221
Khālidī Batu Hampar, dan al-marūm Shaykh ‘Abd al-alīm al-
Khālidī Padang, dan al-marūm Shaykh Muafá al-Khālidī Sungai Pagu, dan tuan Shaykh Mu
ammad Yatīm al-Khālidī Padang, dan lain-lain mereka itu.
749
B. Polemik Shaykh Ismā‘īl Al-Khālidī Al-Minangkabawī
dengan Ulama-Ulama aramaut
Seperti yang ditulis sementara peneliti, bahwa Shaykh Ismā‘īl al-Khālidī ketika kembali ke tanah air, dia lebih memilih
negeri Singapura untuk menetap dan mengembangkan ajaran tarekat Naqshabandiyah sebelum diundang dan dijemput oleh Raja
‘Alī Yang Dipertuan Muda Riau untuk tinggal di Istana Riau di pulau Penyengat dan menjadi penasehat Raja dan guru spritual
keluarga kerajaan Riau. Negeri itu dipilih karena Singapura dan beberapa kawasan yang sekarang masuk Malaysia bebas dari
pengaruh kekuasaan Belanda. Sekalipun wilayah tersebut berada di bawah kekuasaan Inggris, namun Shaykh
Ismā‘īl al-Khālidī merasa “lebih nyaman” dengan Inggris daripada kolonial Belanda.
750
Ketika Shaykh Ismā‘īl al-Khālidī berada di Singapura inilah
salah seorang ulama Ha ramaut Sālim ibn Samīr mengamati
bahwa banyak kaum muslimin setempat dibujuk untuk memasuki tarekat Naqshabandiyah Khalidiyah oleh Shaykh
Ismā‘īl al-Khālidī al-
Minangkabawī. Sālim ibn Samīr kemudian “memvonis” Shaykh Ismā‘īl al-Khālidī bersalah karena mengajarkan ajaran sufistik
Islam kepada kaum muslimin awam yang menurut dugaannya tidak memenuhi persyaratan untuk memasuki ajaran tarekat.
751
Untuk menandingi aktifitas Shaykh
Ismā‘īl al-Khālidī al-Minangkabawī, pada tahun 1269 H Sālim ibn Samīr menulis karya khusus yang
kemudian diperluas oleh sahabat dan juga muridnya sesama ulama
749
Shaykh Mu ammad al-Amīn Kinali, “Naskah Ajaran Tarekat
Naqshabandiyah Khalidiyah,” Koleksi surau Mu ammad al-Amīn Kinali
Pasaman, 21-22 .
750
Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqshabandiyah di Nusantara, 100.
751
Yulizal Yunus, Kajian Syair Apolegetik Pembela Tarekat Naqshabandiyah Syekh Bayang Padang: IAIN IB Press, 1999, 70.
22 2
aramaut Sayyid ‘Uthmān ibn ‘Abd Allāh ibn Yayá al- usaynī.
752
Dalam karya tersebut Salim ibn Samir memberikan gambaran tentang bagaimana memasuki ajaran tarekat yang benar.
Di samping itu, dia juga memberikan uraian tentang mana ajaran tarekat yang benar dan mana yang palsu dan yang sesat. Tidak
cukup sampai menerbitkan karya dalam bentuk tulisan, Sālim ibn Samīr bersama pengikutnya bahkan turun ke tengah-tengah
masyarakat guna memerangi ajaran tarekat yang dianggapnya sebagai bid‘ah dan sesat layaknya pengikut Wahabi memerangi
bid‘ah dan tarekat di tanah suci.
753
Setelah beberapa lama menetap di Singapura
Sālim ibn Samīr datang ke Batavia pada tahun 1851 M dan meninggal di Batavia pada tahun 1270 H 1854 M.
754
Tidak banyak karya Sālaim ibn Samīr yang dijumpai saat ini, kecuali satu yaitu buku
Safīnat al-najāḥ yang merupakan kitab yang lebih beroreintasi fiqh. Kitab ini merupakan kitab kecil yang
berisi uraian shalat, puasa, haji, zakat dan seterusnya.
