Peranan Dan Fungsi Komunikasi Organisasi (Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Peranan dan Fungsi Komunikasi Organisasi di Badan Lingkungan Hidup Sumatera Utara)

(1)

PERANAN DAN FUNGSI KOMUNIKASI

ORGANISASI

(Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Peranan dan Fungsi Komunikasi Organisasi di Badan Lingkungan Hidup Sumatera Utara)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Persyaratan Menyelesaikan Pendidikan Sarjana (S1) di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Departemen Ilmu

Komunikasi

O

L

E

H

SITI AISYAH

080904024

PROGRAM STUDI HUMAS

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LEMBAR PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk dipertahankan oleh :

Nama : Siti Aisyah NIM : 08090404

Departemen : Ilmu Komunikasi

Judul : Peranan dan Fungsi Komunikasi Organisasi

(Studi Deskriptif Kuantitatif Mengenai Peranan dan Fungsi Komunikasi Organisasi di Badan Lingkungan Hidup Sumatera Utara)

Medan, Desember 2011

Ketua Departemen

Dra. Fatma Wardy Lubis,M.A NIP. 196208281987012001 Dosen Pembimbing

Drs. HR. Danan Djaja,M.A NIP. 195211091983031001

Dekan FISIP USU

Prof.Dr. Badaruddin, M.Si NIP.196805251992031002


(3)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

LEMBAR PENGESAHAN

Skripsi ini telah dipertahankan di depan panitia penguji Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara pada :

Hari : Jumat

Tanggal : 16 Desember 2011 Pukul : 10.00 WIB

Tempat : Ruang Sidang FISIP USU

Panitia Penguji : 1. Ketua Penguji

2. Penguji I

Drs. HR.Danan Djaja, MA ( ) NIP.195211091983031001


(4)

ABSTRAKSI

Perubahan institusi Badan Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDALDA) Provinsi Sumatera Utara menjadi Badan Lingkungan Hidup yang disingkat dengan BLH Provinsi Sumatera Utara dengan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008, tidak merubah fungsi dan tugas serta kedudukan Badan tersebut sebagai koordinator pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Utara. Secara garis besar, fungsi strategis yang diembannya adalah untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Konsep pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan mengandung makna bahwa setiap orang memikul kewajiban dan tanggung jawab terhadap generasi mendatang dan terhadap sesamanya dalam satu generasi, serta mensyaratkan terpeliharanya pelestarian fungsi dan kemampuan lingkungan hidup sebagai tumpuan bagi pembangunan berkelanjutan..

Walaupun konsep pembangunan berkelanjutan ini telah dilaksanakan sejak diterbitkannya Undang-undang No. 4 Tahun 1982 dan diganti dengan Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup, pada kenyataannya degradasi dan penurunan kualitas lingkungan masih terus meningkat, antara lain pencemaran lingkungan hidup akibat limbah cair dari kegiatan industri, rumah sakit, limbah domestik yang belum dikelola dengan baik serta pencemaran udara yang berasal dari sumber bergerak (kendaraan bermotor), sumber tidak bergerak dari cerobong asap pabrik dan kebakaran hutan.

Kondisi lingkungan seperti tidak dapat dipungkiri merupakan dampak dari meningkatnya kegiatan pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk serta kebutuhan ekonomi lainnya. Pembangunan yang dilaksanakan untuk mencapai target ekonomi dan kurang memperhatikan pentingnya pelestarian fungsi lingkungan hidup, adanya sikap yang mementingkan diri sendiri, berpikir untuk keperluan jangka pendek, merupakan perilaku yang mengakibatkan semakin parahnya kondisi lingkungan. Selain itu sistem manajemen lingkungan dan tehnologi lingkungan yang belum berkembang dengan baik serta pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup serta penegakan hukum yang belum berjalan secara efektif mengakibatkan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup masih terus berlanjut.

Dari penelitian ini peneliti mendapati bahwa responden sangat baik komunikasi yang terjalin diantara sesama pegawai maupun dengan atasan. Hal ini dibuktikan dari hasil persentase 67,9 % (19 orang) dari 28 orang


(5)

responden yang menyatakan bahwa hubungan dengan rekan kerja sekantor sangat baik. Namun di sisi lain, faktor penting yang perlu diperhatikan oleh semua perusahaan adalah cara penyampaian informasi tentang tugas dan fungsi di Badan Lingkungan Hidup Sumatera Utara harus dilakukan secara jelas dan transparan. Sehingga ketika pesan disampaikan dengan baik dan merata maka stimulus yang berupa perintah kerja juga dapat disambut dengan baik oleh komunikan (pegawai).


