Pengaruh Fungsi Keluarga terhadap Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar tentang Menarche (Studi Kasus di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri 066433 Kota Medan)
PENGARUH FUNGSI KELUARGA TERHADAP PEMAHAMAN REMAJA PUTRI USIA SEKOLAH DASAR TENTANG MENARCHE
(STUDI KASUS DI SD NEGERI NO 066667 DAN SD NEGERI NO 066433 KOTA MEDAN)
TESIS
Oleh
FITRIYANI PULUNGAN 107032221/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
PENGARUH FUNGSI KELUARGA TERHADAP PEMAHAMAN REMJA PUTRI USIA SEKOLAH DASAR TENTANG MENARCHE
(STUDI KASUS DI SD NEGERI NO 066667 DAN SD NEGERI NO 066433 KOTA MEDAN)
TESIS
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat
untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Minat Studi Kesehatan Reproduksi pada Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara
Oleh
FITRIYANI PULUNGAN 107032221/IKM
PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(3)
Judul Tesis : PENGARUH FUNGSI KELUARGA TERHADAP PEMAHAMAN REMAJA PUTRI USIA
SEKOLAH DASAR TENTANG MENARCHE (STUDI KASUS DI SD NEGERI NO 066667 DAN SD NEGERI NO 066433 KOTA MEDAN)
Nama Mahasiswa : Fitriyani Pulungan Nomor Induk Mahasiswa : 107032221
Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Kesehatan Reproduksi
Menyetujui Komisi Pembimbing
(Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D Ketua
) (dr. Ria Masniari Lubis, M.Si Anggota
)
Dekan
(Dr. Drs. Surya Utama, M.S)
(4)
Telah diuji
Pada Tanggal : 29 Agustus 2012
PANITIA PENGUJI TESIS
Ketua : Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D Anggota : 1. dr. Ria Masniari Lubis, M.Si
2. drh. Hiswani, M.Kes
(5)
PERNYATAAN
PENGARUH FUNGSI KELUARGA TERHADAP PEMAHAMAN REMAJA PUTRI USIA SEKOLAH DASAR TENTANG MENARCHE
(STUDI KASUS DI SD NEGERI NO 066667 DAN SD NEGERI 066433 KOTA MEDAN)
TESIS
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.
Medan, Oktober 2012
Fitriyani Pulungan 107032221/IKM
(6)
ABSTRAK
Pemahaman remaja akan kesehatan reproduksi menjadi bekal bagi remaja dalam berperilaku sehat dan bertanggung jawab, namun belum semua remaja memperoleh informasi yang cukup dan benar tentang kesehatan reproduksi. Di Amerika Serikat dan India rata-rata usia menarche pada anak perempuan adalah 12,5
tahun 24,92% menarche dini (10-11 tahun), 64,77% menarche ideal (12-13 tahun)
dan 10,30% menarche terlambat (14-15 tahun). Di Indonesia dan Asia Tenggara
rata-rata usia mendapat menarche 12 tahun, paling cepat usia 8 tahun dan paling lama usia 16 tahun mendapat menarche.
Tujuan penelitian untuk mengetahui kaitan fungsi keluarga dengan pemahaman remaja putri tentang menarche. Jenis penelitian bersifat studi kasus dengan
pendekatan cross sectional di SD Negeri No. 066667 dan SD Negeri No. 066433
Kota Medan sejak bulan Januari sampai dengan Agustus 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri usia sekolah dasar siswi kelas 4 dan 5 yang berjumlah 89 orang dan seluruhnya dijadikan sampel.
Hasil analisis bivariat menunjukkan ada pengaruh fungsi keluarga yaitu fungsi keagamaan (p=0,002), fungsi cinta kasih (p<0,001), fungsi perlindungan (p<0,001), fungsi reproduksi (p=0,001) dan fungsi sosialisasi dan pendidikan (p=0,001) terhadap pemahaman remaja putri tentang menarche dan hasil analisis multivariat menunjukkan fungsi cinta kasih lebih berpengaruh terhadap pemahaman remaja putri
tentang menarche (p<0,001) dengan nilai koefisien regresi=1,768 sehingga dapat
dinyatakan semakin baik fungsi cinta kasih dalam keluarga maka semakin baik pemahaman remaja putri tentang menarche.
Diharapkan kepada Dinas Kesehatan, Dinas Sosial dan BKKBN sebagai pengambil kebijakan untuk mengembangkan kualitas keluarga yang bercirikan kemandirian dan ketahanan keluarga agar dapat menjalankan fungsi keluarga secara optimal. Kepada guru wali kelas melalui buku penghubung antara guru dengan orang tua siswi agar keluarga memberitahukan tentang tanda-tanda pubertas pada siswi kelas 4 dan 5 yang dalam waktu dekat akan mendapatkan menarche.
(7)
ABSTRACT
Teenagers’ understanding about reproductive health will be provision healthy behavior and to take responsibility. Not all teenagers’ get adequate and correct information about reproductive health. In the United States and India, the average age of menarche in teenagers’ is 12.5 years 24.92% early menarche (10-11 years), 64.77% ideal menarche (12-13 years) and 10.30% late menarche (14-15 years). In Indonesia and Southeast Asia the average age of menarche got 12 years, the earliest age of 8 years and a maximum age of 16 years received menarche.
The aim of research was to know the correlation between the functions of family and female teenagers’ understanding about menarche. The type of the research was a case study with cross sectional approach at SD Negeri (Public Elementary School) No. 066667 and SD Negeri No. 066433, Medan, from January, until Agustus, 2012. The population was the female students, and 89 of grade 4 and grade 5 female students and and all were sampled.
The results of the bivariate analysis showed that the influence of the functions of family are religion (p=0.002), love (p<0.001), protection (p< 0.001), reproduction (p=0.001), socialization and education (p=0.001) on the female teenagers’ understanding about menarche and the results of multivariate analysis showed more the influence of the function of love on the female teenagers’ understanding about menarche was (p<0.001) with the coefficient regression of 1.768 so that it could be said that the better the function of love in family life, the better the understanding of female teenagers about menarche.
It is recommended that the Health Service, the Social Services and BKKBN as the policy makers to improve the quality of family which is characterized by self-reliance and resilience of families in order to run of family function optimally. To the homeroom teacher with books liaison between teachers and parents so that families notify students about the signs of puberty in teenagers’ grades 4 and 5 are in the near future will get menarche.
(8)
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis
yang berjudul “Pengaruh Fungsi Keluarga terhadap Pemahaman Remaja Putri
Usia Sekolah Dasar tentang Menarche (Studi Kasus di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri 066433 Kota Medan)”.
Dalam penyusunan tesis ini, penulis banyak mendapat bantuan, dorongan, bimbingan dan kerjasama dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada :
1. Prof. Dr. Dr. Syahril Pasaribu, DTM&H, M.Sc. (CTM), Sp.A(K), selaku Rektor
Universitas Sumatera Utara.
2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S., selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Sumatera Utara.
3. Dr. Ir. Evawany Aritonang, M.Si, selaku Sekretaris Program Studi S2 Ilmu
Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
4. Drs. Heru Santosa, M.S, Ph.D, dan dr. Ria Masniari Lubis, M.Si, selaku ketua
komisi pembimbing dan anggota komisi pembimbing yang telah meluangkan waktu, pemikiran, arahan dan bimbingan hingga selesainya penulisan tesis ini.
(9)
5. drh. Hiswani, M.Kes, dan dr.Muhammad Rusda, Sp.OG (K), selaku komisi penguji komisi penguji yang telah memberikan bimbingan, kritik serta saran yang sangat membantu untuk kesempurnaan penulisan tesis ini.
6. Ir. Zuraidah Nasution, M.Kes, selaku Direktur Politeknik Kesehatan Kemenkes
RI Medan yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengikuti pendidikan di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.
7. Seluruh staf dosen dan staf pegawai di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan
Masyarakat Minat Studi Kesehatan Reproduksi, Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara yang telah memberikan bekal ilmu serta bantuan kepada penulis.
8. Kepala Sekolah SD Negeri No 066667 dan SD Negeri 066433 Kota Medan Kec
Medan Denai, yang telah memberikan izin dan informasi kepada penulis untuk melakukan penelitian ini.
9. Teristimewa bagi suami tercinta Geminsah Putra Siregar, S.K.M, untuk semua
do’a, dukungan, dan pengorbanan yang telah diberikan. Anak-anak kami yang tersayang Amri Rosidi Siregar dan Ummi Zahraini Siregar yang selalu mengerti dan menerima kekurangan waktu dan perhatian serta sebagai sumber semangat selama penulis mengikuti pendidikan.
10. Ayahanda dan ibunda Drs. H. Haspan Pulungan, S.H dan Hj. Khotnaida
(10)
Harahap yang telah memberikan dukungan moril selama penulis mengikuti pendidikan.
11. Seluruh rekan-rekan mahasiswa di Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara khususnya minat studi Kesehatan Reproduksi yang telah bersedia menjadi teman berdiskusi dan memberikan masukan untuk penyelesaian tesis ini.
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan dari segi bahasa maupun isinya, sehingga saran dan masukan sangat diharapkan untuk kesempurnaan tesis ini. Akhirnya penulis berharap semoga Allah SWT membalas semua kebaikan dengan melimpahkan berkat dan rahmat-Nya. Semoga tesis ini bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian selanjutnya.
Medan, Oktober 2012 Penulis
Fitriyani Pulungan 107032221/IKM
(11)
RIWAYAT HIDUP
Penulis bernama Fitriyani Pulungan yang dilahirkan pada tanggal, 13 Agustus 1980 di Sibolga Provinsi Sumatera Utara dari ayah Drs. H. Haspan Pulungan dan Ibu Hj. Khotnaida Hasibuan. Menikah dengan Geminsah Putra Siregar, S.K.M dan telah dikaruniai dua orang anak yang bernama Amri Rosidi Siregar dan Ummi Zahraini Siregar. Penulis beragama Islam dan bertempat tinggal di Jl. Selindit No. 247 Perumnas Mandala Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang.
Penulis menempuh pendidikan sekolah dasar di SD Negeri 055684 Lubuk Tukko Pandan pada tahun 1987-1993, pendidikan sekolah lanjutan tingkat pertama di Madrasah Tsanawiyah Negeri Padangsidimpuan pada tahun 1993-1996, pendidikan sekolah menengah atas di SMA Negeri 2 Padangsidimpuan pada tahun 1996-1999. Mengikuti pendidikan Diploma III Kebidanan di Politeknik Kesehatan Dep. Kes RI Medan pada tahun 1999-2002. Mengikuti pendidikan Diploma-IV Bidan Pendidik di Politeknik Kesehatan Dep. Kes RI Medan pada tahun 1999-2002
Penulis bekerja sebagai staf pegawai dan sebagai staf dosen di Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Medan Jurusan Kebidanan pada tahun 2002 sampai dengan sekarang.
