d. Rusaknya susunan saraf pusat.
e. Rusaknya organ tubuh, seperti hati dan ginjal.
f. Timbulnya penyakit kulit, seperti bintik-bintik merah pada kulit,
kudis dan sebagainya. g.
Lemahnya fisik, moral dan daya pikir. h.
Timbul kecenderungan melakukan penyimpangan sosial dalam masyarakat.
i. Timbulnya kegiatan atau aktivitas dis-sosial seperti mencuri,
menodong, merampok dan sebagainya.
40
3. Pengertian dan Jenis-Jenis Rehabilitasi
Rehabilitasi merupakan rangkaian kegiatan yang bertujuan untuk melakukan aksi pencegahan, peningkatan, penyembuhan, pemakaian, serta pemulihan
kemampuan bagi individu yang membutuhkan layanan khusus. Sedangkan rehabilitasi treatment atau perawatan dalam pemidanaan dikemukakan oleh
aliran positif bahwa pemidanaan sangat pantas diarahkan kepada pelaku kejahatan, bukan pada perbuatannya. Pemidanaan yang dimaksud oleh aliran ini
adalah untuk memberikan tindakan perawatan treatment dan perbaikan rehabilitasi kepada pelaku kejahatan sebagai pengganti dari penghukuman.
Argumen aliran postif ini dilandaskan pada alasan bahwa pelaku kejahatan adalah orang yang sakit sehingga membutuhkan perawatan treatment dan perbaikan
rehabilitation.
41
40
Ibid, hal 6.
41
Mahmud Mulyadi, Criminal Policy, Pustaka Bangsa Press, Medan, 2008, hal 79.
Rehabilitasi narkoba adalah tempat yang memberikan pelatihan keterampilan dan pengetahuan untuk menghindarkan diri dari narkoba.
42
a. Sarana dan prasarana yang memadai termasuk gedung, akomodasi, kamar
mandiWC yang higienis, makanan dan minuman yang bergizi dan halal, ruang kelas, ruang rekreasi, ruang konsultasi individual maupun kelompok,
ruang konsultasi keluarga, ruang ibadah, ruang olah raga, ruang ketrampilan dan lain sebagainya;
Pusat atau Lembaga Rehabilitasi yang baik haruslah memenuhi persyaratan antara lain:
b. Tenaga yang profesional psikiater, dokter umum, psikolog, pekerja sosial,
perawat, agamawan rohaniawan dan tenaga ahli lainnyainstruktur. Tenaga profesional ini untuk menjalankan program yang terkait;
c. Manajemen yang baik;
d. Kurikulumprogram rehabilitasi yang memadai sesuai dengan kebutuhan;
e. Peraturan dan tata tertib yang ketat agar tidak terjadi pelanggaran ataupun
kekerasan; f.
Keamanan security yang ketat agar tidak memungkinkan peredaran NAZA di dalam pusat rehabilitasi termasuk rokok dan minuman keras.
43
Menurut UU RI No. 35 Tahun 2009, ada dua jenis rehabilitasi, yaitu : a.
Rehabilitasi Medis adalah suatu proses kegiatan pengobatan secara terpadu untuk membebaskan pecandu dari ketergantungan narkotika.
b. Rehabilitasi Sosial adalah suatu proses kegiatan pemulihan secara terpadu,
baik fisik, mental maupun sosial, agar bekas pecandu narkotika dapat kembali melaksanakan fungsi sosial dalam kehidupan masyarakat.
42
E-journal.uajy.ac.id223232TA12681.pdf
43
Ibid
Rehabilitasi medis pecandu narkotika dilaksanakan di rumah sakit yang diselenggarakan baik oleh pemerintah maupun swasta yang ditunjuk oleh Menteri
Kesehatan. Meskipun demikian, undang-undang memberi kesempatan kepada lembaga rehabilitasi tertentu yang diselenggarakan oleh masyarakat dapat
melakukan rehabilitasi medis pecandu narkotika, dengan syarat adanya persetujuan dengan Menteri Kesehatan.
44
Selain pengobatan dan perawatan melalaui rehabilitasi medis, proses penyembuhan pecandu narkotika dapat diselenggarakan oleh masyarakat melalui
pendekatan keagamaan dan tradisinal rehabilitasi sosial. Walaupun seorang pecandu narkotika telah sembuh dari ketergantungan narkotika secara fisik dan
psikis, namun rehabilitasi sosial terhadap bekas pecandu narkotika dilakukan pada lembaga rehabilitasi sosial yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun
masyarakat.
45
1. Menjadi acuan dalam melaksanakan rehabilitasi sosial bagi korban
penyalahgunaan NAPZA; Adapun yang menjadi standar rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan
NAPZA yaitu:
2. Memberikan perlindungan terhadap korban dari kesalahan praktik;
3. Memberikan arah dan pedoman kinerja bagi penyelenggara rehabilitasi
sosial korban penyalahgunaan NAPZA; dan 4.
Meningkatkan kualitas dan jangkauan pelayanan penyelenggara rehabilitasi sosial korban penyalahgunaan NAPZA.
46
44
Gatot Supramono, Hukum Narkoba Indonesia, Djambatan, Jakarta, 2004, hal 192.
45
Ibid
46
Pasal 2, Peraturan Menteri Sosial Republik Indonesia No.26 Tahun 2012 Tentang Standar Rehabilitasi Sosial Korban Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya
Rehabilitasi terhadap pecandu narkotika juga menganut teori social defence sebab merupakan suatu bentuk perlindungan sosial yang mengintegrasikan
pecandu narkotika ke dalam tertib sosial agar dia tidak lagi melakukan penyalahgunaan narkotika. Teori Social defence berkembang setelah Perang
Dunia ke-2. Tokoh terkenal dari teori ini adalah Filippo Gramatica. Dalam teori ini, terbagi dua konsepsi yaitu:
47
Rehabilitasi pada hakekatnya bertujuan agar penderita bisa melakukan perbuatan secara normal, bisa melanjutkan pendidikan sesuai dengan bakat dan
minatnya, dan yang terpenting bisa hidup menyesuaikan diri dengan lingkungan keluarga maupun masyarakat sekitarnya.
1. Konsepsi radikal ekstrim, bertujuan untuk mengintegrasikan individu ke dalam tata tertib sosial dan bukan pemidanaan terhadap perbuatannya.
2. Konsepsi yang moderat reformist, yaitu bertujuan untuk mengintegrasikan ide-ide atau konsepsi-konsepsi perlindungan masyarakat kedalam
konserpasi baru hukum pidana.
48
F. Metode Penelitian