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan penyertaanNya yang selalu mengiringi langkah hidup penulis hingga dapat mengecap bangku perkuliahan dan menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peranan dan Fungsi Komunikasi Organisasi” sebagai salah satu persyaratan memperoleh gelar Sarjana Strata I Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik USU. Penulis menghaturkan terimakasih yang tak terhingga kepada kedua orang tua terkasih yang telah banyak memberikan kritik dan saran, serta mengorbankan waktu dan tenaganya untuk memberi dukungan semangat bagi penulis. Semoga doa dan harapan mulia beliau terhadap kehidupan penulis bisa terwujud seturut kehendak Yang Maha Kuasa.

Pada kesempatan ini, penulis menyampaikan pula ucapan terimakasih dengan setulus hati kepada semua pihak terkait yang sudah memberi dukungan untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini, yakni : 1. Bapak Dekan FISIP USU Prof.Badaruddin,M.Si beserta seluruh

jajarannya.

2. Ketua Dept. Ilmu Komunikasi FISIP USU, Ibu Dra. Fatmawardy Lubis, M.A.

3. Sekretaris Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU, Ibu Dra. Dayana, M.Si.

4. Bapak Drs. HR. Danan Djaja, M.A sebagai dosen pembimbing yang dengan sabar sudah membimbing penulis.


(7)

5. Pimpinan Badan Lingkungan Hidup Sumatera Utara Beserta Para Pegawai.

6. Bapak Drs. Mukti Sitompul, M.Si selaku dosen wali.

7. Seluruh staff pengajar Departemen Ilmu Komunikasi USU dan para asisten dosen atas saran yang sangat membantu penelitian.

8. Keluargaku tercinta, Ayahanda Muhammad Khaidir, Mama Andi Nurhayati, Abang ku Muhammad Irsan dan Adik-adik ku. Mereka semua adalah semangatku untuk terus maju dan sukses.

9. Kepada sahabat-sahabat yang sudah menambah warna baru dalam kehidupan penulis dan juga membakar semangat bagi penulis untuk terus

belajar dan berprestasi yaitu : Cut Risa Puspita, Irna Syafitri, Rohimah, Nurdaniah, dll.

10.Kepada Orang yang saya Sayangi Marianto, S.Pdi yang tetap meyakinkan penulis bahwa seseorang yang sukses pastilah seorang pejuang, Dan sesalu ada untuk membantu ku.

11.Semangat berjuang kubagikan pula kepada seluruh sahabat di FISIP USU khususnya sahabat-sahabat Ilmu Komunikasi 2008 yang tidak dapat kusebutkan satu per satu. Terimakasih sahabat.

Medan, Desember 2011


(8)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR………i

DAFTAR ISI ……..……….………..iv

ABSTRAKSI ………..………...vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah……….1

1.2 Perumusan Masalah………....7

1.3 Pembatasan Masalah………...7

1.4 Tujuan dan Manfaat Penelitian………..8

1.5 Kerangka Teori………...………..9

1.6 Kerangka Konsep………...15

1.7 Operasional Variabel...………....15

1.8 Definisi Operasional……….17

BAB II URAIAN TEORI 2.1. Komunikasi………...24

2.2. Komunikasi Organisasi 2.2.1. Proses Komunikasi Organisasi…………..27

2.2.2. Pola Komunikasi Organisasi...…….…….27

2.2.3. Teori Struktur Klasik………31

2.3. Fungsi Komunikasi Organisasi….……….33

2.4 Peranan Komunikasi Organisasi………37

BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Gambaran Umum Perusahaan………46

3.1.1. Sejarah dan Latar Belakang BLH 3.1.2. Visi dan Misi………48

3.1.3. Tugas………49

3.1.4. Fungsi………...50

3.1.5. Struktur Organisasi………50

3.3 Populasi dan Sampel……….87

3.4.1. Populasi………....87

3.4.2. Sampel………..87

3.4 Teknik Penarikan Sampel………....87

3.5 Teknik Pengumpulan Data………..87

3.6 Teknik Analisis Data……….88

BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN 4.1 Pengumpulan Data………90


