10
BAB II MENGENAL FIGUR AL-MARAGHI DAN TAFSIRNYA
A. Profil Al-Maraghi
1. Lahir dan Tumbuh Kembang Nama lengkap al-Maraghi adalah Ahmad Mustafâ ibn Mustafâ ibn Muhammad ibn
Abd al- Mun‟im al-Qadi al-Maraghi. Kadang-kadang nama tersebut diperpanjang dengan
kata Beik, sehingga menjadi Ahmad Mustâfâ al-Maraghi Beik, ia berasal dari keluarga yang sangat tekun dalam mengabdikan diri kepada Ilmu Pengetahuan dan Peradilan secara
turun-temurun, sehingga keluarga mereka dikenal sebagai keluarga Hakim. Beliau lahir pada tahun 1300 H1883 M di kota al-Maraghah, Propinsi Suhaj, kira-kira 700 km arah
selatan kota Kairo.
1
Nampaknya Kota kelahirannya inilah yang melekat dan menjadi nisbah bagi dirinya, bukan keluarganya. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa nama
al-Maraghi tidak mutlak menunjukan kepada dirinya. Menurut Abdul Aziz al-Maraghi yang dikutip oleh Abdul Djalal, kota al- al-
Maraghah Ibu Kota Kabupaten al-Maraghah yang terletak di tepi Barat Sungai Nil, yang berpenduduk 10.000 jiwa, dengan penghasilan utama Gandum, Kapas dan Padi.
2
Ahmad Mustafâ al-Maraghi berasal dari kalangan ulama yang taat dan menguasai berbagai bidang
ilmu agama. Hal ini dapat dibuktikan, bahwa 5 dari 9 orang putra laki-laki Syaikh Mustâfâ al-Maraghi ayah Ahmad Mustâfâ al-Maraghi adalah ulama besar yang cukup terkenal,
yaitu:
1
Hasan Zaini, Tafsir Tematik Ayat-ayat Kalam Tafsir al-Maraghi, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997, Cet. Ke-1, hal. 15
+-
2
Abdul Djalal H. A, Tafsir al_Maraghi dan Tafsir An-Nur Sebuah Studi Perbandingan, Yogyakarta : IAIN Sunan Kalijaga, 1985, cet, 1, h.110
1. Syaikh Muhammad Mustâfâ al-Maraghi yang pernah menjadi syaikh al-Azhar
selama dua periode tahun 1928-1930 dan 1935-1945. 2.
Syaikh Ahmad Mustâfâ al-Maraghi, pengarang Tafsir al-Maraghi. 3.
Syaikh Abdul Azis al-Maraghi, Dekan Fakultas Ushuluddin al-Azhar. 4.
Syaikh Abdullah Mustâfâ al-Maraghi,Inspektur umum pada Universitas al-Azhar dan menjadi imam Raja faruq.
5. Syaikh Abul Wafa Musa al-Maraghi, Sekretaris Badan Penelitian dan
pengembangan Universitas al-Azhar. Di samping itu ada 4 orang putra Ahmad Mustâfâ al-Maraghi yang menjadi hakim,
yaitu: 1.
M.Azia Ahmad al-Maraghi, Hakim di Kairo. 2.
A. Hâmid al-Maraghi, hakim dan penasehat Menteri Kehakiman di Kairo. 3.
Asim Ahmad al-Maraghi, hakim di Kuwait dan Pengadilan Tinggi di Kairo. 4.
Ahmad Midad al-Maraghi, Hakim di Pengadilan Tinggi Kairo dan Wakil Menteri Kehakiman di Kairo.
3
Jadi selain al-Maraghi keturunan ulama yang menjadi ulama, ia juga berhasil mendidik putra-putranya menjadi ulama dan sarjana yang senantiasa mengabdikan dirinya
untuk masyarakat dan bahkan mendapat kedudukan penting sebagai hakim pada pemerintahan Mesir.