755
Kritikan
752
Azyumardi Azra, Islam Nusantara, Jaringan Global dan Lokal Bandung: Mizan, 2002, 41.
753
Inilah agaknya yang menjadi pemicu dan sebab utama kenapa akhirnya Shaykh
Ismā‘īl al-Khālidī tidak merasa nyaman di tanah air dan memutuskan kembali ke Makkah untuk menghabiskan sisa umurnya hingga
Allah menjemputnya pada tahun 1275 H di Jabal Qubays. Lihat Mu ammad
Husayn ibn ‘Abd al- amad al-Khālidī, “Naskah Nahjat al-Sālikīn wa-Bahjat al-
Maslakīn” Koleksi surau Muammad al-Amīn Kinali Pasaman, 21-22. Informasi yang sama juga ditemukan dalam Naskah Ajaran Tarekat
Naqshabandiyah Khalidiyah karangan Shaykh Mu ammad al-Amīn al-Khālidī
koleksi surau Mu ammad al-Amin Kinali-Pasaman, 177-178.
754
Azyumardi Azra, Islam Nusantara, Jaringan Global dan Lokal Bandung: Mizan, 2002, 141. Angka tahun yang dikemukan ini menjadi penguat
bahwa Shaykh Ismā‘īl kembali ke tanah air sebelum tahun 1850an, karena
polemik Shaykh Ismā‘īl al-Khālidī dengan Sālim ibn Samīr terjadi ketika Sālim
ibn Sam īr dan Shaykh Ismā‘īl berada di Singapura, dan itu sebelum tahun
1850an. Di sini Jelas apa yang disangkakan oleh Schrieke dan Martin Van Bruinessen tentang tahun kembalinya Shaykh
Ismā‘īl ke Minangkabu adalah keliru. Bukti yang paling kuat adalah bahwa naskah MADQ yang pada salah satu
halamannya berisi polemik dengan Ulama aramaut selesai ditulis tahun 1245
H 1829 M. Lihat Naskah MADQ karangan Shaykh Ismā‘īl al-Khālidī, 54.
755
B.J.O Schrieke, Pergolakan Agama di Sumatera Barat; Sebuah Sumbangan Bibliografi Jakarta: Bharatara, 1973, 28.
22 3
inilah seperti dikemukakan yang pada akhirnya membuat Shaykh Ismā‘īl al-Khālidī memutuskan kembali ke Makkah untuk
menghabiskan sisa umurnya dan tidak pernah lagi kembali ke tanah air hingga wafatnya
pada 23 Zūl ijjah tahun 1275 H. Dalam Naskah MADQ ini Shaykh
Ismā‘īl al-Khālidī memang tidak menyebutkan secara ekplisit nama-nama tokoh
aramaut yang mengkritik ajarannya. Dia hanya menyebut al- Ḥaḍramay dua orang Haramaut.
756
Shaykh Ismā‘īl al-Khālidī
menyebutkan bahwa alasan ulama-ulama Ha ramaut menghujat
ajaran tarekat Naqshabandiyah yang dikembangkannya bukanlah karena ajaran yang salah atau sesat, namun lebih disebabkan faktor
iri dan kedengkian. Berikut kutipan ungkapan Shaykh Ismā‘īl al-
Khālidī dalam naskah MADQ:
ْﻧِإ ﺎَﱠﳕِﺈَﻓ ﺎََﳍ ٍﺮِﻜْﻨُﻣ ُرﺎَﻜ
ِﻲْﻤُﻌْﻟا ِوَأ ﺎَﻬِﻠْﻫَِﻷ ٍﺪَﺴَﺣ ْﻦَﻋ
Inkāru munkirin la-hā fa-innahā ‘an ḥasadin li-ahlihā aw-al- ‘umyi
Barmula ingkar siapa-siapa yang ingkar baginya itu sungguhnya terbit daripada dengki bagi ahlinya jua atau daripada buta-buta
hatinya
ﺎَﻤﱢﻴِﺳَﻻ ِﻩِْﲑَﻏَو ْﻲَﻣَﺮْﻀَﺣ ْﻦِﻣ ﺎَِﲟ ِﻞْﻫَأ ْﻦِﻣ َلْﻮُﻬَْﳉا ِْﲏَﻐْﻟا َﺪْﺒَﻋ
Min ḥaḍramay wa-ghayrihi lā-siyyamā ‘Abd al-ghanī al-
jahūla min ahli bimā Daripada orang-orang Ha
ramaut dan lainnya istimewa pula’’Abd al-Ghani yang amat jahil daripada isi negeri Bima.
