Gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku ibu yang bekerja terhadap pemberian ASI ekslusif pada bayi di posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan Tahun 2010

(1)

0

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU YANG BEKERJA TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI

POSYANDU CEMPAKA KELURAHAN LARANGAN SELATAN TAHUN 2010

Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar SARJANA KEDOKTERAN

OLEH: FITRI FIDDINI NIM: 107103000612

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/ 2010 M


(2)

i

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa :

1. Skripsi ini merupakan hasil karya asli saya yang diajukan untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Strata 1 di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika di kemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan hasil karya asli saya atau merupakan jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima sanksi yang berlaku di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.

Jakarta, 6 Oktober 2010


(3)

ii

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU

YANG BEKERJA TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF

PADA BAYI DI POSYANDU CEMPAKA KELURAHAN

LARANGAN SELATAN

TAHUN 2010

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana

Kedokteran (S.Ked)

OLEH:

FITRI FIDDINI

NIM: 107103000612

Pembimbing

Ratna Pelawati, M.Biomed

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1431 H/ 2010 M


(4)

iii

PENGESAHAN PANITIA UJIAN

Laporan Penelitian berjudul GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU YANG BEKERJA TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI POSYANDU CEMPAKA KELURAHAN LARANGAN SELATAN TAHUN 2010 yang diajukan oleh Fitri Fiddini (NIM: 107103000612), telah diujikan di hadapan Tim Penguji Program Studi Pendidikan Dokter, Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan sudah diperbaiki sesuai dengan masukan dan saran anggota penguji.

Jakarta, 6 Oktober 2010

DEWAN PENGUJI

Pembimbing Penguji

Ratna Pelawati, M.Biomed dr. Nurul Hiedayati, Ph.D

PIMPINAN FAKULTAS

Dekan FKIK UIN Kaprodi Pendidikan Dokter


(5)

iv

KATA PENGANTAR يح رل ا نمحرل ا ه ا سب هت اك رب و ه ا ةمحرو كي ع اسل ا

Alhamdulillah adalah untaian kata terindah sebagai ungkapan syukur kehadirat Allah SWT yang patut peneliti ucapkan, atas Berkat dan Rahmat-Nya lah sehingga peneliti dapat menyelesaikan proposal skripsi yang berjudul Gambaran Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Ibu yang Bekerja terhadap Pemberian Asi Eksklusif pada Bayi di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan Tahun 2010”.

Pembuatan proposal ini tidak akan terwujud tanpa bantuan berbagai pihak serta bimbingan dan arahan dari pembimbing fakultas. Terima kasih peneliti ucapkan kepada :

1. Dekan Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan, Prof. Dr. dr. M. K. Tadjudin, SpAnd.

2. Ketua Program Studi pendidikan Dokter, Dr. dr. Syarief Hasan Lutfie, SpRM.

3. Ratna Pelawati, M.Biomed selaku pembimbing riset. 4. dr. Nurul Hiedayati, PhD selaku dosen penguji.

5. Seluruh dosen Program Studi Pendidikan Dokter, FKIK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Kader Posyandu Cempaka dan seluruh responden dalam penelitian ini. 7. Ayah dan Ibunda tercinta yang selalu memberikan dukungan baik

moril maupun materil sejak penulis dalam kandungan hingga kini bahkan selamanya.

8. Abang dan Adikku tercinta, atas dukungan, bantuan dan pengertiannya.

9. Teman-teman Program Studi Pendidikan Dokter dan semua pihak yang telah memberikan kontribusi terhadap penyelesaian skripsi ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu


(6)

v

Proposal ini telah dibuat sedemikian rupa, namun apabila terdapat kekurangan dan kesalahan baik dari segi isi, bahasa, maupun pengetikannya, saran dan kritik yang membangun sangatlah peneliti harapkan demi kesempurnaannya.

هت اك رب و ه ا ةمحرو كي ع اسل ا و

Jakarta, 6 Oktober 2010


(7)

vi

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER

6 Oktober 2010 Fitri Fiddini

GAMBARAN PENGETAHUAN, SIKAP DAN PERILAKU IBU YANG BEKERJA TERHADAP PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF PADA BAYI DI POSYANDU CEMPAKA KELURAHAN LARANGAN SELATAN TAHUN 2010

xvii + 43 halaman + 14 tabel + gambar + 1 lampiran ABSTRAK

Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik bagi peningkatan kualitas SDM sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa. ASI merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi. (Depkes RI, 2005). Penelitian ini merupakan penelitian survey dengan menggunakan desain cross sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner. Populasi pada penelitian ini adalah para ibu yang bekerja dan memiliki bayi usia 7 sampai dengan 24 bulan. Pengambilan sampel dilakukan secara purposive accidental dengan sampel jenuh sebanyak 33 orang. Data hasil penelitian disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi. Hasil penelitian menunjukkan dari 33 orang ibu yang bekerja hanya sebanyak 9 (27,3%) yang memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya, 19 orang (57,6%) ibu yang bekerja memiliki pengetahuan baik mengenai ASI Eksklusif, dan 19 (57,6%) ibu memiliki sikap yang baik terhadap Pemberian ASI Eksklusif. Sebanyak 21 (63,6%) ibu bekerja sebagai karyawan. Sebanyak 22 (66,7%) ibu berpendidikan tamat SMU. Sebanyak 18 (54,5%) ibu berusia > 30 tahun . Sebanyak 22 orang ibu mendapat informasi pemberian ASI Eksklusif dari anggota keluarga.


(8)

vii

DESCRIPTION OF KNOWLEDGE, ATTITUDE AND BEHAVIOUR OF WORKING MOTHERS CONCERNING EXCLUSIVE MILK (ASI) TO BABY IN CEMPAKA POSYANDU (INTEGRATED SERVICES UNIT) KELURAHAN LARANGAN SELATAN YEAR 2010

Abstract

Breast feeding (ASI) for baby is one of the best ways for improvement of human resources quality since earlier age for who will be become the next generation. ASI is the most complete nutritious food for baby. (Ministry of health of the republic of Indonesia, 2005). This research is a survey method by using cross sectional design. Data collection was done by using questionnaire. Population in the research are working mothers and have baby by age of 7 (seven) to 24 (twenty four) months. Sample collection done by purposive accidental with total sample 33 people. The data of research result presented in frequency distribution table. The result of the research shows of 33 working mothers, only 9 (27.3%) provided Exclusive milk to their babies. As many as 19 people (57.6%) of working mothers have fine knowledge regarding of exclusive milk. For 19 (57.6%) mothers have good attitude concerning of breast feeding (exclusive milk), 21 (63.6%) working mothers as employment, 22 (66.7%) they are high school graduate, 18 (54.5%) the mothers by age of more than 30 years old, and 22 mothers received information of breast feeding (exclusive milk) from the member of family.


(9)

viii DAFTAR ISI

Halaman

LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... i

LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

LEMBAR PENGESAHAN PANITIA UJIAN... iii

KATA PENGANTAR ... iv

ABSTRAK ... vi

DAFTAR ISI ... viii

DAFTAR TABEL ... x

DAFTAR GAMBAR ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 3

1.3 Pertanyaan Penelitian ... 4

1.4 Tujuan Penelitian ... 4

1.4.1 Tujuan Umum ... 4

1.4.2 Tujuan Khusus ... 4

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 ASI dan ASI Eksklusif ... 7

2.1.1 Definisi ASI dan ASI Eksklusif ... 7

2.1.2 Manfaat dan Keunggulan ASI ... 7

2.1.3 Keberhasilan Menyusui ... 10

2.1.4 Keterampilan Menyusui ... 11

2.1.5 Ibu Bekerja...15

2.2 Pengetahuan ... 20

2.3 Sikap ... 21

2.4 Perilaku... 21

2.5 Kerangka Konsep ... 22

2.6 Definisi Operasional ... 23

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ... 26

3.1 Desain Penelitian... 26

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian ... 26

3.3 Populasi & Sampel Penelitian ... 26

3.4 Cara Kerja Penelitian... 28

3.5 Manajemen Data ... 29

3.5.1 Pengumpulan Data ... 29


(10)

ix

BAB 4 HASIL & PEMBAHASAN ... 30

4.1 Pengetahuan ... 30

4.2 Sikap ... 30

4.3 Perilaku ... 31

4.4 Karakteristik Ibu... 32

4.5 Sumber Informasi ... 33

4.6 Pengetahuan terhadap Perilaku………34

4.7 Sikap terhadap Perilaku……...………34

4.8 Karakteristik Ibu yang Bekerja terhadap Perilaku..……….35

4.9 Sumber Informasi Terhadap Perilaku………..36

BAB 5 PEMBAHASAN ... 38

5.1 Perilaku Pemberian ASI ... 38

5.2 Sikap ... 40

5.3 Pengetahuan ... 40

5.2 Karakteristik Ibu... 42

5.3 Sumber Informasi ... 43

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN... 44

6.1 Kesimpulan ... 46

6.2. Saran ... 47

6.2.1 Saran Bagi Ibu Bekerja ... 47

6.2.3 Saran Bagi Institusi ... 47

6.2.4 Saran Bagi Peneliti Selanjutnya ... 48

DAFTAR PUSTAKA ... 49


(11)

x

DAFTAR TABEL

1. Tabel 4.1 Distribusi Ibu yang Bekerja terhadap Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Cempaka, Kelurahan Larangan Selatan Tahun 2010

2. Tabel 4.2 Distribusi Ibu yang Bekerja terhadap Sikap Pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Cempaka, Kelurahan Larangan Selatan Tahun 2010

3. Tabel 4.3 Distribusi Ibu yang Bekerja terhadap Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Cempaka, Kelurahan Larangan Selatan Tahun 2010

4. Tabel 4.4 Distribusi Ibu yang Bekerja terhadap Pekerjaan, Pendidikan, Umur Pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Cempaka, Kelurahan Larangan Selatan Tahun 2010

5. Tabel 4.5 Distribusi Ibu yang Bekerja terhadap Sumber Informasi Pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Cempaka, Kelurahan Larangan Selatan Tahun 2010

6.

7.

8.

9.

Tabel 4.6

Tabel 4.7

Tabel 4.8

Tabel 4.9

Distribusi Pengetahuan terhadap Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan Tahun 2010

Distribusi Sikap Ibu Bekerja Terhadap Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun 2010

Distribusi Karakteristik Ibu yang Bekerja terhadap Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan Tahun 2010

Distribusi Sumber Informasi Ibu yang Bekerja terhadap Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun 2010


(12)

xi

DAFTAR GAMBAR 1. Gambar 2.1.4.1 Posisi Menyusui yang Benar 2.

3. 4. 5. 6. 7.

