Pengaruh Program Adiwiyata Terhadap Kognitif Afektif Dan Psikomotorik Lingkungan Hidup Siswa Sekolah Dasar Di Kota Medan (Studi Kasus di SD Swasta Pertiwi dan SD Negeri 060843 Kec. Medan Barat)

(1)

PENGARUH PROGRAM ADIWIYATA TERHADAP KOGNITIF

AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK LINGKUNGAN HIDUP

SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA MEDAN

(Studi Kasus di SD Swasta Pertiwi dan SD Negeri 060843 Kec. Medan Barat)

TESIS

Oleh

ANDAR ABDI SARAGIH

107004014/PSL

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012

S E K

O L

A

H

P A

S C

A S A R JA N


(2)

PENGARUH PROGRAM ADIWIYATA TERHADAP KOGNITIF

AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK LINGKUNGAN HIDUP

SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA MEDAN

(Studi Kasus di SD Swasta Pertiwi dan SD Negeri 060843 Kec. Medan Barat)

TESIS

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Magister Sains dalam Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan

pada Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara

Oleh

ANDAR ABDI SARAGIH

107004014/PSL

SEKOLAH PASCASARJANA

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2012


(3)

Judul Tesis : PENGARUH PROGRAM ADIWIYATA TERHADAP

KOGNITIF AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK

LINGKUNGAN HIDUP SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA MEDAN (Studi Kasus di SD Swasta Pertiwi dan SD Negeri 060843 Kec. Medan Barat)

Nama Mahasiswa : Andar Abdi Saragih

Nomor Pokok : 107004014

Program Studi : Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan (PSL)

Menyetujui, Komisi Pembimbing

(Prof. Syamsul Arifin, SH, MH) Ketua

(Prof. Dr. dr. Jazanul Anwar, SpFK) (Prof. Dr. Chalida Fachruddin)

Anggota Anggota

Ketua Program Studi, Direktur,

(Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS) (Prof.Dr.Ir.A. Rahim Matondang, MSIE)


(4)

Telah diuji pada Tanggal: 28 Juli 2012

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Syamsul Arifin, SH, MH.

Anggota : 1. Prof. Dr. dr. Jazanul Anwar, SpFK 2. Prof. Dr. Chalida Fachruddin

3. Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, MSc. 4. Prof. Dr. Badaruddin, MSi


(5)

PERNYATAAN

Judul Tesis

PENGARUH PROGRAM ADIWIYATA TERHADAP KOGNITIF AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK LINGKUNGAN HIDUP SISWA SEKOLAH DASAR DI KOTA

MEDAN

(Studi Kasus di SD Swasta Pertiwi dan SD Negeri 060843 Kec. Medan Barat)

Dengan ini penulis menyatakan bahwa tesis ini disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara adalah benar merupakan hasil karya penulis sendiri.

Adapun pengutipan-pengutipan yang penulis lakukan pada bagian-bagian tertentu dari hasil karya orang lain dalam penulisan tesis ini, telah penulis cantumkan sumbernya secara jelas sesuai dengan norma, kaidah dan etika penulisan ilmiah.

Apabila di kemudian hari ternyata ditemukan seluruh atau sebagian tesis ini bukan hasil karya penulis sendiri atau adanya plagiat dalam bagian-bagian tertentu, penulis bersedia menerima sanksi pencabutan gelar akademik yang penulis sandang dan sanksi-sanksi lainnya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku.

Medan, Juli 2012 Penulis,


(6)

PENGARUH PROGRAM ADIWIYATA TERHADAP KOGNITIF AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK LINGKUNGAN HIDUP SISWA

SEKOLAH DASAR DI KOTA MEDAN

(Studi Kasus di SD Swasta Pertiwi dan SD Negeri 060843 Kec. Medan Barat)

ABSTRAK

Kurangnya kesadaran masyarakat menyebabkan kondisi lingkungan semakin hari semakin rusak. Upaya potensial yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat adalah dengan menerapkan pendidikan lingkungan hidup. Pendidikan akan lebih mudah dimengerti dan dipahami jika dimulai dari sekolah dasar. Adiwiyata adalah program Pemerintah untuk menciptakan sekolah berbudaya lingkungan. Tesis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh program Adiwiyata terhadap kognitif, afektif dan psikomotorik lingkungan hidup siswa Sekolah Dasar dengan membandingkan kognitif, afektif dan psikomotorik lingkungan hidup siswa Sekolah Dasar Adiwiyata dan Sekolah Dasar belum Adiwiyata di Kecamatan Medan Barat Kota Medan. Penelitian ini dilakukan dari Tanggal 3 Maret sampai dengan 19 April 2012, yang dilakukan dengan memberikan kuisioner dan wawancara langsung kepada responden yang terdiri dari, siswa kelas VI (sekolah Adiwiyata 72 siswa dan sekolah belum Adiwiyata 64 siswa), guru (sekolah Adiwiyata 11 guru dan sekolah belum Adiwiyata 8 guru, pegawai (sekolah Adiwiyata 5 pegawai dan sekolah belum Adiwiyata 2 pegawai), Kepala Sekolah dan Kepala UPT Tk/SD Dinas Pendidikan Kecamatan Medan Barat. Kemudian data diolah dan dianalis, sehingga didapat kesimpulan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (pisikomotorik) lingkungan hidup siswa kelas VI Sekolah Adiwiyata lebih tinggi dibanding Sekolah belum Adiwiyata dan ada pengaruh positif progam Adiwiyata terhadap kognitif, afektif dan pisikomotorik lingkungan hidup siswa.


(7)

THE INFLUENCE OF ADIWIYATA PROGRAM ON THE COGNITIVE AFFECTIVE AND PSYCHOMOTORIC ENVIRONMENT OF THE

STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOLS IN MEDAN (A Case Study at SD Swasta Pertiwi and SD Negeri 060843

Medan Barat Subdistrict)

ABSTRACT

The lack of public awareness has caused the environment to be worse and worse. The potential effort which can increase public awareness is by implementing environmental education. Education will be easily understood and comprehended if it is started from the elementary school. Adiwiyata is the government’s program which is aimed to make a school as an environmental culture. The aim of the research is to know the influence of Adiwiyata program on the cognitive, affective, and psychomotoric environment of the students of the elementary schools by comparing the cognitive, affective, and psychomotoric environment of the students of Adiwiyata elementary schools with the students of the elemnentary schools which do not follow the Adiwiyata program at Medan Barat Subdistrict, Medan. The research was conducted from March 3 until April 19, 2012 by distributing questionnaires and conducting in-depth interviews with the respondents that comprised of the sixth grade students (72 students from Adiwiyata schools and 64 students from non-Adiwiyata schools), teachers (11 teachers from Adiwiyata schools and eight teachers from non-Adiwiyata schools), employees (five employees from Adiwiyata schools and two employees from non-Adiwiyata schools), school principals and head of UPT Tk/SD of the Education Service, Medan Barat Subdistrict. The data were then processed and analyzed, and the conclusion was that knowledge (cognitive), attitude (affective), and skill (psychomotoric) of the sixth grade students of Adiwiyata schools were higher than the students of non-Adiwiyata schools, and there was positive influence of Adiwiyata program on the students’ cognitive, affective, and psychomotoric environment.


(8)

KATA PENGANTAR

Penulis mengucapkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memeberikan berkahnya sehingga penulis bisa menyelesaikan penulisan tesis ini.

Selama melakukan penelitian dan penulisan tesis ini, penulis banyak memperoleh bantuan moril dan materil dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang tulus kepada: 1. Bapak Prof. Dr. dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc, (CTM), Sp.A(K),

selaku Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. A. Rahim Matondang, MSIE., selaku Direktur Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Prof. Dr. Retno Widhiastuti, MS., selaku Ketua Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Pascasarjana Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Chairuddin, M.Sc, selaku Sekretaris Program Studi.

5. Bapak Prof. Syamsul Arifin, SH, MH., selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini.

6. Bapak Prof. Dr. dr. Jazanul Anwar, SpFK, dan Ibu Prof. Dr. Chalida Fachruddin selaku Anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing dan mengarahkan penulis dalam penulisan tesis ini.

7. Bapak Prof. Dr. Ir. B. Sengli J. Damanik, M.Sc dan Bapak Prof. Dr. Badaruddin, MS, selaku komisi pembanding atas saran dan kritik yang diberikan.

8. Seluruh Dosen dan Pegawai Program Studi Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan Universitas Sumatera Utara yang telah membimbing penulis selama perkuliahan.

9. Rekan-rekan mahasiswa PSL angkatan 2010 beserta semua sahabat saya yang ada di Pemuda Gereja Kirsten Protestan Simalungun (GKPS) dan Himpunan Mahasiswa dan Pemuda Simalungun (HIMAPSI) Cabang Medan yang telah mendukung penulis hingga selesainya tesis ini.

10. Bapak Kepala Sekolah SD Pertiwi Medan, Ibu Kepala Sekolah SD 060843 Medan dan Bapak Kepala UPT Tk/SD Dinas Pendidikan Kecamatan Medan Barat yang telah mendukung penulis dalam proses penelitian sehingga tesis ini bisa penulis selesaikan.

11. Ayahanda dan Ibunda tercinta M. Daulatman Saragih/H. Elly Sipayung, beserta seluruh keluarga yang telah mendukung penulis dari moril dan materil.

Penulis menyadari tesis ini masih banyak memiliki kekurangan dan jauh dari sempurna. Harapan penulis semoga tesis ini bermanfaat bagi seluruh pembaca. Semoga Tuhan Yang Maha Esa memberkati kita semua. Amin.

Medan, Juli 2012 Penulis,


(9)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Desa Simanabun Kecamatan Silou Kahean Kabupaten Simalungun pada tanggal 22 Juni 1986. Penulis merupakan anak ke-7 dari 7 bersaudara. Dilahirkan oleh ibu H. Elly Sipayung dan Ayah M.Daulatman Saragih.

Jenjang pendidikan formal yang dilalui adalah Sekolah Dasar Negeri 094144 Simanabun Kabupaten Simalungun lulus pada tahun 1998, SMP Negeri 1 Silou Kahean Simalungun lulus pada tahun 2001, SMA Yapim Medan lulus pada tahun 2004. Pada tahun 2008 lulus dari Jurusan Pendidikan Fisika Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam pada Universitas Negeri Medan.

Bekerja sebagai Guru di SMP Negeri 1 Raya Kabupaten Simalungun pada tahun 2009 sampai dengan sekarang.


