaan dengan kemampuan kognitif untuk mengetahui nilai, kepercayaan dan pola ekspresi yang digunakan untuk mebimbing, mendukung atau memberi kesempatan individu, keluarga atau kelompok untuk mempertahankan kesehatan, sehat, berkembang dan bertahan hidup, hidup dalam keterbatasan dan mencapai kematian dengan damai. 11. Culturtal imposition berkenaan dengan kecenderungan tenaga kesehatan untuk memaksakan kepercayaan, praktik dan nilai diatas budaya orang lain karena percaya bahwa ide yang dimiliki oleh perawat lebih tinggi daripada kelompok lain.

2. Paradigma Transcultural Nursing

Leininger 1985 mengartikan paradigma keperawatan transkultural sebagai cara pandang, keyakinan, nilai-nilai, konsep-konsep dalam terlaksananya asuhan keperawatan yang sesuai dengan latar belakang budaya terhadap empat konsep sentral keperawatan yaitu : manusia, sehat, lingkungan dan keperawatan Andrew and Boyle, 1995. a. Manusia Manusia adalah individu, keluarga atau kelompok yang memiliki nilai- nilai dan norma-norma yang diyakini dan berguna untuk menetapkan pilihan dan melakukan pilihan. Menurut Leininger 1984 manusia memiliki kecenderungan untuk mempertahankan budayanya pada setiap saat dimana pun dia berada. b. Sehat Kesehatan adalah keseluruhan aktifitas yang dimiliki klien dalam mengisi kehidupannya, terletak pada rentang sehat sakit. Kesehatan merupakan suatu keyakinan, nilai, pola kegiatan dalam konteks budaya yang digunakan untuk menjaga dan memelihara keadaan seimbangsehat yang dapat diobservasi dalam aktivitas sehari-hari. Klien dan perawat mempunyai tujuan yang sama yaitu ingin mempertahankan keadaan sehat dalam rentang sehat-sakit yang adaptif. c. Lingkungan Lingkungan didefinisikan sebagai keseluruhan fenomena yang mempengaruhi perkembangan, kepercayaan dan perilaku klien. Lingkungan dipandang sebagai suatu totalitas kehidupan dimana klien dengan budayanya saling berinteraksi. Terdapat tiga bentuk lingkungan yaitu : fisik, sosial dan simbolik. Lingkungan fisik adalah lingkungan alam atau diciptakan oleh manusia seperti daerah khatulistiwa, pegunungan, pemukiman padat dan iklim seperti rumah di daerah Eskimo yang hampir tertutup rapat karena tidak pernah ada matahari sepanjang tahun. Lingkungan sosial adalah keseluruhan struktur sosial yang berhubungan dengan sosialisasi individu, keluarga atau kelompok ke dalam masyarakat yang lebih luas. Di dalam lingkungan sosial individu harus mengikuti struktur dan aturan-aturan yang berlaku di lingkungan tersebut. Lingkungan simbolik adalah keseluruhan bentuk dan simbol yang menyebabkan individu atau kelompok merasa bersatu seperti musik, seni, riwayat hidup, bahasa dan atribut yang digunakan. d. Keperawatan Asuhan keperawatan adalah suatu proses atau rangkaian kegiatan pada praktik keperawatan yang diberikan kepada klien sesuai dengan latar belakang budayanya. Asuhan keperawatan ditujukan memandirikan individu sesuai dengan budaya klien. Strategi yang digunakan dalam asuhan keperawatan adalah perlindunganmempertahankan budaya, mengakomodasinegosiasi budaya dan mengubahmengganti budaya klien Leininger, 1991. Pengkajian klien sesuai dengan latar belakang budaya yang dirancang berdasarkan tujuh dimensi sosial budaya yang ada pada “Sunrise Model Theory” yaitu: a. Faktor teknologi technological factors Teknologi kesehatan memungkinkan individu untuk memilih atau mendapat penawaran untuk menyelesaikan masalah dalam pelayanan kesehatan. Keterpaparan ibu terhadap media massa baik media cetak maupun media elektronik mempunyai pengaruh terhadap perilaku pemberian ASI. Dengan kebiasaan membaca surat kabar atau majalah serta kebiasaan mendengar siaran radio dan mengikuti acara televisi kemungikanan besar ibu memiliki pengetahuan yang benar tentang tata cara pemberian ASI yang benar Kasnodiharjo, 1998. Promosi dalam bentuk iklan berfungsi dalam merangsang perhatian, persepsi, sikap dan perilaku sehingga dapat menarik konsumen untuk menggunakan suatu produk. Pada saat media massa berkembang seperti sekarang ini, promosi melalui media massa merupakan kekuatan besar dalam mempengaruhi perilaku konsumen. Misalnya, beberapa studi di Bogor menunjukkan iklan merupakan sumber informasi utama dalam berbelanja susu formula bayi oleh ibu rumah tangga 65 Tresnawati, 1997 dalam Dodik . b. Faktor religi dan falsafah hidup religious dan philosophical factors Agama adalah suatu simbol yang mengakibatkan pandangan yang realistis bagi para pemeluknya. Agama memberikan motivasi yang sangat kuat untuk menempatkan kebenaran diatas segalanya, bahkan di atas kehidupannya sendiri. Emosi keagamaan mendorong orang untuk berlaku serba religi. Kelakuan keagamaan yang