Gambar 2.1.4.2 Gambar 2.1.5.1 Gambar 2.1.5.2 Gambar 2.1.5.3 Gambar 2.5 Gambar 3.4

Posisi Menyusui yang Tidak Benar Pemberian ASI dengan Cangkir Pengeluaran ASI dengan Tangan

Pengeluaran ASI dengan Pompa Tangan Kerangka Konsep


(13)

xii

DAFTAR LAMPIRAN

1. Lampiran I Kuesioner...50 2. Lampiran II Output program komputer untuk hasil penelitian...57


(14)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Indonesia merupakan negara berkembang, diperlukan pembangunan dalam berbagai sektor untuk meningkatkan perekonomian bangsa. Salah satu sektor yang dapat menunjang perekonomian adalah sektor industri. Baik industri kecil maupun besar. Dalam kondisi pembangunan kearah industrialisasi dimana persaingan pasar semakin ketat, sangat diperlukan tenaga kerja yang sehat dan produktif. Searah dengan hal tersebut kebijakan pembangunan di bidang kesehatan ditujukan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi seluruh masyarakat, termasuk masyarakat pekerja. (Depkes RI, 2005).

Masyarakat pekerja mempunyai peranan dan kedudukan yang sangat penting sebagai pelaku dan tujuan pembangunan, dimana dengan berkembangnya IPTEK dituntut adanya Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas dan mempunyai produktivitas yang tinggi hingga mampu meningkatkan kesejahteraan dan daya saing di era globalisasi. (Depkes RI, 2005).

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2003, pekerja di Indonesia mencapai 100.316.007 dimana 64,63% pekerja laki-laki dan 35,37% pekerja wanita. Wanita yang bekerja sesungguhnya merupakan arus utama di banyak industri. Mereka diperlakukan sama dari beberapa segi, hanya dari segi riwayat kesehatan mereka seharusnya diperlakukan berbeda dengan laki-laki dalam hal pelayanan kesehatan. Pekerja wanita dituntut untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas kerja secara maksimal, tanpa mengabaikan kodratnya sebagai wanita. (Depkes RI, 2005)

Sesuai dengan kodratnya, pekerja wanita akan mengalami haid, kehamilan, melahirkan dan menyusui bayi. Untuk meningkatkan kualitas SDM, dimulai sejak janin dalam kandungan, masa bayi, balita, anak-anak sampai dewasa. Pemberian Air Susu Ibu (ASI) pada bayi merupakan cara terbaik bagi peningkatan kualitas SDM sejak dini yang akan menjadi penerus bangsa. ASI merupakan makanan yang paling sempurna bagi bayi. Pemberian ASI berarti memberikan zat-zat gizi yang bernilai gizi tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan


(15)

2

syaraf dan otak, memberikan zat-zat kekebalan terhadap beberapa penyakit dan mewujudkan ikatan emosional antara ibu dan bayinya. (Depkes RI, 2005).

Mengingat pentingnya pemberian ASI bagi tumbuh kembang yang optimal baik fisik maupun mental dan kecerdasannya, maka perlu perhatian agar dapat terlaksana dengan benar. Faktor keberhasilan dalam menyusui adalah dengan menyusui secara dini dengan posisi yang benar, teratur dan eksklusif. Oleh karena itu salah satu yang perlu mendapat perhatian adalah bagaimana ibu yang bekerja dapat tetap memberikan ASI kepada bayinya secara eksklusif sampai 6 (enam) bulan dan dapat dilanjutkan sampai anak berumur 2 (dua) tahun. Sehubungan dengan hal tersebut telah ditetapkan dengan Kepmenkes RI No. 450/MENKES/IV/2004 tentang Pemberian Air Susu Ibu (ASI) secara eksklusif pada bayi Indonesia. Program Peningkatan Pemberian ASI (PP-ASI) khususnya ASI eksklusif mempunyai dampak yang luas terhadap status gizi ibu dan bayi. (Depkes RI, 2005).

Untuk mendukung Deklarasi Innocenti 1990 (Italia) tentang perlindungan, promosi dan dukungan terhadap pemberian ASI, telah dilaksanakan beberapa kegiatan penting, yakni pencanangan Gerakan Nasional PP-ASI oleh Presiden pada tahun 1990, Gerakan Rumah Sakit dan Puskesmas Sayang Bayi yang telah menghasilkan sekitar 50-70% rumah sakit sayang bayi pada rumah sakit pemerintah dan sekitar10 – 20% pada rumah sakit swasta. (Depkes RI, 2005).

Pada Pekan ASI Sedunia tahun 1993 diperingati dengan tema Mother Friendly Workplace atau Tempat Kerja Sayang Bayi, menunjukan bahwa adanya perhatian dunia terhadap peran ganda ibu menyusui dan bekerja.

Menyusui adalah hak setiap ibu tidak terkecuali ibu yang bekerja, maka agar dapat terlaksananya pemberian ASI dibutuhkan informasi yang lengkap mengenai manfaat dari ASI dan menyusui serta bagaimana melakukan manajemen laktasi. Selain itu diperlukan dukungan dari pihak manajemen, lingkungan kerja dan pemberdayaan pekerja wanita sendiri. (Depkes RI, 2005).

Pemberian ASI di Indonesia belum dilaksanakan sepenuhnya. Upaya meningkatkan perilaku menyusui pada ibu yang memiliki bayi khususnya ASI eksklusif masih dirasa kurang. Permasalahan yang utama adalah faktor sosial budaya, kesadaran akan pentingnya ASI, pelayanan kesehatan dan petugas


(16)

3

kesehatan yang belum sepenuhnya mendukung PP-ASI, gencarnya promosi susu formula dan ibu bekerja. (Depkes RI, 2005).

Kelurahan Larangan Selatan, Kota Tangerang merupakan salah satu kelurahan yang letaknya berbatasan dengan daerah ibu kota Jakarta. Mayoritas warga di daerah ini memiliki karakteristik serta faktor sosial dan budaya hampir serupa dengan kondisi di perkotaan, salah satunya yaitu banyaknya jumlah pekerja wanita. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari dari kader Posyandu Cempaka, diketahui bahwa banyak ibu bayi dan balita Posyandu Cempaka yang masih memberikan ASI kepada anak mereka namun dalam kondisi bekerja. Dan dari wawancara yang dilakukan diketahui bahwa sebanyak 7 dari 10 ibu menyusui di wilayah ini merupakan wanita pekerja.

Berdasarkan hal tersebut peneliti tertarik untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap, dan perilaku para ibu yang bekerja terhadap pemberian ASI Esklusif pada bayi di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun 2010.

1.2Rumusan Masalah

Pemberian ASI di Indonesia belum dilaksanakan sepenuhnya. Upaya meningkatkan perilaku menyusui pada ibu yang memiliki bayi khususnya ASI eksklusif masih dirasa kurang. Permasalahan yang utama adalah ibu yang bekerja, pengetahuan tentang ASI Eksklusif, kesadaran akan pentingnya ASI, serta bagaimana sikap dan perilaku ibu yang pekerja mengenai pemberian ASI eksklusif sangat mempengaruhi pemberian ASI Eksklusif pada bayi. Pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu yang bekerja mengenai pemberian ASI Eksklusif pada bayinya akan sangat menunjang program pemberian ASI di Indonesia. Rendahnya pemberian ASI eksklusif menjadi pemicu rendahnya status gizi bayi dan balita. Hal inilah yang mendasari keinginan peneliti untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan, sikap, dan perilaku para ibu yang bekerja terhadap pemberian ASI eksklusif.


(17)

4 1.3 Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana gambaran perilaku para ibu yang bekerja terhadap pemberian ASI Esklusif pada bayi di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun 2010?

2. Bagaimana gambaran pengetahuan para ibu yang bekerja tentang pemberian ASI Esklusif pada bayi di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun 2010?

3. Bagaimana gambaran sikap para ibu yang bekerja tentang pemberian ASI Esklusif pada bayi di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun 2010?

4. Bagaimana gambaran karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan) para ibu yang bekerja di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun 2010?

5. Bagaimana gambaran sumber informasi tentang pemberian ASI Esklusif pada bayi di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun 2010?

6. Bagaimana gambaran pengetahuan para ibu yang bekerja terhadap pemberian ASI Esklusif pada bayi di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun 2010?

7. Bagaimana gambaran sikap para ibu yang bekerja terhadap pemberian ASI Esklusif pada bayi di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun 2010?

8. Bagaimana gambaran karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan) para ibu yang bekerja terhadap pemberian ASI Esklusif pada bayi di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun 2010?

9. Bagaimana gambaran sumber informasi tentang pemberian ASI Esklusif terhadap pemberian ASI Esklusif pada bayi di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun 2010?


(18)

5 1.4Tujuan Penelitian

1.4.1 Tujuan Umum

Mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan perilaku para ibu yang bekerja terhadap pemberian ASI Esklusif pada bayi di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun 2010.

1.4.2 Tujuan Khusus

1. Diketahuinya gambaran perilaku para ibu yang bekerja terhadap pemberian ASI Esklusif pada bayi di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun 2010.

2. Diketahuinya gambaran pengetahuan para ibu yang bekerja tentang pemberian ASI Esklusif pada bayi di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun 2010.

3. Diketahuinya gambaran sikap para ibu yang bekerja tentang pemberian ASI Esklusif pada bayi di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun 2010.

4. Diketahuinya gambaran karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan) para ibu yang bekerja di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun 2010.

5. Diketahuinya gambaran sumber informasi tentang pemberian ASI Esklusif pada bayi di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun 2010.

6. Diketahuinya gambaran pengetahuan para ibu yang bekerja terhadap pemberian ASI Esklusif pada bayi di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun 2010.

7. Diketahuinya gambaran sikap para ibu yang bekerja terhadap pemberian ASI Esklusif pada bayi di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun 2010.

8. Diketahuinya gambaran karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan) para ibu yang bekerja terhadap pemberian ASI Esklusif pada bayi di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun 2010.


(19)

6

9. Diketahuinya gambaran sumber informasi tentang pemberian ASI Esklusif terhadap pemberian ASI Esklusif pada bayi di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun 2010.

1.5 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian dapat digunakan sebagai bahan masukan dalam upaya peningkatan pengetahuan, sikap, dan perilaku para ibu tentang manfaat dan keunggulan ASI eksklusif, persiapan dan teknik menyusui yang benar, serta cara pemberian ASI dalam kondisi khusus terutama bagi ibu yang bekerja. Selain itu hasil penelitian ini juga dapat digunakan sebagai umpan balik dari pelayanan kesehatan terutama penyuluhan tentang ASI ekslusif pada ibu yang bekerja.


(20)

7 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 ASI dan ASI Eksklusif

2.1.1 Definisi ASI dan ASI Eksklusif

Air Susu Ibu yang selanjutnya disebut ASI adalah cairan hidup yang mengandung sel-sel darah putih, imunoglobulin, enzim dan hormon, serta protein spesifik, dan zat-zat gizi lainnya yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak. (Peraturan Bersama Menteri Pemberdayaan Perempuan, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan menteri Kesehatan. 2008).

ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi dilahirkan sampai sekitar usia 6 bulan. Selama itu bayi tidak diharapkan mendapat tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, air teh, madu, air putih. Pada pemberian ASI eksklusif bayi juga tidak diberikan makanan tambahan seperti pisang, biskuit, bubur susu, bubur nasi, tim dan sebagainya. Pemberian ASI secara benar akan dapat memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan, tanpa makanan pendamping. Di atas usia enam bulan, bayi memerlukan makanan tambahan tetapi pemberian ASI dapat dilanjutkan sampai ia berumur dua tahun. (Perinasia, 2007)

2.1.2 Manfaat dan Keunggulan ASI A. Bagi Bayi

1. Sebagai sumber nutrisi bagi bayi

Seperti halnya nutrisi pada umumnya, ASI mengandung komponen makro dan mikro nutrien. Yang termasuk makronutrien adatah karbohidrat, protein dan lemak sedangkan mikronutrien adalah vitamin & mineral. Air susu ibu hampir 90% nya terdiri dari air. Volume dan komposisi nutrien ASI berbeda untuk setiap ibu bergantung dari kebutuhan bayi. Perbedaan volume dan komposisi di atas juga terlihat pada masa menyusui (kolostrum, ASI transisi, ASI matang dan ASI pada saat penyapihan). Kandungan zat gizi ASI awal dan akhir pada setiap ibu


(21)

8

yang menyusui juga berbeda. Kolostrum yang diproduksi antara hari 1-5 menyusui kaya akan zat gizi terutama protein. (IDAI, 2008)

2. Tidak menimbulkan alergi

Pada bayi baru lahir sistem IgE belum sempurna. Pemberian susu formula akan merangsang aktivasi sistem ini dan dapat menimbulkan alergi. ASI tidak menimbulkan efek ini. Pemberian protein asing yang ditunda sampai umur 6 bulan akan mengurangi kemungkinan alergi ini. (Perinasia, 2007)

3. Mempunyai efek psikologis yang menguntungkan

Waktu menyusu kulit bayi akan menempel pada kulit ibu. Kontak kulit yang dini ini akan sangat besar pengaruhnya pada perkembangan bayi kelak. Walaupun seorang ibu dapat memberikan kasih sayang yang besar dengan memberikan susu formula, tetapi menyusui sendiri akan memberikan efek psikologis yang besar. Dengan foto inframerah, payudara ibu menyusui lebih hangat dibanding payudara ibu yang tidak menyusui. (Perinasia, 2007)

Interaksi yang timbul waktu menyusui antara ibu dan bayi akan menimbulkan rasa aman bagi bayi. Perasaan aman ini penting untuk menimbulkan dasar kepercayaan pada bayi (basic sense of trust), yaitu dengan mulai dapat mempercayai orang lain (ibu) maka akan timbul rasa percaya pada diri sendiri (Perinasia, 2007)

4. Menyebabkan pertumbuhan yang baik

Bayi yang mendapatkan ASI mempunyai kenaikan berat badan yang baik setelah lahir, pertumbuhan setelah periode perinatal baik, dan mengurangi kemungkinan obesitas. Ibu-ibu yang diberi penyuluhan tentang ASI dan laktasi, turunnya berat badan bayi (pada minggu pertama kelahiran) tidak sebanyak ibu-ibu yang tidak diberi penyuluhan. Alasannya ialah bahwa kelompok ibu-ibu tersebut segera memberikan ASlnya setelah melahirkan. Frekuensi menyusui yang sering (tidak dibatasi) juga dibuktikan bermanfaat, karena volume ASI yang dihasilkan lebih banyak, sehingga penurunan berat badan bayi hanya sedikit. (Perinasia, 2007)


(22)

9

5. Mengurangi kejadian karies dentis

Insiden karies dentis pada bayi yang mendapat susu formula jauh lebih tinggi dibanding yang mendapat ASI, karena kebiasaan menyusui dengan botol dan dot terutama pada waktu akan tidur menyebabkan gigi lebih lama kontak dengan sisa susu formula dan menyebabkan asam yang terbentuk akan merusak gigi. Kecuali itu ada anggapan bahwa kadar selenium yang tinggi dalam ASI akan mencegah karies dentis. (Perinasia, 2007)

6. Mengurangi kejadian maloklusi

Telah dibuktikan bahwa salah satu penyebab maloklusi rahang adalah kebiasaan lidah yang mendorong ke depan akibat menyusu dengan botol dan dot. (Perinasia, 2007)

B. Bagi Ibu

1. Aspek kesehatan ibu

Isapan bayi pada payudara akan merangsang terbentuknya oksitosin oleh kelenjar hipofisis. Oksitosin membantu involusi uterus dan mencegah terjadinya perdarahan pasca persalinan. Penundaan haid dan berkurangnya perdarahan pasca persalinan mengurangi prevalensi anemia defisiensi besi. Kejadian karsinoma mammae pada ibu yang menyusui lebih rendah dibanding yang tidak menyusui.

2. Aspek keluarga berencana

Menyusui secara murni (eksklusif) dapat menjarangkan kehamilan. Ditemukan rerata jarak kelahiran ibu yang menyusui adalah 24 bulan, sedangkan yang tidak menyusui 11 bulan. Hormon yang mempertahankan laktasi bekerja menekan hormon untuk ovulasi, sehingga dapat menunda kembalinya kesuburan. Ibu yang sering hamil kecuali menjadi beban bagi ibu sendiri, juga merupakan risiko tersendiri bagi ibu untuk mendapatkan penyakit seperti anemia, risiko kesakitan dan kematian akibat persalinan.


(23)

10

3. Aspek psikologis

Keuntungan menyusui bukan hanya bermanfaat untuk bayi, tetapi juga untuk ibu. Ibu akan merasa bangga dan diperlukan, rasa yang dibutuhkan oleh semua manusia.

2.1.3 Keberhasilan Menyusui (IDAI, 2008)

Untuk memaksimalkan manfaat menyusui, bayi sebaiknya disusui selama 6 bulan pertama. Beberapa langkah yang dapat menuntun ibu agar sukses menyusui secara eksklusif selama 6 bulan pertama, antara lain:

1. Biarkan bayi menyusu sesegera mungkin setelah bayi lahir terutama dalam 1 jam pertama (inisiasi menyusui dini), karena bayi baru lahir sangat aktif dan tanggap dalam 1 jam pertama dan setelah itu akan mengantuk dan tertidur. Bayi mempunyai refleks menghisap (sucking reflex) sangat kuat pada saat itu. Jika ibu melahirkan dengan operasi kaisar juga dapat melakukan hal ini (bila kondisi ibu sadar, atau bila ibu telah bebas dari efek anestesi umum). Proses menyusui dimulai segera setelah lahir dengan membiarkan bayi diletakkan di dada ibu sehingga terjadi kontak kulit dengan kulit. Bayi akan mulai merangkak untuk mencari puting ibu dan menghisapnya. Kontak kulit dengan kulit ini akan merangsang aliran ASI, membantu ikatan batin (bonding) ibu dan bayi serta perkembangan bayi.

2. Yakinkan bahwa hanya ASI makanan pertama dan satu-satunya bagi bayi anda. Tidak ada makanan atau cairan lain (seperti gula, air, susu formula) yang diberikan, karena akan menghambat keberhasilan proses menyusui. Makanan atau cairan lain akan mengganggu produksi dan suplai ASI, menciptakan “bingung puting”, serta meningkatkan risiko infeksi.

3. Susui bayi sesuai kebutuhannya sampai puas. Bila bayi puas, maka ia akan melepaskan puting dengan sendirinya.


(24)

11 2.1.4 Keterampilan Menyusui

Agar proses menyusui dapat berjalan lancar, maka seorang ibu harus mempunyai keterampilan menyusui agar ASI dapat mengalir dari payudara ibu ke bayi secara efektif. Keterampilan menyusui yang baik meliputi posisi menyusui dan perlekatan bayi pada payudara yang tepat. (IDAI, 2008)

Posisi menyusui harus senyaman mungkin, dapat dengan posisi berbaring atau duduk. Posisi yang kurang tepat akan menghasilkan perlekatan yang tidak baik. Posisi dasar menyusui terdiri dari posisi badan ibu, posisi badan bayi, serta posisi mulut bayi dan payudara ibu (perlekatan/attachment). Posisi badan ibu saat menyusui dapat posisi duduk, posisi tidur terlentang, atau posisi tidur miring. (IDAI, 2008)

Saat menyusui, bayi harus disanggah sehingga kepala lurus menghadap payudara dengan hidung menghadap ke puting dan badan bayi menempel dengan badan ibu (sanggahan bukan hanya pada bahu dan leher). Sentuh bibir bawah bayi dengan puting, tunggu sampai mulut bayi terbuka lebar dan secepatnya dekatkan bayi dan payudara dengan cara menekan punggung dan bahu bayi (bukan kepala bayi). Arahkan puting susu ke atas, lalu masukkan ke mulut bayi dengan cara menyusuri langit-langitnya. Masukkan payudara ibu sebanyak mungkin mulut bayi sehingga hanya sedikit bagian areola bawah yang terlihat dibanding areola bagian atas. Bibir bayi akan memutar keluar, dagu bayi menempel pada payudara dan puting susu terlipat di bawah bibir atas bayi (IDAI, 2008).

Posisi tubuh yang benar dapat dilihat sebagai berikut: (IDAI, 2008) • Posisi muka bayi menghadap ke payudara (chin to breast) • Perut/dada bayi menempel pada perut/dada Ibu (chest tochest)

• Seluruh badan bayi menghadap ke badan ibu hingga telinga bayi membentuk garis lurus dengan lengan bayi dan leher bayi

• Seluruh punggung bayi tersanggah dengan baik • Ada kontak mata antara ibu dengan bayi

• Pegang belakang bahu jangan kepala bayi • Kepala terletak dilengan bukan di daerah siku


(25)

12

Gambar 2.1.4.1 Posisi menyusui yang benar

Posisi menyusui yang tidak benar dapat dilihat sebagai berikut: (IDAI, 2008) • Leher bayi terputar dan cenderung kedepan

• Badan bayi menjauh badan ibu

• Badan bayi tidak menghadap ke badan ibu • Hanya leher dan kepala tersanggah

• Tidak ada kontak mata antara ibu dan bayi • C-hold tetap dipertahankan


(26)

13

Bagaimana sebaiknya bayi menghisap pada payudara?