Sebutan nisbah al-Maraghi dari Syaikh Mustâfâ al-Maraghi dan lain-lainnya bukanlah dikaitkan dengan nama sukumarga atau keluarga, seperti halnya sebutan
Hasyimi yang dikaitkan dengan keturunan Hasyim, melainkan dihubungkan dengan nama tempat kota kelahirannya, yaitu kota al-Maraghah
3
Abdul Djalal H. A, Tafsir al_Maraghi dan Tafsir An-Nur Sebuah Studi Perbandingan, h. 110
Hal ini perlu dijelaskan sebab sering kali terjadi salah persepsi tentang siapa sebenarnya penulis tafsir al-Maraghi diantara kelima putra Mustâfâ itu. Hal ini yang sering
membingungkan karena Mustâfâ al-Maraghi juga terkenal sebagai seorang mufassir. Memang benar bahwa sebagai seorang mufassir Muhammad Mustâfâ juga melahirkan
sejumlah karya tafsir, hanya saja ia tidak berhasil menafsirkan al- qur‟an secara
menyeluruh. Ia hanya berhasil menulis tafsir beberapa bagian al- Qur‟an Seperti surat al-
Hujarât dan lain-lain. Dengan demikian, jelaslah yang dimaksud disisni adalah Ahmad Mustâfâ al-Maraghi, Adik kandung dari Muhammad Mustâfâ al-Maraghi.
Oleh karena itu yang memakai sebutan al-Maraghi bukanlah terbatas pada anak cucu Syaikh Abdul Mun‟im al-Maraghi saja. Hal ini dapat dibuktikan dengan fakta yang
terdapat dalam kitab Mu‟jam al-Muallifin karangan Syeikh Umar Rida Kahhalah yang memuat biografi 13 orang al-
Maraghah di luar Keluarga Syaikh Abdul Mun‟im al- Maraghi, yaitu para ulamasarjana yang ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan yang
dihubungkan dengan kota asalnya al-Maraghah.
4
2. Perkembangan Intelektual Pada masa kanak-kanaknya dilalui dalam lingkungan keluarga, setelah al-Maraghi
menginjak usia sekolah, beliau dimasukan oleh orang tuanya ke Madrasah yang ada di desanya, tempat dimana ia mempelajari al-
Qur‟an, memperbaiki bacaan, dan menghafal ayat-ayatnya, sehingga sebelum mencapai umur yang ke-13 ia sudah menghafal seluruh
ayat al- Qur‟an. Di samping itu, ia juga mempelajari ilmu tajwid dan dasar-dasar ilmu
4
Hasan Zaini, Tafsir Tematik Ayat-ayat Kalam Tafsir al-Maraghi, Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1997, Cet. Ke-1, hal. 16
agama yang lain di Madrasah tersebut sampai ia menamatkan pendidikan tingkat menengah.
5
Setelah menamatkan pendidikan dasarnya tahun 1314 H1897 M, al-Maraghi melanjutkan pendidikannya ke Universitas Al-Azhar di Kairo atas persetujuan orang
tuanya, di sini beliau mempelajari berbagai cabang ilmu pengetahuan agama, seperti Bahasa Arab, Tafsir, Hadis, Fiqih, Akhlak, dan Ilmu Falak. disamping itu beliau juga
mengikuti kuliah di Universitas Darul‟Ulum Kairo yang sekarang berganti nama Cairo University.
6
Sampai beliau berhasil menyelesaikan studinya pada tahun 1909 M.
7
diantara guru-gurunya adalah Syaikh Muhammad Abduh. Bagi Muhammad Abduh , al-Maraghi
disebut murid yang besar dikalangan orang-orang al-Azhar.
8
Pada tahun 1314 H1897 M beliau menuntut ilmu pengetahuan agama , seperti Bahasa Arab, Balaghah, Tafsir, Ilmu al-
Qur‟an, Ilmu Hadis, Fiqh, Usul Fiqh, Akhlak, Ilmu Falaq dan sebagainya pada perguruan tinggi tersebut, al-Maraghi mendapatkan bimbingan
langsung dari tokoh-tokoh ternama dan ahli dibidangnya masing-masing pada waktu itu, seperti : Syaikh Muhammad Abduh, Syaikh Muhammad Bukhait al-
Mut‟I Ahmad Rifa‟I al-Fayumi, dan guru-gurnya yang lain adalah Syaikh Muhammad Hasan al-Adawi, Syaikh
Bahis al- Muthi, dan Syaikh Ahmad Rifa‟I al- Payumi. Merekalah antara lain yang menjadi
narasumber bagi al-Maraghi, sehingga ia tumbuh menjadi sosok intelektual muslim.
9
Setelah Syaikh Ahmad Mustâfâ al-Maraghi menamatkan studinya di Universitas al- Azhar dan Dar al-Ulum, ia memulai karirnya dengan menjadi guru dibeberapa sekolah
menengah. Kemudian ia diangkat menjadi direktur Madrasah Mua‟llimin di Fayum,
5
Abdullah Mustâfâ al-Maraghi, Al-fath Al-Mubin Fi Tabaqat al-Ushuliyin, Beirut : Muhammad Amin 1993, h. 202
6
Yang dahulu merupakan perguruan tinggi yang berdiri sendiri dan sekarang menjadi bagian dari Kairo University
7
Abdullah Mustâfâ al-Maraghi, Al-Fath al-Mubin, h. 202
8
Harun Nasution, Pembaharuan dalam Islam Sejarah Pemikiran dan Gerakan, Jakarta: Bulan Bintang,1996, cet, ke -12, hal. 77
9
Hasan Zaini, Tafsir Tematik Ayat-ayat Kalam Tafsir al-maraghi, h. 17
sebuah kota setingkat kabupaten kira-kira 300 km sebelah berat kota Kairo. Pada tahun 1916 ia diangkat menjdi dosen utusan al-Azhar untuk mengajar ilmu-ilmu syariah Islam
pada Fakultas Girdun di Sudan, selain sibuk mengajar al-Maraghi juga giat mengarang buku-buku ilmiah. Salah satu buku yang selesai
dikarangnya di sana adalah „Ulûm al- Balâghah.
10
Pada tahun 1920 ia kembali ke Kairo dan diangkat menjadi dosen Bahasa Arab dan Ilmu Syari‟ah Islam di Dar al-Ulum sampai tahun 1940. Disamping itu ia diangkat menjadi
dosen Ilmu Balâghah dan Sejarah Kebudayaan Islam di Fakultas Adab Universitas al- Azhar, selama ia mengajar ia tinggal di daerah Hilwan, sebuah kota satelit Kairo, kira-kira
25 km sebelah Selatan Kota Kairo, ia menetap disana sampai akhir hayatnya sehingga di kota tersebut terdapat suatu jalan yang diberi nama jalan al-Maraghi.
11
Ahmad Mustâfâ al-Maraghi juga mengajar pada perguruaan Ma‟had Tarbiyah
Mu‟allimât beberapa tahun lamanya, sampai ia mendapatkan piagam tanda penghargaan dari Raja Mesir, Faruq pada tahun 1361 H, atas jasa-jasanya tersebut, Piagam tersebut
tertanggal 11-1-1361 H. pada tahun 1370 H1951 M, yaitu setahun sebelum beliau meninggal dunia, dalam usianya yang terbentang selama 17 tahun, beliau juga masih
mengajar dan dipercayakan menjadi direktur Madrasah Utsman Mahir Basya di Kairo sampai menjelang akhir hayatnya, Ahmad Mustâfâ al-Maraghi meninggal pada tanggal 9-
7-1952 M 1371 H.
12
di tempat kediamannya di jalan Zulfikar Basya nomor 37 Hilwan dan dikuburkan di pemakaman keluarga di Hilwan, kira-kira 25 km di sebelah kota Kairo.
13
Berkat didikannya lahirlah ratusan, bahkan ribuan ulama sarjana dan cendikiawan muslim yang bisa dibanggakan oleh lembaga pendidikan Islam, yang ahli dan mendalami
ilmu-ilmu agama Islam. Mereka inilah yang akhirnya menjadi tokoh-tokoh aktivis
10
Abdul Djalal, Tafsir al-Maraghi_dan Tafsir al-Nur, Sebuah Studi Perbandingan, h. 17
11
Abdul Djalal, Tafsir al-Maraghi_dan Tafsir al-Nur, Sebuah Studi Perbandingan, h.114
12
Hasan Zaini, Tafsir Tematik Ayat-ayat Kalam Tafsir al-maraghi, h. 20
13
Abdul Djalal, Tafsir al-Maraghi_dan Tafsir al-Nur, Sebuah Studi Perbandingan, h. 18
bangsanya yang mampu mengemban dan meneruskan cita-cita bangsanya di bidang pendidikan dan pengajaran serta bidang-bidang lain.
Diantara murid-muridnya yang berhasil dari Indonesia adalah : 1.
Bustami Abdul Ghani, Guru Besar dan Dosen Program Pasca Sarjana IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. Mukhtar Yahya, Guru Besar IAIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. Mastur Djahri, dosen senior IAIN Antasari Banjarmasin.
4. Ibrahim Abdul Halim, dosen senior IAIN Syarif Hidayatullah Jakarta.
5. Abdul Rozak al-Mudy, dosen senior IAIN Sunan Ampel Surabaya.
14
Sebagai telah disinggung di atas, selain aktif mengajar, al-Maraghi juga giat menulis dan mengarang. Karya tulis al-Maraghi yang terbesar adalah Tafsir al-Maraghi
yang terdiri dari 30 Juz. Karena ada beberapa orang yang memakai nama al-Maraghi, seperti yang disebut
diatas, terutama Muhammad Mustâfâ al-Maraghi 1298-1364H1881-1945M dan Ahmad Mustâfâ al-Maraghi 1003-1371H1883-1952M, keduanya beradik kaka dan sama-sama
mengarang kitab tafsir, dan sama-sama pernah menjadi muruid Muhammad Abduh, maka disini perlu ditekankan bahwa yang menjadi objek penelitian penulis adalah kitab tafsir
yang ditulis oleh Ahmad Mustâfâ al-Maraghi adik yang lengkap 30 Juz al- Qur‟an bukan
kitab Tafsir yang dikarang oleh Muhammad Mustâfâ al-Maraghi kakak yang tafsirnya kurang dari 30 Juz.
3. Karya-karya al-Maraghi al-Maraghi menyadari bahwa setiap masa mempunyai karakter tersendiri, baik
dalam sikap masyarakat, tradisi, akhlak dan cara berpikir pasti berbeda antara satu dengan yang lainnya, oleh karena itu al-Maraghi merasa perlu untuk mengeluarkan sebuah kitab
14
Departemen Agama RI, Ensiklopedi Islam Jakarta: t.p., 1993, Jilid 2, h. 696
Tafsir dengan corak yang sesuai dengan masa kini atau bersifat kontemporer dan sesuai dengan kondisi pluralis masyarakat yang ada. Namun demikian al-Maraghi masih tetap
menganggap perlu untuk mengikuti pendapat-pendapat mufasir sebelumnya sebagai wujud penghargaan al-Maraghi atas kerja keras yang telah mereka lakukan.
al-Maraghi telah melakukan banyak hal. Selain aktif mengajar di beberapa lembaga pendidikan yang telah disebutkan , ia juga memberikan kontribusi yang besar terhadap
umat ini lewat beragam karyanya. Salah satu diantaranya adalah Tafsir al-Maraghi yang terbesar, Tafsir al-Maraghi yang terdiri dari 30 Juz.
15
Sebuah kitab tafsir yang beredar di seluruh dunia sampai saat ini.
Diantara buah pena yang dapat dihasilkan dan dibaca diantaranya : 1.
„Ulûm Al-Balagah 2.
Hidâyah al-Tâlib 3.
Tahbîz al-Tandîh 4.
Buhûts wa Arâ 5.
Târîkh „Ulûm al-Balâghah wa Ta‟rîf Bi Rijâlihâ 6.
Mursiyd at-Tulab 7.
Al-Mujas fi „Ulûm wa al-Usûl al-Diyânât wa al-Akhlâk 8.
Al-Hisâb fi al-Islâm 9.
Al-Rifqi bi Hayawân Fi Islâm 10.
Syarh Tsalâsîn Hadîsan 11.
Tafsir Juz Innamâ as-Sabîl 12.
Risâlât Fi Zaujât an-Nabî 13.
Risâlât Ishât Ru‟yat al-Hilâl Fi Ramadân 14.
Al-Khutbah wa al-Khutaba Fi Daulat al Umâwiyyah wa al-Abbâsiyyah
15
Hasan Zaini, Tafsir Tematik Ayat-ayat Kalam Tafsir al-maraghi, h. 19
15. Al-Mutala‟ah al-‟Arâbiyah li al-Madâris as-Sudâniyyah.
16
Penulisan sekian banyaknya karyanya ini tidak terlepas dari rasa tanggung jawab al-Maraghi sebagai salah seorang Ulama Tafsir yang melihat begitu banyak problema yang
membutuhkan pemecahan dalam masyarakatnya. Ia merasa terpanggil untuk menawarkan berbagai solusi berdasarkan dalil-
dalil Qur‟ani sebagai alternative untuk dijadikan cara pemecahan yang actual dan pemecahan menurut Islam dimasa modern ini.
Salah satu adigium yang selalu menjadi jargon para mufasir kontemporer adalah bahwa al-
Qur‟an merupakan sebuah kitab suci yang Sâlihun li Kulli Zamân wa al-Makân kitab suci yang sesuai untuk segala Zaman dan tempat, sebuah kitab suci yang berlaku
universal, melampaui waktu dan tempat, yang dialami manusia.
17
B. Profil Tafsirnya