(12)
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
RIWAYAT HIDUP ... v
DAFTAR ISI ….. ... vii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiii
BAB 1. PENDAHULUAN ... 1
1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Permasalahan ... 7
1.3 Tujuan Penelitian ... 7
1.4 Hipotesis ... 8
1.5 Manfaat Penelitian ... 8
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ... 9
2.1 Fungsi Keluarga ... 9
2.2 Menarche ... 14
2.2.1 Pengertian Menarche ... 14
2.2.2 Menstruasi ... 15
2.2.2.1 Siklus Haid Normal ... 15
2.2.2.2 Hormon yang Berperan dalam Siklus Haid ... 17
2.2.3 Usia Terjadi Menarche ... 20
2.2.4 Perubahan Fisik Wanita Menjelang Menarche ... 21
2.2.5 Faktor-faktor yang Memengaruhi Haid Pertama (Menarche) ... 22
2.2.6 Kerbesihan pada Saat Haid ... 25
2.3 Pemahaman ... 26
2.4 Remaja ... 27
2.5 Landasan Teori ... 28
2.6 Kerangka Konsep ... 31
BAB 3. METODE PENELITIAN ... 32
3.1 Jenis Penelitian ... 32
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 32
3.2.1 Lokasi penelitian ... 32
(13)
3.3 Populasi dan Sampel ... 32
3.4 Metode Pengumpulan Data ... 33
3.4.1 Data Primer ... 33
3.4.2 Data Sekunder ... 33
3.4.3 Uji Valditas dan Reliabilitas ... 33
3.5 Variabel dan Definisi Operasional ... 3.5.1 Variabel ... 37
37 3.5.2 Definisi Operasional ... 37
3.6 Metode Pengukuran ... 38
3.6.1 Variabel Dependen ... 38
3.6.2 Variabel Independen ... 39
3.7 Metode Analisis Data ... 41
BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 42
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 42
4.1.1 Deskripsi SD Negeri 066667 ... 42
4.1.2 Deskripsi SD Negeri 066433 ... 43
4.2 Karakteristik Responden ... 44
4.3 Fungsi Keluarga Remaja Putri ... 46
4.3.1 Fungsi Keagamaan ... 46
4.3.2 Fungsi Cinta Kasih ... 49
4.3.3 Fungsi Perlindungan ... 51
4.3.4 Fungsi Reproduksi ... 53
4.3.5 Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan ... 55
4.4 Pemahaman Remaja Putri tentang Menarche ... 57
4.5 Hubungan Fungsi Keluarga terhadap Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar ... 59
4.5.1 Hubungan Fungsi Keagamaan terhadap Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar tentang Menarche (Studi Kasus di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri 066433 Kota Medan) ... 59
4.5.2 Hubungan Fungsi Cinta Kasih terhadap Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar tentang Menarche (Studi Kasus di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri 066433 Kota Medan) ... 60
4.5.3 Hubungan Fungsi Perlindungan terhadap Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar tentang Menarche (Studi Kasus SD Negeri No 066667 dan SD Negeri 066433 Kota Medan) ... 61
4.5.4 Hubungan Fungsi Reproduksi terhadap Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar tentang Menarche (Studi Kasus di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri 066433 Kota Medan) ... 61
(14)
4.5.5 Hubungan Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan terhadap Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar tentang Menarche (Studi Kasus SD Negeri No 066667 dan SD
Negeri 066433 Kota Medan) ... 61
4.6 Pengaruh Fungsi Keluarga terhadap Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar ... 63
BAB 5. PEMBAHASAN ... 65
5.1 Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar tentang Menarche 65 5.2 Pengaruh Fungsi Keluarga terhadap Pemahaman Remaja Putri Usia Sekolah Dasar tentang Menarche ... 66
5.2.1 Fungsi Keagamaan ... 66
5.2.2 Fungsi Cinta Kasih ... 68
5.2.3 Fungsi Perlindungan ... 69
5.2.4 Fungsi Reproduksi ... 71
5.2.5 Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan ... 72
BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 75
6.1 Kesimpulan ... 75
6.2 Saran ... 76
DAFTAR PUSTAKA ... 77
(15)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
2.1. Tahap Perkembangan Payudara dan Rambut Pubis ... 21
3.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel ... 33
4.1 Jumlah Peserta Didik SD Negeri No 066667 Tahun Ajaran 2011/2012 ... 43
4.2 Jumlah Peserta Didik SD Negeri No 066433 Tahun Ajaran 2011/2012 ... 44
4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 44
4.4 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Anak Ke di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 45
4.5 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jumlah Saudara di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 45
4.6 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Agama di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 46
4.7 Distribusi Fungsi Keagamaan (Agama Islam) Responden di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 47
4.8 Distribusi Fungsi Keagamaan (Agama Kristen) Responden di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 48
4.9 Distribusi Fungsi Keluarga Berdasarkan Fungsi Keagamaan Remaja Putri di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 49
4.10 Distribusi Fungsi Cinta Kasih Responden Remaja Putri di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 49
4.11 Distribusi Fungsi Keluarga Berdasarkan Fungsi Cinta Kasih Remaja Putri di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 51
4.12 Distribusi Fungsi Perlindungan Responden Remaja Putri di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 51
(16)
4.13 Distribusi Fungsi Keluarga Berdasarkan Fungsi Perlindungan Remaja Putri di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 53 4.13 Distribusi Fungsi Reproduksi Responden Remaja Putri di SD Negeri No
066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 53 4.14 Distribusi Fungsi Keluarga Berdasarkan Fungsi Reproduksi Remaja Putri
di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 55 4.15 Distribusi Fungsi Soaialisasi dan Pendidikan Responden Remaja Putri di
SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 55 4.16 Distribusi Fungsi Keluarga Berdasarkan Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
Remaja Putri di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 57 4.17 Distribusi Pemahaman Remaja Putri tentang Menarche di SD Negeri No
066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 57 4.18 Distribusi Pemahaman tentang Remaja Putri di SD Negeri No 066667 dan
SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 58
4.19 Hubungan Fungsi Keagamaan dengan Pemahaman Remaja Putri Usia
Sekolah Dasar tentang Menarche (Studi Kasus di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan) ... 60
4.20 Hubungan Fungsi Cinta Kasih dengan Pemahaman Remaja Putri Usia
Sekolah Dasar tentang Menarche (Studi Kasus di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan) ... 60
4.21 Hubungan Fungsi Perlindungan dengan Pemahaman Remaja Putri Usia
Sekolah Dasar tentang Menarche (Studi Kasus di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan) ... 61
4.22 Hubungan Fungsi Reproduksi dengan Pemahaman Remaja Putri Usia
Sekolah Dasar tentang Menarche (Studi Kasus SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan) ... 62 4.23 Hubungan Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan dengan Pemahaman Remaja
Putri Usia Sekolah Dasar tentang Menarche (Studi Kasus di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan ... 63 4.24. Hasil Analisis Multivariat Uji Regresi Logistik Berganda ... 64
(17)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
2.1 Siklus Haid ... 17
2.2. Siklus Hormonal Haid ... 20
2.3. Model Pemrosesan Informasi Sederhana ... 30
(18)
DAFTAR LAMPIRAN
Nomor Judul Halaman
1. Daftar Pertanyaan/Kuesioner ... 80
2. Hasil Uji Validitas dan Reabilitas ... 88
3. Master Tabel ... 95
4. Hasil Uji Statistik ... 107
5. Surat Permohonan Izin Penelitian ... 131
(19)
ABSTRAK
Pemahaman remaja akan kesehatan reproduksi menjadi bekal bagi remaja dalam berperilaku sehat dan bertanggung jawab, namun belum semua remaja memperoleh informasi yang cukup dan benar tentang kesehatan reproduksi. Di Amerika Serikat dan India rata-rata usia menarche pada anak perempuan adalah 12,5
tahun 24,92% menarche dini (10-11 tahun), 64,77% menarche ideal (12-13 tahun)
dan 10,30% menarche terlambat (14-15 tahun). Di Indonesia dan Asia Tenggara
rata-rata usia mendapat menarche 12 tahun, paling cepat usia 8 tahun dan paling lama usia 16 tahun mendapat menarche.
Tujuan penelitian untuk mengetahui kaitan fungsi keluarga dengan pemahaman remaja putri tentang menarche. Jenis penelitian bersifat studi kasus dengan
pendekatan cross sectional di SD Negeri No. 066667 dan SD Negeri No. 066433
Kota Medan sejak bulan Januari sampai dengan Agustus 2012. Populasi dalam penelitian ini adalah remaja putri usia sekolah dasar siswi kelas 4 dan 5 yang berjumlah 89 orang dan seluruhnya dijadikan sampel.
Hasil analisis bivariat menunjukkan ada pengaruh fungsi keluarga yaitu fungsi keagamaan (p=0,002), fungsi cinta kasih (p<0,001), fungsi perlindungan (p<0,001), fungsi reproduksi (p=0,001) dan fungsi sosialisasi dan pendidikan (p=0,001) terhadap pemahaman remaja putri tentang menarche dan hasil analisis multivariat menunjukkan fungsi cinta kasih lebih berpengaruh terhadap pemahaman remaja putri
tentang menarche (p<0,001) dengan nilai koefisien regresi=1,768 sehingga dapat
dinyatakan semakin baik fungsi cinta kasih dalam keluarga maka semakin baik pemahaman remaja putri tentang menarche.
Diharapkan kepada Dinas Kesehatan, Dinas Sosial dan BKKBN sebagai pengambil kebijakan untuk mengembangkan kualitas keluarga yang bercirikan kemandirian dan ketahanan keluarga agar dapat menjalankan fungsi keluarga secara optimal. Kepada guru wali kelas melalui buku penghubung antara guru dengan orang tua siswi agar keluarga memberitahukan tentang tanda-tanda pubertas pada siswi kelas 4 dan 5 yang dalam waktu dekat akan mendapatkan menarche.
(20)
ABSTRACT
Teenagers’ understanding about reproductive health will be provision healthy behavior and to take responsibility. Not all teenagers’ get adequate and correct information about reproductive health. In the United States and India, the average age of menarche in teenagers’ is 12.5 years 24.92% early menarche (10-11 years), 64.77% ideal menarche (12-13 years) and 10.30% late menarche (14-15 years). In Indonesia and Southeast Asia the average age of menarche got 12 years, the earliest age of 8 years and a maximum age of 16 years received menarche.
The aim of research was to know the correlation between the functions of family and female teenagers’ understanding about menarche. The type of the research was a case study with cross sectional approach at SD Negeri (Public Elementary School) No. 066667 and SD Negeri No. 066433, Medan, from January, until Agustus, 2012. The population was the female students, and 89 of grade 4 and grade 5 female students and and all were sampled.
The results of the bivariate analysis showed that the influence of the functions of family are religion (p=0.002), love (p<0.001), protection (p< 0.001), reproduction (p=0.001), socialization and education (p=0.001) on the female teenagers’ understanding about menarche and the results of multivariate analysis showed more the influence of the function of love on the female teenagers’ understanding about menarche was (p<0.001) with the coefficient regression of 1.768 so that it could be said that the better the function of love in family life, the better the understanding of female teenagers about menarche.