Agar bayi dapat menghisap secara efektif, maka bayi harus mengambil cukup banyak payudara ke dalam mulutnya agar lidahnya dapat memeras sinus laktiferus. Bayi harus menarik keluar atau memeras jaring payudara sehingga membentuk "puting buatan/ DOT' yang bentuknya lebih panjang dari puting susu. Puting susu sendiri hanya membentuk sepertiga dari "puting buatan/ DOT". Hal ini dapat kita lihat saat bayi selesai menyusui. Dengan cara inilah bayi mengeluarkan ASI dari payudara. Hisapan efektif tercapai bila bayi menghisap dengan hisap dalam dan lambat. Bayi terlihat menghentikan sejenak hisapannya dan kita dapat mendengar suara ASI yang ditelan. (IDAI, 2008)

Tanda perlekatan bayi dan ibu yang baik: (IDAI, 2008)  Dagu menyentuh payudara

 Mulutnya terbuka lebar  Bibir bawah terputar keluar

 Lebih banyak areola bagian atas yang lebih terlihat dibanding bagian bawah

 Tidak menimbulkan rasa sakit pada putting susu

Jika bayi tidak melekat dengan baik maka akan menimbulkan luka dan nyeri pada puting susu dan payudara akan membengkak karena ASI tidak dapat dikeluarkan secara efektif. Bayi merasa tidak puas dan ia ingin menyusui sering dan lama. Bayi akan mendapat ASI sangat sedikit dan berat badan bayi tidak naik dan lambat laun ASI akan mengering. (IDAI, 2008)

Tanda perlekatan ibu dan bayi yang tidak baik: (IDAI, 2008) • Dagu tidak menempel pada payudara

• Mulut bayi tidak terbuka lebar • Bibir mencucu/ monyong

• Bibir bawah terlipat ke dalam sehingga menghalangi pengeluaran ASI oleh lidah


(27)

14 bawahnya

• Terasa sakit pada puting

Perlekatan yang benar adalah kunci keberhasilan menyusui (IDAI, 2008) • Bayi datang dari arah bawah payudara

• Hidung bayi berhadapan dengan puting susu

• Dagu bayi merupakan bagian pertama yang melekat pada payudara (titik pertemuan)

• Puting diarahkan ke atas ke langit-langit bayi

• Telusuri langit-langit bayi dengan putting sampai didaerah yang tidak ada tulangnya, diantara uvula (tekak) dengan pangkal lidah yang lembut • Puting susu hanya 1/3 atau 1/4 dari bagian "dot panjang" yang terbentuk

dari jaringan payudara

Cara bayi mengeluarkan ASI (IDAI, 2008)

1. Bayi tidak mengeluarkan ASI dari payudara seperti mengisap minuman melalui sedotan

2. Bayi mengisap untuk membentuk 'dot' dari jaringan payudara

3. Bayi mengeluarkan ASI dengan gerakan peristaltaltik lidah menekan gudang ASI ke langit-langit sehingga ASI terperah keluar gudang masuk ke dalam mulut

4. Gerakan gelombang lidah bayi dari depan ke belakang dan menekan “dot buatan” ke atas langit-langit

5. Perahan efektif akan terjadi bila bayi melekat dengan benar sehingga bayi mudah memeras ASI

Berapa lama sebaiknya bayi menyusui?

Lamanya menyusu berbeda-beda tiap periode menyusu. Rata-rata bayi menyusu selama 5-15 menit, walaupun terkadang lebih. Bayi dapat mengukur sendiri kebutuhannya. Bila proses menyusu berlangsung sangat lama (lebih dari 30 menit) atau sangat cepat (kurang dari 5 menit) mungkin ada masalah. Pada hari-hari pertama atau pada bayi berat lahir rendah (kurang dari 2500 gram),


(28)

15

proses menyusu terkadang sangat lama dan hal ini merupakan hal yang wajar. Sebaiknya bayi menyusu pada satu payudara sampai selesai baru kemudian bila bayi masih menginginkan dapat diberikan pada payudara yang satu lagi sehingga kedua payudara mendapat stimulasi yang sama untuk menghasilkan ASI. (IDAI, 2008)

Berapa sering bayi menyusu dalam sehari?

Susui bayi sesering mungkin sesuai dengan kebutuhan bayi, sedikitnya lebih dari 8 kali dalam 24 jam. Awalnya bayi menyusu sangat sering, namun pada usia 2 minggu frekuensi menyusu akan berkurang. Bayi sebaiknya disusui sesering dan selama bayi menginginkannya bahkan pada malam hari. Menyusui pada malam hari membantu mempertahankan suplai ASI karena hormon prolaktin dikeluarkan terutama pada malam hari. Bayi yang menyusu akan melepaskan payudara ibu dengan sendirinya, ibu tidak perlu menyetopnya. (IDAI, 2008)

Bagaimana menilai kecukupan ASI? (IDAI, 2008) 1. ASI akan cukup bila posisi dan perlekatan benar

2. Bila buang air kecil lebih dari 6 kali sehari dengan warna urin yang tidak pekat dan bau tidak menyengat

3. Berat badan naik lebih dari 500 gram dalam sebulan dan telah melebihi berat lahir pada usia 2 minggu

4. Bayi akan relaks dan puas setelah menyusu dan melepas sendiri dari payudara ibu

2.1.5 Ibu Bekerja IBU BEKERJA

Ibu bekerja bukan merupakan alasan untuk menghentikan pemberian ASI eksklusif. Ibu yang ingin kembali bekerja diharapkan berkunjung ke Klinik Laktasi untuk menyiapkan cara memberikan ASI bila bayi harus ditinggal. Langkah-langkah bila ibu ingin kembali bekerja: (IDAI, 2008)


(29)

16

1. Siapkan pengasuh bayi (nenek, kakek, anggota keluarga lain, baby sitter, pembantu) sebelum ibu mulai bekerja kembali.

2. Berlatihlah memerah ASI sebelum ibu bekerja kembali. ASI yang diperah dapat dibekukan untuk persediaan / tambahan apabila ibu mulai bekerja. ASI beku dapat disimpan antara 1-6 bulan, bergantung dari jenis lemari esnya. Di dalam lemari es dua pintu ASI beku dapat disimpan lebih dari 3 bulan.

3. Latihlah pengasuh bayi untuk terampil memberikan ASI perah dengan cangkir.

4. Hindari pemakaian dot/empeng karena kemungkinan bayi akan menjadi “bingung puting”.

5. Susuilah bayi sebelum ibu berangkat bekerja, dan pada sore hari segera setelah ibu pulang, dan diteruskan pada malam hari.

6. Selama di kantor, perah ASI setiap 3-4 jam dan disimpan didalam lemari es, diberi label tanggal dan jam ASI diperah. ASI yang disimpan di lemari es pendingin dapat bertahan selama 2x24 jam. ASI perah ini akan diberikan esok harinya selama ibu tidak dirumah. ASI yang diperah terdahulu diberikan lebih dahulu.

7. ASI yang disimpan di lemari es perlu dihangatkan sebelum diberikan kepada bayi dengan meredamnya dalam air hangat. ASI yang sudah dihangatkan tidak boleh dikembalikan ke dalam lemari es. Maka yang dihangatkan adalah sejumlah yang habis diminum bayi satu kali.

8. Apabila ASI yang diperah kemarin tidak mencukupi kebutuhan bayi sampai ibu kembali bekerja, dapat digunakan ASI beku yang sudah disiapkan sebelumnya. ASI beku ini kalau akan diberikan harus ditempatkan di lemari es pendingin supaya mencair dan harus digunakan dalam 24 jam.


(30)

17

Gambar 2.1.5.1 Pemberian ASI dengan cangkir (sumber: Laeflet Penatalaksanaan ASI Eksklusif pada IBU Bekerja. PODI ASI PKSC)

A. Pemberian ASI pada ibu yang bekerja

Pengeluaran ASI

Apabila ASI berlebihan, sampai keluar memancar. maka sebelum menyusui sebaiknya ASI dikeluarkan terlebih dahulu untuk menghindari bayi tersedak atau enggan menyusu. Pengeluaran ASI juga berguna pada ibu bekerja yang akan meninggalkan ASI bagi bayinya di rumah. ASI yang merembes karena payudara penuh. pada bayi yang mempunyai masalah mengisap (misal BBLR), menghilangkan bendungan atau memacu produksi ASI saat ibu sakit dan tidak dapat langsung menyusui bayinya. (Perinasia, 2007)

Pengeluaran ASI dapat dilakukan dengan dua cara: (Perinasia, 2007) 1. Pengeluaran dengan tangan

Cara ini lazim digunakan karena tidak banyak membutuhkan sarana dan lebih mudah.

1. Ibu diminta mencuci tangan sampai bersih.

2. Ibu atau keluarganya menyiapkan cangkir/gelas bertutup yang telah dicuci dengan

air mendidih.

3. Ibu melakukan massase atau pemijatan payudara dengan kedua telapak tangan dari pangkal ke arah areola. Minta ibu mengulangi pemijatan ini pada sekeliling payudara secara merata.


(31)

18

4. Pesankan kepada ibu untuk menekan daerah areola ke arah dada dengan ibu jari di sekitar areola bagian atas dan jari telunjuk pada sisi areola yang lain.

5. Peras areola dengan ibu jari dan jari telunjuk, jangan memijat/menekan puting karena dapat menyebabkan rasa nyeri/lecet.

6. Minta ibu mengulangi tekan-peras-lepas-tekan-peras-lepas. Pada mulanya ASI tak keluar, jangan berhenti, setelah beberapa kali maka ASI akan keluar.

7. Pesankan kepada ibu agar mengulangi gerakan ini pada sekeliling areola dari semua sisi sehingga yakin bahwa ASI telah diperas dari semua segmen payudara.

Gambar 2.1.5.2 Pengeluaran ASI dengan tangan

2. Pengeluaran ASI dengan pompa

Bila payudara bengkak/terbendung (engorgement) dan puting susu terasa nyeri, maka akan lebih baik bila ASI dikeluarkan dengan pompa payudara. Pompa baik digunakan bila ASI benar-benar penuh, tetapi pada payudara yang lunak akan lebih sukar. Ada dua macam pompa yang dapat digunakan yaitu tangan dan listrik, yang biasa digunakan adalah pompa payudara tangan.


(32)

19

Cara pengeluaran ASI dengan pompa payudara tangan: (Perinasia, 2007)

1. Tekan bola karet untuk mengeluarkan udara.

2. Letakkan ujung lebar tabung pada payudara dengan puting susu tepat di tengah, dan tabung benar-benar melekat pada kulit.

3. Lepas bola karet, sehingga puting dan areola tertarik ke dalam.

4. Tekan dan lepas beberapa kali, sehingga ASI akan keluar dan terkumpul pada lekukan penampung pada sisi tabung.

5. Cucilah alat dengan bersih, menggunakan air mendidih, setelah selesai dipakai atau akan dipakai. Bola karet sukar dibersihkan, oleh karenanya bila memungkinkan lebih baik pengeluaran ASI dengan tangan.

Gambar 2.1.5.3 Pengeluaran ASI dengan pompa tangan

Keluarkan ASI sebanyak mungkin dan tampung ke cangkir atau tempat/teko yang bersih. Ada ibu yang dapat mengeluarkan sampai 2 cangkir (400-500 ml) atau lebih walaupun setelah bayinya menyusu. Tetapi meskipun hanya 1 cangkir (200 ml) sudah bisa untuk pemberian 2 kali @ 100 ml.

Penyimpanan ASI (Perinasia, 2007)

 6-8 jam di temperatur ruangan (19o-25oC), bila masih kolostrum (susu awal, 1-7 hari) bisa sampai 12 jam


(33)

20

 2 minggu – 4 bulan di Freezer dalam lemari es (-4o

C)  bertahun dalam “deep freezer” (-18o

C)

ASI beku perlu dicairkan dahulu dalam lemari es 4oC. ASI kemudian tidak boleh dimasak/panaskan, hanya dihangatkan dengan merendam cangkir dalam air hangat.

2.2 Pengetahuan

Menurut (Notoatmodjo, 1997)., pengetahuan merupakan salah satu faktor yang menyebabkan individu berbuat atau bertindak. Dengan demikian perbuatan atau tingkah laku seseorang dapat terjadi menurut apa yang diketahui dan diyakini sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Setiap orang memiliki pengetahuan yang berbeda, pengatahuan yang dimiliki seseorang merupakan peranan penting dalam pekerjaannya. Hal ini berarti pengetahuan akan melahirkan sikap yang akan mengarahkan seseorang untuk berbuat sesuatu.

