68
BAB III Edisi Teks
al-Manhal al-‘adhb li-dhikr al-qalb
Sebagai sebuah kajian yang menggunakan pendekatan filologi, maka melakukan kritik atau pengeditan terhadap sebuah
teks yang diteliti menjadi sebuah kemestian. Hal ini dilakukan dengan tujuan agar dapat menghasilkan sebuah teks yang bersih
dari kesalahan dan dapat dipertanggungjawabkan sebagai sebuah teks yang paling dekat dengan aslinya
.
108
Teks dalam perjalanannya mengalami penurunan atau penyalinan berkali-kali. Ada beberapa
alasan sebuah naskah diperbanyak, seperti keinginan untuk memiliki naskah itu sendiri, naskah asli sudah rusak, atau
kemungkinan lain adanya kekhawatiran akan terjadi sesuatu terhadap naskah asli yang mengakibatkan hilangnya atau rusaknya
naskah asli. Selain itu, penyalin naskah dilakukan dengan berbagai tujuan seperti untuk kepentingan politik, kepentingan pendidikan,
kepentingan agama, dan sebagainya.
109
Penyalinan yang berkali-kali tersebut memungkinkan timbulnya berbagai variasi dan perubahan. Hal ini dapat terjadi
diluar kesengajaan penyalin, misalnya karena penyalin tidak memahami bahasanya atau salah bacaan. Namun, tidak mustahil
kesalahan terjadi karena kesengajaan penyalin, misalnya penyalin menambah, memperbaiki dan memperindah. Masalah ini yang
kemudian memunculkan kritik teks sebagai upaya untuk menghasilkan suatu teks yang dapat dipertanggungjawabkan.
110
A. Pengantar Edisi
Sebagaimana dijelaskan bahwa kritik teks memang menjadi salah satu tahap paling penting dalam sebuah penelitian manuskrip
yang menggunakan teori filologi. Kritik teks pula yang membedakan pendekatan filologi dengan pendekatan lainnya,
seperti sejarah, dalam memperlakukan sebuah sumber tertulis lama
108
Lihat. Nabilah Lubis, Naskah, Teks dan Metode Penelitian Filologi Jakarta: Media Alo Indonesia, 2007, 72.
109
Siti Baroroh Baried, dkk. Pengantar Teori Filologi Yogyakarta: Badan Penelitian dan Publikasi Fakultas BPPF Seksi Filologi, Fakultas Sastra
Universirtas Gajah Mada, 1994, 92.
110
Siti Baroroh Baried, dkk. Pengantar Teori Filologi, 93.
69
yang terkandung dalam naskah. Biasanya, sebuah penelitian filologis tersebut akan menghasilkan apa yang disebut sebagai
sebuah “edisi kritis” critical edition, yakni sebuah teks yang telah disunting dan dianggap paling mendekati aslinya. Bersama dengan
suntingan teks ini juga disertakan sebuah “apparatus kritikus” critical apparatus, yakni sekumpulan catatan kaki yang berisi
variasi bacaan yang terdapat dalam salinan-salinan manuskripnya.
Kritik teks bisa difahami sebagai sebuah upaya untuk menentukan, sedapat dan semaksimal mungkin, keaslian sebuah
teks yang dikaji. Kita mungkin sering mendengar seorang filolog yang menyebut kritik teks sebagai usaha untuk merekonstruksi atau
mereproduksi
teks seasli-aslinya.
Kalimat “seasli-aslinya”
menunjukkan adanya penekanan agar seorang peneliti naskah betul-betul memfokuskan misinya pada reproduksi sebuah teks
agar penampilannya sesuai dengan apa yang ditulis oleh pengarang pada masa lalu, serta tidak gegabah membuat sebuah perubahan,
baik berupa pengurangan, penambahan, ataupun perbaikan teks tanpa alasan yang dapat dipertanggungjawabkan.
111
Kritik teks juga merupakan kegiatan yang memberikan evaluasi terhadap teks, meneliti, dan berusaha menempatkan teks
pada tempatnya yang tepat dengan mengevaluasi kesalahan- kesalahan dan mengusungnya kembali menjadi suatu teks yang
dapat dipertanggungjawabkan sebagai sumber untuk kepentingan berbagai penelitian dalam bidang ilmu-ilmu lain
112
. Kegiatan kritik teks ini diperlukan karena adanya tradisi penyalinan naskah yang
berkali-kali terhadap suatu naskah yang digemari oleh masyarakat. Dalam proses penyalinan naskah tersebut tidak tertutup
kemungkinan terjadi kesalahan salin atau tulis karena penyalin kurang memahami pokok persoalan dan bahasa naskah yang
disalin, ketidaktelitian, salah baca karena tulisannya tidak jelas, mungkin juga karena kesengajaan penyalin
yang ingin memperindah teks sesuai dengan seleranya.
111
Lihat lebih jauh Oman Fathurahman, dkk. Filologi dan Islam Indonesia Jakarta: Kementerian Agama RI Badan Litbang dan Diklat Puslitbang
Lektur Keagamaan Jakarta, 2010, 25-26.
112
Siti Baroroh Baried, dkk. Pengantar Teori Filologi, 61.
70
Naskah MADQ ini sekalipun merupakan naskah tunggal, akan tetapi dari latar belakang penulisan diketahui bahwa naskah
ini adalah naskah populer, karena ditulis oleh pengarang dan diperuntukan kepada suatu jama‘ah atau pengikutnya. Maka tidak
tertutup kemungkinan terjadinya penyalinan yang berkali-kali terhadap teks MADQ ini sehingga memunculkan kesalahan salin
atau tulis. Kesalahan tersebut mungkin disebabkan keterbatasan alat tulis, penerangan atau kemampuan penyalin dalam memahami
teks MADQ tersebut. Oleh karena itulah, diperlukan kritik teks yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap kesalahan-kesalahan
yang terjadi dalam penyalinannya tersebut.
Naskah MADQ ini merupakan naskah tunggal, maka metode suntingan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode edisi standar. Metode edisi kritis merupakan metode penyuntingan naskah dengan cara mentransliterasi teks dengan
memperbaiki kesalahan-kesalahan teks. Sedangkan penggunaan ejaan disesuaikan dengan ejaan yang berlaku. Adapun tujuan
menggunakan metode standar ini adalah untuk memudahkan pembaca atau peneliti membaca atau memahami teks.
B. Pertanggungjawaban Edisi