اَرْوُﺪْﻨَﻣ ِْﲏْﻐَﻤْﻟا ُﺪْﺒَﻋ ُﻪُﻠْـﺜِﻣَو اَرْوُﺮْﻐَﻣ َﻼُﻌْﻟاَو ِدﺎَﺴَﻔْﻟا ﻲِﻏﺎَﺑ
Wa-mithluhu ‘Abd al- Mughnī Mandūra bāghī al-fasādi wa-al-
‘ulā maghrūrā Dan seumpamanya itu ‘Abdul [Maghani] Mandura yang
menghendaki berbinasa dan ketinggian lagi terperdaya
756
Sekalipun dalam naskah MADQ kata al- ḥaḍramay diartikan banyak
orang-orang Ha ramaut, namun dengan melihat bentuk kata al-ḥaḍramay
muthanná agaknya yang maksud adalah dua orang ulama Ḥaḍramaut yaitu
Sayyid Sālim ibn Samīr al-aramī dan Sayyid ‘Uthmān ibn ‘‘Abd Allāh ibn Ya
yā al-usaynī. Dugaan ini didasarkan beberapa sumber yang menyebutkan bahwa hanya kedua ulama
aramaut itulah yang pernah berpolemik dengan Shaykh
Ismā‘īl al-Khālidī al-Minangkabawī.
22 4
َﻼُﻌْﻟاَو ِدﺎَﺴَﻔْﻟا ﱡﺐُﺣ ْﻢُﻬَﻜَﻠْﻫَأ َﻼَﺒْﻟاَو ﱟﺮَﺷ ﱢﻞُﻛ َﰲ ْﻢُﻬَﻌَـﻗْوَأ
Ahlakahum ḥubbu al-fasādi wa-al-‘ulā awqa‘ahum fī kulli
sharrin wa-al- balā
Yang telah membinasakan mereka itu suka berbinasa dan akan ketinggian yang telah ia menjatuh ia akan mereka itu pada tiap-
tiap kejahatan dan bala
اْﻮﱡﻠَﺿَأ ْﺪَﻗَو اﱡﻮﻠَﺿ ْﻢُﻬﱠـﻧِﺈَﻓ اْﻮﱡﻟاَز ِباَﻮﱠﺼﻟا ِﻦَﻋ ْﻢُﻬَﻋﺎَﺒْـﺗَأ
Fa-innahum ḍallū wa-qad aḍallū atbā‘ahum ‘an al-ṣawābi
zāllū Maka bahwasanya mereka itu telah disesat mereka itu dan telah
menyesatkan mereka itu akan sekalian yang mengikut mereka itu daripada yang betul telah keluar mereka itu
ﺎَﺤَﻀﱠﺗاَو ْﻢُﻫُؤاَِﱰْﻓا اَﺪَﺑ ْﺪَﻘَـﻓ ا ِﺲَْﴰ ْﻦِﻣ ُﺮَﻬْﻇَأ ْﻢُﻬُـﺑاَﺬْﻛَا
ﻲَﺤﱡﻀﻟ
Fa- qad badā iftirā’uhum wa-ittaḍaḥā akdhābuhum aẓharu min
shamsi al- ḍuḥá
Maka sungguhnya telah nayata mengada-ngada mereka itu dan telah wa
ih barmula sekalian dusta mereka terlebih zahir daripada matahari pada waktu
uha
ًﻼِﻣﺎَﻛ ُنْﻮُﻜَﻳ ْﻦَﻤَﻓ ِﻪِﻠْﻘَﻋ ِﰲ
ِﻪِﻠْﻌِﻓَو ِﻪِﻟْﻮَﻘِﺑ اْﻮُﻤِﻬْﻳِﺰَْﳜ
Fa- man yakūnu kāmilan fī ‘aqlihi yakhzīhimū bi-qawlihi wa-
fi‘lihi Maka barang siapa ada dia sempurna pada akalnya niscaya
membari malulah ia akan mereka itu dangan perkataannya dan perbuatannya
َﻔَﻛ ﺎَﻌِﻣﺎَﻗ ِبْﻮُﻠُﻘْﻟا ِداﱠﺪَِﲝ ﻲ
ﺎَﻌِﻃﺎَﻗ ْﻢُﻬْـﻨِﻣ ِباَﺬْﻛَْﻸِﻟَو ْﻢَُﳍ
Kafá bi- ḥaḍḍādi al-qulūbi qāmi‘an la-hum wa-li-al-akdhābi
minhum qāṭi‘ā Telah memadailah dangan yang menajamkan sekalian hati itu