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langsung dari pada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Sebaiknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung ketika Green (1980) berpendapat bahwa peningkatan pengetahuan tidak selalu menyebabkan perubahan perilaku. Pengetahuan memang sesuatu yang perlu tetapi bukan merupakan faktor yang cukup kuat sehingga seseorang bertindak sesuai dengan pengetahuannya.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan melalui wawancara langsung atau kuesioner terhadap subjek penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2003).

Pendidikan adalah usaha secara sadar dan sistematis yang berlangsung seumur hidup didalam mentransfer pengetahuan seseorang kepada orang lain. Usaha ini bisa dilakukan secara formal atau non formal. Seseorang yang latar pendidikannya tinggi (formal) akan mempunyai tingkat penalaran yang tinggi dan mempunyai persepsi bermacam-macam tentang sesuatu hal dibandingkan dengan orang yang berpendidikan rendah, serta memiliki keinginan yang besar


(34)

21

untuk memanfaatkan pengetahuan dan keterampilan yang dimillikinya (Siagian, 1997).

2.3 Sikap

Sikap merupakan faktor penentu perilaku, karena sikap berhubungan dengan persepsi, kepribadian dan motivasi. Sikap (attitude) adalah kesiapan-kesiapan mental yang dipelajari dan diorganisasi melalui pengalaman dan mempunyai pengaruh tertentu atas cara tanggap seseorang terhadap orang lain, objek dan situasi yang berhubungan dengannya (Gibson, 1985).

2.4 Perilaku

Perilaku sama dengan kelakuan dan juga tingkah laku seseorang dalam melakukan suatu tindakan. Perilaku manusia merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan (Sarwono, 1993).

Faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku dibedakan menjadi dua yakni faktor intern dan ekstern. Faktor intern mencakup: pengetahuan, kecerdasan, persepsi, emosi, motivasi, dan sebagainya yang berfungsi untuk mengolah rangsangan dari luar. Sedangkan faktor ekstern meliputi lingkungan sekitar, baik fisik, maupun non fisik seperti: iklim, manusia, sosial-ekonomi, kebudayaan dan sebagainya (Notoatmodjo, 1997).

Menurut Green (1980) dalam Notoatmodjo (2003) perilaku manusia dipengaruhi oleh 3 faktor utama, yaitu Predisposing Factors diantaranya pengetahuan, sikap, persepsi, nilai, keyakinan dan variabel demografi (umur, jenis kelamin, pendidikan, lama kerja). Enabling factors terdiri dari fasilitas penunjang, peraturan dan kemampuan sumber daya. Dan Reinforcing factors merupakan faktor yang mendorong untuk berperilaku seperti yang diharapkan, terwujud dalam perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, keluarga, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.


(35)

22 2.5 Kerangka Konsep

Kerangka konsep terdiri dari variabel terikat (dependen) dan variabel bebas (independen). Variabel bebas terdiri dari pekerjaan, pendidikan, umur ,dan sumber informasi serta pengetahuan dan sikap. Sedangkan perilaku ditetapkan sebagai variabel terikat. Hubungan antara beberapa variabel tersebut digambarkan dalam bagan di bawah ini :

Variabel Independen Variabel Dependen

Gambar 2.5 Kerangka konsep Karakteristik ibu:

 Usia  Pendidikan  Jenis Pekerjaan Pengetahuan

Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Sikap

Lingkungan:


(36)

23 2.6 Definisi Operasional

Tabel 2.6 Definisi operasional No

.

Variabel Definisi Alat Ukur Cara Ukur

Hasil ukur

1. Pengetahuan Fakta atau ide yang didapat melalui proses observasi, belajar, atau penelitian.

Yang ingin diteliti adalah pengetahuan responden

mengenai

pemberian ASI dan ASI Eksklusif

Kuesioner Menyebar kan kuesioner kepada ibu yang bekerja 1.Baik

2.Kurang Baik

2. Sikap Kecenderungan yang dipelajari untuk bertingkah laku secara konsisten terhadap seseorang, sekelompok orang, suatu objek.

Yang ingin diteliti adalah sikap responden dalam pemberian ASI.

Kuesioner Menyebar kan kuesioner kepada Ibu yang bekerja 1. Baik

2. Kurang Baik

3. Perilaku Hal-hal yang telah dilakukan

responden

berkenaan dengan

Kuesioner Menyebar kan kuesioner kepada ibu

1. Ya 2. Tidak


(37)

24 pengetahuan yang telah didapat. Yang ingin diteliti adalah perilaku responden dalam pemberian ASI Eksklusif. yang bekerja

4. Pekerjaan Kegiatan rutin yang dilakukan dalam upaya mendapatkan penghasilan untuk pemenuhan kebutuhan hidup keluarga. Kuesioner Menyebar kan kuesioner kepada ibu yang bekerja 1. Karyawan 2. Guru

3. Bidan/ petugas kesehatan

4. Wiraswasta

5. Pendidikan Pendidikan formal tertinggi yang pernah ditamatkan oleh responden

Kuesioner Menyebar kan kuesioner kepada ibu yang bekerja

5. Tidak Tamat SD 6. Tamat SD 7. Tamat SMP 8. Tamat SMU

9. Tamat

Perguruan Tinggi

6. Umur Lamanya hidup

responden yang dihitung dalam tahun sejak lahir sampai saat penelitian berlangsung Kuesioner Menyebar kan kuesioner kepada ibu yang bekerja

1. < 30 tahun 2. > 30 tahun

7. Sumber Informasi

Adalah segala

media yang

menjadi sumber pengetahuan

Kuesioner Menyebar kan kuesioner kepada ibu

1. Petugas

kesehatan Puskesmas, yaitu dokter, bidan/ perawat, kader


(38)

25 mengenai ASI dan ASI Eksklusif

yang bekerja

posyandu

2. Dokter praktek swasta

3. Bidan praktek swasta

4. Media cetak, yaitu majalah, surat kabar, buku, brosur, dan lain-lain

5. Media

elektronik, yaitu televisi, radio, dan internet

6. Anggota Keluarga 7. Tetangga


(39)

26 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian survey yaitu penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpul data pokok. Sebelumnya telah dilakukan validasi kuesioner terhadap 10 responden untuk mengetahui apakah pertanyaan dapat dimengerti atau tidak oleh responden.

Dalam penelitian ini menggunakan pendekatan Cross Sectional yaitu peneliti mempelajari hubungan antara variabel bebas (faktor resiko) dengan variabel tergantung (efek) dengan melakukan pengukuran sesaat, tidak semua objek penelitian harus diperiksa pada hari/saat yang sama tetapi baik variabel efek dinilai hanya satu kali saja.

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Posyandu Cempaka, Kelurahan Larangan Selatan, Kecamatan Larangan, Kota Tangerang pada bulan Agustus tahun 2010.

3.3 Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi penelitian ini adalah para ibu yang bekerja yang terdaftar di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan Kecamatan Larangan, Tangerang sampai dengan bulan September tahun 2010.

Pengambilan sample dilakukan dengan menggunakan teknik purposive accidental sampling berdasarkan kriteria berikut ini:

a. Kriteria Inklusi

 Ibu yang bekerja dan memiliki batita umur 7-24 bulan yang pernah mendapat ASI.

 Ibu yang memberikan ASI.


(40)

27 b. Kriteri Eksklusi

 Ibu yang memiliki batita umur 7-24 bulan yang pernah mendapat ASI tetapi tidak bekerja

 Ibu yang memiliki batita umur 7-24 bulan yang memiliki cacat fisik atau mengalami masalah-masalah tertentu.

Berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi di atas diperoleh jumlah ibu yang bekerja dan memilki bayi usia 7 sampai dengan 24 bulan sebanyak 33 orang. Sehingga jumlah total sampel dalam penelitian ini sebanyak 33 orang (sampel penuh). Alasan peneliti menggunakan batasan usia bayi 7 sampai 24 bulan yaitu karena setelah dilakukan uji kuesioner diperoleh hasil bahwa sebagian besar ibu yang memilki bayi usia lebih dari 24 bulan telah lupa dengan pemberian ASI saat bayi mereka berusia 0-6 bulan. Sedangkan ibu yang memiliki bayi usia kurang dari 6 bulan belum dapat dipastikan akan memberikan ASI Eksklusif kepada bayi mereka.


(41)

28 3.4 Cara Kerja Penelitian

Ibu berusia produktif yang bekerja dan pernah memberikan

ASI

Informed consent

Ya Tidak

Wawancara dengan menggunakan kuesioner

Pengumpulan dan pengolahan data dengan SPSS for windows

Skoring

Pengetahuan Sikap Perilaku

Baik Kurang


(42)

29 3.5 Managemen Data

3.5.1 Pengumpulan Data

Penelitian ini akan dilaksanakan bila telah memperoleh persetujuan setelah penjelasan atau informed consent dari subjek penelitian. Data dikumpulkan melalui wawancara dengan bantuan instrumen penelitian berupa kuesioner.

3.5.2 Pengolahan, Analisis, dan Penyajian Data

Seluruh data yang terkumpul diolah melalui tahap-tahap sebagai berikut:

1. Mengkode data (data coding)

Proses pemberian kode kepada setiap variabel yang telah dikumpulkan untuk memudahkan dalam pengelolaan lebih lanjut. 2. Menyunting data (data editing)

Dilakukan untuk memeriksa kelengkapan dan kebenaran data seperti kelengkapan pengisian, kesalahan pengisian, konsistensi pengisian setiap jawaban kuesioner. Data ini merupakan data input utama untuk penelitian ini.

3. Memasukkan data (data entry)

Memasukkan data dalam program software computer (SPSS for window ).

4. Membersihkan data (data cleaning)

Pengecekan kembali data yang telah dimasukkan untuk memastikan data tersebut tidak ada yang salah, sehingga dengan demikian data tersebut telah siap diolah dan dianalisis.

5. Penyajian Data

Setelah dilakukan pengolahan dan analisis data, selanjutnya data disajikan dalam bentuk tekstular dan tabular.


(43)

30 BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Pengetahuan

Pengetahuan ibu bekerja diperoleh dari 11 pertanyaan mengenai Pemberian ASI Eksklusif. Kemudian dilakukan skoring terhadap pertanyaan-pertanyaan tersebut. Skor 1 diberikan untuk jawaban yang benar dan skor 0 diberikan untuk jawaban yang salah. Sehingga jika seluruh jawaban benar maka total skornya adalah 11. Setelah dilakukan scoring kemudian dilakukan pengkategorian terhadap skor pengetahuan, yaitu kategori baik jika total skor yang didapat >19 dan kategori kurang baik jika total skornya < 19. Hasil pengkategorian tersebut dapat dilihat dari tabel 4.1 berikut ini.

Tabel 4.1

Distribusi Ibu yang Bekerja terhadap Pengetahuan Pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan Tahun 2010

Pengetahuan Jumlah Persentase (%)

Kurang Baik 14 42,4 %

Baik 19 57,6 %

Total 33 100 %

Dari tabel 4.1 di atas diperoleh bahwa sebanyak 19 orang (57,6%) ibu yang bekerja yang memiliki pengetahuan baik mengenai ASI Eksklusif dan 14 orang (42,4%) memiliki pengetahuan yang kurang baik mengenai ASI Eksklusif.