(9)

4.3 Analisis Tabel Tunggal……….92

4.3.1. Komunikasi……….97

4.3.2. Komunikasi Organisasi……… 98

4.3.2.1. Pola Komunikasi………..99

4.3.2.2 Fungsi Komunikasi….……….113

4.3.2.3. Peranan Komunikasi………..109

4.4 Pembahasan……….117

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….120

5.1 Kesimpulan……….120

5.2 Saran………121 LAMPIRAN


(10)

DAFTAR TABEL DAN GAMBAR Daftar Tabel

Tabel 1 Operasional Variabel ... 16

Tabel 2 Usia ... 92

Tabel 3 Jenis Kelamin ... 93

Tabel 4 Jabatan... 94

Tabel 5 Lama Bekerja ... 95

Tabel 6 Hubungan dengan rekan sekantor ... 96

Tabel 7 Keterbukaan dan Kerja sama... 97

Tabel 8 Pola Komunikasi ... 98

Tabel 9 Penyampaian Informasi penting ... 99

Tabel 10 Pengungkapan pendapat terhadap keputusan atasan ... 100

Tabel 11 Penekanan terhadap kewajiban pegawai ... 101

Tabel 12 Mendapatkan informasi yang dibutuhkan tepat waktu ... 102

Tabel 13 Informasi tentang jaminan keamanan, sosial, kesehatan, dll ... 103

Tabel 14 Peraturan yang berlaku di Organisasi ... 105

Tabel 15 Atasan mempersuasi bawahan daripada memerintah ... 106

Tabel 16 Kepastian terhadap pekerjaan ... 107

Tabel 17 Tanggungjawab atasan terhadap pekerjaan bawahan ... 108

Tabel 18 Atasan sebagai pusat informasi ... 109

Tabel 19 Pandangan lingkungan sebagai sumber informasi ... 110

Tabel 20 Penyebaran informasi terhadap bawahan ... 111

Tabel 21 Peranan atasan terhadap pengambilan keputusan... 112

Tabel 22 Komunikasi yang terjalin antara pegawai ... 113

Tabel 23 Penyusunan tugas formal ... 114


(11)

Tabel 25 Penyampaian pesan informatif ... 116

Daftar Gambar

Gambar 1 Struktur Badan Lingkungan Hidup Sumatera Utara ... 86 Gambar 3 Tabel Foltron Cobol


(12)

ABSTRAKSI

Perubahan institusi Badan Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDALDA) Provinsi Sumatera Utara menjadi Badan Lingkungan Hidup yang disingkat dengan BLH Provinsi Sumatera Utara dengan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008, tidak merubah fungsi dan tugas serta kedudukan Badan tersebut sebagai koordinator pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Utara. Secara garis besar, fungsi strategis yang diembannya adalah untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Konsep pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan mengandung makna bahwa setiap orang memikul kewajiban dan tanggung jawab terhadap generasi mendatang dan terhadap sesamanya dalam satu generasi, serta mensyaratkan terpeliharanya pelestarian fungsi dan kemampuan lingkungan hidup sebagai tumpuan bagi pembangunan berkelanjutan..

Walaupun konsep pembangunan berkelanjutan ini telah dilaksanakan sejak diterbitkannya Undang-undang No. 4 Tahun 1982 dan diganti dengan Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup, pada kenyataannya degradasi dan penurunan kualitas lingkungan masih terus meningkat, antara lain pencemaran lingkungan hidup akibat limbah cair dari kegiatan industri, rumah sakit, limbah domestik yang belum dikelola dengan baik serta pencemaran udara yang berasal dari sumber bergerak (kendaraan bermotor), sumber tidak bergerak dari cerobong asap pabrik dan kebakaran hutan.

Kondisi lingkungan seperti tidak dapat dipungkiri merupakan dampak dari meningkatnya kegiatan pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk serta kebutuhan ekonomi lainnya. Pembangunan yang dilaksanakan untuk mencapai target ekonomi dan kurang memperhatikan pentingnya pelestarian fungsi lingkungan hidup, adanya sikap yang mementingkan diri sendiri, berpikir untuk keperluan jangka pendek, merupakan perilaku yang mengakibatkan semakin parahnya kondisi lingkungan. Selain itu sistem manajemen lingkungan dan tehnologi lingkungan yang belum berkembang dengan baik serta pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup serta penegakan hukum yang belum berjalan secara efektif mengakibatkan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup masih terus berlanjut.