(10)

DAFTAR ISI Halaman ABSTRAK ... ABSTRACT ... i ii

KATA PENGANTAR ... iii

RIWAYAT HIDUP ... iv

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... DAFTAR LAMPIRAN ... viii ix BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 6

1.3 Tujuan Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Pendidikan Lingkungan Hidup 2.1.1. Sejarah Pendidikan Lingkungan Hidup ... 8

2.1.2. Pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup ... 9

2.2 Adiwiyata 2.2.1. Sejarah Adiwiyata ... 11

2.2.2. Pengertian Program Adiwiyata ... 11

2.2.3. Norma Dasar Program Adiwiyata ... 13

2.2.4. Prinsip-Prinsip Dasar Adiwiyata ... 13

2.2.5. Keuntungan Mengikuti Program Adiwiyata ... 13

2.3 2.4 2.5 Taksonomi Pengetahuan ... Hubungan Perilaku dengan Lingkungan ... Pengembangan IPTEK Pengelolaan Lingkungan Hidup... 17 21 22 2.5.1. Kebutuhan Iptek Pengelolaan Lingkungan Hidup 22 2.5.2. Tujuan dan Sasaran IPTEK Pengelolaan Lingkungan Hidup... 23

2.5.3. Strategi dan Kegiatan ... 24

2.5.4. Tata Cara Pengelolaan ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian ... 28

3.2 Lokasi Penelitian... 28

3.3 Populasi dan Sampel... 28

3.3.1. Populasi... 28

3.3.2. Sampel... 29

3.4 Metode Pengumpulan Data... 30

3.4.1. Data Primer... 32

3.4.2. Data sekunder... 30

3.5 Instrumen Penelitian... 30


(11)

3.5.2. Pengukuran Sikap (afektif) Responden... 3.5.3. Pengukuran Keterampilan (psikomotorik) Responden... 3.5.4. Wawancara Langsung...

31 31 31 3.6

3.7

Tahapan Penelitian... Analisis Data...

32 33

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian... 4.2 Gambaran Umum Responden... 4.3 Tanggapan Responden...

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan... 5.2 Saran...

DAFTAR PUSTAKA... DAFTAR LAMPIRAN...

34 35 36

57 57

58 60


(12)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1.1 Domain Kognitif (Bloom’s Taxonomy)……… 19

1.2 Domain Afektif (Kratwholl Taxonomy)………... 20

1.3 Domain Psikomotorik (Simpson Taxonomy)……… 21

4.1 SD Negeri di Kecamatan Medan Barat……… 34

4.2 SD Swasta di Kecamatan Medan barat……… 34

4.3 Responden Siswa……….. 35

4.4 Responden Guru………... 35 4.5

4.6 4.7 4.8

Responden Pegawai………..

Tanggapan Responden terhadap Kognitif Siswa……….. Tanggapan Responden terhadap Afektif Siswa……….... Tanggapan Responden terhadap Pisikomotorik Siswa………...

36 37 43 49


(13)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1 Dokumentasi

Penelitian………

60

2 Kuisioner……….. 67

3 Daftar Hasil Kuisioner………. 72 4 Peta Kecamatan Medan Barat………. 78


(15)

PENGARUH PROGRAM ADIWIYATA TERHADAP KOGNITIF AFEKTIF DAN PSIKOMOTORIK LINGKUNGAN HIDUP SISWA

SEKOLAH DASAR DI KOTA MEDAN

(Studi Kasus di SD Swasta Pertiwi dan SD Negeri 060843 Kec. Medan Barat)

ABSTRAK

Kurangnya kesadaran masyarakat menyebabkan kondisi lingkungan semakin hari semakin rusak. Upaya potensial yang dapat meningkatkan kesadaran masyarakat adalah dengan menerapkan pendidikan lingkungan hidup. Pendidikan akan lebih mudah dimengerti dan dipahami jika dimulai dari sekolah dasar. Adiwiyata adalah program Pemerintah untuk menciptakan sekolah berbudaya lingkungan. Tesis ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh program Adiwiyata terhadap kognitif, afektif dan psikomotorik lingkungan hidup siswa Sekolah Dasar dengan membandingkan kognitif, afektif dan psikomotorik lingkungan hidup siswa Sekolah Dasar Adiwiyata dan Sekolah Dasar belum Adiwiyata di Kecamatan Medan Barat Kota Medan. Penelitian ini dilakukan dari Tanggal 3 Maret sampai dengan 19 April 2012, yang dilakukan dengan memberikan kuisioner dan wawancara langsung kepada responden yang terdiri dari, siswa kelas VI (sekolah Adiwiyata 72 siswa dan sekolah belum Adiwiyata 64 siswa), guru (sekolah Adiwiyata 11 guru dan sekolah belum Adiwiyata 8 guru, pegawai (sekolah Adiwiyata 5 pegawai dan sekolah belum Adiwiyata 2 pegawai), Kepala Sekolah dan Kepala UPT Tk/SD Dinas Pendidikan Kecamatan Medan Barat. Kemudian data diolah dan dianalis, sehingga didapat kesimpulan pengetahuan (kognitif), sikap (afektif) dan keterampilan (pisikomotorik) lingkungan hidup siswa kelas VI Sekolah Adiwiyata lebih tinggi dibanding Sekolah belum Adiwiyata dan ada pengaruh positif progam Adiwiyata terhadap kognitif, afektif dan pisikomotorik lingkungan hidup siswa.


(16)

THE INFLUENCE OF ADIWIYATA PROGRAM ON THE COGNITIVE AFFECTIVE AND PSYCHOMOTORIC ENVIRONMENT OF THE

STUDENTS OF ELEMENTARY SCHOOLS IN MEDAN (A Case Study at SD Swasta Pertiwi and SD Negeri 060843

Medan Barat Subdistrict)

ABSTRACT

The lack of public awareness has caused the environment to be worse and worse. The potential effort which can increase public awareness is by implementing environmental education. Education will be easily understood and comprehended if it is started from the elementary school. Adiwiyata is the government’s program which is aimed to make a school as an environmental culture. The aim of the research is to know the influence of Adiwiyata program on the cognitive, affective, and psychomotoric environment of the students of the elementary schools by comparing the cognitive, affective, and psychomotoric environment of the students of Adiwiyata elementary schools with the students of the elemnentary schools which do not follow the Adiwiyata program at Medan Barat Subdistrict, Medan. The research was conducted from March 3 until April 19, 2012 by distributing questionnaires and conducting in-depth interviews with the respondents that comprised of the sixth grade students (72 students from Adiwiyata schools and 64 students from non-Adiwiyata schools), teachers (11 teachers from Adiwiyata schools and eight teachers from non-Adiwiyata schools), employees (five employees from Adiwiyata schools and two employees from non-Adiwiyata schools), school principals and head of UPT Tk/SD of the Education Service, Medan Barat Subdistrict. The data were then processed and analyzed, and the conclusion was that knowledge (cognitive), attitude (affective), and skill (psychomotoric) of the sixth grade students of Adiwiyata schools were higher than the students of non-Adiwiyata schools, and there was positive influence of Adiwiyata program on the students’ cognitive, affective, and psychomotoric environment.


(17)

BAB I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Harus kita akui bahwa sampai dengan saat ini kepedulian terhadap lingkungan baru dimiliki segelintir individu. Ada banyak diantara kita yang belum peduli dengan permasalahan lingkungan secara sungguh-sungguh. Cukup banyak ditemukan penanganan masalahan lingkungan masih sebatas retorika dan administratif sehingga belum terwujud dalam tindakan nyata yang memadai. Kalaupun ada aksi yang dilaksanakan, terkadang masih sebatas seremonial yang dilakukan dalam kegiatan dan acara tertentu.

Bilamana kondisi kekurangpedulian seperti ini terus berlanjut, tidak ubahnya kita seperti memelihara bom waktu yang pada saatnya akan muncul dalam bentuk bencana lingkungan. Hal ini sekaligus juga bermakna bahwa sesungguhnya kita tengah bunuh diri pelan-pelan secara ekologis. Beragam bencana lingkungan telah kita alami, namun bencana demi bencana tersebut ternyata hanya mampu mengingatkan kita sesaat saja. Kita sering terlalu cepat melupakan bencana lingkungan yang baru dihadapi bahkan tak jarang bencana tersebut dianggap sebagai peristiwa rutin tahunan seperti bencana banjir dan tanah longsor. Upaya mencegah seakan tak pernah tersentuh oleh banyak individu. Perencanaan pencegahan lebih banyak terlupakan, kalaupun ada, terkesan dilakukan seadanya. Program yang disiapkan lebih terkonsentrasi pada penanggulangan dampak bencana, bukan tindakan preventif terhadap kemungkinan terjadinya bencana. Ironisnya, masalah pencegahan ini pada banyak daerah juga tak kunjung menjadi perhatian. Kita baru terhenyak takkala bencana


(18)

itu melanda. Seharusnya, upaya pencegahan telah dilakukan sejak dini. Studi terhadap kemungkinan terjadinya bencana dan langkah-langkah pencegahan munculnya permasalahan lingkungan seharusnya telah dilakukan sebelum bencana tersebut benar-benar melanda kehidupan kita (Hamzah, 2010).

Permasalahan lingkungan hidup dapat diselesaikan melalui pendidikan. Hal ini sesuai dengan ungkapan bijakasana dari Nelson Mandela “pendidikan

adalah senjata paling ampuh untuk mengubah dunia” (Harian Wawasan,

19 Maret 2011). Dapat kita selaraskan bahwa pendidikan adalah senjata paling ampuh untuk menjaga keseimbangan lingkungan.

Kondisi di Indonesia secara umum sudah mengalami pencemaran yang tinggi. Tentunya hal ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran masyarakat dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup. Keadaan ini mengajak kita berfikir, bagaimana upaya yang bisa dilakukan untuk menumbuhkan kesadaran masyarakat dalam melestarikan fungsi linkungannya. Jawabannya mungkin tepat yaitu dengan pendidikan lingkungan hidup, dengan pendidikan lingkungan yang di mulai dari sekolah dasar diharapkan kesadaran tentang pelestarian lingkungan hidup juga mendasar ketika siswa ini suatu saat menjadi pembuat keputusan di Negara ini, maka akan membuat keputusan dengan mempertimbangkan keseimbangan lingkungan.

Pendidikan lingkungan hidup memberikan latihan kepada anak didik berfikir secara serbacakup (comprehensif) mengenai segala gatra kehidupan manusia (Notohadiprawiro, 2006). Sehingga dengan mempelajari pendidikan lingkungan, anak didik akan semakin menyatu dengan alam, dan semakin memahami fungsi alam tersebut dan bagaimana merawatnya demi menjaga keseimbangan.


(19)

Pendidikan lingkungan hidup menurut konvensi UNESCO (1997) dalam Sudaryanti (2009), merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat dunia yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan masalah-masalah yang terkait didalamnya serta memiliki pengetahuan, motivasi, komitmen, dan keterampilan untuk bekerja, baik secara perorangan maupun kolektif dalam mencari alternatif atau memberi solusi terhadap permasalahan lingkungan hidup yang ada sekarang dan untuk menghindari timbulnya masalah-masalah lingkungan hidup yang baru. Dari penjelasan tersebut dapat kita tarik pengertian bahwasanya pendidikan lingkungan hidup selayaknya didapatkan oleh setiap lapisan masyarakat, sehingga akan timbul pemahaman yang baik seterusnya akan tumbuh kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup disekitarnya.

Menurut Notohadiprawiro (2006) sadar lingkungan hanya dapat dibentuk dan dikembangkan dalam diri orang masing-masing dengan jalan :

1) Menghadapkan seseorang pada persoalan lingkungan sehari-hari secara terus-menerus berupa kenyataan yang mudah masuk akal dan mudah dialami sendiri.

2) Menumbuhkan peradaban malu.

Banyak yang menjadi penyebab menurunya kualitas lingkungan, diantaranya yaitu rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat tentang lingkungan, sehingga mereka kurang respon untuk dapat menerima

informasi yang bermanfaat bagi dirinya (Hermawan, 2000). Selanjutnya Neolaka (2007) menambahkan ada 4 faktor yang mempengaruhi

kesadaran lingkungan, yaitu faktor ketidaktahuan, faktor kemiskinan, faktor kemanusiaan, dan faktor gaya hidup.


(20)

Dengan alasan tersebutlah, dapat kita benarkan bahwasanya pendidikan lingkungan merupakan salah satu cara yang sangat potensial untuk menjaga kelestarian lingkungan, dimana dengan pendidikan tersebut, akan muncul pemahaman, kebiasaan, dan pelaksanaan. Hal ini ditegaskan juga oleh ahli yang menyatakan sikap seseorang terhadap sesuatu hal akan positif apabila didukung

dengan pengetahuan atau pemahaman yang baik tentang hal tersebut (Kusmawati dkk, 2006).

Sebenarnya pendidikan lingkungan hidup direalisasikan di Indonesia sejak Tahun 1991 diseluruh jenjang pendidikan di Indonesia (Yustina, 2006). Walaupun sudah dimulai sejak tahun 1991, dampak dan hasil pendidikan lingkungan hidup yang telah dilaksanakan di lembaga-lembaga pendidikan belum banyak terlihat, baik pada masyarakat maupun lingkungan (Hamzah, 2004). Hal ini mengindikasikan bahwa konsepsi pendidikan lingkungan hidup disekolah lebih banyak pada tatanan ide dan instrumental, belum pada tatanan praktis dan pelaksanaan. Kelemahan selama ini adalah pendidikan lingkungan hidup terlalu berat pada ekologi namun tidak memasukkan hal-hal yang praktis dalam kehidupan sehari-hari.

Menurut Soeriatmadja (1997) pendidikan lingkungan hidup adalah suatu proses yang bertujuan untuk mengembangkan kesadaran umat manusia akan lingkungan hidup dengan seluruh permasalahan yang terdapat didalamnya. Hal tersebut menegaskan bahwa pendidikan lingkungan hidup ada untuk menciptakan manusia-manusia yang sadar akan pentingnya pelestarian fungsi lingkungan.

Adiwiyata merupakan program sekolah berwawasan lingkungan, program Adiwiyata adalah salah satu program Kementerian Negara Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah


(21)

dalam upaya pelesatarian lingkungan hidup. Dalam program ini diharapkan setiap warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat serta menghindari dampak lingkungan yang negatif (KNLH, 2010).

Program Adiwiyata diharapkan dapat mengubah pola pikir generasi terhadap pentingnya keseimbangan lingkungan, sehingga apabila generasi sudah memahami dan mengerti tentang konsep keseimbangan lingkungan, maka besar kemungkinan akan dihasilkan calon–calon pemimpin yang mengerti dan melaksanakan konsep pembangunan berkelanjutan.

Program ini sudah berjalan di beberapa sekolah di Sumatera Utara, namun yang menjadi persoalan apakah ada manfaatnya terkhusus bagi siswa, dan bagaimana siswa itu dalam keseharianya terhadap lingkungan. Jika memang bermanfaat dan dapat menciptakan generasi pelestari lingkungan, mengapa tidak segera seluruh sekolah mendapatkan dan melaksanakan program tersebut. Hal inilah yang belum pernah diteliti dan menurut penulis perlu diteliti lebih mendalam untuk mendapatkan jawaban dalam menciptakan calon-calon pemimpin yang berbudaya lingkungan. Penelitian ini juga dikuatkan dalam Jurnal Penelitian dari BAPPEDA Kota Yogjakarta yang merekomendasikan bahwa belajar lingkungan harus “mengalami” apa yang dipelajari bukan “mengetahui”

dalam artian studi kasus dan studi lapangan harus diperbanyak (Bappeda Yogjakarta, 2007).

Hasil yang hampir sama juga disebutkan oleh Hiswari, dimana dalam salah satu kesimpulan Tesisnya menyatakan, tingkat pemahaman pengetahuan materi lingkungan hidup hasil proses belajar mengajar lingkungan hidup memberikan kontribusi berarti dengan sikap siswa terhadap lingkungan hidup (Hiswari, 1997). Wantania dalam tesisnya mengemukakan ada hubungan yang


(22)

cukup bermakna antara tingkat pengetahuan materi lingkungan hidup dengan sikap siswa terhadap pelesatarian lingkungan (Wantania, 1998). Dengan alasan itulah peneliti mencoba menindaklanjuti penelitian sebelumnya dengan mencari pengaruh program Adiwiyata yang sedang dan telah diikutinya apakah benar-benar bermanfaat bagi siswa tersebut dalam melestarikan lingkungan sekitarnya.

1.2 Perumusan Masalah

Perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :

1. Bagaimanakah perbandingan kognitif, afektif dan psikomotorik lingkungan hidup siswa SD pada SD yang telah mengikuti program Adiwiyata dengan SD yang belum mengikuti program Adiwiyata.

2. Apakah ada pengaruh penerapan program Adiwiyata terhadap kognitif, afektif dan psikomotorik siswa SD pada pelestarian fungsi lingkungan hidup.

1.3 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah :

1. Membandingkan kognitif, afektif dan psikomtorik lingkungan hidup siswa SD pada sekolah yang telah mengikuti program Adiwiyata dengan sekolah yang belum mengikuti program Adiwiyata.


(23)

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh penerapan program Adiwiyata terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa SD pada pelestarian fungsi lingkungan hidup.


(24)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pendidikan Lingkungan Hidup

2.1.1 Sejarah Pendidikan Lingkungan Hidup

KNLH (2010) mengemukakan bahwa pendidikan lingkungan hidup (PLH) secara implisit sudah dimulai sejak penggunaan kurikulum 1975 pada program sekolah dengan jalan mengintegrasikanya pada mata pelajaran yang relevan, mulai sejak SD sampai tingkat SLTA berdasarkan S.K. Menteri P dan K No. 008/U/1975, perkembangan penyelenggaraan pendidikan lingkungan hidup (PLH) di Indonesia dilaksanakan oleh Institut Keguruan Ilmu Pendidikan (IKIP) Jakarta pada tahun 1975. Pada tahun 1977/1978 rintisan Garis-Garis Besar Program Pengajaran Lingkungan Hidup diujicobakan di 15 Sekolah Dasar Jakarta. Pada tahun 1979 di bawah koordinasi Kantor Menteri Negara Pengawasan Pembangunan dan Lingkungan Hidup (Meneg PPLH) dibentuk Pusat Studi Lingkungan (PSL) diberbagai Perguruan Tinggi Negeri dan Swasta, dimana pendidikan Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL) mulai dikembangkan. Sampai tahun 2010, jumlah PSL yang menjadi anggota Badan

Koordinasi Pusat Studi Lingkungan (BKPSL) telah berkembang menjadi 101 PSL.

Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Departemen Pendidikan Nasional (Ditjen Dikdasmen, Depdiknas), menetapkan bahwa penyampaian mata ajar tentang masalah kependudukan dan lingkungan hidup secara terintegrasi dituangkan dalam sistem kurikulum tahun 1984 dengan memasukkan masalah-masalah kependudukan dan lingkungan hidup ke dalam


(25)

Tahun 1989/1990 hingga 2007, Dirjen Dikdasmen, Depdiknas, melalui proyek Pendidikan Kependudukan dan Lingkungan Hidup, sedangkan Sekolah Berbudaya Lingkungan (SBL) mulai dikembangkan pada tahun 2003 di 120 sekolah. Sampai dengan berakhirnya tahun 2007, proyek PKLH telah berhasil mengembangkan SBL di 470 sekolah, 4 Lembaga Penjamin Mutu (LPMP) dan 2 Pusat Pengembangan Penataran Guru (PPPG).

Prakarsa Pengembangan Pendidikan Lingkungan Hidup juga dilakukan oleh LSM. Pada tahun 1996/1997 terbentuk Jaringan Pendidikan Lingkungan yang beranggotakan LSM-LSM yang berminat dan menaruh perhatian terhadap Pendidikan Lingkungan Hidup. Hingga tahun 2010, tercatat 150 anggota JPL (perorangan dan lembaga) yang bergerak dalam pengembangan dan pelaksanaan Pendidikan Lingkungan Hidup. Sedangkan tahun 1998 – 2000 Proyek Swiss Contact berpusat di VEDC (Vocational Education Development Center) Malang mengembangkan Pendidikan Lingkungan Hidup pada Sekolah Menengah Kejuruan melalui 6 PPPG lingkup kejuruan dengan melakukan pengembangan materi ajar PLH dan berbagai pelatihan lingkungan hidup bagi Guru-Guru SD, SMP dan SMA termasuk Sekolah Menengah Kejuruan (KLH, 2011).

2.1.2 Pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup

Beberapa pengertian Pendidikan Lingkungan Hidup

1) Pendidikan lingkungan hidup menurut konvensi UNESCO (1997) di Tbilisi dalam Sudaryanti (2009) merupakan suatu proses yang bertujuan untuk menciptakan suatu masyarakat dunia yang memiliki kepedulian terhadap lingkungan dan masalah-masalah yang terkait didalamnya serta memiliki pengetahuan, motivasi, komitmen dan keterampilan untuk


(26)

bekerja baik secara perorangan maupun kolektif dalam mencari alternatif atau memberi solusi terhadap permasalahan lingkungan hidup yang ada sekarang dan untuk menghindari timbulnya masalah-masalah lingkungan hidup yang baru.

2) Pendidikan Lingkungan Hidup (PLH) pada dasarnya bertujuan untuk merubah perilaku individu menjadi perilaku yang positif terhadap lingkungan (perilaku ramah lingkungan). Kenyataannya upaya pelaksanaan PLH di sekolah-sekolah secara umum baru sampai pada tahap peningkatan pengetahuan, belum mampu mendorong terjadinya perubahan perilaku siswa menjadi lebih ramah lingkungan (Meilani, 2011).

3) Pendidikan lingkungan hidup adalah suatu proses yang bertujuan untuk mengembangkan kesadaran umat manusia akan lingkungan hidup dengan seluruh permasalahan yang terdapat didalamnya (Soeriatmadja, 1997). 4) Pendidikan Lingkungan Hidup adalah proses pengembangan apresiasi

akan saling ketergantungan antara manusia dengan biofisik dan binaannya sehingga terbina sikap dan nilai mau memelihra keselarasan hubungan antara komponen-komponen lingkungan hidup (Yusuf, 1994).

Dapat disimpulkan bahwa pendidikan lingkungan hidup adalah : proses pembentukan karakter dan perilaku dalam memahami, mengembangkan serta melatih manusia dalam melestarikan lingkunganya.


(27)

2.2 Adiwiyata

2.2.1 Sejarah Adiwiyata

Pada tahun 1996 disepakati kerjasama pertama antara Departemen Pendidikan Nasional dan Kementerian Negara Lingkungan Hidup, yang diperbaharui pada tahun 2005 dan tahun 2010. Sebagai tindak lanjut dari kesepakatan pada tahun 2005, pada tahun 2006 Kementerian Lingkungan Hidup mengembangkan program pendidikan lingkungan hidup pada jenjang pendidikan dasar dan menengah melalui program Adiwiyata, dimulai dilaksanakan di wilayah Pulau Jawa dengan melibatkan instansi pemerintah, perguruan tinggi dan LSM yang bergerak di bidang pendidikan lingkungan hidup (KLH, 2011).

Pelaksanaan program Adiwiyata merupakan amanah UU No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup dan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup, tepatnya pada Pasal 65 butir (2) setiap orang berhak mendapatkan pendidikan lingkungan hidup, akses informasi, akses partisipasi, dan akses keadilan dalam memenuhi hak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat. Tindak lanjut dari UU No. 32 Tahun 2009 adalah Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup No. 02 Tahun 2009 tentang pedoman pelaksanaan program Adiwiyata. Secara aturan atau dasar hukum pelaksanaan, program Adiwiyata sudah seharusnya berjalan di semua Sekolah (KNLH, 2008).


(28)

2.2.2 Pengertian Program Adiwiyata

Program Adiwiyata adalah salah satu program Kementerian Negara Lingkungan Hidup dalam rangka mendorong terciptanya pengetahuan dan kesadaran warga sekolah dalam upaya pelestarian lingkungan hidup. Dalam program ini diharapkan setiap warga sekolah ikut terlibat dalam kegiatan sekolah menuju lingkungan yang sehat serta menghindari dampak lingkungan yang negatif.

Dalam pelaksanaanya Kementerian Negara Lingkungan Hidup bekerja sama dengan para stakeholders, menggulirkan program Adiwiyata ini dengan harapan dapat mengajak warga sekolah melaksanakan proses belajar mengajar materi lingkungan hidup dan turut berpartisipasi melestarikan serta menjaga lingkungan hidup di sekolah dan sekitarnya.

Kata Adiwiyata berasal dari 2 kata sansekerta “ADI” dan “WIYATA”. ADI mempunyai makna: Besar, agung, baik, ideal atau sempurna. Wiyata

mempunyai makna: tempat dimana seseorang mendapatkan ilmu pengetahuan, norma dan etika dalam berkehidupan sosial. Bila kedua kata tersebut digabung, secara keseluruhan ADIWIYATA mempunyai makna atau pengertian : tempat yang baik dan ideal dimana dapat diperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup kita dan menuju kepada cita-cita pembangunan yang berkelanjutan (KLH, 2011).

Menurut Permen LH No 02 Tahun 2009, Adiwiyata adalah sekolah yang baik dan ideal sebagai tempat memperoleh segala ilmu pengetahuan dan berbagai


(29)

norma serta etika yang dapat menjadi dasar manusia menuju terciptanya kesejahteraan hidup dan cita-cita pembangunan berkelanjutan.

Tujuan program Adiwiyata adalah menciptakan kondisi yang baik bagi sekolah untuk menjadi tempat pembelajaran dan penyadaran warga sekolah, sehingga dikemudian hari, warga sekolah tersebut dapat turut bertanggungjawab dalam upaya-upaya penyelamatan lingkungan hidup dan pembangunan berkelanjutan.

Kegiatan utama program Adiwiyata adalah mewujudkan kelembagaan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan bagi sekolah dasar dan menengah di Indonesia. Dengan program ini diharapkan dalam setiap perkembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi selalu dikaji juga bagaimana Teknologi tersebut dapat menyeimbangkan daya dukung lingkungan (KLH, 2011).

2.2.3 Norma Dasar Program Adiwiyata

Program dan kegiatan yang dikembangkan harus berdasarkan norma-norma dasar dan berkehidupan yang meliputi antara lain : kebersamaan, keterbukaan, kejujuran, keadilan, dan kelestarian fungsi lingkungan hidup dan sumberdaya alam (KLH, 2011).

2.2.4 Prinsip-Prinsip Dasar Program Adiwiyata

1) Partisipatif : komunitas sekolah terlibat dalam manejemen sekolah yang meliputi keseluruhan proses perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi sesuai tanggung jawab dan peran.

2) Berkelanjutan : seluruh kegiatan harus dilakukan secara terencana dan berkelanjutan. (KLH, 2011).


(30)

2.2.5 Keuntungan Mengikuti Program Adiwiyata

Keuntungan yang diperoleh sekolah dalam mengikuti program Adiwiyata adalah :

1) Meningkatkan efisiensi dalam pelaksanaan kegiatan operasional sekolah dan penggunaan berbagai sumberdaya.

2) Meningkatkan penghematan sumber dana melalui pengurangan konsumsi berbagai sumberdaya dan energi.

3) Meningkatkan kondisi belajar yang lebih nyaman dan kondusif bagi semua warga sekolah.

4) Menciptakan kondisi kebersamaan bagi semua warga sekolah.

5) Meningkatkan upaya menghindari berbagai resiko dampak lingkungan negatif di masa yang akan datang.

6) Menjadi tempat pembelajaran bagi generasi muda tentang nilai-nilai pemeliharaan dan pengelolaan lingkungan hidup yang baik dan benar.

7) Mendapat penghargaan Adiwiyata (KLH, 2011).

Selain ke tujuh point di atas, ketika sebuah sekolah sudah mengikuti program Adiwiyata maka sekolah tersebut akan mendapatkan bantuan dana pendampingan, sesuia dengan kebutuhan yang diajukan oleh sekolah dan disetujui oleh Kementrian Lingkungan Hidup (Arjuna dan Salmonsius, 2011).

2.2.6 Indikator dan Kriteria Program Adiwiyata

Dalam mewujudkan program Adiwiyata telah ditentukan beberapa indikator :


(31)

1. Pengembangan Kebijakan Sekolah Peduli dan Berbudaya Lingkungan Untuk mewujudkan Sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan maka diperlukan beberapa kebijakan sekolah yang mendukung dilaksanakanya kegiatan pendidikan liingkungan hidup oleh semua warga sekolah sesuai dengan prinsip-prinsip dasar program Adiwiyata yaitu partisipatif dan berkelanjutan. Pengembangan kebijakan sekolah yang diperlukan untuk mewujudkan sekolah peduli dan berbudaya lingkungan tersebut adalah:

a) Visi dan Misi Sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan.

b) Kebijakan sekolah dalam mengembangkan pembelajaran pendidikan lingkungan hidup.

c) Kebijakan peningkatan SDM (tenaga kependidikan dan non kependidikan) di bidang pendidikan lingkungan hidup.

d) Kebijakan sekolah dalam upaya penghematan sumberdaya alam.

e) Kebijakan sekolah yang mendukung terciptanya lingkungan yang bersih dan sehat.

f) Kebijakan sekolah untuk pengalokasian dan penggunaan dana bagi kegiatan yang terkait dengan lingkungan hidup.

2. Pengembangan Kurikulum Berbasis Pendidikan

Penyampaian materi lingkungan hidup kepada siswa dapat dilakukan secara terintegrasi atau monolitik. Pengembangan materi, model pembelajaran dan metode belajar yang bervariasi, dilakukan untuk memberikan pemahaman kepada siswa tentang lingkungan hidup yang dikaitkan dengan persoalan lingkungan sehari-hari. Pengembangan kurikulum berbasis lingkungan hidup untuk


(32)

mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan dapat dicapai dengan melakukan hal-hal berikut:

a) Pengembangan model pembelajaran lintas mata pelajaran.

b) Penggalian dan pengembangan materi serta persoalan lingkungan hidup yang ada di masyarakat sekitar.

c) Pengembangan metode belajar berbasis lingkungan dan budaya.

d) Pengembangan kegiatan kurikuler untuk peningkatan pengetahuan dan kesadaran siswa tentang lingkungan hidup.

3. Pengembangan Kegiatan Berbasis Partisipatif

Untuk mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan, warga sekolah perlu dilibatkan dalam berbagai aktivitas pembelajaran lingkungan hidup. Selain itu sekolah juga diharapkan melibatkan masyarakat disekitarnya dalam melakukan berbagai kegiatan yang memberikan manfaat baik bagi warga sekolah, masyarakat maupun lingkunganya. Kegiatan-kegiatan yang dapat dilakukan oleh warga sekolah dalam mengembangkan kegiatan berbasis partisipatif adalah : a) Menciptakan kegiatan ekstrakurikuler/kurikuler dibidang lingkungan

hidup berbasis partisipatif disekolah.

b) Mengikuti kegiatan aksi lingkungan hidup yang dilakukan oleh pihak luar. c) Membangun kegiatan kemitraan dalam pengembangan pendidikan

lingkungan hidup di sekolah.

4. Pengelolaan dan/atau Pengembangan Sarana Pendukung Sekolah

Dalam mewujudkan sekolah yang peduli dan berbudaya lingkungan perlu didukung sarana prasarana yang mencerminkan upaya pengelolaan lingkungan hidup. Pengelolaan dan pengembangan sarana tersebut meliputi:

a) Pengembangan fungsi sarana pendukung sekolah yang ada untuk pendidikan lingkungan hidup.


(33)

b) Peningkatan kualitas pengelolaan lingkungan di dalam dan di luar sekolah. c) Penghematan sumberdaya alam (air, listrik) dan ATK.

d) Peningkatan kualitas pelayanan makanan sehat.

e) Pengembangan sistem pengelolaan sampah (KLH, 2011).

2.3 Taksonomi Pengetahuan

Menurut Bloom dkk (1956) dalam Sukardi (2008), tujuan intruksional dalam proses pembelajaran pada prinsipnya dapat dikelempokkan menjadi tiga domain atau ranah yaitu, kognitif, afektif dan psikomotorik. Menurut Popham dan Baker (2011), Taksonomi ini merupakan kriteria yang dapat digunakan oleh guru untuk mengevaluasi mutu tujuanya. Adakah guru-guru tanpa sengaja terlalu menekankan segi kognitif sehingga lupa akan segi afektif? Tidak ada salahnya menentukan tujuan dalam segi kognitif saja, asal memang itulah pilihan guru yang dapat dipertanggungjawabkan. Tetapi yang menjadi masalah ialah tanpa sengaja banyak guru terlalu menekankan segi kognitif tanpa menyadarinya. Salah satu manfaat taksonomi ialah guru didorong untuk bertanya adakah ia menekankan segi tertentu atau tidak.

Menurut Nasution (2011), taksonomi besar manfaatnya antara lain;

a) Memperlihatkan luas dan macam tujuan pendidikan yakni yang bersifat kognitif, afektif dan psikomotor yang selanjutnya dapat diuraikan menjadi tujuan-tujuan yang lebih terperinci. Pendidikan itu menjadi sempit bila hanya mementingkan aspek kognitif saja. Aspek afektif dan psikomotor yang tak kurang pentingnya juga harus mendapat perhatian yang wajar. b) Mewujudkan tingkatan dalam tujuan tiap kategori atau pengajaran yang


(34)

mengembangkan kemampuan mental bertaraf tinggi pada anak didik. Mutu pendidikan serupa itu rendah dan merugikan anak dalam perkembanganya. Pengetahuan itu penting dan membantu perkembangan mental yang lebih tinggi tingkatanya seperti pemahaman, analisis, sintesis sampai kemampuan menilai sesuatu berdasarkan kriteria. Dalam bidang afektif anak tidak hanya dididik mengenal yang baik dan yang buruk, akan tetapi harus mewujudkan nilai-nilai itu alam pribadinya dan dengan demikian membentuk wataknya. Juga tidak boleh diabaikan aspek psikomotor yang antara lain mengandung pekerjaan dengan tangan yang selama ini dipandang rendah.

c) Memberi pedoman untuk mengklasifikasikan pertanyaan atau soal-soal test, sehingga meliputi seluruh bidang dari tarif rendah sampai tinggi. Menurut Sukardi (2008) taksonomi pengetahuan yaitu :

1) Domain Kognitif

Domain kognitif merupakan proses pengetahuan yang lebih banyak didasarkan perkembangannya dari persepsi, instrospeksi, atau memori siswa. Tujuan pembelajaran kognitif ini dikembangkan oleh Bloom (1956) Tujuan

kognitif ini dibedakan menjadi enam tingkatan : a) Knowledge, b) Comprehension, c) application, d) analysis, e) syntesis, f) evaluation. Dalam

menyusun tujuan intruksional, keenam tingkatan ini pada umumnya ditunjukkan dengan beberapa kata kerja. Guru dapat menggunakan dan mengembangkan kata-kata kerja tersebut sesuai dengan tingkat materi pembelajaran yang hendak diberikan kepada para siswa. Untuk memudahkan pemahaman, berikut ini diberikan tabel tingkatan kognitif dan contoh-contoh kata kerja yang sesuai. Disamping itu, untuk lebih menyesuaikan dengan perencanaan suatu pembelajaran


(35)

dengan rencana guru, kata-kata kerja sejenis masih dapat dikembangkan oleh para guru kelas. Berikut kata kerja yang berorientasi perilaku pada setiap domain dapat dilihat pada Tabel 1.1.

Tabel 1.1. Domain Kognitif ( Bloom’s Taxonomy)

Tingkatan Verb (kata kerja)

Knowledge (pengetahuan) Identifikasi, spesifikasi, menyatakan

Comprehension (pemahaman) Menerangkan, menyatakan kembali,

menerjemahkan

Application (penerapan) Menggunakan, memecahkan, menggunakan

Analysisis (analisis) Menganalisis,membandingkan,

mengkontraskan

Synthesis (sintesis) Merancang, mengembangkan, merencanakan

Evaluation (evaluasi) Menilai, mengukur, memutuskan

Dalam konteks evaluasi pembelajaran, penggunaan kata kerja ini juga dapat digunakan sebagai acuan dalam membuat item-item pertanyaan sesuai dengan tingkat pengetahuan para siswa.

2) Domain Afektif

Domain afektif merupakan proses pengetahuan yang lebih banyak didasarkan pada pengembangan aspek-aspek perasaan dan emosi oleh Good (1973) dalam Sukardi (2008). Dalam pengembanganya pendidikan afektif yang semula hanya mencakup perasaan dan emosi, telah berkembang lebih luas, yakni menyangkut moral, nilai-nilai, budaya dan keagamaan. Tujuan pembelajaran yang diklasifikasikan pada domain afektif, dikembangkan oleh Kratwohl dkk (1964)

dalam Sukardi (2008).

Kratwohl, dkk merencanakan tujuan pembelajaran afektif dengan membedakanya menjadi lima tingkatan dari yang sederhana sampai pada tingkatan kompleks, yaitu a) receiving, b) responding, c) valuing, d) organizing,


(36)

intruksional domain kognitif, dalam menyusun tujuan intruksional, kelima tingkatan ini juga ditunjukkan dengan beberapa kata kerja. Kata kerja yang berorientasi perilaku pada domain afektif dapat dilihat pada Tabel 1.2.

Tabel 1. 2. Domain Afektif (Kratwohl Taxonomy)

Tingkatan Verb(kata kerja)

Receiving (menerima) Menerima, peduli, mendengar

Responding (menjawab) Melengkapi, melibatkan, sukarela

Valuing (menilai) Menunjukkan lebih senang,

menghargai, menyatakan peduli

Organization (mengorganisasi) Berpartisipasi, mempertahankan,

menyatukan (sintesis)

Charakterization by value or value complex (mengkarakterisasi atas dasar

nilai kompleks)

Menunjukkan empati, menunjukkan harapan, mengubah tingkah laku

Dalam konteks pembelajaran, penggunaan kata kerja pada setiap tingkatan ranah afektif, juga dapat digunakan sebagai acuan dalam membuat item-item pertanyaan tes sesuai dengan tingkatan pengetahuan siswa.

3) Domain Psikomotorik

Domain psikomotorik merupakan proses pengetahuan yang lebih banyak didasarkan dari pengembangan proses mental melalui aspek-aspek otot dan membentuk keterampilan siswa. Dalam pengembanganya pendidikan psikomotorik disamping proses yang menggerakkan otot, juga telah berkembang dengan pengetahuan yang berkaitan dengan keterampilan hidup. Tujuan pembelajaran psikomotorik dikembangkan oleh Simpson dkk (1972) dalam Sukardi (2008). Tujuan intruksional dalam psikomotorik ini secara garis besar dibedakan menjadi tujuh tingkatan, a) perception, b) set, c) guided response, d)

mechanism, e) complex over respons, f) adaptation, g) origination, yang uraian


(37)

Tabel 1.3. Domain Psikomotorik (Simpson Taxonomy)

Tingkatan Verb (kata kerja)

Perception (persepsi) Membedakan, mengidentifikasi,

memilih

Set (penetapan) Mengasumsikan posisi,

mendemonstrasikan, menunjukkan

Guided Response (reaksi atas dasar

arahan)

Mengusahakan, meniru, mencoba

Mechanism (mekanisme) Membiasakan, memparaktikkan,

mengulang

Complex Overt response (reaksi terbuka

dengan kesulitan kompleks)

Menghasilkan, mengoperasikan, menampilkan

Adaptation (adaptasi) Mengadaptasi, mengubah, merevisi

Origination (asli) Menciptakan (create) desain,

membuat asli (originate)

2.4 Hubungan Perilaku dengan Lingkungan

Menurut Haryadi dan Setiawan (2010), Secara konseptual, pendekatan perilaku menekankan bahwa manusia merupakan mahluk berfikir yang mempunyai persepsi dan keputusan dalam interaksinya dengan lingkungan. Konsep ini dengan demikian meyakini bahwa interaksi antara manusia dan lingkungan tidak dapat diinterpretasikan secara sederhana dan mekanistik, melainkan kompleks yang cenderung dilihat sebagai sesuatu yang “probabilistik”.

Di dalam interaksi yang kompleks ini, pendekatan perilaku memperkenalkan apa yang disebut sebagai cognitive process (kognitif proses) yakni proses mental tempat orang mendapatkan, mengorganisasikan dan menggunakan pengetahuanya untuk memberi arti dan makna terhadap ruang yang digunakanya. Sebagaimana pendekatan yang digunakan psikologi lingkungan, hubungan antara lingkungan dan perilaku merupakan sesuatu yang kompleks dan tidak cukup dijelaskan melalui kacamata environmental determenism.


(38)

Menurut Haryadi dan Setiawan (2010), dimensi lingkungan dapat dibedakan menjadi tiga kelompok, yakni lingkungan fisik, lingkungan sosial, dan lingkungan kultural.

Hal ini kemudian dipertegas Julian H. Steward dalam Susilo (2009) dalam teori Ekologi budaya, inti dari teori ini adalah lingkungan dan budaya tidak bisa dilihat terpisah, tetapi merupakan hasil campuran (mixed product) yang berproses lewat dialektika. Dengan kalimat lain, proses-proses ekologi memiliki hukum timbal balik. Budaya dan lingkungan bukan entitas yang masing-masing berdiri sendiri atau bukan barang jadi yang bersifat statis. Keduanya memiliki peran besar dan saling mempengaruhi. Tidak dinafikan bahwa lingkungan memang memiliki pengaruh atas budaya dan perilaku manusia, tetapi pada waktu yang sama manusia juga mempengaruhi perubahan-perubahan lingkungan.

2.5 Pengembangan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi Pengelolaan

lingkungan

2.5.1 Kebutuhan Iptek Pengelolaan Lingkungan Hidup

Menurut Sughandhy dan Rustam (2007) lingkungan global sedang mengalami perubahan lebih cepat dari pada yang pernah terjadi sebelumnya. Konsumsi energi, air, dan sumberdaya alam tidak terbaharui meningkat boleh jadi menyebabkan kelangkaan di beberapa bagian wilayah Indonesia, jika upaya pengelolaan lingkungan tetap tidak berubah.

Ilmu pengetahuan dan teknologi dapat mendukung pola pengelolaan lingkungan yang tepat dalam pembangunan saat ini dan yang akan datang. Pengetahuan yang makin meningkat terhadap sejumlah isu seperti perubahan iklim, peningkatan konsumsi sumberdaya, peningkatan penduduk, dan kerusakan


(39)

lingkungan, harus dimanfaatkan untuk pengembangan teknologi dan bahan perumusan strategi jangka panjang pembangunan berkelanjutan.

Penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi perlu terus ditingkatkan untuk menaikkan tingkat kesejahteraan dan kualitas hidup bangsa, yang harus selaras dengan nilai-nilai agama, nilai luhur budaya bangsa, kondisi sosial budaya, dan lingkungan hidup. Pengembangan berbagai disiplin ilmu, yang diperhitungkan akan memiliki peluang untuk unggul dalam mempercepat harus dikenali dan diberikan perhatian khusus, antara lain meliputi teknologi perlindungan lingkungan.

Ilmu pengetahuan dan teknologi pengelolaan lingkungan adalah berupa pengembangan dan penerapan ilmu pengetahuan dalam hal pemilihan teknologi pengelolaan lingkungan, yang merupakan keterpaduan dalam pemanfaatan sumberdaya alam dan manusia untuk pemantauan, pengendalian, pemulihan, dan pengawasan pengembangan lingkungan hidup.

Dalam pengembangan berbagai disiplin ilmu, yang perlu diperhitungkan adalah peluang unggulan dalam mempercepat laju pembangunan, disamping perlu diketahui dan perlu diberi perhatian khusus dalam pengembangan teknologi pelestarian lingkungan dan kerusakan serta pencemaran lingkungan.

2.5.2 Tujuan dan Sasaran IPTEK Pengelolaan Lingkungan Hidup

1. Tujuan

a) Terciptanya keserasian hubungan antara manusia dengan lingkungan, sebagai tujuan membangun manusia Indonesia seutuhnya

b) Terkendalinya pemanfaatan sumberdaya alam secara bijaksana c) Terwujudnya manusia Indonesia sebagai pembina lingkungan hidup


(40)

d) Terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan untuk kepentingan generasi sekarang dan mendatang

e) Terhindarnya negara terhadap dampak kegiatan diluar wilayah negara yang menyebabkan kerusakan dan pencemaran lingkungan.

2. Sasaran

a) Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi pengelolaan lingkungan yang sesuai, agar perkembangan teknologi yang berorientasi kepada mekanisme pasar, dapat mengendalikan dimensi lingkungan dan kepentingan masyarakat luas dan generasi yang akan datang.

b) Meningkatkan kemampuan sumberdaya manusia, dalam pemilihan dan penggunaan teknologi untuk mengurangi dampak negara terhadap lingkungan hidup.

2.5.3 Strategi dan Kegiatan

Strategi pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi pengelolaan lingkungan mencakup :

a) Untuk membangun secara berlanjut, semua pihak membutuhkan akses kepada dan peningkatan kemampuan, dalam penggunaan teknologi yang lebih bersih dan sedikit menghasilkan limbah.

b) Teknologi berwawasan lingkungan mencakup tidak hanya perangkat keras, tetapi pengetahuan, pelayanan, peralatan, dan keahlian-keahlian organisasi dan manajerial. Teknologi baru dan efisien perlu dikembangkan untuk menggantikan sejumlah teknologi yang saat ini masih digunakan. c) Pengenalan teknologi baru harus disertai informasi tentang risiko


(41)

teknologi yang tepat. Teknologi tersebut juga harus kompatibel (selaras) dengan prioritas-prioritas sosial, budaya, ekonomi dan lingkungan. Dalam kasus-kasus tertentu, teknologi yang diperkenalkan dapat dikombinasikan dengan inovasi setempat untuk mendapatkan inovasi teknologi tepat guna. d) Mempromosikan dan mendesimenasikan teknologi baru berwawasan

lingkungan, tanpa perlindungan hak paten. Pemerintah harus membeli hak paten dan lisensi secara komersial dan mentransfer kepada masyarakat luas secara nonkomersial, sebagai bagian dari bantuan teknis untuk pembangunan berkelanjutan.

Kegiatan pemanfaatan ilmu pengetahuan dan teknologi pengelolaan lingkungan mencakup :

a) Perumusan dan pengembangan kebijakan untuk mengantisipasi dampak pencemaran lingkungan, dengan pengetahuan dan teknik pengelolaan lingkungan yang tepat untuk mengantisipasi pencemaran lingkungan yang diakibatkan oleh aktivitas manusia.

b) Merumuskan dan mengembangkan prinsip-prinsip pemerataan dan keadilan serta tanggung jawab pemerintah, swasta dan masyarakat yang merupakan dasar untuk mengantisipasi pencemaran lingkungan.

c) Meningkatkan kerjasama antara instansi yang terkait untuk perumusan kebijaksanaan ilmu pengetahuan dan teknologi pengelolaan lingkungan. d) Penggunaan teknologi berwawasan lingkungan memerlukan training yang

sistematis kepada para teknisi, engineer, manejer, ilmuawan, dan para pendidik. Paket training harus mencakup penilaian terhadap dampak dan resiko lingkungan.


(42)

e) Pengembangan pusat-pusat pengkajian teknologi berwawasan lingkungan, terutama untuk sejumlah sektor utama, seperti pertanian, industri, dan energi. Pusat-pusat tersebut diharapkan dapat membantu pengembangan, pengelolaan, dan pengalihan teknologi kepada masyarakat luas termasuk dunia usaha.

f) Meningkatkan kualitas sumberdaya manusia sebagai tenaga ahli bidang lingkungan, terutama dibidang lingkungan hidup sosial, yang menguasai konsep indikator masalah keserasian manusia dengan lingkungan.

g) Mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi pengelolaan lingkungan, yang sesuai dengan kondisi Indonesia.

2.5.4 Tata Cara Pengelolaan

1. Pengorganisasian

a) Memperkuat fungsi dan peranan kantor MENLH dalam mengkordinasikan penyelenggaraan program pengelolaan lingkungan hidup, terutama berhubungan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi pengelolaan lingkungan.

b) Perlunya penanganan yang terpadu antara sektoral, daerah, serta akan memberikan implikasi terhadap pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup yang menyeluruh, dalam menerapkan ilmu pengetahuan dan teknologi pengelolaan lingkungan yang tepat.

2. Tugas dan tanggung jawab

Kementerian yang bertanggungjawab dalam pengelolaan lingkungan hidup perlu:

a) Mengoordinasikan strategi yang telah dirumuskan dalam dua upaya pokok, yaitu upaya integrasi dan upaya intervensi.


(43)

b) Mengalokasikan dana yang tersedia bagi pengembangan ilmu dan teknologi untuk pengembangan kegiatan perlindungan lingkungan hidup (perumusan, pembuatan, pengembangan peraturan perundang-undangan, kegiatan pengendalian kerusakan, dan pencemaran).

3. Keterlibatan Masyarakat

Keterlibatan masyarakat dalam merencanakan pemanfaatan sumberdaya alam dan lingkungan hidup, mendorong partisipasi aktifnya dalam proses pemanfaatan dan pengendalian pemanfaatan ilmu dan teknologi pengelolaan lingkungan dalam melestarikan tatanan lingkungan dan fungsinya.

4. Pemantauan dan Pengendalian

Untuk menjaga tatanan lingkungan dan fungsinya tetap lestari, telah diatur peraturan perundang-undangan PP. No. 29/1986, PP. No. 20/1990, dan penataan secara serasi dan seimbang antara aspek pelestarian, konvensi, dan pemanfatan sumberdaya ruang (UU. No. 24/1992). Namun, kelengkapan perangkat peraturan perundang-undangan untuk melaksanakan secara operasional pengelolaan lingkungan hidup, sebagai mana dianut oleh UU No. 4 Tahun 1982 jo. UU No. 23 Tahun 1997 UU No. 32 Tahun 2009, masih perlu diupayakan untuk mengantisipasi era industrialisasi dan urbanisasi.

5. Oleh karena itu, penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi menjadi sangat penting (Sugandhy dan Rustam, 2007).


(44)

BAB III. METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Metode Survei yaitu dengan pengamatan langsung di lapangan. Penelitian survei adalah penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dan menggunakan kuisioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok (Singarimbun dan Sofian, 1989).

Data-data dalam penelitian ini diperoleh dengan penyebaran kuisioner, pengamatan langsung kelapangan dengan menggunakan wawancara. Penyebaran kuisioner mengumpulkan data dengan menggunakan daftar pertanyaan yang akan dijawab oleh responden, pengamatan langsung untuk mengetahui keadaan lapangan secara langsung dan memperoleh data secara lisan dan tulisan dari responden (Sudjana, 1992).

3.2 Lokasi Penelitian

Lokasi penelitian dilakukan di Kotamadya Medan, di Kecamatan Medan Barat, di SD Swasta Pertiwi Medan, Jl. Budi Pembangunan No 1, dan di SD Negeri 060843 Jl. Yos Sudarso, Kecamatan Medan Barat.

3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh warga sekolah di dua lokasi penelitian yang terdiri dari :

1. Siswa Kelas VI SD Pertiwi (241 Siswa) dan Siswa Kelas VI SD Negeri 080643 Medan (161 Siswa)


(45)

3.3.2 Sampel

Sampel untuk penelitian ini tidak jauh berbeda dengan populasi, kecuali siswa, dimana penentuan pengambilan sampel berasal dari jumlah siswa setiap kelas, dengan menggunakan purposive sample didapatkan besarnya sampel sebesar (Rakhmat,1997)

n =

dimana;

n = Sampel

N = Populasi

D = Presesi ( 10 persen )

Sehingga diperolehlah sampel penelitian sebagai berikut : 1. Siswa kelas VI SD Pertiwi 72 Orang

2. Siswa Kelas VI SD 060843 64 Orang

3. Guru Kelas VI SD Pertiwi Medan terdiri dari 11 Orang

4. Guru Kelas VI SD 060843 Kecamatan Medan Barat terdiri dari 8 Orang Untuk mendapatkan informasi yang mendukung hasil kuisioner dari sampel diatas, maka diadakan wawancara dengan pihak sekolah yang selanjutnya disebut sebagai informan yang terdiri dari :

1. Kepala Sekolah SD Pertiwi Medan

2. Kepala Sekolah SD 060843 Kecamatan Medan Barat 3. Kepala UPT TK-SD Kecamatan Medan Barat

4. Pegawai SD Pertiwi 5 Orang


(46)

3.4 Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang digunakan yaitu dengan kuisioner, pengamatan langsung dan wawancara yang akan menghasilkan data sebagai berikut :

3.4.1 Data Primer

Data primer diperoleh dari Siswa dan Guru yang menjadi responden dengan kuisioner (lampiran 2)

3.4.2 Data Sekunder

Data sekunder ini diperoleh dari Kepala UPT Tk/SD Dinas Pendidikan Kecamatan Medan Barat, Kepala Sekolah dan Pegawai Sekolah. Data sekunder diperoleh melalui wawancara sehingga didapatkan data berupa informasi tentang kondisi program yang sedang berjalan di SD lokasi penelitian.

3.5 Instrumen Penilaian

3.5.1 Pengukuran Pengetahuan (kognitif) Responden

Instrumen pengetahuan lingkungan hidup responden diukur melalui kuisioner yang berisikan 10 pertanyaan yang telah disediakan, kuisioner ini diberikan langsung kepada siswa, setiap pertanyaan mempunyai dua pilihan jawaban yaitu ya dan tidak. Setiap jawaban diberikan nilai 1 untuk yang menjawab benar/positif terhadap lingkungan hidup, dan nilai 0 untuk yang salah/negatif terhadap lingkungan hidup.


(47)

3.5.2 Pengukuran Sikap (Afektif) Responden

Instrumen sikap terhadap lingkungan hidup diukur melalui kuisioner yang berisikan 10 pertanyaan yang telah disediakan, dimana pertanyaan ini diberikan kepada Guru sebagai unsur yang paling mengetahui sikap dari siswa. Setiap pertanyaan mempunyai dua pilihan jawaban yaitu ya dan tidak. Penelian diberikan nilai 1 untuk yang menjawab benar/positif terhadap lingkungan hidup, dan nilai 0 untuk yang menjawab salah/negatif terhadap lingkungan hidup.

3.5.3 Pengukuran Keterampilan (Psikomotorik) Responden

Instrumen keterampilan lingkungan hidup dari responden diukur melalui kuisioner yang berisikan 10 pertanyaan yang telah disediakan, dimana pertanyaan ini diberikan kepada Guru sebagai unsur yang paling mengetahui keterampilan dari siswa. Setiap pertanyaan mempunyai dua pilihan jawaban yaitu ya dan tidak, dan setiap jawaban diberikan nilai 1 untuk yang menjawab benar/positif terhadap lingkungan hidup, dan nilai 0 untuk yang salah/negatif terhadap lingkungan hidup.

3.5.4 Wawancara Langsung

Wawancara langsung juga dilakukan untuk mendapatkan informasi yang akurat tentang program dan aktivitas yang sedang berjalan di sekolah penelitian, terkhusus juga untuk mengetahui kognitif, afektif dan psikomotorik siswa, dimana warga sekolah (kecuali siswa) adalah unsur yang mengetahui perkembangan siswa di sekolah. Adapun unsur yang diwawancarai langsung adalah :

1) Kepala Sekolah

2) Kepala UPT Dinas Kecamatan Medan Barat 3) Guru


(48)

3.6 Tahapan Penelitian

Tahapan dalam penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 3.1. Skema Pelaksanaan Penelitian

Berdasarkan alur pelaksanaan penelitian, penelitian diawali dengan mengetahui masalah dan merumuskannya. Kemudian dilakukan penyusunan instrumen, dilakukan uji coba untuk menentukan validitas dan reliabilitasnya. Jika instrumen belum valid dan reliabel, maka dilakukan revisi dan uji coba kembali. Setelah itu dikumpulkan data melalui kuesioner untuk mengetahui pengaruh program adiwiyata terhadap kognitif, afektif dan psikomotorik siswa. Kemudian data tersebut diolah secara statistik dan dianalisis, lalu dilakukan interpretasi untuk merumuskan dan memperoleh kesimpulan.

Perumusan Masalah

Penarikan Kesimpulan Uji Validitas/

Reliabilitas Valid /Reliabel ?

Pengolahan data dan Analysis Penyusunan

Instrumen

Pengumpulan Data Tidak


(49)

3.7 Analisis Data

Analisis data dilakukan setelah semua data yang dibutuhkan sudah terkumpul. Analisis data dilakukan sesuai dengan permasalahan yang pada awalnya sudah ditentukan, dan tahapan analisis data adalah sebagai berikut : 1) Membuat perbandingan kognitif lingkungan hidup SD Pertiwi dengan

kognitif lingkungan hidup SD Negeri 060843

2) Membuat perbandingan afektif lingkungan hidup SD Pertiwi dengan afektif lingkungan hidup SD Negeri 060843.

3) Membuat perbandingan psikomotorik lingkungan hidup SD Pertiwi dengan pisikomotorik lingkungan hidup SD Negeri 060843.

4) Mendapatkan pengaruh program adiwiyata terhadap kognitif, afektif dan psikomotorik lingkungan hidup siswa.


(50)

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Kondisi Umum Lokasi Penelitian

Lokasi penelitan adalah Kota Medan tepatnya Daerah Kecamatan Medan Barat dengan luas wilayah 6,82 Km2 atau 682 Ha yang merupakan satu dari 21 Wilayah Kecamatan yang ada di Kota Medan. Daftar Sekolah Dasar di Dinas Pendidikan Kecamatan Medan Barat terdiri dari 10 Sekolah Dasar Negeri dan 17 Sekolah Dasar Swasta, dapat dilihat pada Tabel 4.1 berikut :

Tabel 4.1. Jumlah SD Negeri Di Kecamatan Medan Barat Tahun 2012

No Nama Sekolah Jumlah Siswa

1 SD Negeri 060835 66 2 SD Negeri 060836 133 3 SD Negeri 060837 295 4 SD Negeri 060839 194 5 SD Negeri 060840 146 6 SD Negeri 060843 1026 7 SD Negeri 060849 784 8 SD Negeri 060853 407 9 SD Negeri 066651 92 10 SD Negeri 0607097 415

Sumber : Dinas Pendidikan UPT Tk/SD Kecamatan Medan Barat, 2012 (Data Diolah)

Tabel 4.2. SD Swasta di Kecamatan Medan Barat Tahun 2012

No. Nama Sekolah Jumlah Siswa

1 SD Swasta Karya Bahkti 382 2 SD Swasta Nasrani 4 161 3 SD Swasta Alwasliyah 37 82 4 SD Swasta Muhamadiyah 11 260 5 SD Swasta Surya Bahagia 107 6 SD Swasta Laks. Martadinata 645

7 SD Swasta Pertiwi 1452

8 SD Swasta PAB 91

9 SD Swasta Budaya 90

10 SD Swasta Santho Tomas 4 346 11 SD Swasta Sutomo 2 1876

12 SD Swasta Alfalah 121

13 SD Swasta KR.MET.IND.5 634 14 SD Swasta Yos Sudarso 359 15 SD Swasta Alwasliyah 45 68 16 SD Swasta Metodist 8 206 17 SD Swasta Arsyadiah 87

Sumber : Dinas Pendidikan UPT Tk/SD Kecamatan Medan Barat, 2012 (Data Diolah)


(51)

Sesuai dengan Judul tesis ini Pengaruh Penerapan Program Adiwiyata terhadap Kognitif, Afektif dan Psikomotorik Lingkungan Hidup Siswa Sekolah Dasar di Kecamatan Medan Barat, maka diambillah sekolah yang sudah berpredikat Adiwiyata, yaitu SD Swasta Pertiwi Medan (karena hanya satu sekolah yang sudah berpredikat Adiwiyata), dan sebagai pembanding diambillah SD Negeri 060843, yang merupakan SD Negeri paling berprestasi di Kecamatan Medan Barat. Sehingga didapatlah dua sekolah dasar yang menjadi populasi penelitian, yaitu SD Swasta Pertiwi dan SD Negeri 060843 Kecamatan Medan Barat, Kota Medan.

4.2. Gambaran Umum Responeden

Responden dalam penelitian ini adalah sejumlah warga sekolah dari SD Pertiwi dan SD 080643 Medan. Responden adalah Siswa, Guru, Pegawai, Kepala Sekolah dan Kepala Unit Pelaksana Teknhis Dinas Pendidikan Kecamatan Medan Barat.

Adapun komposisi responden adalah sebagai berikut : 1. Siswa

Tabel 4.3. Responden Siswa

No Nama Sekolah Jumlah

1 SD Swasta Pertiwi 72 2 SD Negeri 080643 64 2. Guru

Tabel. 4.4 Responden Guru

No Nama Sekolah Jumlah Guru

1 SD Swasta Pertiwi 11 2 SD Negeri 060843 8


(52)

3. Pegawai

Tabel. 4.5 Responden Pegawai Sekolah

No Nama Sekolah Jumlah Pegawai

1 SD Swasta Pertiwi 5 2 SD Negeri 060843 2 4. Kepala Sekolah

Kepala sekolah juga menjadi responden dalam penelitian ini, hal ini dilakukan untuk mendapatkan informasi tentang kondisi guru, pegawai dan siswa di sekolah tersebut.

5. Kepala UPT Tk/SD Kecamatan Medan Barat

Untuk mendapatkan data dan informasi yang dibutuhkan mengenai sekolah SD Pertiwi dan SD Negeri 060843, maka Kepala UPT Tk/SD Kecamatan Medan Barat juga ikut menjadi responden dalam penelitian ini.

4.2 Tanggapan Responden

Tanggapan responden terhadap pengetahuan, sikap dan keterampilan siswa merupakan hal yang harus dikaji untuk mengetahui pengaruh progam Adiwiyata, tanggapan responden tersebut dapat dilihat pada tabel berikut :


(53)

Tabel 4.6. Tanggapan Responden Terhadap Kognitif Siswa Kelas VI SD A (SD Pertiwi Medan) dan SD B (SD N 060843)

No Pertanyaan

Respon SD A Total

Responden SD A

Respon SD B Total

Responden SD B B (%) S (%) B (%) S (%)

1 Apakah lingkungan yang

kotor menyebabkan penyakit

100 0 72 100 0 64

2 Apakah nyamuk yang ada di sekitar sekolah berasal dari lingkungan yang tidak bersih

81 19 72 56 44 64

3 Apakah dedaunan yang hijau menyebabkan udara semakin bersih dan sehat

100 0 72 88 12 64

4 Apakah pembakaran

sampah dapat mengotori udara

85 15 72 67 33 64

5 Apakah sampah dedaunan mudah membusuk

99 1 72 98 2 64

6 Apakah sampah plastik mudah membusuk

88 12 72 36 64 64

7 Apakah makanan yang

basi/kadaluarsa dapat

menyebabkan penyakit

100 0 72 95 5 64

8 Apakah lingkungan yang bersih menyebabkan kesehatan lebih terjamin dan nyaman untuk belajar

99 1 72 97 3 64

9 Apakah kuku yang kotor merupakan sumber penyakit

100 0 72 86 14 64

10 Apakah kotoran ternak yang ada di


(54)

sekitar kita dapat menyebabkan penyakit

Rata-Rata (%) 94 6 75 25

Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa jawaban responden berdasarkan urutan pertanyaan adalah sebagai berikut responden SD Adiwiyata seratus persen (100 %) menjawab benar dan nol persen (0%) menjawab salah, responden SD belum Adiwiyata seratus persen (100 %) menjawab ya dan nol persen (0%) menjawab salah yang menilai apakah lingkungan yang kotor menyebabkan penyakit. Secara langsung ataupun tidak langsung, lingkungan yang kotor akan menyebabkan penyakit, karena pada lingkungan kotor akan ditemukan banyak sumber-sumber penyakit seperti bakteri dan sejenisnya. Keseluruhan siswa kelas VI mengetahui hal tersebut baik sekolah Adiwiyata maupun sekolah belum Adiwiyata, hal ini disebabkan karena siswa sudah mendapat informasi yang benar tentang akibat yang ditimbulkan dari lingkungan yang kotor.

Responden SD Adiwiyata delapan puluh satu persen (81%) menjawab benar dan sembilan belas persen (19%) menjawab salah, responden SD belum Adiwiyata lima puluh enam persen (56%) mejawab benar dan empat puluh empat persen (44%) menjawab salah yang menilai apakah nyamuk yang ada di lingkungan sekolah berasal dari lingkungan yang tidak bersih. Pada umumnya nyamuk yang ada di lingkungan kita berasal dari lingkungan yang kotor, karena jentik-jentik nyamuk akan bisa berkembang jika ada wadah yang sesuai untuk perkembangannya, seperti saluran parit yang tidak lancar sehingga air tergenang, sampah-sampah yang menumpuk dan mengandung air sehingga lembab, perlengkapan yang kotor, susunannya tidak teratur dan bertumpukan akan menjadi


(55)

sarang nyamuk. Berdasarkan persentase diatas dinyatakan bahwa Sekolah Adiwiyata lebih mengetahui tentang pengaruh dari lingkungan yang kotor terhadap berkembangnya nyamuk, hal ini disebabkan karena SD Adiwiyata sudah mendapatkan informasi dari guru dan buku yang lebih lengkap daripada SD belum Adiwiyata tentang sebab akibat dari lingkungan yang kotor

Responden SD Adiwiyata seratus persen (100%) menjawab benar dan nol persen (0%) menjawab salah, sedangkan responden SD belum Adiwiyata delapan puluh delapan persen (88%) menjawab benar dan dua belas persen (12%) menjawab salah yang menilai apakah dedaunan yang hijau menyebabkan udara semakin bersih dan sehat. Banyaknya dedaunan yang hijau disekitar kita sangat berpengaruh terhadap bersih dan sehatnya udara disekitar kita, karena dedaunan tersebut mampu menyerap debu dan menyaring sinar matahari. Berdasarkan persentase di atas dinyatakan bahwa SD Adiwiyata sudah mengetahui hal ini secara keseluruhan sedangkan SD belum Adiwiyata masih ada sekitar 12 % dari siswa belum mengetahui hal tersebut, hal ini dimungkinkan karena informasi yang didapatkan dari guru dan buku yang mereka dapatkan belum selengkap sekolah Adiwiyata.

Responden SD Adiwiyata delapan puluh lima (85%) menjawab benar dan lima belas persen (15%) menjawab salah, sedangkan responden SD belum Adiwiyata enam puluh tujuh persen (67%) menjawab benar dan tiga puluh tiga persen (33%) menjawab salah yang menilai apakah pembakaran sampah dapat mengotori udara. Pembakaran sampah jelas sudah mengotori udara, hal inilah yang sedang digalakkan oleh pemerintah tentang sosialisasi daur ulang sampah untuk menghemat sumberdaya alam dan mengurangi pencemaran udara. Berdasarkan persentase diatas dinyatakan bahwa SD Adiwiyata 85% sudah


(56)

mengetahui sedangkan SD belum Adiwiyata hanya 67% yang mengetahui, hal ini menyatakan bahwa sekolah Adiwiyata lebih mengetahui dampak dari pembakaran sampah dibandingkan sekolah belum Adiwiyata, menyatakan guru dan fasilitas di sekolah belum Adiwiyata perlu dibenahi.

Responden SD Adiwiyata sembilan puluh sembilan persen (99%) menjawab benar dan satu persen (1%) menjawab salah, sedangkan responden SD belum Adiwiyata sembilan puluh delapan persen (98%) menjawab benar dan dua persen (2%) menjawab salah yang menilai apakah sampah dedaunan mudah membusuk. Dedaunan mudah membusuk, sehingga dikategorikan sampah organik. Hal ini pada umumnya sudah diketahui oleh siswa, walaupun persentasenya sekolah Adiwiyata tetap lebih mengetahui dibanding sekolah belum Adiwiyata.

Responden SD Adiwiyata delapan puluh delapan (88%) menjawab benar dan dua belas persen (12%) menjawab salah, sedangkan responden SD belum Adiwiyata tiga puluh enam (36%) menjawab benar dan enam puluh empat persen (64%) menjawab salah yang menilai apakah sampah plastik mudah membusuk. Sampah plastik sukar membusuk, solusinya bukan dibakar, melainkan di daur ulang, hal inilah yang harus diketahui siswa, sehingga sampah plastik sering di kumpulkan oleh pemulung, untuk dijual, tujuan akhirnya itu adalah untuk di daur ulang. Dari persentase pengetahuan siswa, sekolah Adiwiyata lebih mengetahui hal tersebut dibandingkan sekolah yang belum Adiwiyata, hal ini menandakan siswa sekolah Adiwiyata mendapatkan informasi yang lebih lengkap tentang penanggulangan sampah dibanding siswa sekolah belum Adiwiyata.

Responden SD Adiwiyata seratus persen (100%) menjawab benar dan nol persen (0%) menjawab salah, sedangkan responden SD belum Adiwiyata


(1)

42 R42 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1

43 R43 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1

44 R44 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1

45 R45 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1

46 R46 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1

47 R47 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1

48 R48 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1

49 R49 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0

50 R50 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

51 R51 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

52 R52 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0

53 R53 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1

54 R54 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1

55 R55 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1

56 R56 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1

57 R57 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1

58 R58 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1

59 R59 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1

60 R60 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1

61 R61 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0

62 R62 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1

63 R63 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1

64 R64 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1

65 R65 1 1 1 1 1 0 1 0 1 1

66 R66 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1

67 R67 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1

68 R68 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1

69 R69 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1

70 R70 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1

71 R71 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1

72 R72 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0

Jumlah Yang

Menjawab Benar 72 58 72 61 71 63 72 71 72 63

Keterangan :

1 = Jawaban Responden Ya 0 = Jawaban Responden Tidak

Kunci Jawaban Benar Untuk Pertanyaan Aspek Kognitif

1. Ya 2. Ya 3. Ya 4. Ya 5. Ya


(2)

2. Daftar Hasil Kuisioner Kognitif SD Negeri 060843

No Nama

siswa

Item Soal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 R1 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0

2 R2 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1

3 R3 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0

4 R4 1 1 1 0 1 0 1 1 0 0

5 R5 1 1 1 0 1 1 1 1 1 1

6 R6 1 1 1 0 1 1 1 1 0 0

7 R7 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0

8 R8 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1

9 R9 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0

10 R10 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1

11 R11 1 0 1 1 1 1 1 1 0 0

12 R12 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1

13 R13 1 1 1 0 1 1 1 1 0 1

14 R14 1 1 1 0 1 0 1 1 1 0

15 R15 1 0 1 0 1 0 1 1 1 0

16 R16 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0

17 R17 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0

18 R18 1 1 0 1 1 0 1 1 1 0

19 R19 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1

20 R20 1 0 1 1 0 1 1 1 1 0

21 R21 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1

22 R22 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0

23 R23 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0

24 R24 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0

25 R25 1 1 1 0 1 1 0 1 1 0

26 R26 1 0 1 0 1 0 0 1 1 0

27 R27 1 0 1 0 1 1 1 1 1 1

28 R28 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0

29 R29 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

30 R30 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0

31 R31 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0

32 R32 1 1 1 0 1 0 1 1 1 1

33 R33 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0

34 R34 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0

35 R35 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0

36 R36 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1

37 R37 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0

38 R38 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0

39 R39 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0

40 R40 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0

41 R41 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0

42 R42 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0


(3)

44 R44 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0

45 R45 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1

46 R46 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1

47 R47 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0

48 R48 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0

49 R49 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0

50 R50 1 0 1 1 1 1 1 1 1 0

51 R51 1 1 1 1 1 1 0 1 1 0

52 R52 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0

53 R53 1 0 1 1 1 1 1 1 1 1

54 R54 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0

55 R55 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0

56 R56 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0

57 R57 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0

58 R58 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0

59 R59 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0

60 R60 1 0 1 1 1 0 1 0 1 1

61 R61 1 0 1 1 1 0 1 1 1 1

62 R62 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0

63 R63 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0

64 R64 1 0 1 0 1 1 1 1 1 0

Jumlah Yang

Menjawab Benar 64 36 56 43 63 23 61 62 55 17

Keterangan :

1 = Jawaban Responden Ya 0 = Jawaban Responden Tidak

Kunci Jawaban Benar Untuk Pertanyaan Aspek Kognitif

1. Ya 2. Ya 3. Ya 4. Ya 5. Ya


(4)

3. Jawaban Responden Terhadap Afektif Siswa SD Pertiwi Medan

No Nama

Guru

Item Soal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 R1 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1

2 R2 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1

3 R3 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1

4 R4 1 1 0 1 1 1 1 1 1 0

5 R5 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1

6 R6 1 1 0 1 0 1 1 1 0 1

7 R7 1 0 1 1 1 1 0 1 1 0

8 R8 1 0 0 1 1 1 1 1 1 1

9 R9 1 0 0 1 0 1 1 1 1 1

10 R10 1 0 0 1 1 1 0 1 1 1

11 R11 0 0 0 1 1 1 1 1 0 1

Jumlah Yang

Menjawab Benar 10 9 9 11 8 11 9 10 8 9

Keterangan :

1 = Jawaban Responden Ya 0 = Jawaban Responden Tidak

Kunci Jawaban Benar untuk pertanyaan aspek Afektif

1. Ya 2. Tidak 3. Tidak 4. Ya 5. Ya

6. Ya 7. Ya 8. Ya 9. Ya 10. Tidak

4. Jawaban Responden Terhadap Afektif Siswa SD 060843 Medan

No Responden Item soal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 R1 1 1 1 1 1 0 0 0 0 1

2 R2 0 1 1 1 0 1 0 0 0 1

3 R3 1 0 0 1 0 1 1 0 0 0

4 R4 0 0 0 1 0 0 0 1 0 0

5 R5 1 0 0 1 0 0 1 1 0 1

6 R6 0 1 1 1 0 0 0 0 0 0

7 R7 1 0 0 1 0 0 0 1 0 0

8 R8 1 0 1 1 0 1 0 0 0 1

Jumlah Yang

Menjawab Benar 5 5 4 8 1 3 2 2 0 4

Keterangan :

1 = Jawaban Responden Ya 0 = Jawaban Responden Tidak

Kunci Jawaban Benar untuk Pertanyaan Aspek Afektif

1. Ya 2. Tidak 3. Tidak 4. Ya 5. Ya


(5)

5. Jawaban Responden Terhadap Psikomotorik Siswa SD Pertiwi

No Responden Item Soal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 R1 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0

2 R2 1 1 1 0 1 0 1 0 1 0

3 R3 1 0 1 1 1 0 1 1 0 0

4 R4 1 1 1 0 1 0 1 0 1 1

5 R5 0 0 1 1 1 1 1 1 1 0

6 R6 1 0 1 1 1 0 1 0 1 0

7 R7 1 0 1 1 1 0 1 1 1 0

8 R8 1 1 1 1 1 0 1 1 1 0

9 R9 1 0 1 0 1 0 1 0 1 0

10 R10 1 0 1 1 1 0 0 1 0 0

11 R11 1 0 0 1 1 0 1 1 1 1

Jumlah Yang

Menjawab Benar 10 8 10 8 11 10 9 7 8 9

Keterangan :

1 = Jawaban Responden Ya 0 = Jawaban Responden Tidak

Kunci Jawaban Benar Untuk Pertanyaan Aspek Psikomotorik

1. Ya 2. Tidak 3. Ya 4. Ya 5. Ya

6. Tidak 7. Ya 8. Ya 9. Ya 10. Tidak

6. Penilaian Responden Terhadap Psikomotorik Siswa SD Negeri 060843

No Nama Guru Item soal

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

1 R1 1 1 0 0 1 1 1 1 0 1

2 R2 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0

3 R3 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1

4 R4 0 1 0 1 1 1 0 0 0 0

5 R5 0 0 0 1 1 0 0 1 1 0

6 R6 0 1 0 0 1 0 0 1 0 1

7 R7 0 1 1 0 1 1 1 1 0 0

8 R8 1 1 1 0 1 1 1 0 0 1

Jumlah Yang

Menjawab Benar 2 2 3 2 8 2 4 4 2 4

Keterangan :

1 = Jawaban Responden Ya 0 = Jawaban Responden Tidak

Kunci Jawaban Benar Untuk Pertanyaan Aspek Psikomotorik

1. Ya 2. Tidak 3. Ya 4. Ya 5. Ya


(6)