4.2 Sikap

Sikap ibu yang bekerja terhadap pemberian ASI Eksklusif diperoleh melalui 5 pertanyaan dan pada masing-masing pertanyaan diberikan 4 pilihan jawaban yaitu Sangat Setuju, Setuju, Tidak Setuju, dan Sangat Tidak Setuju. Setiap pertanyaan diberi skor, sehingga total skor maksimalnya adalah 20 dan skor minimalnya


(44)

31

adalah 1. Dari skor yang diperoleh, kemudian dilakukan pengkategorian yaitu kategori baik bila total skor yang diperoleh > 3 dan kategori kurang baik bila skornya < 3. Pengkategorian ini didasarkan pada nilai rata-rata dan nilai tengah dari hasil scoring sikap seluruh responden. Adapun hasilnya dapat dilihat dari table berikut ini.

Tabel 4.2

Distribusi Ibu yang Bekerja terhadap Sikap Pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan Tahun 2010

Sikap Jumlah Persentase (%)

Kurang Baik 14 42,4 %

Baik 19 57,6 %

Total 33 100 %

Dari tabel 4.2 dapat diperoleh gambaran bahwa sebanyak 19 (57,6%) ibu memiliki sikap yang kurang baik terhadap Pemberian ASI Eksklusif. Sedangkan sebanyak 14 (42,4%) ibu memiliki sikap yang kurang baik terhadap Pemberian ASI Eksklusif.

4.3 Perilaku

Perilaku pemberian ASI Eksklusif pada bayi diperoleh melalui pertanyaan mengenai pemberian ASI, waktu pemberian ASI, dan pemberian makanan/ minuman lain selain ASI. Distribusi responden terhadap perilaku pemberian ASI Eksklusif digambarkan dalam tabel 4.3 berikut ini


(45)

32 Tabel.4.3

Distribusi Ibu yang Bekerja terhadap Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Cempaka, Kelurahan Larangan Selatan Tahun 2010 Perilaku Pemberian ASI

Eksklusif

Jumlah Persentase (%)

Ya 9 27,3 %

Tidak 24 72,7 %

Total 33 100 %

Pada tabel 4.3 diperoleh hasil, dari 33 ibu yang bekerja hanya sebanyak 9 (27,3%) yang memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Dan sebanyak 24 (72,7%) yang tidak memberikan ASI Eksklusif.

4.4 Karakteristik Ibu

Gambaran karakteristik (umur, pendidikan, pekerjaan) para ibu yang bekerja di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun 2010 dapat dilihat pada table berikut ini.

Tabel 4.4

Distribusi Ibu yang Bekerja berdasarkan Pekerjaan, Pendidikan, dan Umur Karakteristik Kategori Jumlah Persentase (%)

Pekerjaan Karyawan 21 63,6 %

Guru 3 9,1 %

Wiraswasta 9 27,3 %

Pendidikan Tamat SD 1 3 %

Tamat SMU 22 66,7 %

Tamat Perguruan Tinggi

10 30,3 %

Umur < 30 tahun 15 45,5 %


(46)

33

Dari tabel 4.4 diperoleh gambaran bahwa sebanyak 21 (63,6%) ibu bekerja sebagai karyawan, 9 (27,3%) ibu bekerja sebagai wiraswasta, dan 3(9,1%) ibu bekerja sebagai guru. Sebanyak 22 (66,7%) ibu berpendidikan tamat SMU, 10 (30,3%) ibu berpendidikan tamat perguruan tinggi, dan 1 (3%) ibu tamat Sekolah Dasar. Sebanyak 18 (54,5%) ibu berusia > 30 tahun dan 15(45,5%) ibu berusia < 30 tahun.

4.5 Sumber Informasi

Gambaran sumber informasi tentang pemberian ASI Esklusif pada bayi di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun 2010 dapat dilihat dari tabel 4.5 berikut ini.

Tabel 4.5

Distribusi Ibu yang Bekerja terhadap Sumber Informasi Pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Cempaka, Kelurahan Larangan Selatan Tahun 2010

Sumber Informasi Jumlah

Petugas kesehatan Puskesmas, yaitu dokter, bidan/ perawat, kader posyandu

21

Dokter praktek swasta 20

Bidan praktek swasta 21

Media cetak, yaitu majalah, surat kabar, buku, brosur, dan lain-lain

11

Media elektronik, yaitu televisi, radio, dan internet 10

Anggota Keluarga 22

Tetangga 2

Dari tabel 4.5 dapat diperoleh gambaran bahwa sebanyak 22 orang ibu mengakui mendapat informasi pemberian ASI Eksklusif dari anggota keluarga, sebanyak 21 ibu dari petugas kesehatan Puskesmas, 21 ibu dari Bidan praktek desa, 20 orang ibu dari dokter praktek swasta, dan sisanya dari media cetak dan media elektronik.


(47)

34 4.6 Pengetahuan terhadap Perilaku

Gambaran pengetahuan para ibu yang bekerja terhadap perilaku pemberian ASI Esklusif dapat dilihat pada tabel 4.6 berikut ini.

Tabel 4.6

Distribusi Pengetahuan terhadap Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan Tahun 2010 Pengetahuan Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Jumlah

Ya % Tidak % Jml %

Baik 7 36,8% 12 63,2% 19 100%

Kurang Baik

2 14,3% 12 85,7% 14 100%

Jml 9 27,27% 24 72,73% 33 100%

Dari tabel 4.6 diperoleh hasil dari 33 orang ibu yang bekerja, ibu yang memiliki pengetahuan baik dan memberikan ASI Eksklusif sebesar 36,8% (7 orang) sedangkan yang pengetahuannya kurang baik dan tidak memberikan ASI Eksklusif sebesar 14,3% (2 orang). Ibu bekerja yang memiliki pengetahuan baik dan tidak memberikan ASI Eksklusif sebesar 63,2% (12 orang) sedangkan pengetahuannya kurang baik dan tidak memberikan ASI Eksklusif sebesar 85,7% (12 orang).

4.7 Sikap terhadap Perilaku

Gambaran sikap para ibu yang bekerja terhadap perilaku pemberian ASI Esklusif pada bayi di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun 2010 dapat dilihat dari tabel berikut ini.


(48)

35 Tabel 4.7

Distribusi Sikap Ibu Bekerja Terhadap Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun 2010

Sikap Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Jumlah

Ya % Tidak % Jml %

Baik 9 47,7% 10 52,6% 19 100%

Kurang Baik

0 0% 14 100% 14 100%

Jml 9 27,27% 24 72,73% 33 100%

Dari tabel 4.7 di atas diperoleh hasil bahwa dari 33 orang ibu yang bekerja, ibu yang memiliki sikap baik dan memberikan ASI Eksklusif sebesar 47,4% (9 orang) sedangkan yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebesar 52,6% (10 orang). Semua ibu yang memiliki sikap kurang baik tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya (100%).

4.8 Karakteristik Ibu yang Bekerja terhadap Perilaku

Gambaran karakteristik (pekerjaan, pendidikan, dan umur) para ibu yang bekerja terhadap perilaku pemberian ASI Esklusif dapat dilihat dalam tabel berikut ini :

Tabel 4.8

Distribusi Karakteristik Ibu yang Bekerja terhadap Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan Tahun 2010 Karakteristik Kategori Jumlah Perilaku Pemberian ASI

Eksklusif

Ya Tidak

Pekerjaan Karyawan 21 3 18

Guru 3 2 1

Wiraswasta 9 4 5

Pendidikan Tamat SD 1 0 1


(49)

36 Tamat

Perguruan Tinggi

10 3 7

Umur < 30 tahun 15 2 13

≥ 30 tahun 18 7 11

Dari tabel 4.8 diperoleh gambaran bahwa dari 21 ibu yang berprofesi sebagai karyawan hanya 3 orang ibu yang memberikan ASI Eksklusif, dari 3 orang ibu yang berprofesi sebagai guru ada 2 orang yang memberikan ASI Eksklusif, dan dari 9 orang yang berprofesi sebagai wiraswasta sebanyak 4 orang yang memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Berdasarkan Pendidikan diperoleh hasil ibu yang tamat SD tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya, dari 22 orang yang tamat SMU hanya 6 orang yang memberikan ASI Eksklusif, dan dari 10 orang ibu yang tamat perguruan tinggi hanya 3 orang yang memberikan ASI Eksklusif. Sedangkan berdasarkan umur, dari 15 orang ibu berusia < 30 tahun hanya 2 orang yang memberikan ASI Eksklusif dan dari 18 orang ibu yang berusia > 30 tahun hanya 7 orang yang memberikan ASI Eksklusif.

4.9 Sumber Informasi Terhadap Perilaku

Sumber informasi pada penelitian ini di dikegorikan menjadi 2 kategori yaitu sumber informasi yang baik dan sumber informasi yang kurang baik. Sumber informasi yang digunakan dalam pengkategorian ini hanya sumber informasi yang diperoleh berasal dari petugas kesehatan yaitu dokter, petugas puskesmas, dan bidan, serta sumber informasi dari keluarga. Hal ini dikarenakan sumber informasi dari petugas kesehatan akan lebih dipercaya kebenarannya. Sedangkan bila sumber informasi diperoleh dari keluarga adalah karena anggota keluarga yang menjadi sumber informasi biasanya adalah anggota keluarga yang lebih berpengalaman dan memilki kedekatan tersendiri dengan ibu bayi. Dari keempat sumber informasi ini dilakukan scoring, bila jumlah sumber informasinya < 3 maka dikategorikan kurang baik dan bila jumlah sumber informasinya > 3 maka termasuk kategori baik. Sehingga dari pengkategorian tersebut diperoleh hasil sesuai dengan tabel 4.9 berikut ini.


(50)

37 Tabel 4.9

Distribusi Sumber Informasi Ibu yang Bekerja terhadap Perilaku Pemberian ASI Eksklusif di Posyandu Cempaka Kelurahan Larangan Selatan tahun

2010 Jumlah

Informasi

Perilaku Pemberian ASI Eksklusif Jumlah

Ya % Tidak % Jml %

Baik 9 29,03% 22 70,97% 31 100%

Kurang Baik

0 0% 2 100% 2 100%

Jml 9 27,27% 24 72,73% 33 100%

Dari tabel 4.9 dapat diperoleh hasil bahwa dari 33 orang ibu yang bekerja, ibu yang memiliki jumlah informasi yang baik sebanyak 29,03% memberikan ASI Eksklusif dan sebanyak 70,97% ibu tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Sedangkan seluruh ibu yang memiliki jumlah informasi yang kurang baik seluruhnya tidak memberikan ASI Eksklusif.


