221
Khālidī Batu  Hampar,  dan  al-marūm  Shaykh  ‘Abd  al-alīm al-
Khālidī Padang, dan al-marūm Shaykh Muafá al-Khālidī Sungai  Pagu,  dan  tuan  Shaykh  Mu
ammad  Yatīm  al-Khālidī Padang, dan lain-lain mereka itu.
749
B. Polemik  Shaykh Ismā‘īl    Al-Khālidī  Al-Minangkabawī
dengan Ulama-Ulama aramaut
Seperti  yang  ditulis  sementara  peneliti,  bahwa  Shaykh Ismā‘īl  al-Khālidī  ketika  kembali  ke  tanah  air,  dia  lebih  memilih
negeri  Singapura untuk  menetap  dan  mengembangkan  ajaran tarekat Naqshabandiyah sebelum diundang dan dijemput oleh Raja
‘Alī Yang  Dipertuan  Muda  Riau  untuk  tinggal  di  Istana  Riau  di pulau  Penyengat dan  menjadi  penasehat  Raja  dan  guru  spritual
keluarga  kerajaan  Riau.  Negeri  itu  dipilih  karena  Singapura  dan beberapa  kawasan  yang  sekarang  masuk  Malaysia  bebas  dari
pengaruh kekuasaan Belanda. Sekalipun wilayah tersebut berada di bawah kekuasaan Inggris, namun Shaykh
Ismā‘īl al-Khālidī merasa “lebih nyaman” dengan Inggris daripada kolonial Belanda.
750
Ketika Shaykh Ismā‘īl al-Khālidī berada di Singapura inilah
salah  seorang  ulama  Ha ramaut Sālim  ibn  Samīr  mengamati
bahwa  banyak  kaum  muslimin  setempat  dibujuk  untuk  memasuki tarekat Naqshabandiyah Khalidiyah oleh Shaykh
Ismā‘īl al-Khālidī al-
Minangkabawī. Sālim ibn Samīr kemudian “memvonis” Shaykh Ismā‘īl  al-Khālidī  bersalah  karena  mengajarkan  ajaran  sufistik
Islam kepada kaum muslimin awam yang menurut dugaannya tidak memenuhi  persyaratan  untuk  memasuki  ajaran  tarekat.
751
Untuk menandingi  aktifitas  Shaykh
Ismā‘īl  al-Khālidī  al-Minangkabawī, pada  tahun  1269  H  Sālim  ibn  Samīr  menulis  karya  khusus  yang
kemudian diperluas oleh sahabat dan juga muridnya sesama ulama
749
Shaykh Mu ammad  al-Amīn  Kinali,  “Naskah  Ajaran  Tarekat
Naqshabandiyah  Khalidiyah,” Koleksi  surau  Mu ammad  al-Amīn  Kinali
Pasaman, 21-22 .
750
Martin Van Bruinessen, Tarekat Naqshabandiyah di Nusantara, 100.
751
Yulizal  Yunus,  Kajian  Syair  Apolegetik  Pembela  Tarekat Naqshabandiyah Syekh Bayang Padang: IAIN IB Press, 1999, 70.
22 2
aramaut  Sayyid  ‘Uthmān  ibn  ‘Abd  Allāh  ibn  Yayá  al- usaynī.
752
Dalam  karya  tersebut  Salim  ibn  Samir  memberikan gambaran tentang bagaimana memasuki ajaran tarekat  yang benar.
Di  samping  itu,  dia  juga  memberikan  uraian  tentang  mana  ajaran tarekat  yang  benar  dan  mana  yang  palsu  dan  yang  sesat.  Tidak
cukup sampai menerbitkan karya dalam bentuk tulisan,  Sālim ibn Samīr  bersama  pengikutnya  bahkan  turun  ke  tengah-tengah
masyarakat  guna  memerangi  ajaran  tarekat  yang  dianggapnya sebagai  bid‘ah  dan  sesat  layaknya  pengikut  Wahabi  memerangi
bid‘ah dan tarekat di tanah suci.
753
Setelah beberapa lama menetap di  Singapura
Sālim ibn Samīr datang ke Batavia pada tahun 1851 M dan meninggal di Batavia pada tahun 1270 H 1854 M.
754
Tidak  banyak  karya  Sālaim  ibn  Samīr  yang  dijumpai  saat ini, kecuali satu yaitu buku
Safīnat al-najāḥ yang merupakan kitab yang lebih beroreintasi fiqh.  Kitab ini  merupakan kitab kecil  yang
berisi  uraian  shalat,  puasa,  haji,  zakat  dan  seterusnya.