Dari penelitian ini peneliti mendapati bahwa responden sangat baik komunikasi yang terjalin diantara sesama pegawai maupun dengan atasan. Hal ini dibuktikan dari hasil persentase 67,9 % (19 orang) dari 28 orang


(13)

responden yang menyatakan bahwa hubungan dengan rekan kerja sekantor sangat baik. Namun di sisi lain, faktor penting yang perlu diperhatikan oleh semua perusahaan adalah cara penyampaian informasi tentang tugas dan fungsi di Badan Lingkungan Hidup Sumatera Utara harus dilakukan secara jelas dan transparan. Sehingga ketika pesan disampaikan dengan baik dan merata maka stimulus yang berupa perintah kerja juga dapat disambut dengan baik oleh komunikan (pegawai).


(14)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Manusia adalah mahluk sosial yang berkomunikasi dan berintekrasi dengan masyarakat dan lingkungan sekitarnya, baik itu lingkungan tempat tinggal maupun lingkungan kerja. Manusia sebagai mahluk sosial di dalam memenuhi kebutuhan yang merupakan bagian dari tujuan hidupnya adalah dengan cara bekerja. Menurut Panji Anggoro dan Wiwik Widiyanti (1990:31) kerja adalah aktivitas dasar dan dijadikan bagian essential dari kehidupan manusia dan memberikan status mengikat seorang individu lain serta masyarakat kerja merupakan aktivitas sosial yang memberikan isi dan makna pada kehidupan.

Didalam organisasi modern keberadaan komunikasi demikian pentingnya. Melalui komunikasi sejumlah individu mengadakan interaksi antara satu dengan yang lainnya, untuk memperoleh tujuan bersama (common purpose) yang telah ditetapkan. Hal ini merupakan salah satu fungsi dasar komunikasi didalam organisasi.

Persoalan komunikasi yang paling menjadi perhatian adalah bagaimana komunikasi yang dilakukan bisa efektif terhadap orang lain didalam suatu organisasi atau perusahaan. Itu bisa berarti mencari dukungan, membina hubungan, mempengaruhi orang lain agar mau melakukan apa yang diinginkan, menetapkan keputusan, meminta anggota


(15)

masyarakat untuk melakukan program, dan berbagai hubungan profesional lainnya.

Orang-orang memasuki organisasi tentunya sesuai dengan keinginannya untuk mencapai cita-cita yang tidak dapat dicapainya secara sendiri. Untuk itu, diperlukan peranan komunikasi organisasi dalam mempermudah individu berkomunikasi dan berintekrasi dengan individu lain untuk memperoleh informasi yang dibutuhkan. Melalui komunikasi terjadi pertukaran informasi, gagasan, dan pengalaman.

Sebagai makhluk sosial, setiap manusia senantiasa berinteraksi dengan manusia lainnya, bahkan cenderung hidup berkelompok atau berorganisasi untuk mencapai tujuan bersama yang tidak mungkin dicapai bila ia sendiri. Interaksi dan kerja sama ini akan terus berkembang dengan teratur sehingga membentuk wadah yang disebut dengan organisasi. Interaksi atau hubungan antar individu-individu dan kelompok/tim dalam setiap organisasi akan memunculkan harapan-harapan. Harapan ini kemudian akan menimbulkan peranan-peranan tertentu yang harus diemban oleh masing-masing individu untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan organisasi/kelompok. Sebuah organisasi memang dibentuk sebagai wadah yang didalamnya berkumpul sejumlah orang yang menjalankan serangkaian aktivitas tertentu secara teratur guna tercapainya tujuan yang telah disepakati bersama. Terlebih dalam kehidupan masyarakat modern, manusia merasa bahwa selain mengatur dirinya sendiri, ia juga perlu mengatur lingkungannya, memelihara ketertiban, mengelola dan mengontrolnya lewat


(16)

serangkaian aktifitas yang kita kenal dengan manajemen dan organisasi. William (1956) menyebutnya dengan istilah “TheOrganisation Man”.