(51)

38 BAB V PEMBAHASAN

5.1 Perilaku Pemberian ASI

Pada penelitian ini, diperoleh hasil sebanyak 24 (72,7%) ibu bekerja memiliki perilaku kurang baik terhadap pemberian ASI eksklusif. Sedangkan ibu yang memiliki perilaku baik hanya 9 (27,3%) orang. Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sebagian besar responden memberikan ASI eksklusif pada bayi. Hasil penelitian ini diperkuat dengan analisa data, ternyata alasan ibu tidak memberikan ASI eksklusif pada 23 (95,8%) responden menjawab alasan mereka tidak memberikan ASI Eksklusif adalah karena mereka bekerja. Selain itu mereka juga beralasan bahwa produksi ASI mereka berkurang dan bayi mereka terlanjur mendapat susu formula, makanan, atau minuman lain pada awal kelahiran. Hasil ini sesuai dengan IDAI tahun 2008, bahwa kendala yang sering menjadi alasan ibu yang melakukan konsultasi ke klinik laktasi dua diantaranya yaitu produksi ASI kurang dan bayi terlanjur mendapakan makanan prelakteal (air gula, susu formula pada hari-hari pertama kelahiran).

Berdasarkan Amiruddin (2007), pekerjaan berkaitan dengan pemberian ASI. Ibu yang bekerja cenderung memiliki waktu yang sedikit untuk menyusui bayinya akibat kesibukan bekerja. Menurut asumsi peneliti produksi ASI yang berkurang pada ibu yang bekerja dapat diakibatkan karena kondisi mereka yang bekerja sehingga mereka tidak memiliki waktu secara intensif untuk memberikan bayi mereka ASI secara ekskusif sehingga mereka menggantikan ASI dengan susu formula atau makanan/ minuman lain. Asumsi peneliti ini diperkuat oleh IDAI tahun 2008, bahwa pemberian makanan pendamping pada bayi sebelum waktunya sering berakibat berkurangnya produksi ASI.

Seharusnya ibu bekerja bukan merupakan alasan untuk menghentikan pemberian ASI eksklusif. Ibu yang ingin kembali bekerja diharapkan berkunjung ke Klinik Laktasi untuk menyiapkan cara memberikan ASI bila bayi harus ditinggal. Langkah-langkah bila ibu ingin kembali bekerja: (IDAI, 2008)


(52)

39

1. Siapkan pengasuh bayi (nenek, kakek, anggota keluarga lain, baby sitter, pembantu) sebelum ibu mulai bekerja kembali.

2. Berlatihlah memerah ASI sebelum ibu bekerja kembali. ASI yang diperah dapat dibekukan untuk persediaan / tambahan apabila ibu mulai bekerja. ASI beku dapat disimpan antara 1-6 bulan, bergantung dari jenis lemari esnya. Di dalam lemari es dua pintu ASI beku dapat disimpan lebih dari 3 bulan.

3. Latihlah pengasuh bayi untuk terampil memberikan ASI perah dengan cangkir.

4. Hindari pemakaian dot/empeng karena kemungkinan bayi akan menjadi “bingung puting”.

5. Susuilah bayi sebelum ibu berangkat bekerja, dan pada sore hari segera setelah ibu pulang, dan diteruskan pada malam hari.

6. Selama di kantor, perah ASI setiap 3-4 jam dan disimpan didalam lemari es, diberi label tanggal dan jam ASI diperah. ASI yang disimpan di lemari es pendingin dapat bertahan selama 2x24 jam. ASI perah ini akan diberikan esok harinya selama ibu tidak dirumah. ASI yang diperah terdahulu diberikan lebih dahulu.

7. ASI yang disimpan di lemari es perlu dihangatkan sebelum diberikan kepada bayi dengan meredamnya dalam air hangat. ASI yang sudah dihangatkan tidak boleh dikembalikan ke dalam lemari es. Maka yang dihangatkan adalah sejumlah yang habis diminum bayi satu kali.

8. Apabila ASI yang diperah kemarin tidak mencukupi kebutuhan bayi sampai ibu kembali bekerja, dapat digunakan ASI beku yang sudah disiapkan sebelumnya. ASI beku ini kalau akan diberikan harus ditempatkan di lemari es pendingin supaya mencair dan harus digunakan dalam 24 jam.


(53)

40 5.2 Sikap

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 14 (42,2%) ibu bekerja memiliki sikap kurang baik terhadap pemberian ASI eksklusif. Sedangkan ibu yang memiliki sikap baik terhadap pemberian ASI Eksklusif sebanyak 19 (57,8%) orang. Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa responden memiliki sikap yang baik terhadap pemberian ASI eksklusif lebih banyak dibandingkan dengan responden yang memiliki sikap kurang baik.

Dari 33 orang ibu yang bekerja, ibu yang memiliki sikap baik dan memberikan ASI Eksklusif sebesar 47,4% (9 orang) sedangkan yang tidak memberikan ASI Eksklusif sebesar 52,6% (10 orang). Semua ibu yang memiliki sikap kurang baik tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya (100%). Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa semua responden yang memberikan ASI Eksklusif memiliki sikap yang baik terhadap pemberian ASI Eksklusif dan sebaliknya semua responden yang tidak memberikan ASI Eksklusif memiliki sikap yang kurang baik terhadap pemberian ASI Eksklusif. Sikap merupakan faktor penentu perilaku, karena sikap berhubungan dengan persepsi, kepribadian dan motivasi (Gibson, 1985).

5.3 Pengetahuan

Pada penelitian ini, hasil uji univariat menunjukkan sebanyak 14 (42,2%) ibu bekerja memiliki pengetahuan kurang baik terhadap pemberian ASI eksklusif. Sedangkan ibu yang memiliki pengetahuan baik 19 (57,8%) orang. Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa responden memiliki pengetahuan yang baik terhadap pemberian ASI eksklusif lebih banyak dibandingkan dengan responden yang memiliki pengetahuan kurang baik. Berdasarkan analisis data

Hasil penelitian menunjukkan sebanyak 63,2% ibu bekerja yang memiliki tingkat pengetahuan baik dengan perilaku kurang baik terhadap pemberian ASI eksklusif. Sedangkan ibu bekerja yang memiliki tingkat pengetahuan baik dengan perilaku baik hanya 36,8% responden. Hasil uji juga menunjukkan sebanyak 85,7% ibu bekerja yang memiliki tingkat pengetahuan kurang baik dengan perilaku kurang baik terhadap pemberian ASI eksklusif. Sedangkan ibu yang memiliki tingkat pengetahuan baik dengan perilaku baik hanya 14,3% responden.


(54)

41

Dari hasil tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa terdapat pengaruh antara tingkat pengetahuan dengan perilaku responden.

Berdasarkan asumsi peneliti hal ini dapat terjadi karena banyak ibu dalam penelitian ini masih belum mengerti perbedaan antara ASI dengan ASI eksklusif. Karena berdasarkan wawancara yang dilakukan banyak ibu yang mengaku bahwa mereka memberikan ASI Eksklusif namun mereka mengaku bahwa mereka juga memberikan makanan/minuman lain selain ASI.

Berdasarkan definisi Air Susu Ibu yang selanjutnya disebut ASI adalah cairan hidup yang mengandung sel-sel darah putih, imunoglobulin, enzim dan hormon, serta protein spesifik, dan zat-zat gizi lainnya yang diperlukan untuk pertumbuhan dan perkembangan anak (Peraturan Bersama Menteri Pemberdayaan Perempuan, Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi, dan menteri Kesehatan, 2008). Sedangkan ASI Eksklusif adalah ASI Eksklusif adalah pemberian ASI saja sejak bayi dilahirkan sampai sekitar usia 6 bulan. Selama itu bayi tidak diharapkan mendapat tambahan cairan lain seperti susu formula, air jeruk, air teh, madu, air putih. Pada pemberian ASI eksklusif bayi juga tidak diberikan makanan tambahan seperti pisang, biskuit, bubur susu, bubur nasi, tim dan sebagainya. Pemberian ASI secara benar akan dapat memenuhi kebutuhan bayi sampai usia enam bulan, tanpa makanan pendamping. Di atas usia enam bulan, bayi memerlukan makanan tambahan tetapi pemberian ASI dapat dilanjutkan sampai ia berumur dua tahun (Perinasia, 2007).

Dari hasil menunjukkan bahwa dari 33 orang ibu yang bekerja, ibu yang memiliki pengetahuan baik dan memberikan ASI Eksklusif sebesar 36,8% (7 orang) sedangkan yang pengetahuannya kurang baik dan tidak memberikan ASI Eksklusif sebesar 14,3% (2 orang). Ibu bekerja yang memiliki pengetahuan baik dan tidak memberikan ASI Eksklusif sebesar 63,2% (12 orang) sedangkan pengetahuannya kurang baik dan tidak memberikan ASI Eksklusif sebesar 85,7% (12 orang). Dari hasil ini dapat ditarik kesimpulan bahwa pengetahuan yang baik mengenai ASI Eksklusif dapat mempengaruhi ibu yang bekerja untuk tetap memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Hal ini terbukti dengan hasil yang menunjukkan bahwa jumlah ibu yang memiliki pengetahuan kurang baik dan tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya lebih banyak dibandingkan


(55)

42

dengan ibu yang pengetahuannya baik dan tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya.

Hasil penelitia ini sesuai dengan hasil penelitian Amiruddin (2007) yang menunjukkan bahwa presentase responden yang memberikan ASI eksklusif dan memiliki pengetahuan tentang ASI eksklusif cukup (11,8%) lebih besar dari responden yang memberikan ASI eksklusif dan memiliki pengetahuan tentang ASI eksklusif kurang (7,7%) sedangkan presentase responden yang tidak memberikan ASI eksklusif dan memiliki pengetahuan kurang (92,3%) lebih besar dari responden yang tidak memberikan ASI eksklusif dan memiliki pengetahuan cukup (88,2%).

5.4 Karakeristik Ibu

Berdasarkan data yang dikumpulkan dari 33 responden, maka diketahui bahwa sebesar 54,5% responden berumur ≥ 30 tahun, tingkat pendidikan tinggi 97%, pekerjaan 63,6% responden sebagai karyawan.

Dari 21 ibu yang berprofesi sebagai karyawan hanya 3 orang ibu yang memberikan ASI Eksklusif, dari 3 orang ibu yang berprofesi sebagai guru ada 2 orang yang memberikan ASI Eksklusif, dan dari 9 orang yang berprofesi sebagai wiraswasta sebanyak 4 orang yang memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Dari hasil ini dapat dierik kesimpulan bahwa sebagian besar ibu yang bekerja sebagai karyawan tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Hal ini dikarenakan karyawan memiliki waktu bekerja yang lebih ketat dan lebih panjang dibandingkan ibu yang berprofesi sebagai guru dan wiraswasta. Menurut asumsi peneliti seharusnya keadaan bekerja apapun pekerjaannya bukanlah suatu penghalang dan alasan seorang ibu untuk tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Asumsi ini diperkuat oleh hasil penelitian Amiruddin (2007) yang menunjukkan dari hasil analisa statistik diketahui bahwa tidak ada hubungan antara ibu bekerja di luar rumah dengan pemberian ASI eksklusif. Namun asumsi peneliti tidak sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Zamri Amin (2001) yang menunjukkan bahwa pada kelompok ibu yang tidak bekerja keinginan untuk memberikan ASI eksklusif lebih tinggi dibandingkan pada ibu yang bekerja.