755
Kritikan
752
Azyumardi  Azra,  Islam  Nusantara,  Jaringan  Global  dan  Lokal Bandung: Mizan, 2002, 41.
753
Inilah  agaknya  yang  menjadi  pemicu  dan  sebab  utama  kenapa akhirnya  Shaykh
Ismā‘īl  al-Khālidī  tidak  merasa  nyaman  di  tanah  air  dan memutuskan  kembali  ke  Makkah untuk  menghabiskan  sisa  umurnya  hingga
Allah  menjemputnya  pada  tahun  1275  H  di  Jabal  Qubays.  Lihat  Mu ammad
Husayn ibn ‘Abd al- amad al-Khālidī, “Naskah Nahjat al-Sālikīn wa-Bahjat al-
Maslakīn” Koleksi  surau  Muammad  al-Amīn  Kinali  Pasaman,  21-22. Informasi  yang  sama  juga  ditemukan  dalam  Naskah  Ajaran  Tarekat
Naqshabandiyah  Khalidiyah karangan  Shaykh Mu ammad  al-Amīn al-Khālidī
koleksi surau Mu ammad al-Amin Kinali-Pasaman, 177-178.
754
Azyumardi  Azra,  Islam  Nusantara,  Jaringan  Global  dan  Lokal Bandung: Mizan, 2002, 141. Angka tahun yang dikemukan ini menjadi penguat
bahwa  Shaykh Ismā‘īl    kembali  ke  tanah  air  sebelum  tahun  1850an,  karena
polemik Shaykh Ismā‘īl al-Khālidī dengan Sālim ibn Samīr terjadi ketika Sālim
ibn  Sam īr  dan  Shaykh Ismā‘īl  berada  di  Singapura,  dan  itu  sebelum  tahun
1850an.  Di  sini  Jelas  apa  yang  disangkakan  oleh  Schrieke  dan  Martin  Van Bruinessen  tentang  tahun  kembalinya  Shaykh
Ismā‘īl    ke  Minangkabu  adalah keliru. Bukti yang paling kuat adalah bahwa naskah MADQ yang pada salah satu
halamannya berisi polemik dengan Ulama aramaut selesai ditulis tahun 1245
H 1829 M. Lihat Naskah MADQ karangan Shaykh Ismā‘īl al-Khālidī, 54.
755
B.J.O  Schrieke,  Pergolakan  Agama  di  Sumatera  Barat;  Sebuah Sumbangan Bibliografi Jakarta: Bharatara, 1973, 28.
22 3
inilah  seperti  dikemukakan  yang  pada  akhirnya  membuat  Shaykh Ismā‘īl  al-Khālidī  memutuskan  kembali  ke  Makkah untuk
menghabiskan sisa umurnya dan tidak pernah lagi kembali ke tanah air hingga wafatnya
pada 23 Zūl ijjah tahun 1275 H. Dalam  Naskah  MADQ  ini  Shaykh
Ismā‘īl  al-Khālidī memang  tidak  menyebutkan  secara  ekplisit  nama-nama  tokoh
aramaut  yang  mengkritik  ajarannya.  Dia  hanya  menyebut  al- Ḥaḍramay  dua  orang  Haramaut.
756
Shaykh Ismā‘īl  al-Khālidī
menyebutkan  bahwa  alasan  ulama-ulama  Ha ramaut  menghujat
ajaran  tarekat  Naqshabandiyah  yang  dikembangkannya  bukanlah karena ajaran yang salah atau sesat, namun lebih disebabkan faktor
iri  dan  kedengkian.  Berikut  kutipan  ungkapan  Shaykh Ismā‘īl  al-
Khālidī dalam naskah MADQ:
ْﻧِإ ﺎَﱠﳕِﺈَﻓ ﺎََﳍ ٍﺮِﻜْﻨُﻣ ُرﺎَﻜ
ِﻲْﻤُﻌْﻟا ِوَأ ﺎَﻬِﻠْﻫَِﻷ ٍﺪَﺴَﺣ ْﻦَﻋ
Inkāru munkirin la-hā fa-innahā  ‘an ḥasadin li-ahlihā aw-al- ‘umyi
Barmula ingkar siapa-siapa yang ingkar baginya itu sungguhnya terbit daripada dengki bagi ahlinya jua atau daripada buta-buta
hatinya
ﺎَﻤﱢﻴِﺳَﻻ ِﻩِْﲑَﻏَو ْﻲَﻣَﺮْﻀَﺣ ْﻦِﻣ ﺎَِﲟ ِﻞْﻫَأ ْﻦِﻣ َلْﻮُﻬَْﳉا ِْﲏَﻐْﻟا َﺪْﺒَﻋ
Min ḥaḍramay  wa-ghayrihi  lā-siyyamā    ‘Abd  al-ghanī  al-
jahūla min ahli bimā Daripada  orang-orang  Ha
ramaut dan  lainnya  istimewa pula’’Abd al-Ghani yang amat jahil daripada isi negeri Bima.