Dalam setiap organisasi yang diisi oleh sumber daya manusia, ada yang berperan sebagai pemimpin, dan sebagian besar lainnya berperan sebagai anggota/karyawan. Semua orang yang terlibat dalam organisasi tersebut akan melakukan komunikasi. Tidak ada organisasi tanpa komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian integral dari organisasi. Komunikasi ibarat sistem yang menghubungkan antar orang, antar bagian dalam organisasi, atau sebagai aliran yang mampu membangkitkan kinerja orangorang yang terlibat di dalam organisasi tersebut. Efektivitas organisasi terletak pada efektivitas Komunikasi, sebab komunikasi itu penting untuk menghasilkan pemahaman yang sama antara pengirim informasi dengan penerima informasi pada semua tingkatan/level dalam organisasi. Selain itu komunikasi juga berperan untuk membangun iklim organisasi yang pada akhirnya dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas organisasi.

Setiap organisasi, baik organisasi non-profit ataupun organisasi

profit tentunya memiliki tujuan-tujuan yang ingin dicapai. Dalam upaya

mencapai tujuan–tujuan tersebut maka dibutuhkan kerjasama yang baik di antara sumber daya yang terdapat dalam organisasi. Salah satu sumber daya yang terdapat dalam organisasi adalah karyawan. Karyawan merupakan salah satu anggota organisasi yang dapat menentukan keberhasilan sebuah organisasi dalam mencapai tujuantujuannya. Tanpa adanya dukungan yang baik dari para karyawan maka organisasi akan sulit dalam mencapai tujuan-tujuannya. Karyawan dapat berkerja dengan baik apabila didalam


(17)

organisasinya terdapat bentuk hubungan dan komunikasi yang baik antara perusahaan yang diwakili oleh pihak manajemen dan para karyawan sebagai bawahannya.

Komunikasi memiliki peranan yang sangat penting dalam kehidupan manusia, baik secara individu, kelompok, maupun dalam organisasi. Komunikasi dalam organisasi memiliki kompleksitas yang tinggi, yaitu bagaimana menyampaikan informasi dan menerima informasi merupakan hal yang tidak mudah, dan menjadi tantangan dalam proses komunikasinya. Dalam komunikasi organisasi, aliran informasi merupakan proses yang rumit, karena melibatkan seluruh bagian yang ada dalam organisasi. Informasi tidak hanya mengalir dari atas ke bawah, tetapi juga sebaliknya dari bawah ke atas dan juga mengalir diantara sesama karyawan.

Untuk membentuk kerjasama yang baik antara organisasi dan para anggota, maka dibutuhkan bentuk hubungan serta komunikasi yang baik antara para anggota organisasi. Hubungan komunikasi yang terjadi dalam organisasi itu disebut dengan pola komunikasi dalam struktur organisasi. Pola komunikasi dalam struktur organisasi merupakan bentuk interaksi pertukaran pesan antar anggota organisasi, baik komunikasi secara verbal maupun non verbal. Organisasi tidak mungkin berada tanpa komunikasi.

Dalam penelitian ini penulis memilih Badan Lingkungan Hidup Provinnsi Sumatera Utara sebagai objek penelitian. Perubahan Institusi Badan Pengendalian Dampak Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDALDA) Provinsi Sumatera Utara menjadi Badan Lingkungan Hidup Yang disingkat dengan BLH Provinsi Sumatera Utara berdasarkan Peraturan Daerah dengan


(18)

Nomor 9 Tahun 2008, Tidak Merubah Fungsi Tugas Serta murah kedudukan Badan tersebut sebagai koordinator pengelolaan Lingkungan Hidup di Provinsi Sumatera Utara. Secara Garis Besar, Fungsi Strategis Yang diembannya adalah mewujudkan Pembangunan berkelanjutan untuk amanat sesuai Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan Lingkungan Hidup Pengelolaan murah.

Pembangunan berkelanjutan berwawasan Lingkungan Yang mengandung Makna bahwa setiap Orang memikul tanggung jawab kewajiban murah terhadap Generasi mendatang terhadap sesamanya murah Dalam, Satu Generasi, Serta mensyaratkan terpeliharanya pelestarian Fungsi Lingkungan Hidup murah kemampuan sebagai tumpuan bagi Pembangunan berkelanjutan.