dilaksanakan menurut tata kelakuan yang baku disebut dengan upacara keagamaan atau religious ceremony atau rites Koenjtaraningrat, 1992. Faktor religi yang dikaji meliputi: agama yang dianut, apakah ada ritual agama klien yang berkaitan dengan pemberian ASI eksklusif. c. Faktor sosial dan keterikatan keluarga kinship and social factors Menurut Friedman 1998 dalam kehidupan bermasyarakat setiap anggota keluarga mempunyai peran dan tanggung jawab dalam melakukan interaksinya mempunyai keterbatasan yang dilandasi tanggung jawab masing-masing anggota keluarga. Perbedaan dan kekhususan adanya peran yang beragam dalam keluarga menunjukkan masing-masing anggota keluarga mempunyai peran dan fungsi dalam keterikatan keluarga. Faktor yang dikaji meliputi: tipe keluarga, pengambilan keputusan dalam keluarga, dukungan apa saja yang diberikan keluarga dalam hal pemberian ASI eksklusif. Dukungan keluarga merupakan faktor pendukung yang pada prinsipnya adalah suatu kegiatan yang bersifat emosional maupun psikologi yang diberikan kepada ibu menyusui dalam memberikan ASI Roesli, 2004. Seorang ibu yang tidak pernah mendapatkan nasehat atau penyuluhan tetang ASI dari keluarganya dapat mempengaruhi sikapnya ketika ia harus menyusui sendiri bayinya. Hubungan harmonis dalam keluarga akan sangat mempengaruhi lancarnya proses laktasi Lubis, 2002. Peningkatan peran suami berupa perhatian kepada istri sangat dibutuhkan suatu proses dalam produksi ASI yaitu reflek oksitosin. Pikiran ibu yang positif akan merangsang kontraksi otot sekeliling kelenjar alveoli hingga mengalirkan ASI ke duktus laktiferus kemudian diisap oleh bayi Roesli, 2004. Depkes 1999 juga menyebutkan suami, kelurga dan masyarakat memberi dukungan psikososial bagi ibu yang menyusui. Penelitian Asmijati 2000 di Tangerang mendapatkan ada hubungan antara dukungan keluargamasyarakat dengan pemberian ASI eksklusif responden yang mendapatkan dukungan keluargamasyarakat 4,70 kali lebih besar dalam pemberian ASI eksklusif dari pada responden yang tidak mendapatkan dukungan keluargamasyarakat. d. Nilai-nilai budaya dan cara hidup cultural values and lifeways Nilai-nilai budaya adalah sesuatu yang dirumuskan dan ditetapkan oleh penganut budaya yang dianggap baik atau buruk. Norma-norma budaya adalah suatu kaidah yang mempunyai sifat penerapan terbatas pada penganut yang terkait. Hal yang dikaji meliputi: apakah klien punya pantangan makananminuman yang berkaitan dengan menyusui, bagaimana persepsi budaya yang sudah diwariskan turun-temurun mengenai menyusui. e. Faktor kebijakan dan peraturan yang berlaku political and legal factors Kebijakan dan peraturan yang berlaku adalah segala sesuatu yang mempengaruhi kegiatan individu dalam asuhan keperawatan litas budaya Andrew and Boyle, 1995. Di Indonesia pemberian ASI eksklusif disesuaikan dengan Undang-Undang Republik Indonesia nomor 36 tentang kesehatan pasal 128 ayat 1 yaitu setiap bayi berhak mendapatkan air susu ibu eksklusif sejak dilahirkan selama 6 enam bulan, kecuali atas indikasi medis. f. Faktor ekonomi economical factors Pemanfaatan sumber-sumber material yang dimiliki dalam perilaku kesehatan atau perawatan. Hal yang dapat dikaji meliputi: penghasilan keluarga, bagaimana keluarga memanfaatkan sumber-sumber material dalam perilaku menyusui. g. Faktor pendidikan educational factors Latar pendidikan individu menjadi pengalaman dalam menempuh jalur pendidikan formal tertinggi saat ini. Semakin tinggi pendidikan individu maka keyakinan individu tersebut dapat belajar beradaptasi terhadap budaya yang sesuai dengan kondisi kesehatannya. Hal yang dapat dikaji meliputi: tingkat pendidikan ibu serta kemampuannya untuk belajar aktif mandiri tentang perilaku menyusui. Menurut hasil penelitian Soeparmanto 2006 ibu-ibu yang tamat SD mempunyai kemungkinan menyusui ASI eksklusif 6 kali dibandingkan dengan ibu yang tidak tamat SD. Ibu-ibu yang tidak tamat SLTP atau SLTA mempunyai kemungkinan menyusui secara eksklusif 4 kali dibandingkan ibu-ibu yang tidak tamat SLTP atau SLTA. Dalam beberapa budaya, menyusui adalah praktek tradisional. Banyak sekali pandangan mengenai praktek menyusui khususnya dalam pemberian ASI eksklusif. Faktor sosial budaya dapat mempengaruhi perilaku menyusui. Faktor sosial budaya memberikan pandangan terhadap perilaku menyusui dimana akan mempengaruhi perilaku dan perawatan individu terhadap kesehatan. Perilaku kesehatan ini akan mempengaruhi kesejahteraan individu, kelompok, masyarakat dan institusi dalam sistem kesehatan Margaret, 2003. Bagan. 2.3 Leininger’s Sunrise model to depict Theory of Cultural Care diversity and Universality. Leininger, 2001

E. Penelitian terkait