i
2.4.5. Pengendalian Debu
Pengendalian debu di lingkungan kerja dapat dilakukan terhadap 3 hal yaitu pencegahan terhadap sumbernya, media pengantar transmisi dan terhadap manusia yang terkena dampak.
1 Pencegahan Terhadap Sumbernya
Pengontrolan debu di ruang kerja terhadap sumbernya antara lain : Isolasi sumber agar tidak mengeluarkan debu di ruang kerja dengan ‘Local Exhauster’ atau
dengan melengkapi water sprayer pada cerobong asap. 2
Pencegahan Terhadap Transmisi a.
Memakai metode basah yaitu,penyiraman lantai dan pengeboran basah Wet Drilling. b.
Dengan alat berupa Scrubber,Elektropresipitator,dan Ventilasi Umum. 3.
Pencegahan terhadap Tenaga Kerja Antara lain dengan menggunakan Alat Pelindung Diri APD berupa masker, sarung tangan.
2.4.6. Pencegahan Dan Pengobatan
Tindakan pencegahan merupakan tindakan yang paling penting pada penetalaksanaan penyakit paru akibat debu industri. Berbagai tindakan pencegahan perlu dilakukan untuk
mencegah timbulnya penyakit atau mengurangi laju penyakit. Perlu diketahui apakah pada suatu industri atau tempat kerja ada zat-zat yang dapat menimbulkan gangguan pernafasan. Kadar debu
pada tempat kerja diturunkan serendah mungkin dengan memperbaiki tehnik pengolahan bahan, misalnya pemakaian air untuk mengurangi debu yang beterbangan. Bila kadar debu tetap tinggi
pekerja diharuskan memaki alat pelindung. Bila seseorang telah menderita penyakit, memindahkan ketempat yang tidak terpapar mungkin dapat mengurangi laju penyakit.
Universitas Sumatera Utara
i
Perokok hendaklah berhenti merokok terutama bila bekerja pada tempat-tempat yang mempunyai risiko terjadi penyakit bronkitis industri dan kanker paru, karena asap rokok cepat
meninggikan risiko timbulnya penyakit. Penderita yang atopik idealnya dianjurkan menghindari tempat yang jelas tepat mencetuskan serangan asma, seperti produksi sutra, deterjen, dan
pekerjaan yang mempunyai paparan garam platinum. Industri dan tempat kerja yang mempunyai risiko tinggi menimbulkan serangan asma hendaklah tidak menerima pegawai yang atopik.
Pekerja yang menderita asma kerja hendaklah dihindari dan paparan zat di tempat kerja. Tidak ada pengobatan spesifik dan efektif pada penyakit paru yang disebabkan oleh debu industri.
Penyakit biasanya memberikan gejala bila kelainan telah lanjut. Pada silikosis dan asbestosis bila diagnosis telah ditegakkan penyakit dapat terus berlanjut menjadi fibrosis masif meskipun
paparan dihilangkan Irga, 2009.
2.4.7. Nilai Ambang Batas NAB Untuk Debu
Suma’mur 1998 menyatakan Nilai Ambang Batas NAB adalah kadar yang pekerja sanggup menghadapinya dengan tidak menunjukkan penyakit atau kelainan dalam pekerjaan
mereka sehari-hari untuk waktu 8 jam sehari dan 40 jam seminggunya. Debu-debu yang hanya mengganggu kenikmatan kerja nuisance dust adalah debu-debu yang tidak berakibat fibrosis
kepada paru-paru, melainkan bereffek sangat sedikit atau tidak sama sekali pada penghirupan normal. Dahulu debu-debu demikian disebut debu inert lamban, tetapi ternyata tidak ada debu
yang sama sekali tanpa reaksi selluler, sehingga istilah inert tidak dipakai lagi. Reaksi jaringan paru-paru terhadap penghirupan debu-debu yang demikian adalah :
a. Susunan saluran udara tetap utuh.
b. Tidak berbentuk jaringan parut.
Universitas Sumatera Utara
i
c. Reaksi jaringan potensil dapat pulih kembali.
Untuk mencegah terjadinya pencemaran udara di lingkungan kerja perlu dilakukan upaya pengendalian pencemaran udara dengan penetapan nilai ambang batas yaitu menurut Surat
Edaran Menteri Tenaga Kerja tentang Nilai Ambang Batas Faktor Kimia di Lingkungan Kerja yaitu sebesar 3 mgm
3
, dengan Surat Edaran No.SE.01MEN1997, bahwa NAB kadar debu di udara tidak boleh melebihi 3,0 mgm³. NAB dari debu-debu yang hanya mengganggu
kenikmatan kerja adalah 10 mgm³ atau 30 dalam juta partikel perkaki kubik 30 jppkk.
2.5. Padi 2.5.1. Pengertian Padi