Walaupun Pembangunan berkelanjutan ini Telah dilaksanakan Sejak diterbitkannya Undang-undang Nomor 4 Tahun 1982 diganti dengan murah Undang-undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Yang kemudian diganti Undang-Undang dengan Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup Perlindungan murah, pada kenyataannya degradasi murah penurunan Kualitas Lingkungan masih Terus meningkat, antara Lingkungan Hidup pencemaran lain Akibat Limbah cair Dari Kegiatan Industri, rumah sakit, Limbah domestik belum dikelola dengan Yang Baik Serta pencemaran Udara Yang berasal Dari sumber Handphone (Kendaraan bermotor), sumber Tidak Bergerak Dari Asap cerobong Pabrik murah kebakaran Hutan.


(19)

Kondisi Lingkungan Tidak dapat dipungkiri seperti merupakan Dampak Kegiatan Pembangunan Dari meningkatnya pemanfaatan Sumberdaya alam murah memenuhi kebutuhan penduduk untuk Yang semakin meningkat dengan sejalan pertumbuhan penduduk Ekonomi Serta kebutuhan lainnya. Pembangunan Yang dilaksanakan untuk mencapai sasaran Ekonomi murah Kurang memperhatikan pentingnya pelestarian Lingkungan Hidup Fungsi, adanya sikap mementingkan Diri Yang sendiri untuk Keperluan Jangka berpikir pendek, merupakan perilaku Yang mengakibatkan semakin parahnya Kondisi Lingkungan. Selain itu Manajemen Lingkungan murah tehnologi Lingkungan Yang belum berkembang DENGAN Baik Serta Pengawasan Pengendalian Lingkungan Hidup murah Serta penegakan Hukum Yang belum secara efektif berjalan mengakibatkan pencemaran Lingkungan Hidup murah kerusakan masih berlanjut Terus.

TugasBadan Lingkungan Hidup disingkat BLH merupakan Institusi Yang menangani pengelolaan Lingkungan Hidup perlindungan murah di Pemerintahan Provinsi Sumatera Yang Mempunyai Tugas melaksanakan kebijakan Daerah Yang bersifat spesifik dibidang Administrasi Umum, Pengkajian Lingkungan tata murah AMDAL, Pengendalian pencemaran Lingkungan murah pengelolaan Limbah, Pengendalian kerusakan murah pemulihan Lingkungan, Lingkungan penaatan murah Komunikasi Lingkungan, Tugas Serta pembantuan di bidang Lingkungan Hidup Yang secara Teknis mengacu Peraturan Daerah Nomor Kepada 9 Tahun 2008 tentang Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Utara juga merupakan


(20)

Unsur Yang penunjang Pemerintah Provinsi. Alasan-alasan penulis dalam memilih Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara sebagai objek penelitian adalah karena Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara belum pernah diteliti sebelumnya bagaimana kondisi komunikasi organisasi didalamnya dan bagaimana peran dan fungsi komunikasi organisasi di BLH tersebut. Disini peneliti ingin melihat juga bagaimana BLH bentuk- bentuk komunikasi yang dilakukan di BLH apakah efektif komunikasi yang dilakukan dalam kerjasama mengatasi lingkungan khususnya di Sumatera Utara.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan uraian yang ada, dapat dirumuskan pernyataan masalah: “ Bagaimana Peran dan Fungsi Komunikasi Organisasi di Badan Lingkungan Hidup Sumatera Utara terhadap Pegawainya?

1.3 Pembatasan masalah

Untuk menghindari ruang lingkup yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, maka penulis membatasi masalah yang akan diteliti. Adapun pembatasan masalah yang akan diteliti adalah sebagai berikut :

1. Studi/ Penelitian tentang Peran dan Fungsi Komunikasi Organisasi di Badan Lingkungan Hidup Sumut adalah suatu penelitian deskriptif yang cukup aktual untuk dipecahkan pada saat sekarang ini.


(21)

2. Penelitian ini bersifat Deskriptif, yaitu hanya menggambarkan situasi atau peristiwa. Tidak menjelaskan hubungan, tidak menguji hipotesis atau membuat prediksi. 3. Diliat dari letak geografis antara tempat tinggal penulis

dengan tempat penelitian, sehingga penelitian ini layak untuk dilakukan.

4. Unit analisis penelitian adalah Pegawai Badan Lingkungan Hidup Sumatera Utara Bagian Umum yang masih aktif bekerja BLH.

