70
Naskah MADQ ini sekalipun merupakan naskah tunggal, akan tetapi dari latar belakang penulisan diketahui bahwa naskah
ini adalah naskah populer, karena ditulis oleh pengarang dan diperuntukan kepada suatu jama‘ah atau pengikutnya. Maka tidak
tertutup kemungkinan terjadinya penyalinan yang berkali-kali terhadap teks MADQ ini sehingga memunculkan kesalahan salin
atau tulis. Kesalahan tersebut mungkin disebabkan keterbatasan alat tulis, penerangan atau kemampuan penyalin dalam memahami
teks MADQ tersebut. Oleh karena itulah, diperlukan kritik teks yang dapat dipertanggungjawabkan terhadap kesalahan-kesalahan
yang terjadi dalam penyalinannya tersebut.
Naskah MADQ ini merupakan naskah tunggal, maka metode suntingan yang digunakan dalam penelitian ini adalah
metode edisi standar. Metode edisi kritis merupakan metode penyuntingan naskah dengan cara mentransliterasi teks dengan
memperbaiki kesalahan-kesalahan teks. Sedangkan penggunaan ejaan disesuaikan dengan ejaan yang berlaku. Adapun tujuan
menggunakan metode standar ini adalah untuk memudahkan pembaca atau peneliti membaca atau memahami teks.
B. Pertanggungjawaban Edisi
Seperti dijelaskan bahwa metode yang digunakan dalam melakukan edisi teks MADQ adalah metode edisi kritis. Metode
edisi kritis bertujuan menyajikan teks yang dapat dinikmati pembaca secara luas, karena dengan edisi standar pembaca umum
dibantu dengan aparat kritik berupa catatan kaki. Beberapa ketentuan yang digunakan dalam melakukan edisi terhadap naskah
MADQ adalah sebagai berikut
1. Untuk teks yang ditulis dalam aksara Arab, maka proses alih aksaranya disesuaikan dengan pedoman transliterasi
Arab-Latin Library of Congress LoC, seperti pada lampiran pedoman transliterasi.
2. Susunan teks diusahakan agar tetap dipertahankan seperti aslinya.
3. Untuk huruf yang tidak bisa dibaca, atau kertasnya rontok diberi tanda titik-titik di dalam kurung dua ....
4. Penomoran halaman diberikan pada akhir setiap halaman teks.
71
5. Garis miring dua dipakai untuk menandai pergantian halaman naskah dan tanda garis miring tiga untuk
penutup naskah. 6. Pemisah yang menggunakan tanta titik . dalam naskah
antara hashwu baris I dengan ‘ajzu baris II dalam bait nazam, dalam transleterasi akan diganti dengan tanda
bintang
7. Penandaian alenia mengukuti penandaian alenia dalam naskah di samping alenia yang dibuat akibat pergantian
nomor halaman 8. Perbaikan kata atau penjelasan maksudnya akan dijelaskan
pada catatan kaki. 9. Kata yang sama dan ditulis berbeda akan diseragamkan
penulisannya 10. Kata-kata yang meragukan atau tidak jelas maksudnya pada
catatan kaki dituliskan aksara aslinya, kecuali jika kata yang tidak jelas maksudnya itu terdapat pada bait karena memang
ditulis dengan aksara asli Arab.
11. Kata yang sulit terbaca karena kabur akan ditulis sesuai dugaan penulis dan diletakan di dalam kurung dua dengan
tanda tanya ? dan dituliskan aksra aslinya pada catatan kaki
12. Kata yang merupakan varian arkais atau bentuk lain dari kata
yang populer
digunakan, akan
dituliskan taranskripsinya seperti pada teks asli lalu diberi penjelasan
pada catatan kaki dan penjelasan kata ini hanya dituliskan satu kali yaitu pada awal munculnya dan ditemukan dalam
naskah.
13. Kata-kata yang merupakan varian arkhais, namun muncul secara bersamaan di dalam naskah akan ditulis seperti teks
aslinya dan diberi penjelasan pada catatan kaki. Seperti kata “ketika” dan “kutika” yang muncul bersamaan pada hal 3.
14. Kata yang diduga hilang atau penyalin lupa menuliskanya akan dimunculkan sebagai kata tambahan yang berasal dari
penulis dan diletakkan dalam tanda kurung dua siku [ ] 15. Kata-kata yang merupakan bahasa Arab atau dialek
setempat ditulis dengan cetak miring. 16. Penulisan hamzah pada awal kata akan dibetulkan sesuai
bentuknya, yaitu hamzah wa ṣal ditulis alif tanpa hamzah
72
sedangkan hamzah qa ṭ‘ ditulis alif dan dibubuhi hamzah
baik di atas ataupun di bawahnya. 17. Dalam teks, kata-kata yang memiliki hamzah di tengah dan
berharkat kasrah selalu diberi titik dua di bawahnya, maka dalam transleterasi akan ditulis tanpa mencantumkan titik
dua tersebut. Misalnya kata
ﺎًﻨﻴِﺋﺎَﺧ
akan ditulis biasa
ﺎًﻨِﺋﺎَﺧ
dan sebagainya
18. Dalam teks terdapat keragaman penulisan fī antara yang
diberikan tanda suk ūn mati pada yā’
ِْﰲ
dan yang tidak diberi tanda suk
ūn
ِﰲ
, maka dalam transliterasi penulisannya diseragamkan tanpa memberikan tanda suk
ūn
ِﰲ
. 19. Ungkapan dalam bentuk na
ẓam atau syair akan ditulis ulang menggunakan aksara asli Arab dan ditransliterasi,
sedangan ungkapan dengan bahasa Arab yang selain na ẓam
atau syair akan ditransliterasi tanpa menuliskan aksara asli Arab.
20. Kata-kata yang ditulis dengan aksara dan bahasa Arab akan diberikan harkat secara utuh, seperti yang tertulis dalam
teks. 21. Beberapa nama dan tokoh yang disebutkan di dalam teks
akan diberikan penjelasan tentangnya pada catatan kaki.
C. Suntingan Teks