(56)

43

Berdasarkan Pendidikan diperoleh hasil ibu yang tamat SD tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya, dari 22 orang yang tamat SMU hanya 6 orang yang memberikan ASI Eksklusif, dan dari 10 orang ibu yang tamat perguruan tinggi hanya 3 orang yang memberikan ASI Eksklusif. Dari hasil penelitian dapat ditarik kesimpulan bahwa ibu bekerja yang memberikan ASI Eksklusif adalah ibu yang memiliki pendidikan tinggi ( tamat SMU dan Perguruan Tinggi). Pendidikan membantu seseorang untuk menerima informasi tentang pertumbuhan dan perkembangan bayi, misalnya memberikan ASI eksklusif hingga bayi berumur 6 bulan. Proses pencarian dan penerimaan informasi ini akan cepat jika ibu berpendidikan tinggi (Amiruddin, 2007).

Sedangkan berdasarkan umur, dari 15 orang ibu berusia < 30 tahun hanya 2 orang yang memberikan ASI Eksklusif dan dari 18 orang ibu yang berusia > 30 tahun hanya 7 orang yang memberikan ASI Eksklusif. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa jumlahibu yang memberikan ASI Ekslusif adalah ibu bekerja yang berusia > 30 tahun.

5.5 Sumber Informasi

Sumber informasi dapat berperan dalam meningkatkan pengetahuan ibu. Unsur yang berperan dalam keberhasilan penyampaian informasi adalah latar belakang penerima informasi, materi informasi yang disampaikan, dan pemberi informasi. Materi informasi yang sederhana dan metode terarah merupakan faktor yang penting dalam meningkatkan pengetahuan ibu tentang pengertian, manfaat dan keunggulan ASI eksklusif, persiapan dan teknik menyusui yang benar, serta cara pemberian ASI dalam kondisi khusus terutama bagi ibu yang bekerja.

Pada penelitian ini informasi tersebut yang paling banyak berasal dari anggota keluarga, sebesar 22 responden menjawab demikian. Selain itu dilanjutkan dengan informasi dari Petugas kesehatan Puskesmas, yaitu dokter, bidan/ perawat, kader posyandu dan bidan praktek swasta sebesar 21 responden, dan dokter praktek swasta sebesar 20 responden. Berdasarkan asumsi peneliti kurangnya waktu yang dimiliki oleh para ibu tersebut karena pekerjaannya, sehingga hanya sebagian kecil responden yang bisa mencari/mendapat sumber informasi melalui media cetak dan elektronik.


(57)

44

Menurut asumsi peneliti semakin banyak informasi yang diterima, semakin meningkat pula tingkat perilaku responden. Artinya sumber informasi yang berasal dari petugas kesehatan lebih efektif dan dapat dipertanggungjawabkan dibandingkan dengan informasi lainnya. Hal ini disebabkan informasi yang diberikan bersifat sederhana, jelas, dan mudah dicerna. Namun, pengaruh dari keluarga juga perlu diperhatikan karena intensitas pertemuan lebih dominan dibandingkan dengan petugas kesehatan.

Asumsi peneliti di atas, sesuai dengan hasil penelitian Amiruddin (2007), bahwa presentase responden yang memberikan ASI eksklusif dan pernah menerima informasi dari petugas kesehatan (12,0%) lebih besar dari responden yang memberikan ASI eksklusif dan tidak pernah menerima informasi dari petugas kesehatan (8,2%) sedangkan presentase responden yang tidak memberikan ASI eksklusif dan tidak pernah mendapat informasi dari petugas kesehatan (91,8%) lebih besar dari responden yang tidak memberikan ASI eksklusif dan mendapat informasi dari petugas kesehatan (88,0%).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 33 orang ibu yang bekerja, ibu yang memiliki jumlah informasi yang baik sebanyak 29,03%nya memberikan ASI Eksklusif dan sebanyak 70,97% tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya. Sedangkan seluruh ibu yang memiliki jumlah informasi yang kurang baik seluruhnya tidak memberikan ASI Eksklusif. Sumber informasi yang baik pada penelitian ini diperoleh dari petugas kesehatan, dokter, bidan, dan keluarga. Dari hasil dapat ditarik kesimpulan bahwa jumlah informasi yang baik semua ibu yang memberikan ASI Eksklusif dalam penelitian ini memiliki sumber informasi yang baik.

Sumber informasi dari anggota keluarga juga sangat berperan karena menurut asumsi peneliti, anggota keluarga merupakan orang terdekat dan terpercaya bagi para ibu. Anggota keluarga yang menjadi sumber informasi biasanya adalah orang-orang yang lebih berpengalaman dan telah lebih dahulu mendapat informasi mengenai ASI dan ASI Eksklusif. Asumsi ini sesuai dengan Amiruddin (2007), bahwa kurangnya dukungan dari keluarga juga merupakan faktor terhambatnya pemberian ASI eksklusif sehingga walaupun ibu pernah menerima atau tidak pernah menerima informasi ASI eksklusif dari petugas


(58)

45

kesehatan tidak akan mempengaruhi tindakan ibu untuk memberikan ASI eksklusif pada bayi mereka.Keluarga yang merupakan orang terdekat ibu bayi terutama ayah dan orangtua perlu juga diberikan informasi tentang pentingnya ASI eksklusif oleh petugas kesehatan sehingga dengan pengetahuan tersebut dapat menghilangkan anggapan- anggapan yang salah tentang ASI eksklusif dan dengan adanya informasi tersebut akan membuat keluarga untuk menyakinkan ibu agar tetap memberikan ASI secara eksklusif kepada bayinya.


(59)

46 BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut:

1. Dari 33 orang ibu yang bekerja hanya sebanyak 9 (27,3%) yang memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya.

2. Sebanyak 19 orang (57,6%) ibu yang bekerja memiliki pengetahuan baik mengenai ASI Eksklusif dan 14 orang (42,4%) memiliki pengetahuan yang kurang baik mengenai ASI Eksklusif.

3. Sebanyak 19 (57,6%) ibu memiliki sikap yang baik terhadap Pemberian ASI Eksklusif dan 14 (42,4%) ibu memiliki sikap yang kurang baik terhadap Pemberian ASI Eksklusif.

4. Sebanyak 21 (63,6%) ibu bekerja sebagai karyawan, 9 (27,3%) ibu bekerja sebagai wiraswasta, dan 3(9,1%) ibu bekerja sebagai guru. Sebanyak 22 (66,7%) ibu berpendidikan tamat SMU, 10 (30,3%) ibu berpendidikan tamat perguruan tinggi, dan 1 (3%) ibu tamat Sekolah Dasar. Sebanyak 18 (54,5%) ibu berusia > 30 tahun dan 15(45,5%) ibu berusia < 30 tahun.

5. Sebanyak 22 orang ibu mengakui mendapat informasi pemberian ASI Eksklusif dari anggota keluarga, sebanyak 21 ibu dari petugas kesehatan Puskesmas, 21 ibu dari Bidan praktek desa, 20 orang ibu dari dokter praktek swasta.

6. Ibu yang memiliki pengetahuan baik dan memberikan ASI Eksklusif sebesar 36,8% (7 orang) lebih banyak dibandingkan ibu yang pengetahunnya kurang baik yaitu 14,3% (2 orang).

7. Semua ibu yang memiliki sikap kurang baik tidak memberikan ASI Eksklusif kepada bayinya (100%) dan semua ibu yang memberikan ASI Eksklusif memiliki sikap yang baik terhadap Pemberian ASI Eksklusif. 8. Ibu yang tidak memberikan ASI Eksklusif paling banyak berprofesi


(1)

60

3. Perilaku Pemberian ASI Eksklusif pada Ibu Bekerja Perilaku

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent Valid Tidak Memberikan ASI

Eksklusif 24 72.7 72.7 72.7

Memberikan ASI

Eksklusif 9 27.3 27.3 100.0


(2)

61 4. Karakteristik Ibu Bekerja

Pekerjaan Ibu

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Karyawan 21 63.6 63.6 63.6

Guru 3 9.1 9.1 72.7

Wiraswasta 9 27.3 27.3 100.0

Total 33 100.0 100.0

Pendidikan Ibu

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Tamat SD 1 3.0 3.0 3.0

Tamat SMU 22 66.7 66.7 69.7

Tamat Perguruan

Tinggi 10 30.3 30.3 100.0


(3)

62 Umur Ibu

Frequency Percent

Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 24 4 12.1 12.1 12.1

25 1 3.0 3.0 15.2

26 5 15.2 15.2 30.3

28 4 12.1 12.1 42.4

29 1 3.0 3.0 45.5

30 5 15.2 15.2 60.6

31 2 6.1 6.1 66.7

32 3 9.1 9.1 75.8

34 6 18.2 18.2 93.9

36 2 6.1 6.1 100.0


(4)

63

5. Sumber Informasi Pemberian ASI Eksklusif

Petugas kesehatan Puskesmas, yaitu dokter, bidan/ perawat, kader posyandu

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 12 36.4 36.4 36.4

1 21 63.6 63.6 100.0

Total 33 100.0 100.0

Dokter praktek swasta

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 13 39.4 39.4 39.4

1 20 60.6 60.6 100.0

Total 33 100.0 100.0

Bidan praktek swasta

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 12 36.4 36.4 36.4

1 21 63.6 63.6 100.0

Total 33 100.0 100.0

Media cetak, yaitu majalah, surat kabar, buku, brosur, dan lain-lain Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 22 66.7 66.7 66.7

1 11 33.3 33.3 100.0

Total 33 100.0 100.0

Media elektronik, yaitu televisi, radio, dan internet

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 23 69.7 69.7 69.7

1 10 30.3 30.3 100.0

Total 33 100.0 100.0

Anggota Keluarga

Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent

Valid 0 11 33.3 33.3 33.3

1 22 66.7 66.7 100.0


(5)

64 6. Pengetahuan terhadap perilaku

pengetahuan * Perilaku Crosstabulation Perilaku

Total Tidak

Memberikan ASI Eksklusif

Memberikan ASI Eksklusif

pengetahuan Kurang baik 12 2 14

Baik 12 7 19


(6)

65 7. Sumber Informasi Terhadap Perilaku

Sumber Informasi yang Tepat * Perilaku Crosstabulation Perilaku Total Tidak Memberikan ASI Eksklusif Memberikan ASI Eksklusif Sumber Informasi yang

Tepat

Kurang

Baik 2 0 2

Baik 22 9 31

Total 24 9 33

8. Sikap Terhadap Perilaku

Crosstab Perilaku Total Tidak Memberikan ASI Eksklusif Memberikan ASI Eksklusif Sikap Kurang

Baik

Count 14 0 14

% within sikap 100.0% .0% 100.0% % within

Perilaku 58.3% .0% 42.4%

% of Total 42.4% .0% 42.4%

Baik Count 10 9 19

% within sikap 52.6% 47.4% 100.0% % within

Perilaku 41.7% 100.0% 57.6%

% of Total 30.3% 27.3% 57.6%

Total Count 24 9 33

% within sikap 72.7% 27.3% 100.0% % within

Perilaku 100.0% 100.0% 100.0%