membari malu ia bagi mereka itu dan bagi sekalian dusta daripada mereka itu memutus ia
َحَﺪَﻣَو ﺎَﻬْـﻴَﻠَﻋ َﲏْـﺛَأ ُﻪﱠﻧِﺈَﻓ ْحَ◌َﺪَﻗ ْﻦَﻣ ﱠماَذَو ﺎَﻬِﻠْﻫَأ َةَﺮْـﻴِﺳ
Fa-innahu athná ‘alayh ā wa-madaḥa sīrata ahlihā wa-
dhāmma man qadaḥ Maka bahwasanya ia itu telah menyebut bagi ia atas tarikat ini
dan telah mumuji ia akan perjalanan ahlinya dan telah mencela ia akan siapa-siapa mencerca akan dia
22 5
ِﰲَو يَﻮَـﺘَﻔْﻟا ِﰲ َكاَﺬِﺑ ﺎًﺣﱢﺮَﺼُﻣ َﻊِﻨْﻗاَو ْﻊِﺟْﺮﻓ يَﺮْـﺒُﻛ ٍﺔَﻴِﺋﺎَﺗ
Mu ṣarriḥan bi-dhāka fī al-fatawá wa-fī tā’iyatin kubrá fa-irji‘
wa-iqni‘a Padahalnya membari sharih dangan yang demikian itu di dalam
[ fatāwi] dan di dalam [tāiyyah] yang besar maka murāja’ah
olehmu dan ikut olehmu
ﻲَﻔَﻄْﺼُﻣ ُﻒْﻳِﺮﱠﺸﻟا ُﺐُﻄُﻘْﻟا َﻚِﻟاَﺬَﻛ ِﻌْﻟا
ْﺪْﻴ ﻲَﻔَﻄْﺼُﻤْﻟا ِﻞْﻴِﺴْﻠِﺳ ْﻦِﻣ ُسْوُر
Kadhālika al-quṭubu al-sharīfu muṣṭafá al-īdrūsu min silsīli al- mu
ṣṭafā Demikian lagi Qu
ub yang sharīf sayyid musafá ‘Īdrus yang sanya daripada keturunan Nabi yang dipilih
ْيِﺬﱠﻟا ُﻪُﻠَْﳒ ِﻦْﻳﱢﺪﻟا ُﻪْﻴ ِﺟَو اَﺬَﻛ يِذ ِرْدﺎَﻓ ِ◌ِسْﻮُﻤﱡﺸﻟا َةَؤْﺮِﻣ َﻒﱠﻟَأ
Kadhā Wajīhu al-Dīni najluhu alladhī allafa mir’ata al- shumūsi fa-idri dhī
Dan demikian lagi saiyid ‘Abdurahman Wajih al-Din pintarnya yang telah mengarang ia akan kitab mira’at shumus maka
ketahui olehmu akan ini
ُﻪُﺣْوُر ُْﱘِﺮَﻜْﻟا َﱄْﻮَﻤْﻟا َسﱠﺪَﻗ ْﺪَﻗ ُﻞْﻳِﺰَﻧ
ُﻪُْﳜِﺮَﺿ ﺎََِو َﺮْﺼِﻣ
Qad qaddasa al-mawlá al- karīmu rūḥuhu nazīlu miṣra wa-bi-
hā ḍarīkhuhu Yang sungguhnya telah disucikan oleh Tuhan yang amat murah
akan ruhnya bertempat dalam negeri Mesir dan sanalah kuburnya
ُﻤﱡﺸﻟا َةَأْﺮِﻣ ْﻊ ِﺟاَر َﺖْﻧَﺄَﻓ ِسْﻮ
َﺪْﻴَﻋ ِلآ َمﺎَﻘَﻣ يِرْﺪَﺗ ﻲِﺳْوُر
Fa- anta rāji‘ mir’ata al-shumūsi tadrī maqāma ālī ‘aydarūsī
Maka engkau muraja’ah olehmu akan kitab Mir’at al-shumus niscaya tahulah engkau akan maqam bangsa ‘Aydarusī naskah
MADQ, 55-57
. Menurut Shaykh
Ismā‘īl al-Khālidī, rasa iri dan dengki serta ketidaktahuan ulama
aramaut tersebut telah menjadikan mereka buta mata dan hati dalam memahami atau menyikapi ajaran tarekat
yang dikembangkan oleh Shaykh Ismā‘īl al-Khālidī al-
Minangkabawī. Alasan iri dan dengki yang disangkakan oleh Shaykh
Ismā‘īl al-Khālidī tentu saja bukan sesuatu yang berlebihan mengingat Shaykh
Ismā‘īl al-Khālidī mampu menarik simpati Raja Ali Yang Dipertuan Muda Riau di Pulau Penyengat, sehingga dia
22 6
diangkat menjadi penasehat kerajaan Riau. Sehingga, usahanya dalam mengembangkan ajaran tarekat Naqshabandiyah mendapat
dukungan dan legitimasi penguasa setempat. Tercatat juga kemudian kalau Shaykh
Ismā‘īl pernah mendapat tempat dan dekat dengan kekuasaan di kerajaan Johor beberapa waktu sebelum
akhirnya kembali ke tanah suci. Celaan Shaykh
Ismā‘īl al-Khālidī terhadap ulama-ulama aramaut juga disebabkan kebohongan-kebohongan yang
diciptakan oleh mereka terutama keluarga al-‘Aida rusī al-
aramī. Kebohongan tersebut terkait soal kemuliaan, keutamaan dan kekaramahan yang mereka miliki.
757
Di mana kemuliaan dan keutamaan tersebut mereka terima diantaranya disebabkan bahwa
silsilah keturunan yang mereka punyai adalah langsung bersambung kepada Nabi Mu
ammad saw. Pada hal menurut Shaykh
Ismā‘īl al-Khālidī, jauh sebelumnya Shaykh Najm al-Dīn seorang ulama
aramaut terkenal dalam bukunya Mir’at al- Shumush telah membongkar kebohongan tentang silsilah orang-
orang aramaut yang bersambung kepada nabi Muammad saw
tersebut. Pada halaman 18 naskah MADQ ini juga ditemukan celaan
Shaykh Ismā‘īl al-Khālidī kepada ulama sentral aramaut abad
18 M yaitu ‘Abd al-Ra
mān ibn-Mutafá al-‘Aidarusī. Disebutkan bahwa:
ﱠﻳِإَو ٍﺮِﻜْﻨُﻣ ِلاَﻮْـﻗَِﻷ َﻲِﻐْﺼُﺗ ْنَأ َكﺎ
َﻼِﺿﺎَﻨُﻣ ِبْﻮُﻠُﻘْﻟا ِدﱠﺪَِﲝ َكﺎَﻔَﻛ
Wa- iyyāka an tuṣghiya li-aqwāli munkirin kafāka bi-ḥaddadi
al- qulūbi munāḍilā
Dan jangan engkau dengar bagi segala kata yang munkar memadailah dangan
addād al-qulūb memperangi dia itu
َﻌْﻟا ﺎَﻬْـﻴِﻓ ُﻪُﻠْـﺜِﻣَو َﺪْﻴ
ﻲَﻔَﻄْﺼُﻣ ﻲِﺳْوُر َﻻﱢﻮَﻌُﻣ ِﻖْﻳِﺮﱠﻄﻟا يِﺪْﻨَـﺒَﺸْﻘَـﻧ َﻮُﻬَـﻓ
Wa-mithluhu fi-
hā al-‘Aydarūsī muṣṭafá fa-huwa
naqshabandiy al- ṭarīqi mu‘awwilā
Dan seumpamanya padanya itu al- ‘Aydarūsī muafá maka
ialah naqshabandi arīqat nya padahalnya berpaling ia
757
Uraian tentang karamah al- ‘Aidarusī al-aramī lihat dalam.
Syamsul Munir Amin, Karomah Para Kiyai Yogyakarta: LkiS, 2008, 122-128.
22 7
‘Abd al-Ra mān ibn-Mutafá al-‘idrusī adalah seorang
ulama aramaut terkenal yang telah mengunjungi banyak negeri
termasuk Nusantara pada abad 18 M. Dia juga pernah berkunjung kepada Sayyid
usayn ibn Abī Bakr al-’Aidarusī ulama aramaut pertama yang datang ke Nusantara Abad akhir ‘Abd 18
M. Dia dianggap sebagai seorang wali yang memiliki karamah sehingga banyak dikunjungi oleh ulama-ulama tidak hanya yang
berasal dari Timur Tengah tetapi juga dari Nusantara sendiri. ‘Abd al-Ra
mān ibn-Mutafá al-‘Aidarusī wafat tahun 1194 H 1780 M.
758
Sayyid al- ‘Aidarusī memang tidak sempat berpolemik
secara langsung dengan Shaykh Ismā‘īl al-Khālidī karena sebelum
dia kembali ke tanah air, al- ‘Aidarusī telah meninggal dunia.
Namun, diduga kuat di Makkah kedua tokoh ini pernah saling bertemu sehingga mengenal satu sama lainnya. Cerita-cerita
tentang kawalian dan kekaramahan Sayyid al- ‘Aidarusī yang
tersebar ke berbagai pelosok Nusantara inilah agaknya yang membuat Shaykh
Ismā‘īl al-Khālidī merasa perlu memberikan komentar tentang siapa sesuangguhnya ulama
aramaut tersebut. Agaknya reaksi Shaykh
Ismā‘īl al-Khālidī ini juga disebabkan karena ada sebagian kalangan yang mengaitkan Sayyid ‘Abd al-
Ra mān
ibn Mutafá
al-‘Ay darusī
dengan tarekat
Naqshabandiyah mengingat
kewalian dan
karamah yang
dimilikinya. Nama al-‘Ay
darusī lain yang oleh sebagian kalangan diduga merupakan ulama yang dicela dalam naskah dalam halaman
18 naskah MADQ ini adalah Shaykh ‘Abd al-Ra mān ibn Shaykh
Mu ammad al-‘Aydrusī 1817-1917 M, seorang shaykh penyebar
tarekat Naqshabandiyah di Trengganu Malaysia. Dia adalah tokoh tarekat Naqshabandiyah yang memiliki hubungan dengan Shaykh
Mu ammad ālih al-Zawawī.
759
Akan tetapi, dengan melihat angka tahun hidupnya, kecil kemungkinan yang dimaksud adalah
ulama tersebut, karena tahun 1819 M Shaykh Ismā‘īl sudah
758
Azyumardi Azra, Islam Nusantara, Jaringan Global dan Lokal Bandung: Mizan, 2002, 140.
759
‘Abdurrahman Haji Abdullah, Pemikiran Islam di Malaysia sejrah dan aliran, Jakarta: Gema Insani Press, tt, hal. 51.
22 8
menjadi Shaykh tarekat Naqshabandiyah, sementara Shaykh ‘Abd al-Ra
mān ibn Shaykh Muammad al-‘Aydrusī baru berusia 2 tahun.
C. Pandangan dan Kritikan Shaykh Ismā‘īl al-Khālidī