1.4. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1.4.1. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Untuk mengetahui bagaimana Peran dan Fungsi Komunikasi Organisasi yang dilakukan oleh Badan Lingkungan Hidup terhadap karyawannya.

2. Untuk mendapatkan gambaran bagaimana komunikasi yang dilakukan oleh karyawan BLH untuk mendapatkan komunikasi yang efektif.

1.4.2. Manfaat Penelitian

1. Secara akademis, penelitian ini dapat memperkaya khasanah penelitian di Fisip USU khususnya jurusan ilmu komunikasi.


(22)

2. Secara teoritis, penelitian ini diharapkan menambah pengetahuan peneliti khususnya yang berkaitan dengan masalah penelitian deskriptif.

3. Secara pribadi, penelitian ini juga diharapkan dapat menambah wawasan peneliti khususnya tentang komunikasi organisasi.

1.5. Kerangka Teori

Teori dalam suatu penelitian mempunyai fungsi untuk membantu peneliti dalam menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat perhatiannya (Kriyantono,2010:43). Dalam setiap penelitian, peneliti memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam menyoroti masalahnya. Untuk itu, perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok pikiran yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disoroti (Nawawi, 1991:39-40).

Adapun teori-teori yang dianggap relevan oleh peneliti berkaitan dengan penelitian ini adalah :

I.5.1. Komunikasi

Definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan. Setiap pelaku komunikasi dengan demikian akan melakukan empat tindakan: membentuk, menyampaikan, menerima, dan


(23)

mengolah pesan. Keempat tindakan tersebut lazimnya terjadi secara berurutan. Membentuk pesan artinya menciptakan sesuatu ide atau gagasan. Ini terjadi di dalam benak seseorang melalui proses kerja sistem syaraf. Pesan yang telah terbentuk ini kemudian disampaikan kepada orang lain baik secara langsung ataupun tidak. Ketika seseorang menerima pesan yang disampaikan oleh orang lain, maka pesan yang diterimanya kemudian akan diolah melalui sistem syaraf dan diinterpretasikan. Setelah diinterpretasikan, pesan tersebut dapat menimbulkan tanggapan, opini atau bahkan reaksi dari orang tersebut. Apabila ini terjadi, maka si orang tersebut kembali akan membentuk dan menyampaikan pesan baru.

1.5.2. Komunikasi Organisasi

Organisasi tidak mungkin berada tanpa komunikasi. Apabila tidak ada komunikasi, para pegawai tidak dapat mengetahui apa yang dilakukan rekan sekerjanya, pimpinan tidak dapat menerima masukan informasi, dan para penyedia tidak dapat memberikan instruksi, koordinasi kerja tidak mungkin dilakukan, dan organisasi akan runtuh karena ketiadaan komunikasi.(Keith Davis dan John W. Newstrom, 1993:151). Oleh karena itu, komunikasi dalam organisasi memiliki peranan yang sangat penting dalam mencapai tujuan organisasi. Komunikasi organisasi menurut Goldhaber didefinisikan organisasi akan runtuh karena ketiadaan komunikasi.(Keith Davis dan John W. Newstrom, 1993:151). Oleh karena itu, komunikasi dalam organisasi memiliki peranan yang sangat penting dalam mencapai tujuan organisasi.


(24)

1. Pola Komunikasi Organisasi

Meskipun semua organisasi harus melakukan komunikasi dengan berbagai pihak untuk mencapai tujuannya, pendekatan yang dipakai antara satu organisasi dengan organisasi yang lain bervariasi atau berbeda-beda. Untuk organisasi berskala kecil mungkin pengaturannya tidak terlalu sulit sedangkan untu perusahaan besar yang memiliki ribuan karyawan maka penyampaian informasi kepada mereka merupakan pekerjaan yang cukup rumit. Untuk itu, menentukan suatu pola komunikasi yang tepat dalam suatu organisasi merupakan suatu keharusan. Terdapat dua macam jaringan komunikasi organisasi (Muhammad, 1995:102), yaitu :

A.Jaringan Komunikasi Formal

Dalam struktur garis, fungsional maupun matriks, nampak berbagai macam posisi atau kedudukan yang masing-masing sesuai batas dan tanggung jawab dan wewenangnya. