1. Lembaga rehabiltasi medis dan sosial yang dikelola danatau dibina
dandiawasi oleh Badan Narkotika Nasional .
2. Rumah Sakit Ketergantungan Obat RSKO Cibubur, Jakarta.
3. Rumah Sakit Jiwa di seluruh Indonesia Depkcs RI.
4. Panti Rehabilitasi Departemen Sosial RI dan Unit Pelaksana Teknis
DaerahUPTD. 5.
Tempat-tempat rujukan lembaga rehabilitasi yang diselenggarakan olehmasyarakat yang mendapat akreditasi dari Departemen Kesehatan
atauDepartemen Sosial dengan biaya sendiri. Untuk menjatuhkan lamanya proses rehabilitasi, Hakim harus
dengansungguh-sungguhmempertimbangkan kondisitaraf kecanduan Terdakwa, sehingga wajibdiperlukan adanya keterangan ahli dan sebagai standar dalam
proses terapi danrehabilitasi adalah sebagai berikut : a. Program Detoksifikasi dan Stabilisasi : lamanya 1 satu bulan.
b. Program Primer : lamanya 6 enam bulan. c. Program Re-Entry : lamanya 6 enam bulan.
Dengan diterbitkannya Surat Edaran ini, maka Surat Edaran Mahkamah AgungNomor
: 07 Tahun 2009 tanggal 17 Maret 2009 perihal yang sama
, dinyatakantidak berlaku lagi
.
2. Surat Edaran Mahkamah Agung No. 3 Tahun 2011 Tentang
Penempatan Korban Penyalahgunaan Narkotika ke dalam Lembaga Rehabilitasi Medis dan Rehabilitasi Sosial.
Berdasarkan Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 tentang Narkotika dan
dalam rangka penegakan hukum Undang-Undang No 9 Tahun 1976 yang diubah
dengan Undang-Undang No. 22 Tahun 1997 telah mengatur bahwa sejauh mungkin penanhan tersangka dan terdakwa pecandu narkotika ditempat tertentu
yang sekaligus merupakan tempat perawatan. Hal ini tersurat dalam penjelasan Pasal 21 ayat 4 huruf b KUHAP Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 dengan
demikian penempatan tersangkaterdakwa dalam perawatan medis bukanlah hal yang baru.
Berdasarkan Pasal 103 Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 dan Pasal 13 ayat 2 Peraturan Pemerintah No 25 Tahun 2011 menyatakan bahwa perintah
untuk menjalankan rehabilitasi medis dan sosial hanya dapat dilakukan berdasarkan:
a. Putusan Pengadilan bagi Pecandu yang terbukti bersalah melakukan
tindak pidana narkotika. b.
Penetapan Pengadilan bagi Pecandu Narkotika yang tidak terbukti bersalah dan tersangka yang masih didalam proses penyidikan atau
penuntutan. Selanjutnya pada pasal 13 ayat 3 menyatakan bahwa pecandu narkotika
yang sedang menjalani proses peradilan dapat ditempatkan dalam lembaga medis dan sosial. Pasal 13 ayat 4 memberikan kewenangan penyidik, penuntut umum
dan hakim untuk penempatan tersangkaterdakwa selama proses peradilan di lembaga rehabilitasi medis dan sosial. Dan agar sejalan dengan ketentuan dalam
pasal 13 ayat 2 maka kewenangan penyidik dan penuntut umum dalam implementasinya merupakan rekomendasi sekaligus memperkuat rekomendasi
Tim Dokter untuk penetapan hakim tentang penempatan dalam lembaga
rehabilitasi medis dan sosial sejak dalam proses penyidikan, penuntutan sampai pemeriksaan di persidangan untuk menuangkan dalam bentuk Penetapan.
Dengan uraian tersebut Undang-Undang No. 35 Tahun 2009 dan Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2011 telah memberikan posisi yang sangat sentral
kepada hakim khususnya terkait pada penempatan dalam lembaga rehanilitasi medis dan sosial sejak dalam proses penyidikan, penuntutan sampai proses
pemeriksaan di persidangan untuk menuangkan dalam bentuk penetapan. Tentang berapa lama yang bersangkutan ditempatkan dalam lembaga rehabilitasi perlu
ditetapkan paling sedikit selam proses peradilan berlangsung, sampai ada putusan atau penetapan hakim setelah diperiksa di pengadilan sesuai Pasal 103 Undang-
Undang No. 35 Tahun 2009.
3. Peraturan Pemerintah No. 25 Tahun 2011 Tentang Pelaksanaan Wajib