اَرْوُﺪْﻨَﻣ ِْﲏْﻐَﻤْﻟا ُﺪْﺒَﻋ ُﻪُﻠْـﺜِﻣَو اَرْوُﺮْﻐَﻣ َﻼُﻌْﻟاَو ِدﺎَﺴَﻔْﻟا ﻲِﻏﺎَﺑ
Wa-mithluhu ‘Abd al- Mughnī Mandūra  bāghī al-fasādi wa-al-
‘ulā maghrūrā Dan  seumpamanya  itu  ‘Abdul  [Maghani]  Mandura  yang
menghendaki berbinasa dan ketinggian lagi terperdaya
756
Sekalipun dalam naskah MADQ kata al- ḥaḍramay diartikan banyak
orang-orang  Ha ramaut,  namun  dengan  melihat  bentuk  kata  al-ḥaḍramay
muthanná  agaknya  yang  maksud  adalah  dua  orang  ulama Ḥaḍramaut  yaitu
Sayyid Sālim ibn Samīr al-aramī dan Sayyid ‘Uthmān ibn ‘‘Abd Allāh ibn Ya
yā al-usaynī. Dugaan ini didasarkan beberapa sumber yang menyebutkan bahwa  hanya  kedua  ulama
aramaut  itulah  yang  pernah  berpolemik  dengan Shaykh
Ismā‘īl al-Khālidī al-Minangkabawī.
22 4
َﻼُﻌْﻟاَو ِدﺎَﺴَﻔْﻟا ﱡﺐُﺣ ْﻢُﻬَﻜَﻠْﻫَأ َﻼَﺒْﻟاَو ﱟﺮَﺷ ﱢﻞُﻛ َﰲ ْﻢُﻬَﻌَـﻗْوَأ
Ahlakahum ḥubbu  al-fasādi  wa-al-‘ulā    awqa‘ahum  fī  kulli
sharrin wa-al- balā
Yang  telah  membinasakan  mereka  itu  suka  berbinasa  dan  akan ketinggian yang telah ia menjatuh ia akan mereka itu pada tiap-
tiap kejahatan dan bala
اْﻮﱡﻠَﺿَأ ْﺪَﻗَو اﱡﻮﻠَﺿ ْﻢُﻬﱠـﻧِﺈَﻓ اْﻮﱡﻟاَز  ِباَﻮﱠﺼﻟا ِﻦَﻋ ْﻢُﻬَﻋﺎَﺒْـﺗَأ
Fa-innahum ḍallū  wa-qad  aḍallū    atbā‘ahum  ‘an  al-ṣawābi
zāllū Maka bahwasanya mereka itu telah disesat mereka itu dan telah
menyesatkan  mereka  itu  akan  sekalian  yang  mengikut  mereka itu daripada yang betul telah keluar mereka itu
ﺎَﺤَﻀﱠﺗاَو ْﻢُﻫُؤاَِﱰْﻓا اَﺪَﺑ ْﺪَﻘَـﻓ ا  ِﺲَْﴰ ْﻦِﻣ ُﺮَﻬْﻇَأ ْﻢُﻬُـﺑاَﺬْﻛَا
ﻲَﺤﱡﻀﻟ
Fa- qad badā iftirā’uhum wa-ittaḍaḥā  akdhābuhum aẓharu min
shamsi al- ḍuḥá
Maka  sungguhnya  telah  nayata  mengada-ngada  mereka  itu  dan telah  wa
ih  barmula  sekalian  dusta  mereka  terlebih  zahir daripada matahari pada waktu
uha
ًﻼِﻣﺎَﻛ ُنْﻮُﻜَﻳ ْﻦَﻤَﻓ ِﻪِﻠْﻘَﻋ  ِﰲ
ِﻪِﻠْﻌِﻓَو ِﻪِﻟْﻮَﻘِﺑ اْﻮُﻤِﻬْﻳِﺰَْﳜ
Fa- man yakūnu kāmilan fī ‘aqlihi  yakhzīhimū bi-qawlihi wa-
fi‘lihi Maka  barang  siapa  ada  dia  sempurna  pada  akalnya    niscaya
membari  malulah  ia  akan  mereka  itu  dangan  perkataannya  dan perbuatannya
َﻔَﻛ ﺎَﻌِﻣﺎَﻗ  ِبْﻮُﻠُﻘْﻟا ِداﱠﺪَِﲝ ﻲ
ﺎَﻌِﻃﺎَﻗ ْﻢُﻬْـﻨِﻣ ِباَﺬْﻛَْﻸِﻟَو ْﻢَُﳍ
Kafá  bi- ḥaḍḍādi  al-qulūbi  qāmi‘an    la-hum  wa-li-al-akdhābi
minhum qāṭi‘ā Telah  memadailah  dangan  yang  menajamkan  sekalian  hati  itu
membari  malu  ia  bagi  mereka  itu  dan  bagi  sekalian  dusta daripada mereka itu memutus ia
َحَﺪَﻣَو ﺎَﻬْـﻴَﻠَﻋ  َﲏْـﺛَأ ُﻪﱠﻧِﺈَﻓ ْحَ◌َﺪَﻗ ْﻦَﻣ ﱠماَذَو ﺎَﻬِﻠْﻫَأ َةَﺮْـﻴِﺳ
Fa-innahu  athná  ‘alayh ā  wa-madaḥa    sīrata  ahlihā  wa-
dhāmma man qadaḥ Maka  bahwasanya  ia  itu  telah  menyebut  bagi  ia  atas  tarikat  ini
dan telah mumuji ia akan perjalanan ahlinya dan telah mencela ia akan siapa-siapa mencerca akan dia
22 5
ِﰲَو يَﻮَـﺘَﻔْﻟا  ِﰲ َكاَﺬِﺑ ﺎًﺣﱢﺮَﺼُﻣ َﻊِﻨْﻗاَو ْﻊِﺟْﺮﻓ يَﺮْـﺒُﻛ ٍﺔَﻴِﺋﺎَﺗ
Mu ṣarriḥan bi-dhāka fī al-fatawá wa-fī  tā’iyatin kubrá fa-irji‘
wa-iqni‘a Padahalnya membari  sharih dangan yang demikian itu di  dalam
[ fatāwi]  dan  di  dalam  [tāiyyah]  yang  besar  maka  murāja’ah
olehmu dan ikut olehmu
ﻲَﻔَﻄْﺼُﻣ ُﻒْﻳِﺮﱠﺸﻟا ُﺐُﻄُﻘْﻟا َﻚِﻟاَﺬَﻛ ِﻌْﻟا
ْﺪْﻴ ﻲَﻔَﻄْﺼُﻤْﻟا ِﻞْﻴِﺴْﻠِﺳ ْﻦِﻣ ُسْوُر
Kadhālika al-quṭubu al-sharīfu muṣṭafá  al-īdrūsu min silsīli al- mu
ṣṭafā Demikian lagi Qu
ub yang sharīf sayyid musafá  ‘Īdrus yang sanya daripada keturunan Nabi yang dipilih
ْيِﺬﱠﻟا ُﻪُﻠَْﳒ ِﻦْﻳﱢﺪﻟا ُﻪْﻴ ِﺟَو اَﺬَﻛ يِذ ِرْدﺎَﻓ ِ◌ِسْﻮُﻤﱡﺸﻟا َةَؤْﺮِﻣ َﻒﱠﻟَأ
Kadhā  Wajīhu  al-Dīni  najluhu  alladhī    allafa  mir’ata  al- shumūsi fa-idri dhī
Dan  demikian  lagi  saiyid  ‘Abdurahman  Wajih  al-Din  pintarnya yang  telah    mengarang  ia  akan  kitab  mira’at  shumus maka
ketahui olehmu akan ini
ُﻪُﺣْوُر ُْﱘِﺮَﻜْﻟا  َﱄْﻮَﻤْﻟا َسﱠﺪَﻗ ْﺪَﻗ ُﻞْﻳِﺰَﻧ
ُﻪُْﳜِﺮَﺿ ﺎََِو َﺮْﺼِﻣ
Qad qaddasa al-mawlá al- karīmu rūḥuhu  nazīlu miṣra wa-bi-
hā ḍarīkhuhu Yang sungguhnya telah disucikan oleh Tuhan yang amat murah
akan  ruhnya  bertempat  dalam  negeri  Mesir  dan  sanalah kuburnya
ُﻤﱡﺸﻟا َةَأْﺮِﻣ ْﻊ ِﺟاَر َﺖْﻧَﺄَﻓ ِسْﻮ
َﺪْﻴَﻋ  ِلآ َمﺎَﻘَﻣ يِرْﺪَﺗ ﻲِﺳْوُر
Fa- anta rāji‘ mir’ata al-shumūsi  tadrī maqāma ālī ‘aydarūsī
Maka engkau muraja’ah olehmu akan kitab Mir’at al-shumus niscaya tahulah engkau akan maqam bangsa ‘Aydarusī naskah
MADQ, 55-57
. Menurut Shaykh
Ismā‘īl al-Khālidī, rasa iri dan dengki serta ketidaktahuan ulama
aramaut tersebut telah menjadikan mereka buta mata dan hati dalam memahami atau menyikapi ajaran tarekat
yang  dikembangkan  oleh  Shaykh Ismā‘īl  al-Khālidī  al-
Minangkabawī.  Alasan  iri  dan  dengki  yang  disangkakan  oleh Shaykh
Ismā‘īl al-Khālidī tentu saja bukan sesuatu yang berlebihan mengingat Shaykh
Ismā‘īl al-Khālidī mampu menarik simpati Raja Ali  Yang  Dipertuan  Muda  Riau  di  Pulau  Penyengat,  sehingga  dia
22 6
diangkat  menjadi  penasehat  kerajaan  Riau.  Sehingga,  usahanya dalam  mengembangkan  ajaran  tarekat  Naqshabandiyah  mendapat
dukungan  dan  legitimasi  penguasa  setempat.  Tercatat  juga kemudian kalau Shaykh
Ismā‘īl  pernah mendapat tempat dan dekat dengan kekuasaan  di  kerajaan  Johor beberapa  waktu  sebelum
akhirnya kembali ke tanah suci. Celaan  Shaykh
Ismā‘īl  al-Khālidī  terhadap  ulama-ulama aramaut  juga  disebabkan  kebohongan-kebohongan  yang
diciptakan  oleh  mereka  terutama  keluarga  al-‘Aida rusī  al-
aramī. Kebohongan tersebut terkait soal kemuliaan, keutamaan dan  kekaramahan  yang  mereka  miliki.
757
Di  mana  kemuliaan  dan keutamaan  tersebut  mereka  terima  diantaranya  disebabkan  bahwa
silsilah  keturunan  yang  mereka  punyai  adalah  langsung bersambung kepada  Nabi  Mu
ammad  saw.  Pada  hal  menurut Shaykh
Ismā‘īl al-Khālidī,  jauh  sebelumnya  Shaykh Najm  al-Dīn seorang  ulama
aramaut  terkenal  dalam  bukunya  Mir’at  al- Shumush telah  membongkar  kebohongan  tentang  silsilah  orang-
orang aramaut yang bersambung kepada nabi Muammad saw
tersebut. Pada halaman 18 naskah MADQ ini juga ditemukan celaan
Shaykh Ismā‘īl  al-Khālidī  kepada ulama  sentral  aramaut abad
18  M  yaitu  ‘Abd al-Ra
mān  ibn-Mutafá  al-‘Aidarusī. Disebutkan bahwa:
ﱠﻳِإَو ٍﺮِﻜْﻨُﻣ  ِلاَﻮْـﻗَِﻷ َﻲِﻐْﺼُﺗ ْنَأ َكﺎ
َﻼِﺿﺎَﻨُﻣ  ِبْﻮُﻠُﻘْﻟا ِدﱠﺪَِﲝ َكﺎَﻔَﻛ
Wa- iyyāka  an tuṣghiya li-aqwāli  munkirin  kafāka bi-ḥaddadi
al- qulūbi munāḍilā
Dan  jangan  engkau  dengar  bagi  segala  kata  yang  munkar memadailah dangan
addād al-qulūb memperangi dia itu
َﻌْﻟا ﺎَﻬْـﻴِﻓ ُﻪُﻠْـﺜِﻣَو َﺪْﻴ
ﻲَﻔَﻄْﺼُﻣ ﻲِﺳْوُر َﻻﱢﻮَﻌُﻣ ِﻖْﻳِﺮﱠﻄﻟا يِﺪْﻨَـﺒَﺸْﻘَـﻧ َﻮُﻬَـﻓ
Wa-mithluhu fi-
hā  al-‘Aydarūsī  muṣṭafá fa-huwa
naqshabandiy al- ṭarīqi mu‘awwilā
Dan seumpamanya padanya itu al- ‘Aydarūsī muafá  maka
ialah naqshabandi arīqat nya padahalnya berpaling ia
757
Uraian  tentang  karamah  al- ‘Aidarusī  al-aramī  lihat  dalam.
Syamsul Munir Amin, Karomah Para Kiyai Yogyakarta: LkiS, 2008, 122-128.
22 7
‘Abd  al-Ra mān  ibn-Mutafá  al-‘idrusī  adalah  seorang
ulama aramaut terkenal yang telah mengunjungi banyak negeri
termasuk Nusantara  pada  abad  18 M.  Dia juga  pernah berkunjung kepada  Sayyid
usayn  ibn  Abī  Bakr  al-’Aidarusī  ulama aramaut pertama yang datang ke Nusantara Abad akhir ‘Abd 18
M.  Dia  dianggap  sebagai  seorang  wali  yang  memiliki  karamah sehingga  banyak  dikunjungi  oleh  ulama-ulama  tidak  hanya  yang
berasal dari Timur Tengah tetapi juga dari Nusantara sendiri. ‘Abd al-Ra
mān  ibn-Mutafá  al-‘Aidarusī  wafat  tahun  1194  H  1780 M.
758
Sayyid  al- ‘Aidarusī  memang  tidak  sempat  berpolemik
secara langsung dengan Shaykh Ismā‘īl al-Khālidī karena sebelum
dia  kembali  ke  tanah  air,  al- ‘Aidarusī  telah  meninggal  dunia.
Namun,  diduga  kuat  di  Makkah kedua  tokoh  ini  pernah  saling bertemu  sehingga  mengenal  satu  sama  lainnya.  Cerita-cerita
tentang  kawalian  dan  kekaramahan  Sayyid  al- ‘Aidarusī  yang
tersebar  ke  berbagai  pelosok  Nusantara  inilah  agaknya  yang membuat  Shaykh
Ismā‘īl  al-Khālidī  merasa  perlu  memberikan komentar tentang siapa sesuangguhnya ulama
aramaut tersebut. Agaknya  reaksi  Shaykh
Ismā‘īl  al-Khālidī  ini  juga  disebabkan karena  ada  sebagian  kalangan  yang  mengaitkan  Sayyid  ‘Abd  al-
Ra mān
ibn Mutafá
al-‘Ay darusī
dengan tarekat
Naqshabandiyah mengingat
kewalian dan
karamah yang
dimilikinya. Nama  al-‘Ay
darusī  lain  yang  oleh  sebagian  kalangan diduga merupakan ulama yang dicela dalam naskah dalam halaman
18 naskah MADQ ini adalah Shaykh ‘Abd al-Ra mān ibn Shaykh
Mu ammad al-‘Aydrusī 1817-1917 M, seorang shaykh penyebar
tarekat Naqshabandiyah  di  Trengganu Malaysia.  Dia  adalah tokoh tarekat Naqshabandiyah  yang  memiliki  hubungan  dengan Shaykh
Mu ammad  ālih  al-Zawawī.
759
Akan  tetapi,  dengan  melihat angka  tahun  hidupnya,  kecil  kemungkinan  yang  dimaksud  adalah
ulama  tersebut,  karena  tahun  1819  M  Shaykh Ismā‘īl  sudah
758
Azyumardi  Azra,  Islam  Nusantara,  Jaringan  Global  dan  Lokal Bandung: Mizan, 2002, 140.
759
‘Abdurrahman  Haji  Abdullah,  Pemikiran  Islam  di  Malaysia  sejrah dan aliran, Jakarta: Gema Insani Press, tt, hal. 51.
22 8
menjadi  Shaykh tarekat  Naqshabandiyah,  sementara  Shaykh ‘Abd al-Ra
mān  ibn  Shaykh Muammad  al-‘Aydrusī  baru  berusia  2 tahun.
C. Pandangan  dan  Kritikan  Shaykh Ismā‘īl    al-Khālidī