It is recommended that the Health Service, the Social Services and BKKBN as the policy makers to improve the quality of family which is characterized by self-reliance and resilience of families in order to run of family function optimally. To the homeroom teacher with books liaison between teachers and parents so that families notify students about the signs of puberty in teenagers’ grades 4 and 5 are in the near future will get menarche.
(21)
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Remaja adalah masa depan bangsa yang akan datang. Remaja yang sehat dan berkualitas menjadi perhatian serius bagi orang tua, praktisi pendidikan ataupun remaja itu sendiri. Remaja yang sehat adalah remaja yang produktif dan kreatif sesuai dengan tahap perkembangannya. Oleh karena itu, pemahaman terhadap tumbuh kembang remaja sangat penting untuk menilai keadaan remaja (Aryani, 2010).
Batasan usia remaja menurut WHO adalah 10 sampai 19 tahun (Aryani, 2010) menurut Depkes RI, 10 sampai 19 tahun dan belum kawin, menurut BKKBN, 10 sampai 19 tahun. Masa remaja adalah masa transisi yang ditandai oleh adanya perubahan fisik dan psikis, yakni suatu periode masa pematangan organ reproduksi manusia (Widyastuti, 2009).
Menarche adalah menstruasi pertama kali yang dialami remaja putri biasanya terjadi dalam rentang usia 10-16 tahun yang merupakan pergantian fase kehidupan dari masa kanak-kanak menjadi masa usia remaja (Proverawati, 2009). Seorang wanita akan mengalami menarche yang diikuti pertumbuhan fisik ditandai oleh pertumbuhan payudara, pertumbuhan rambut daerah pubis dan aksila serta panggul mulai melebar dan membesar, selain itu organ reproduksi yang berada di dalam juga mengalami perkembangan dan perubahan untuk mempersiapkan haid pertama (Lestari, 2011).
(22)
Di Amerika Serikat, sekitar 95% wanita remaja mempunyai tanda-tanda pubertas dengan menarche pada umur 12 tahun dan umur rata-rata 12,5 tahun yang diiringi dengan pertumbuhan fisik saat menarche. Di Maharashtra, India rata-rata usia menarche pada anak perempuan adalah 12,5 tahun. 24,92% menarche dini (10-11 tahun , 64,77% menarche ideal (12-13 tahun) dan 10,30% menarche terlambat (14-15 tahun) (Rokade et al. 2009). Di Indonesia dan negara-negara Asia Tenggara, seorang
wanita remaja mendapat menarche rata-rata pada usia 12 tahun dan ada juga yang
baru berusia 8 tahun sudah memulai siklus haid namun jumlah ini sedikit sekali. Usia
paling lama mendapat menarche adalah 16 tahun. Usia mendapat menarche tidak
pasti atau bervariasi, akan tetapi terdapat kecenderungan bahwa dari tahun ke tahun wanita remaja mendapat haid pertama pada usia yang lebih muda (Lestari, 2011).
Hasil penelitian Ezra et al (2003), di SLTP Negeri 1 Indralaya menunjukkan bahwa usia rata-rata remaja putri saat mengalami menarche adalah 12,46 tahun. Sekitar 12% subjek mengalami menarche pada usia 14 tahun, 42% pada usia 13 tahun, 30% pada usia 12 tahun, 12% pada 11 tahun, dan 4% pada usia 10 tahun. Ada 23 orang dari subjek penelitian merasa takut karena nasehat orang tua mereka bahwa tidak boleh dekat-dekat dengan teman laki-laki, tidak siap, takut orang lain tahu, bingung bagaimana cara membersihkan, takut melihat darah, takut dimarahi, takut darah haid tersebut sebagai suatu penyakit, bingung menjelaskan pada orang lain, takut kehabisan darah, dan belum tahu sama sekali apa itu menstruasi.
Viyantimala (2001), mengatakan rata-rata usia menarche siswi SLTP di perkotaan adalah 11,93 tahun sedangkan siswi SLTP di pedesaan rata-rata usia
(23)
menarche 13,08 tahun, berarti datangnya menarche siswi SLTP perkotaan lebih awal dibandingkan dengan siswi SLTP pedesaan.
Setiap wanita remaja pasti akan mengalami menarche (haid pertama). Kebiasaan rutin itu akan terus berlangsung setiap bulan sehingga disebut datang bulan, namun wanita sering mengalami banyak masalah dengan tamu yang teratur datang tiap bulan ini. Mulai dari ketidaksiapan, tidak nyaman, cemas dan hal-hal lain (Lestari, 2009).
Hasil penelitian Roasih (2009), perubahan remaja putri secara mental pada saat mengalami haid adalah dimana anak sudah tidak dikatakan lagi sebagai anak – anak ditandai dengan pertumbuhan secara cepat anak menjadi dewasa. Perilaku saat
remaja menarche adalah biasanya remaja mudah tersinggung, minder, melamun,
malas beraktivitas, murung di kamar dan berkhayal. Perilaku remaja saat menarche sering berubah dan tidak menentu kadang ceria dan kadang sedih.
Pada masa remaja terjadi perubahan organ fisik secara cepat dan tidak seimbang dengan perubahan kejiwaan yang membingungkan remaja sehingga perlu adanya pengertian, bimbingan dan dukungan dari lingkungan sekitarnya, agar dalam sistem perubahan tersebut terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang sehat jasmani, rohani dan sosial (Widyastuti, 2009).
Haid pertama (menarche) pada remaja wanita sering menimbulkan reaksi
yang hebat, menarche tidak hanya merupakan suatu peristiwa fisiologis, akan tetapi
tanda menginjak kedewasaan dan menjadi seorang wanita dengan sifat dan tanda kewanitaannya. Reaksi positif merupakan reaksi yang memberikan suatu tanda
(24)
menghargai tercapainya peristiwa pendewasaan yang diperoleh dari ucapan-ucapan yang berisikan pujian maupun pesta sebagai pemberitahuan sudah dewasa. Reaksi negatif merupakan reaksi yang dihubungkan dengan keluhan-keluhan dan caci maki yang menyertai datangnya haid karena disertai sakit kepala, sakit pinggang dan sebagainya, keluhan yang menyebabkan badan kurang enak sehingga tidak puas dengan keadaan dan menyesali dilahirkan sebagai wanita (Gunarsa, 2003).
Pemahaman remaja akan kesehatan reproduksi menjadi bekal bagi remaja dalam berperilaku sehat dan bertanggung jawab. Belum semua remaja memperoleh informasi yang cukup dan benar tentang kesehatan reproduksi. Keterbatasan pengetahuan dan pemahaman dapat membuat remaja kearah perilaku beresiko, adanya anggapan melakukan hubungan seks sekali tidak terjadi kehamilan merupakan cerminan belum memahami proses terjadinya kehamilan (Muadz, 2009).
Hasil penelitian Delfina (2010), tingkat pengetahuan remaja putri di SMP St.
Thomas 1 Medan tentang menarche berdasarkan sudah belumnya menarche
menunjukkan bahwa sebagian besar remaja putri yang memiliki pengetahuan yang baik sudah menarche dan remaja putri yang memiliki pengetahuan kurang belum
menarche artinya menarche baru dipahami setelah dialami, sebaiknya pemahaman
sudah dipunyai sebelum remaja mengalami menarche.
Hasil penelitian Leliana (2010), pengetahuan remaja putri SD Al-Azhar Medan terhadap kesiapan dalam menghadapi menarche menunjukkan bahwa responden yang memiliki pengetahuan baik sebanyak 21 orang (95,5%) dengan sikap
(25)
sebanyak 1 orang (4,5%), pengetahuan tidak baik 12 orang (63,2%) dengan sikap positif dalam menghadapi menarche, sedangkan pengetahuan tidak baik dengan sikap negatif dalam menghadapi menarche sebanyak 7 orang (36,8%) menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara pengetahuan remaja putri terhadap kesiapan dalam menghadapi menarche.
Penelitian Wulandari (2008), peran orang tua mempunyai hubungan dengan persepsi remaja putri tentang menarche, peran orang tua yang baik dalam pemahaman menstruasi dan permasalahannya cenderung akan memberikan persepsi remaja putri yang baik tentang menarche dibandingkan peran orang tua yang kurang baik.
Peran ibu terhadap remaja putri pada saat menarche sebagai pendidik dan pemberian asuhan dalam keluarga meliputi perawatan haid, perawatan genetalia, keluhan fisik, keluhan psikis. Pada perawatan haid diberikan wawasan masalah haid, pada perawatan genetalia di berikan pengetahuan tentang merawat tubuh terutama daerah kemaluan. Keluhan fisik meliputi sakit perut, pusing, sakit pinggang, mual dan mules, pegel – pegel, pinggang terasa mau putus, sedangkan pada keluhan psikis remaja merasa kaget dan takut (Roasih, 2009).
Gadis remaja belajar tentang haid umumnya dari ibu namun tidak semua ibu memberikan informasi yang memadai kepada remaja dan sebagian enggan membicarakan secara terbuka sampai anak remaja mengalami haid pertama (menarche). Hal ini menimbulkan kecemasan pada remaja bahkan sering tumbuh keyakinan bahwa haid itu sesuatu yang tidak menyenangkan, merasa malu dan menganggap penyakit jika saat haid merasa letih dan terganggu. Penelitian di Sidney
(26)
pada tahun 1984, dari 1200 gadis remaja yang diteliti, lebih tiga perempat mengatakan jika ada metode yang aman, mereka lebih suka tidak mengalami haid
(Jones, 2009).
Harapan orang tua pada remaja menarche itu tentunya cara bersosialisasi salah satunya adalah di harapkan anak tidak salah dalam bergaul, rasa tanggung jawab itu meliputi jaga diri, jaga kehormatan, jadi wanita sholekha dan punya rasa tanggung jawab. Pada penerapan etika meliputi berbicara sopan dan diharapkan anak supaya mudah tersenyum pada orang lain. Tanggung jawab itu sendiri sudah menjadi bagian dari kehidupan manusia.
Suasana keluarga dalam perkembangan anak dan masa remaja dalam mempersiapkan kedewasaannya besar pengaruhnya, baik secara langsung maupun tidak langsung (Gunarsa, 2003).
Keluarga kelas menengah yang hidup di kota-kota besar di Indonesia cenderung untuk bertempat tinggal di wilayah-wilayah berpenduduk padat. Pola keluarga tersebut rata-rata adalah keluarga besar dengan organisasi kerjasama yang erat, dan kegiatan yang bertujuan pada kepentingan bersama serta nilai yang agak mementingkan nilai kebendaan, oleh karena keluarga menengah berada pada posisi antara keluarga rendah dengan keluarga tinggi sehingga keluarga tinggilah menjadi idealnya.
Keluarga kelas tinggi ditandai dengan orientasi nilai kebendaan yang sangat besar serta pola kehidupan konsumtif yang sangat tinggi. Keadaan keluarga yang rata-rata besar, maka emosionalpun tertuju pada anak-anak secara menyeluruh
(27)
sehingga penanganan khusus yang diperlukan anak terlepas dari pusat perhatian akibatnya seorang anak yang memerlukan perhatian merasa dirinya tidak diacuhkan (Soekanto, 2004).
Berdasarkan survei pendahuluan yang dilakukan di SD Negeri No. 066433 pada 8 siswa yang berusia 11 tahun dan belum mendapat haid pertama (menarche), belum memiliki pengetahuan tentang haid pertama, dimana dari keluarga belum penyampaian informasi tentang haid pertama sehubungan dengan remaja putri belum mendapat haid pertama
Berdasarkan survei pendahuluan dan beberapa penelitian terdahulu yang telah disebutkan di atas, maka peneliti tertarik untuk meneliti “Pengaruh Fungsi Keluarga terhadap Pemahaman Remaja Putri usia Sekolah Dasar tentang menarche di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan tentang Menarche di Kota Medan”.
1.2 Permasalahan
Dari latar belakang yang telah diuraikan, maka permasalahan dalam penelitian ini adalah kurangnya pemahaman remaja putri tentang menarche yang diduga berkaitan dengan peran keluarga dalam mengantisipasi masalah tersebut.
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui kaitan fungsi keluarga dengan pemahaman remaja putri tentang menarche.
(28)
1.4 Hipotesis
Ada pengaruh fungsi keluarga (fungsi keagamaan, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan) terhadap pemahaman remaja putri usia Sekolah Dasar tentang menarche di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan
1.5 Manfaat Penelitian
1. Masukan bagi lembaga Dinas Kesehatan, Dinas Sosial, BKKBN, sebagai
pengambil kebijakan untuk melaksanakan upaya meningkatkan fungsi keluarga agar remaja putri memperoleh pemahaman yang benar tentang menarche untuk kelangsungan perkembangan reproduksi selanjutnya.
2. Menambah khasanah keilmuan dan data kepustakaan, terutama yang berkaitan
dengan kesehatan reproduksi remaja khususnya dalam mempersiapkan pemahaman remaja putri tentang menarche.
(29)
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Mengacu pada tujuan penelitian yaitu untuk mengetahui kaitan fungsi keluarga dengan pemahaman remaja putri tentang menarche, maka akan dibahas mengenai fungsi keluarga, menarche, dan arti kata pemahaman.
2.1 Fungsi Keluarga
Depkes RI (1988) dalam Andarmoyo (2012) keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal di suatu tempat di bawah satu atap dalam keadaan saling ketergantungan.
Menurut UU No. 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
Fungsi keluarga (Andarmoyo, 2012) :
1. Fungsi Keagamaan
Keluarga sebagai wahana persemaian nilai-nilai agama dan nilai-nilai luhur budaya bangsa untuk menjadi insan yang penuh iman dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa. Tugas dari fungsi keagamaan adalah :
- Membina norma/ajaran agama sebagai dasar dan tujuan hidup seluruh
anggota keluarga
- Menerjemahkan ajaran/norma agama ke dalam tingkah laku hidup
(30)
- Memberikan contoh konkrit pengalaman ajaran agama dalam hidup sehari-hari
- Melengkapi dan menambah proses kegiatan belajar anak tentang
keagamaan yang tidak tahu atau kurang diperolehnya di sekolah atau masyarakat
- Membina rasa, sikap dan praktek kehidupan keluarga beragama sebagai
fondasi menuju keluarga kecil bahagia sejahtera
2. Fungsi Sosial Budaya
Memberikan kesempatan kepada keluarga dan seluruh anggotanya untuk mengembangkan kekayaan budaya bangsa yang beraneka ragam dalam satu kesatuan, dengan cara :
- Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk meneruskan norma
dan budaya masyarakat dan bangsa yang ingin dipertahankan
- Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga untuk menyaring norma
budaya asing yang tidak sesuai
- Membina tugas-tugas keluarga sebagai lembaga dimana anggotanya
mengadakan kompromi/adaptasi dari praktik globalisasi dunia
- Membina budaya keluarga yang sesuai, selaras dan seimbang dengan
budaya masyarakat/bangsa untuk terwujudnya keluarga kecil bahagia sejahtera
(31)
3. Fungsi Cinta Kasih
Memberikan landasan yang kokoh terhadap hubungan anak dengan anak, suami dengan istri, orang tua dengan anaknya, serta hubungan kekerabatan antar generasi sehingga keluarga menjadi wadah utama bersemainya kehidupan yang penuh cinta kasih lahir dan batin. Termasuk dalam fungsi ini adalah :
- Menumbuhkembangkan potensi cinta kasih yang telah ada di antara
anggota keluarga ke dalam simbol-simbol nyata/ucapan dan perilaku secara optimal dan terus menerus
- Membina tingkah laku saling menyayangi baik antar keluarga yang satu
dengan yang lainnya secara kuantitatif dan kualitatif
- Membina praktik kecintaan terhadap kehidupan duniawi dan ikhrowi
dalam keluarga secara serasi, selaras dan seimbang
- Membina rasa, sikap dan praktik hidup keluarga yang mampu
memberikan dan menerima kasih sayang sebagai pola hidup ideal menuju keluarga kecil bahagia sejahtera
4. Fungsi Perlindungan
Untuk memberikan rasa aman secara lahir dan batin kepada setiap anggota keluarga. Fungsi ini menyangkut :
- Memenuhi kebutuhan rasa aman anggota keluarga baik dari rasa tidak
(32)
- Membina keamanan keluarga baik fisik, psikis, maupun dari berbagai bentuk ancaman dan tantangan yang datang dari luar
- Membina dan menjadikan stabilitas dan keamanan keluarga sebagai modal
menuju keluarga kecil bahagia sejahtera
5. Fungsi Reproduksi
Memberikan keturunan yang berkualitas melalui; pengaturan dan perencanaan yang sehat dan menjadi insan pembangun yang handal, dengan cara :
- Membina kehidupan keluarga sebagai wahana pendidikan reproduksi
sehat bagi anggota keluarga maupun bagi keluarga sekitarnya
- Memberikan contoh pengalaman kaidah-kaidah pembentukan kaluarga
dalam hal usia, pendewasaan fisik maupun mental
- Mengamalkan kaidah reproduksi sehat baik yang berkaitan dengan waktu
melahirkan, jarak dan jumlah ideal anak yang diinginkan dalam keluarga
- Mengembangkan kehidupan reproduksi sehat sebagai modal menuju
keluarga kecil bahagia sejahtera
6. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
Keluarga merupakan tempat pendidikan utama dan pertama dari anggota keluarga yang berfungsi untuk meningkatkan fisik, mental, sosial dan spiritual secara serasi, selaras dan seimbang agar bisa melakukan penyesuaian dengan alam kehidupan di masa depan. Fungsi ini adalah :
- Menyadari, merencanakan dan menciptakan lingkungan keluarga sebagai
(33)
- Menyadari, merencanakan dan menciptakan kehidupan keluarga sebagai pusat dimana anak dapat mencari pemecahan masalah dari konflik yang dijumpainya, baik dilingkungan sekolah maupun masyarakat
- Membina proses pendidikan dan sosialisasi anak tentang hal-hal yang
diperlukannya untuk meningkatkan kematangan dan kedewasaan fisik dan mental, yang tidak/kurang diberikan oleh lingkungan sekolah maupun masyarakat
- Membina proses pendidikan dan sosialisasi yang terjadi dalam keluarga
sehingga tidak saja dapat bermanfaat positif bagi anak, tetapi juga bagi orang tua dalam rangka perkembangan dan kematangan hidup bersama menuju keluarga kecil bahagia sejahtera
7. Fungsi Ekonomi
Keluarga meningkatkan keterampilan dalam usaha ekonomis produktif agar pendapatan keluarga meningkat dan tercapai kesejahteraan.
- Melakukan kegiatan ekonomi baik di luar maupun di dalam lingkungan
keluarga dalam rangka menopang kelangsungan dan perkembangan kehidupan keluarga
- Mengelola ekonomi keluarga sehingga terjadi keserasian, keselarasan dan
keseimbangan antara pemasukan dan pengeluaran keluarga
- Mengatur waktu sehingga kegiatan orang tua di luar rumah dan
perhatiannya terhadap anggota keluarga berjalan serasi, selaras dan seimbang
(34)
- Membina kegiatan dan hasil ekonomi keluarga sebagai modal mewujudkan keluarga kecil bahagia sejahtera
8. Fungsi Pembinaan Lingkungan
Meningkatkan diri dalam lingkungan sosial budaya dan lingkungan alam sehingga tercipta lingkungan yang serasi, selaras dan seimbang
- Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup intern
dan ekstern keluarga
- Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup yang
serasi selaras dan seimbang antara lingkungan keluarga dengan lingkungan hidup masyarakat sekitarnya
- Membina kesadaran, sikap dan praktik pelestarian lingkungan hidup
sebagai pola hidup keluarga menuju keluarga kecil bahagia sejahtera
2.2 Menarche
2.2.1 Pengertian Menarche
Menarche adalah menstruasi pertama kali dialami oleh remaja putri pada usia 10-11 tahun (Manuaba, 2001), Pearce (1999) 11-14 tahun, Proverawati (2009) 10-16 tahun yang menandai pergantian fase kehidupan dari masa kanak-kanak menjadi masa usia remaja, terjadi secara tiba-tiba dan tidak dapat diramalkan, diikuti oleh menstruasi yang terjadi dalam interval yang tidak beraturan dan akan terus berlangsung setiap bulan, merupakan peristiwa alami sebagai tanda kematangan fungsi reproduksi, yang ditandai adanya perubahan seperti pertumbuhan payudara,
(35)
pertumbuhan rambut aksila dan pubis, dan distribusi lemak pada daerah pinggul.
Menarche sering disertai dengan sakit kepala, sakit pinggang, dan kadang-kadang
kejang serta merasa lelah, depresi dan mudah tersinggung (Santrock, 2003; Desmita, 2008; Proverawati, 2009; Lestari, 2011).
2.2.2 Menstruasi
Menstruasi adalah pelepasan dinding rahim (endometrium) yang disertai
dengan pendarahan melalui vagina yang terjadi secara berulang setiap bulan. Menstruasi dimulai saat pubertas dan menandai kemampuan seorang wanita untuk mengandung anak (hamil), terjadi pada umur 10 dan 16 tahun, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kesehatan wanita, status nutrisi, dan berat tubuh relatif terhadap tinggi tubuh. Panjang rata-rata daur menstruasi adalah 28 hari, namun berkisar antara 21 hingga 35 hari.
2.2.2.1 Siklus Haid Normal
Umumnya, jarak siklus menstruasi berkisar dari 21 sampai 42 hari, dengan rata-rata 28 hari.
1. Siklus Ovarium
a. Fase Folikular
Siklus diawali dengan hari pertama menstruasi, atau terlepasnya endometrium. FSH merangsang pertumbuhan beberapa folikel primordial dalam ovarium. Umumnya, hanya satu yang terus berkembang dan menjadi folikel deGraaf dan yang lainnya berdegenerasi. Didalam folikel , oosit primer mulai menjalani proses pematangannya.
(36)
Pada waktu yang sama, folikel yang sedang berkembang menyekresi estrogen lebih banyak kedalam system ini.
b. Fase Luteal
LH merangsang ovulasi dari oosit yang matang. Tepat sebelum ovulasi, oosit primer selesai menjalani pembelahan meiosis pertamanya. Kadar estrogen yang tinggi kini menghambat produksi FSH. Kemudian kadar estrogen mulai menurun. Setelah oosit terlepas dari folikel deGraaf, lapisan granulosa menjadi banyak mengandung pembuluh darah dan sangat terluteinisasi, berubah menjadi korpus luteum terus menyekresi sejumlah kecil estrogen dan progesteron yang makin lama makin meningkat.
2. Siklus Endometrium a. Fase Proliferasi
Segera setelah menstruasi, endometrium dalam keadaan tipis dan dalam stadium istirahat. Stadium ini berlangsung kira-kira 5 hari. Kadar estrogen yang meningkat dari folikel yang berkembang akan merangsang stroma endometrium untuk mulai tumbuh dan menebal, kelenjar-kelenjar menjadi hipertropi dan berproliferasi, dan pembuluh darah menjadi banyak sekali.
b. Fase Menstruasi
Korpus luteum berfungsi sampai kira-kira hari ke-23 atau 24 pada siklus 28 hari, dan kemudian mulai beregresi. Akibatnya terjadi penurunan progesterone dan estrogen yang tajam sehingga menghilangkan perangsangan pada endometrium. Perubahan
(37)
Gambar Siklus Haid
2.2.2.2 Hormon yang Berperan dalam Siklus Haid Normal
Yang memegang peranan penting dalam proses ovulasi adalah hubungan hipotalamus, hipofisis, dan ovarium (hypothalamus-pituitary-ovarian axis). Menurut teori neurohormonal, hipotalamus mengawasi sekresi hormon gonadotropin oleh adenohipofisis melalui sekresi neurohormon. Hipotalamus menghasilkan
Gonadotropin Releasing Hormone (GnRH) karena dapat merangsang pelepasan
Luteinizing Hormone (LH) dan Follicle Stimulating Hormone (FSH) dari hipofisis. Perubahan kadar hormon sepanjang siklus haid disebabkan oleh mekanisme umpan balik (feedback) antara hormone steroid dan hormone gonadotropin. Estrogen menyebabkan umpan balik terhadap FSH, sedangkan terhadap LH, estrogen
(38)
menyebabkan umpan balik negative jika kadarnya rendah, dan umpan balik positif jika kadarnya tinggi. Tempat utama umpan balik terhadap hormone gonadotropin terjadi pada hipotalamus
Folikel berkembang oleh pengaruh FSH yang meningkat. Meningkatnya FSH disebabkan oleh regresi korpus luteum, sehingga hormon steroid berkurang. Dengan berkembangnya folikel, produksi estrogen meningkat dan menekan produksi FSH; folikel yang berovulasi melindungi dirinya sendiri terhadap atresia sedangkan yang lain mengalami atresia. Pada waktu ini juga LH meningkat namun peranannya membantu pembuavan estrogen dalam folikel.
FSH merangsang pertumbuhan beberapa folikel primordial dalam ovarium. Umumnya, hanya satu yang terus berkembang dan menjadi folikel deGraaf dan yang lainnya berdegenerasi. Didalam folikel , oosit primer mulai menjalani proses pematangannya. Pada waktu yang sama, folikel yang sedang berkembang menyekresi estrogen lebih banyak kedalam system ini.
LH merangsang ovulasi dari oosit yang matang. Tepat sebelum ovulasi, oosit primer selesai menjalani pembelahan meiosis pertamanya. Kadar estrogen yang tinggi kini menghambat produksi FSH. Kemudian kadar estrogen mulai menurun. Setelah
oosit terlepas dari folikel deGraaf, lapisan granulosa menjadi banyak mengandung
pembuluh darah dan sangat terluteinisasi, berubah menjadi korpus luteum terus menyekresi sejumlah kecil estrogen dan progesteron yang makin lama makin meningkat
(39)
Fase menstrual Fase ini ditandai oleh perdarahan pervaginam,berlangsung selama 3-5 hari. Secara fisiologis ini adalah ini akhir dari siklus menstrual karena endometrium luruh ke lapisan dasar bersama darah dari kapiler dan ovum yang tidak dibuahi.
Fase proliferasi merupakan periode pertumbuhan cepat yang berlangsung sejak sekitar hari kelima hingga ovulasi, misalnya, hari 10 siklus 24 hari, hari ke-14 siklus 28 hari, atau hari ke-18 siklus 32 hari. Permukaan endometrium secara lengkap kembali normal dalam sekitar empat hari atau menjelang perdarahan berhenti. Setelah itu, terjadi penebalan 8 sampai 10 kali lipat, yang berakhir saat ovulasi. Fase proliferasi begantung kepada stimulasi estrogen yang berasal dari folikel ovarium.
Pada akhir fase ini endometrium terdiri atas tiga lapisan:
1) Lapisan dasar terletak tepat di bawah miometrium, sekitar 1 mm tebalnya. Lapisan ini tidak terganggu selama siklus menstruasi. Terdiri atas susunan rudimenter penting untuk mebuat endometrium baru. 2) Lapisan fungsional yang terdiri atas kelenjar-kelenjar tubular setebal 2,5 mm. lapisan ini berubah secara tepat sesuai pengaruh hormonal ovarium. 3) Lapisan epithelium kuboid bersilia menutup lapisan fungsional. Lapisan ini termasuk ke dalam lapisan kelenjar-kelenjar tubular.
Fase sekresi belangsung sejak hari ovulasi sampai sekitar tiga hari sebelum periode menstruasi berikutnya. Setelah ovulasi, diproduksi lebih banyak progesteron. Pada akhir fase sekresi,endometrium sekretorius yang matang dengan sempurna mencapai ketebalannya. Endometrium menjadi kaya dengan darah sekresi kelenjar,
(40)
tempat yang sesuai untuk melindungi dan member nutrisi ovum yang dibuah. (Prawirohardjo, 2008)
Gambar Siklus Hormonal Haid
2.2.3 Usia Terjadi Menarche
Usia saat seorang anak perempuan mulai mendapat menstruasi sangat bervariasi. Terdapat kecenderungan bahwa saat ini anak mendapat menstruasi yang pertama kali pada usia yang lebih muda. Ada yang berusia 12 tahun saat mendapat menstruasi pertama kali, tapi ada juga yang 8 tahun sudah memulai siklusnya. Bila usia 16 tahun baru mendapat menstruasipun dapat terjadi. Razi (2006) mengatakan rata-rata usia menarche di Kota Medan adalah 12,28 tahun dimana usia termuda 10 tahun dan tertua 17 tahun.
(41)
Usia untuk mencapai fase terjadinya menarche dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor suku, genetik, gizi, sosial, ekonomi, dan lain-lain. Di Inggris rata-rata usia untuk mencapai menarche adalah 13,1 tahun, sedangkan suku Bunding di Papua, menarche dicapai pada usia 18,8 tahun. Terjadinya penurunan usia dalam
mendapatkan menarche sebagian besar dipengaruhi oleh adanya perbaikan gizi
(Proverawati, 2008).
2.2.3 Perubahan Fisik Wanita Menjelang Menarche
Ketika seorang anak memasuki masa remaja, terjadi suatu pertumbuhan fisik yang cepat disertai banyak perubahan, termasuk di dalamnya pertumbuhan organ reproduksi sehingga tercapai kematangan fungsi reproduksi. Perubahan fisik pada wanita remaja ditandai oleh pertumbuhan payudara (thelarche), pinggul mulai melebar dan membesar, tumbuh rambut (bulu-bulu) halus di sekitar ketiak dan kemaluan (pubarche). Tanner membagi perkembangan payudara dan rambut kemaluan dalam 5 tahapan
Tabel 2.1 Tahap Perkembangan Payudara dan Rambut Pubis Tahapan Payudara (Talarche) Rambut Pubis (Pubarche)
Tahap 1 Belum tampaknya jaringan
payudara
Tidak ada rambut pubis
Tahap 2 Tahap bakal payudara dapat
diraba seperti gundukan kecil jaringan payudara, aerola mulai membesar
Rambut kemaluan mulai tumbuh, kasar, berkerut di sepanjang vagina luar
Tahap 3 Pertumbuhan berlanjut dan
tampak peninggian dari payudara
Rambut kemaluan lebih hitam dan lebih keriting dan mulai menyebar di atas simpisis pubis
(42)
Tabel 2.1 (Lanjutan)
Tahap 4 Bentuk aerola dan putting susu
timbul ke arah jaringan payudara sebagai tumpukan sekunder
Rambut lebih tebal dan terlihat seperti orang dewasa, tapi menutupi sebagian besar daerah
Tahap 5 Payudara dengan bentuk dan
proporsi yang matang dan aerola berpigmen. Tumpukan sekunder telah menyatu menjadi bulat dan halus dengan hanya puting susu menonjol
Rambut dewasa baik dalam
jumlah dan jenisnya menyebar di seluruh daerah segi tiga, atas dan bawah
Menarche merupakan tanda yang terjadi paling akhir dari perubahan fisiologis pada masa pubertas, dan pada umumnya terjadi pada standium III – IV. Setelah haid pertama perubahan pinggulpun tak dapat dihindari. Pinggul menjadi membesar dan membulat karena berkembangnya lemak dibawah kulit. Tumbuhnya rambut kemaluan terjadi setelah pinggul dan payudara mulai berkembang, bulu ketiak dan kulit wajah mulai tampak setelah haid pertama
.
2.2.4 Faktor-faktor yang Memengaruhi Haid Pertama (Menarche)
1. Faktor Internal
a. Organ Reproduksi
Beberapa remaja putri tidak mendapat haid karena vagina yang tidak tumbuh dan berkembang dengan baik serta mempunyai sekat. Tidak jarang ditemukan kelainan lebih kompleks yaitu remaja putri tidak mempunyai rahim atau rahim tidak tumbuh dengan sempurna yang
(43)
genitalis yang bersifat permanen, artinya perempuan tidak akan mendapat haid selama-lamanya.
b. Hormonal
Perubahan yang berlangsung dalam diri seorang remaja putri pada masa pubertas dikendalikan oleh hipotalamus yakni suatu bagian tertentu pada otak manusia. Kurang lebih sebelum remaja putri mengalami haid,
hipotalamus menghasilkan zat kimia atau yang disebut sebagai hormon
yang dilepaskannya. Hormon pertama yang dihasilkan adalah Folikel Stimulating Hormon (FSH) yang merangsang pertumbuhan folikel yang mengandung sel telur dalam indung telur. Karena terangsang oleh FSH, folikel ini pun menghasilkan estrogen yang membantu pada bagian dada dan alat kemaluan. Berkurangnya pelepasan FSH membuat hipotalamus
melepaskan Lutinising Hormon (LH) yang menyebabkan salah satu
folikel pecah dan mengeluarkan sel telur untuk memungkinkan terjadinya
pembuahan. Folikel yang tersisa disebut korpus luteum yang
menghasilkan hormon progesteron yang membuat penebalan pada dinding rahim untuk menerima atau memberi makan bagi sebuah sel telur yang telah dibuahi. Apabila sel telur tidak dibuahi taraf estrogen dan progesteron dalam aliran darah akan merosot sehingga menyebabkan penebalan dinding rahim menjadi pecah-pecah. Proses inilah yang menimbulkan perdarahan pada saat datang haid yang pertama.
(44)
2. Faktor Eksternal
a. Gizi
Zat gizi mempunyai nilai yang sangat penting yaitu memelihara proses tubuh dalam pertumbuhan dan perkembangan yang sehat, terutama bagi mereka yang masih dalam pertumbuhan. Keadaan gizi remaja putri dapat berpengaruh terhadap pertumbuhan fisik dan usia menarche. Dengan demikian, perbedaan usia menarche dan siklus haid sangat ditentukan berdasarkan keadaan status gizi remaja putri tersebut. Semakin lengkap status gizinya semakin cepat usia menarchenya.
b. Pengetahuan Orang Tua
Setiap remaja putri yang mengalami transisi kedewasaan atau mulai
menampakkan tanda-tanda pubertas, terutama menarche akan mengalami
kecemasan. Para orang tua sangat dibutuhkan terutama ibu untuk
memberikan penjelasan tentang menarche dan permasalahannya akan
mengurangi kecemasan remaja putri ketika menarche datang. Dalam
menyampaikan pengetahuan kepada anak seorang ibu dapat melakukan peran, antara lain :
1) Sebagai panutan, ibu yang berperan sebagai orang tua harus mampu
memberikan contoh dan teladan yang dapat diterima oleh anak, terutama sikap dalam merawat dirinya dan mengatasi kebiasaan haid.
2) Sebagai pengawas, sudah menjadi kewajiban bagi orang tua terutama ibu
(45)
luar, terutama pencarian remaja terhadap pengetahuan fungsi reproduksi. Namun pengawasan hendaknya dilakukan dengan bersahabat dan lemah lembut. Sikap penuh curiga justru akan menciftakan jarak anak dan orang tua.
3) Sebagai teman, ketika menghadapi remaja yang telah memasuki masa
akil baligh, orang tua perlu menciftakan dialog yang hangat dan akrab agar dapat menjadi sumber informasi, serta teman yang dapat diajak bicara atau bertukar pendapat tentang kesulitan atau masalah ketika menghadapi menarche.
4) Sebagai pendidik, orang tua wajib memberikan bimbingan dan arahan,
nilai-nilai agama yang ditanamkan orang tua kepada anaknya merupakan benteng untuk menghadapi perubahan yang terjadi ketika mengalami menarche.
5) Sebagai konselor, ibu harus mampu menciftakan hubungan yang saling
percaya yaitu dengan memerhatikan secara penuh dan sungguh-sungguh terhadap masalah yang dihadapi anak untuk mengambil keputusan yang paling baik bagi dirinya.
6) Sebagai komunikator, komunikasi yang baik antar anggota keluarga akan
menciftakan suasana yang harmonis. Berani mengemukakan pendapat dengan keluarga adalah salah satu indikasi keberhasilan ibu menjadi komunikator ketika anak mengalami persoalan perubahan dirinya.
(46)
c. Gaya hidup, berperan dalam menentukan usia menarche. Pada remaja putri yang mempunyai aktivitas olah raga, aktivitas lapangan, mendaki atau menari yang sangat tinggi umumnya mengalami menstruasi pertama datang terlambat. Estrogen adalah hormone steroid yang meliputi estradiol, estron dan estriol. Secara biologis, estradiol adalah yang paling aktif dalam proses menstruasi. Bahan dasar steroid adalah kolesterol sehingga dibutuhkan kolesterol untuk persiapan haid. Remaja putri yang memiliki pola makan sehat dan olah raga yang baik akan mengalami menarche dengan normal.
Menurut Lusiana (2007), berdasarkan sumber informasi mengenai menstruasi umumnya berasal dari orang tua, khususnya ibu karena adanya keterbukaan antara anak dan orang tua sehingga anak merasa jika ada sesuatu yang belum dipahami, maka anak bertanya kepada orang tua.
2.2.5 Kebersihan pada Saat Haid
Pada saat haid, gunakan pembalut yang nyaman, berbahan lembut, menyerap seluruh darah yang keluar, melekat kuat pada celana dalam, tidak bocor (anti tembus), dan tidak menimbulkan iritasi atau alergi. Pada saat perdarahan banyak gantilah pembalut setidaknya 4-5 kali dalam sehari untuk menghindari perkembangbiakan bakteri pada pembalut tersebut (Anurogo, 2011).
2.3. Pemahaman
Pemahaman ini berasal dari kata ”Faham” yang memiliki arti tanggap, mengerti benar, pandangan, ajaran. Pemahaman yaitu: kemampuan memahami arti
(47)
suatu bahan pelajaran, seperti menafsirkan, menjelaskan atau meringkas atau merangkum suatu pengertian kemampuan lebih tinggi dari pada pengetahuan. Pemahaman juga merupakan tingkat berikutnya dari tujuan ranah kognitif berupa kemampuan memahami atau mengerti tentang isi materi yang dipelajari tanpa perlu mempertimbangkan atau memperhubungkannya dengan isi materi lainnya.
Menurut Sadiman dalam Abidin (2011) pemahaman adalah suatu kemampuan seseorang dalam mengartikan, menafsirkan, menerjemahkan, atau menyatakan sesuatu dengan caranya sendiri tentang pengetahuan yang pernah diterimanya. Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia pemahaman adalah sesuatu hal yang dipahami dan dimengerti dengan benar. Suharsimi (1995) menyatakan bahwa pemahaman (comprehension) adalah bagaimana seorang mempertahankan, membedakan, menduga (estimates
Memahami (comprehension) adalah bagian dari pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif. Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari (Notoatmodjo, 2007).
), menerangkan, memperluas, menyimpulkan, menggeneralisasikan, memberikan contoh, menuliskan kembali, dan memperkirakan.
Pemahaman dapat dibedakan ke dalam tiga kategori, tingkatan pertama adalah pemahaman terjemahan dalam arti yang sebenarnya, misalnya mengartikan merah putih, tingkatan kedua adalah pemahaman penafsiran yakni menghubungkan
(48)
bagian-bagian terdahulu dengan yang diketahui berikutnya atau menghubungkan beberapa bagian dari grafik dengan kejadian, membedakan yang pokok dan yang bukan pokok, tingkat ketiga adalah pemahaman ekstrapolasi adalah kemampuan melihat di balik yang tertulis, dapat membuat ramalan tentang konsekuensi atau dapat memperluas persepsi dalam arti waktu, dimensi, kasus, ataupun masalahnya (Sudjana, 2005).
2.4. Remaja
Masa Remaja merupakan masa peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Menurut WHO (1995), yang dikatakan usia remaja adalah antara 10-19 tahun. Berdasarkan penggolongan umur masa remaja dibagi atas remaja awal 10-13 tahun, remaja tengah 14-16 tahun, remaja akhir 17-19 tahun (Aryani, 2010).
Masa remaja didefinisikan dalam berbagai cara. Pada dasarnya, semua definisi tersebut menandai masa transisi dari kanak-kanak ke dewasa. Pada masa ini terjadi pertumbuhan dan perkembangan yang pesat dari tubuh termasuk fungsi reproduksi. Pertumbuhan dan perkembangan ini mempengaruhi perubahan fisik, mental maupun sosial. Proses kematangan fisik terjadi lebih cepat daripada proses kematangan psikologis sehingga masa ini sering disebut sebagai masa-masa kritis dalam kehidupan manusia dan berlangsung pada tahap kedua masa kehidupan (Santrock, 2003).
(49)
Menurut UU No. 52 tahun 2009, keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
Pengembangan kualitas keluarga ditujukan agar keluarga dapat memenuhi kebutuhan spiritual dan materiil sehingga dapat menjalankan fungsi keluarga secara optimal. Fungsi keluarga memberikan peran kepada keluarga untuk mendidik keturunan agar bisa melakukan penyesuaian dengan alam kehidupan di masa depan. Fungsi keluarga meliputi; fungsi keagamaan, sosial budaya, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, ekonomi, dan pembinaan lingkungan.
Jean Piaget dalam Santrock (2003), menekankan bahwa remaja secara aktif mengkonstruksikan dunia kognitifnya sendiri ; informasi tidak hanya dicurahkan ke dalam pikiran dari lingkungan, namun remaja menyesuaikan pikirannya dengan memasukkan gagasan-gagasan baru karena tambahan informasi akan mengembangkan pemahaman. Manusia melewati empat tahapan memahami dunia. Setiap tahapan berhubungan dengan umur tertentu dan terdiri dari cara berpikir yang berbeda. Tahap operasional konkrit berlangsung 7-11 tahun adalah anak dapat bernalar secara logis tentang kejadian yang konkrit dan mengaplikasi obyek ke dalam kelompok yang berbeda dan tahap operasional formal berlangsung 11-15 tahun adalah remaja bernalar secara abstrak dan logis.
Pemrosesan informasi berkaitan dengan bagaimana individu memproses informasi tentang dunianya. Informasi yang ada akan diterima/ditangkap melalui
(50)
proses sensoris dan persepsi kemudian informasi masuk ke pikiran lalu disimpan dan ditransformasi kemudian informasi diambil kembali melalui proses ingatan untuk memungkinkan berpikir dan pemecahan masalah.
Wulandari (2008) mengatakan peran orang tua mempunyai hubungan dengan persepsi remaja putri tentang menarche, peran orang tua yang baik dalam pemahaman menstruasi cenderung akan memberikan persepsi remaja putri yang baik tentang
menarche dibandingkan peran orang tua yang kurang baik. Hal ini didukung oleh
Delfina (2010), berdasarkan sudah atau belumnya menarche menunjukkan bahwa
sebagian besar remaja putri yang memiliki pengetahuan yang baik sudah menarche
dan remaja putri yang memiliki pengetahuan kurang belum menarche artinya
menarche baru dipahami setelah dialami, sebaiknya pemahaman sudah dipunyai sebelum remaja mengalami menarche.
Landasan teori penelitian dirangkum sebagai berikut :
Gambar 2.1. Model Pemrosesan Informasi Sederhana (Santrock, 2003) Ingatan
Proses sensori dan persepsi Informasi dari
lingkungan (keluarga)
Berpikir
Bahasa (dapat memberi penjelasan,
(51)
Merujuk pada teori Piaget dan model pemrosesan informasi serta kaitan fungsi keluarga (keagamaan, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, dan sosialisasi pendidikan) terhadap pemahaman tentang menarche, dapat dijelaskan bahwa informasi yang benar mengenai menarche berasal dari lingkungan keluarga yang memberikan proses sensori dan persepsi pada remaja yang akan disimpan dalam pikiran remaja. Informasi tersebut dapat diambil kembali melalui proses ingatan dan berpikir sehingga diharapkan remaja putri mempunyai pemahaman yang baik tentang tentang menarche yang akan dialaminya.
2.6. Kerangka Konsep
Variabel independen Variabel dependen
Gambar 2.2. Kerangka Konsep Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep di atas, dapat dijelaskan bahwa variabel independen fungsi keluarga meliputi keagamaan, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan, dapat memengaruhi variabel dependen, yaitu pemahaman remaja putri tentang menarche.
Fungsi Keluarga
1. Keagamaan 2. Cinta kasih 3. Perlindungan 4. Reproduksi 5. Sosialisasi dan pendidikan
Pemahaman remaja putri tentang menarche
(52)
BAB 3
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan jenis penelitian studi kasus dengan pendekatan cross sectional dimana pengukuran dan pengamatan dilakukan bersamaan pada data variabel independen dan variabel dependen (sekali waktu) (Notoatmodjo, 2003).
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Sekolah Dasar dengan pertimbangan bahwa, di
Sekolah Dasar masih banyak siswa yang belum menarche. SD Negeri No.066667
terletak di Jl. Kiwi dan SD Negeri No. 066433 terletak di Jl. Kenari Raya III Kec. Medan Denai Kota Medan dipilih karena mudah dijangkau peneliti.
3.2.2 Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari sampai Agustus tahun 2012.
3.3 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian adalah seluruh remaja putri usia ≥ 10 tahun di SD
Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan yang belum mendapatkan haid pertama (menarche) berjumlah 89 orang dan seluruhnya dijadikan sampel.
(53)
3.4 Metode Pengumpulan Data 3.4.1 Data Primer
Data primer yaitu data yang diperoleh dari hasil wawancara dengan responden yang berpedoman pada kuesioner yang telah dipersiapkan. Adapun sumber data primer didapat dari hasil jawaban responden yang diteliti.
3.4.2 Data Sekunder
Data sekunder yaitu data yang diperoleh dari sumber-sumber terkait berupa data siswa, mata pelajaran kelas 4 dan 5 di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No. 066433 Kota Medan.
3.4.3 Uji Validitas dan Reliabilitas
Sebelum dilakukan pengumpulan data primer, terlebih dahulu dilakukan uji validitas dan uji reliabilitas terhadap kuesioner yang akan dipergunakan, agar layak digunakan dalam penelitian, yaitu untuk mengetahui atau mengukur sejauh mana kuesioner dapat dijadikan sebagai alat ukur yang mewakili variabel terikat dan variabel bebas dalam penelitian.
Uji coba kuesioner dilakukan kepada 30 remaja putri yang berada di SD Negeri No 066666 Medan yang memiliki kriteria yang relatif sama dengan lokasi penelitian. Untuk mengetahui validitas suatu instrumen (kuesioner) dilakukan uji validitas dengan menggunakan rumus teknik corrected Item-Total Correlation, dengan nilai correlation coefficient (r) > 0,361.
(54)
Setelah semua pertanyaan valid, analisis dilanjutkan dengan uji reliabilitas, dengan menggunakan metode Alpha Cronbach`s ,dengan nilai Alpha Cronbach`s = 0,7 maka alat ukur tersebut reliabel (Riwidikdo, 2008).
Setelah dilakukan pengumpulan data, kemudian dianalisis dan diperoleh hasil untuk variabel pemahaman menarche, pernyataan yang digunakan sebanyak 12 item
maka setelah dilakukan uji validitas, hasilnya menunjukkan nilai correlation
coefficient (r) > 0,361 sehingga dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut
valid. Pada uji reliabilitas diperoleh nilai Cronbach’s Alpha > 0,7 sehingga dapat
disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut reliabel.
Variabel fungsi cinta kasih, keagamaan (Islam), perlindungan, reproduksi, dan sosialisasi dan pendidikan mempunyai pernyataan sebanyak 10 item, setelah
dilakukan uji validitas, hasilnya menunjukkan nilai correlation coefficient (r) >
0,361 sehingga dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut valid. Pada uji
reliabilitas diperoleh nilai Cronbach’s Alpha > 0,7 sehingga dapat disimpulkan
bahwa butir instrumen tersebut reliabel.
Variabel fungsi keagamaan (Kristen) mempunyai pernyataan sebanyak 4 item, setelah dilakukan uji validitas, hasilnya menunjukkan nilai correlation coefficient (r) > 0,361 sehingga dapat disimpulkan bahwa butir instrumen tersebut valid. Pada uji
reliabilitas diperoleh nilai Cronbach’s Alpha > 0,7, sehingga dapat disimpulkan
bahwa butir instrumen tersebut reliabel.
(55)
Tabel 3.1 Hasil Uji Validitas dan Reabilitas Butir Instrumen Variabel Variabel Butir Corrected Item
Total Correlation Status
Cronbach`s
Alpha Status
Pemahaman 1 0,690 Valid 0,760 Reliabel
Menarche 2 0,655 Valid
3 0,602 Valid
4 0,494 Valid
5 0,630 Valid
6 0,622 Valid
7 0,660 Valid
8 0,622 Valid
9 0,595 Valid
10 0,610 Valid
11 0,631 Valid
12 0,602 Valid
Agama 1 0,814 valid 0,778 Reliabel
Islam 2 0,861 valid
3 0,790 valid
4 0,865 valid
5 0,830 valid
6 0,716 valid
7 0,620 valid
8 0,725 valid
9 0,561 valid
10 0,587 valid
Agama 1 0,741 valid 0,809 Reliabel
Kristen 2 0,741 valid
3 0,667 valid
4 0,667 valid
Fungsi 1 0,843 valid 0,765 Reliabel
Cinta Kasih 2 0,592 valid
3 0,655 valid
4 0,553 valid
5 0,547 valid
6 0,750 valid
7 0,471 valid
8 0,650 valid
9 0,518 valid
(56)
Tabel 3.1 (Lanjutan) Variabel Butir Corrected Item
Total Correlation Status
Cronbach`s
Alpha Status
Fungsi 1 0,774 valid 0,770 Reliabel
Perlindungan 2 0,817 valid
3 0,689 valid
4 0,598 valid
5 0,663 valid
6 0,689 valid
7 0,575 valid
8 0,689 valid
9 0,569 valid
10 0,636 valid
Fungsi 1 0,591 valid 0,761 Reliabel
Reproduksi 2 0,730 valid
3 0,620 valid
4 0,406 valid
5 0,596 valid
6 0,620 valid
7 0,566 valid
8 0,658 valid
9 0,630 valid
10 0,659 valid
Fungsi 1 0,688 valid 0,769 Reliabel
Sosialisasi 2 0,747 valid
dan 3 0,571 valid
Pendidikan 4 0,650 valid
5 0,670 valid
6 0,830 valid
7 0,645 valid
8 0,563 valid
9 0,567 valid
(57)
3.5 Variabel dan Definisi Operasional 3.5.1 Variabel
a. Variabel bebas (independen variabel), yaitu fungsi keluarga (keagamaan,
cinta kasih, sosialisasi dan pendidikan, perlindungan, reproduksi).
b. Variabel terikat (dependen variabel), yaitu pemahaman menarche pada
remaja putri 3.5.2 Definisi Operasional
a. Variabel bebas
Keluarga adalah unit terkecil dalam masyarakat yang terdiri dari suami istri, atau suami, istri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.
1. Fungsi keagamaan adalah keluarga memberikan informasi mengenai
aturan/norma agama tentang menarche (haid yang pertama datang)
2. Fungsi cinta kasih adalah keluarga memberikan informasi yang
menunjukkan perhatian mengenai menarche (haid yang pertama datang) pada remaja yang akan mengalami haid
3. Fungsi perlindungan adalah keluarga memberikan informasi yang
memberikan rasa aman baik fisik maupun psikis terhadap kekhawatiran, rasa takut dan rasa tak nyaman mengenai menarche (haid yang pertama datang) pada remaja agar mampu mempersiapkan diri saat mendapat haid yang pertama
(58)
4. Fungsi reproduksi adalah keluarga memberikan informasi berupa nasehat mengenai menarche (haid yang pertama datang) agar remaja bertanggung jawab terhadap dirinya dan menjaga kesehatan reproduksinya
5. Fungsi sosialisasi dan pendidikan adalah keluarga memberikan
informasi berupa bimbingan mengenai menarche (haid yang pertama datang) dan hal-hal yang diperlukan seperti menjaga kebersihan saat menarche dan masa haid
b. Variabel terikat
Pemahaman menarche pada remaja adalah pengetahuan yang dimiliki
responden tentang haid pertama (menarche)
3.6 Metode Pengukuran 3.6.1 Variabel Dependen
Pengukuran variabel dependen yaitu pemahaman menarche, ada 12 pernyataan dengan alternatif jawaban yang benar (diberi nilai 1) dan jawaban yang salah/tidak tahu (diberi nilai 0) dan total skor adalah 12 x 1=12, kemudian dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori :
1) Paham, jika responden menjawab dengan skor 7-12 dari total skor
(59)
3.6.2 Variabel Independen
Variabel independen yaitu fungsi keluarga terdiri dari 5 (lima) yakni fungsi keagamaan, cinta kasih, reproduksi, sosialisasi pendidikan dan ekonomi diukur dengan menggunakan kuesioner. Pengukuran variabel independen menggunakan skala ordinal (Riduwan, 2005), kemudian dikategorikan menjadi baik dan kurang baik.
a. Fungsi Keagamaan
Variabel fungsi keagamaan diukur melalui pernyataan. Bagi yang beragama Islam ada 10 pernyataan dengan menggunakan alternatif jawaban ya (diberi nilai 1), jawaban tidak (diberi nilai 0) maka total skor 10x1=10, kemudian dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori :
Baik, jika responden menjawab dengan skor 6-10 dari total skor Kurang, jika responden skor menjawab dengan skor 0-5 dari total skor
Bagi yang beragama Kristen ada 4 pernyataan dengan menggunakan alternatif jawaban ya (diberi nilai 1), jawaban tidak (diberi nilai 0) maka total skor 4x1=4 kemudian dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori :
Baik, jika responden menjawab dengan skor 3-4 dari total skor
Kurang, jika responden skor menjawab dengan skor 0-2 dari total skor
b. Fungsi Cinta Kasih
Fungsi cinta kasih diukur melalui 10 pernyataan dengan menggunakan alternatif jawaban ada (diberi nilai 1), jawaban tidak ada (dib eri nilai 0) maka total skor 10x1=10, kemudian dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori :
(60)
Baik, jika responden menjawab dengan skor 6-10 dari total skor Kurang, jika responden skor menjawab dengan skor 0-5 dari total skor
c. Fungsi Perlindungan
Fungsi perlindungan diukur melalui 10 pernyataan dengan menggunakan alternatif jawaban ada (diberi nilai 1), jawaban tidak ada (diberi nilai 0) maka total skor 10x1=10, kemudian dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori :
Baik, jika responden menjawab dengan skor 6-10 dari total skor Kurang, jika responden skor menjawab dengan skor 0-5 dari total skor
d. Fungsi Reproduksi
Fungsi reproduksi diukur melalui 10 pernyataan dengan menggunakan alternatif jawaban ada (diberi nilai 1), jawaban tidak ada (diberi nilai 0) maka total skor 10x1=10, kemudian dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori :
Baik, jika responden menjawab dengan skor 6-10 dari total skor
Kurang, jika responden skor menjawab dengan skor 0-5 dari total skor
e. Fungsi Sosialisasi dan Pendidikan
Fungsi sosialisasi dan pendidikan diukur melalui 10 pernyataan dengan menggunakan alternatif jawaban ada (diberi nilai 1), jawaban tidak ada (diberi nilai 0) maka total skor 10x1=10, kemudian dikategorikan menjadi 2 (dua) kategori : Baik, jika responden menjawab dengan skor 6-10 dari total skor
(61)
3.7 Metode Analisis Data
Analisis univariat dipakai untuk mengetahui gambaran deskriptif dengan menampilkan tabel distribusi frekuensi dan persentase dari masing-masing variabel independen dan variabel dependen
Analisis bivariat digunakan untuk mendapat informasi tentang hubungan variabel independen yaitu fungsi keluarga (fungsi keagamaan, cinta kasih, perlindungan, reproduksi, sosialisasi dan pendidikan) dengan variabel dependen yaitu pemahaman remaja putri tentang menarche dengan menggunakan uji Chi Square
dengan α=0,05
Analisis multivariat, yaitu untuk menganalisis pengaruh variabel independen secara bersama-sama terhadap variabel dependen dengan melakukan uji regresi logistik berganda, variabel yang diikutkan dalam uji regresi logistic berganda adalah variabel yang memiliki nilai p<0,25.
( X iXi)
e
y −β +β + +β
+
= ...
1 1 0
1
(62)
BAB 4
HASIL PENELITIAN 4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
4.1.1 Deskripsi SD Negeri No.066667
SD Negeri No 066667 terletak di Jalan Kiwi III Perumnas Mandala Kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai Kota Medan Kode pos 20226. Tanah sekolah sepenuhnya milik Negara, berdiri tahun 1982 dan mengalami perbaikan tahun 1983 sampai sekarang. Ruang kelas untuk kegiatan belajar terdiri dari 7 ruang, ruang kepala sekolah 1 buah dengan kondisi baik, ruang guru 1 buah dengan kondisi baik dan ruang perpustakaan 1 buah.
Jumlah peserta didik pada tahun 2011/2012 berjumlah 314 orang. Peserta didik kelas I –VI masing-masing ada 2 kelas. Jumlah guru 21 orang yang terdiri dari 1 orang kepala sekolah, 12 orang guru kelas, 1 orang guru olah raga, 2 orang guru Agama Islam, 1 orang guru Agama Kristen, 3 orang guru honor dan 1 orang bertugas di perpustakaan. Jenis pelajaran di kelas 4 dan 5 adalah Pendidikan Agama, Matematika, Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Pendidikan Jasmani, Bahasa Inggris, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dan Seni Budaya Keterampilan (SBK).
(63)
Tabel 4.1 Jumlah Peserta Didik di SD Negeri No 066667 Tahun Ajaran 2011/2012
Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
I 16 17 33
II 30 29 59
III 30 33 63
IV 18 38 56
V 29 28 57
VI 24 22 46
Jumlah 147 167 314
Sumber : Profil SD Negeri No 066667 Medan
4.1.2 Deskripsi SD Negeri No 066433
SD Negeri No 066433 terletak di Jalan Kenari Raya III Perumnas Mandala Kelurahan Tegal Sari Mandala II Kecamatan Medan Denai Kota Medan Kode pos 20226. Tanah sekolah sepenuhnya milik Negara, berdiri tahun 1980 dan mengalami perbaikan sampai sekarang. Ruang kelas untuk kegiatan belajar terdiri dari 7 ruang, ruang kepala sekolah 1 buah dengan kondisi baik, ruang guru 1 buah dengan kondisi baik dan ruang perpustakaan 1 buah.
Jumlah peserta didik pada tahun 2011/2012 berjumlah 167 orang. Jumlah guru ada 11 orang yang terdiri dari 1 orang kepala sekolah, 7 orang guru kelas, 1 orang guru Agama Islam, 1 orang guru Agama Kristen, dan 1 orang bertugas di perpustakaan. Jenis pelajaran di kelas 4 dan 5 adalah Pendidikan Agama, Matematika, Bahasa Indonesia, Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS), Pendidikan Jasmani, Bahasa Inggris, Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) dan Seni Budaya Keterampilan (SBK).
(64)
Tabel 4.2 Jumlah Peserta di Didik Tahun SD Negeri No 066433 Ajaran 2011/2012
Kelas Laki-laki Perempuan Jumlah
I 14 13 27
II 18 22 40
III 18 7 25
IV 9 9 18
V 16 14 30
VI 16 11 27
Jumlah 91 76 167
Sumber : Profil SD Negeri No 066433
Hasil wawancara yang dilakukan dengan salah satu guru mengatakan bahwa pelajaran yang berhubungan tentang haid/menstruasi diberikan di kelas VI (enam) yaitu pada mata pelajaran IPA pokok bahasan Perkembangbiakan Makhluk Hidup dan uraian materi perubahan fisik tubuh manusia pada masa pubertas dan pelajaran Agama pokok bahasan ketentuan-ketentuan ibadah puasa dan ibadah sholat.
4.2 Karakteristik Responden
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri No. 066667 dan SD Negeri No 066433 Medan dengan jumlah responden 89 orang. Karakteristik responden yang dianalisis adalah umur, anak ke berapa, jumlah saudara, dan agama.
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Umur di SD Negeri No 066667 dan SD Negeri No 066433 Kota Medan
Karakteristik n %
Umur remaja
10 tahun 42 47,2
11 tahun 39 43,8
12 tahun 7 7,9
13 tahun 1 1,1
(1)
fungsi perlindungan * pemahaman menarche
15,333b 1 ,000
13,716 1 ,000
15,800 1 ,000
,000 ,000
15,161 1 ,000
89 Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fis her's Exact Test Linear-by-Linear As sociation N of Valid Cases
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Computed only for a 2x2 table a.
0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 20,78.
b.
Crosstab
33 15 48
24,8 23,2 48,0
68,8% 31,3% 100,0%
13 28 41
21,2 19,8 41,0
31,7% 68,3% 100,0%
46 43 89
46,0 43,0 89,0
51,7% 48,3% 100,0% Count
Ex pec ted Count % within fungs i perlindungan Count
Ex pec ted Count % within fungs i perlindungan Count
Ex pec ted Count % within fungs i perlindungan kurang baik
baik fungsi perlindungan
Total
tidak paham paham pemahaman menarche
(2)
fungsi reproduksi * pemahaman menarche
Chi-Square Tests12,150b 1 ,000
10,712 1 ,001
12,434 1 ,000
,001 ,000
12,014 1 ,001
89 Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fis her's Exact Test Linear-by-Linear As sociation N of Valid Cases
Value df
As ymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Computed only for a 2x2 table a.
0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 19,81.
b.
Crosstab
34 17 51
26,4 24,6 51,0
66,7% 33,3% 100,0%
12 26 38
19,6 18,4 38,0
31,6% 68,4% 100,0%
46 43 89
46,0 43,0 89,0
51,7% 48,3% 100,0%
Count
Ex pec ted Count % within fungs i reproduksi Count
Ex pec ted Count % within fungs i reproduksi Count
Ex pec ted Count % within fungs i reproduksi kurang baik
baik fungsi reproduk si
Total
tidak paham paham pemahaman menarche
(3)
fungsi sosialisasi dan pendidikan * pemahaman menarche
10,736b 1 ,001
9,377 1 ,002
10,957 1 ,001
,001 ,001
10,615 1 ,001
89 Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fis her's Exact Test Linear-by-Linear As sociation N of Valid Cases
Value df (2-sided) (2-sided) (1-sided)
Computed only for a 2x2 table a.
0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 18,36.
b.
Crosstab
35 18 53
27,4 25,6 53,0
66,0% 34,0% 100,0%
11 25 36
18,6 17,4 36,0
30,6% 69,4% 100,0%
46 43 89
46,0 43,0 89,0
51,7% 48,3% 100,0% Count
Expected Count % within fungsi sosialisasi dan pendidikan Count
Expected Count % within fungsi sosialisasi dan pendidikan Count
Expected Count % within fungsi sosialisasi dan pendidikan kurang baik
baik fungsi sosialisasi dan pendidikan
Total
tidak paham paham pemahaman menarche
(4)
Logistic Regression
Block 0: Beginning Block
Chi-Square Tests
10,808b 1 ,001
9,434 1 ,002
11,040 1 ,001
,001 ,001
10,687 1 ,001
89 Pearson Chi-Square
Continuity Correctiona Likelihood Ratio Fis her's Exact Test Linear-by-Linear As sociation N of Valid Cases
Value df
As ymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Computed only for a 2x2 table a.
0 cells (,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 17,39.
b.
Case Processing Summary
89 100,0
0 ,0
89 100,0
0 ,0
89 100,0
Unweighted Casesa
Included in Analysis Mis sing Cases Total
Selected Cases
Unselected Cas es Total
N Percent
If weight is in effect, s ee class ification table for the total number of cases.
a.
De pendent V aria ble Encodi ng
0 1 Original Value
tidak paham paham
(5)
Block 1: Method = Forward Stepwise (Conditional)
46 0 100,0
43 0 ,0
51,7 Observed
tidak paham paham pemahaman
menarche
Overall Percentage Step 0
tidak paham paham
pemahaman m enarche Percentage Correct
Constant is included in the m odel. a.
The cut value is ,500 b.
Va riables in the Equa tion
-,067 ,212 ,101 1 ,751 ,935
Constant St ep 0
B S. E. W ald df Sig. Ex p(B )
Va riables not in the Equa tion
9,651 1 ,002
15,333 1 ,000
12,150 1 ,000
10,736 1 ,001
10,808 1 ,001
18,796 5 ,002
kagam a kc inkasih kli ndung krep ks ospen Variables
Overal l Statisti cs St ep
0
Sc ore df Si g.
Omnibus Tests of Mode l Coeffic ients
15,800 1 ,000
15,800 1 ,000
15,800 1 ,000
Step Block Model Step 1
(6)
Model Summar y
10 7,48 0a ,16 3 ,21 7
Ste p 1
-2 Log likeliho od
Co x & Snel l R Squa re
Na gelkerke R Squa re
Es tima tion term inated a t iteration num be r 4 b ecau se pa ram eter estim ate s ch ang ed b y les s tha n ,0 01. a.
Classification Tablea
33 13 71,7
13 30 69,8
70,8 Observed
tidak paham paham pemahaman
menarche
Overall Percentage Step 1
tidak paham paham
pemahaman menarche Percentage Correct Predicted
The cut value is ,500 a.
Variables in the Equation
1,768 ,466 14,370 1 ,000 5,858 2,348 14,612
-,932 ,327 8,093 1 ,004 ,394
kcinkasih Constant Step
1a
B S.E. Wald df Sig. Exp(B) Lower Upper
95,0% C.I.for EXP(B)
Variable(s) entered on step 1: kcinkasih. a.
Model if Term Removeda
-61,640 15,801 1 ,000
Variabl e
kcinkas ih Step 1
Model Log Likelihood
Change in -2 Log
Likelihood df
Sig. of the Change Based on condi tional param eter estim ates
a.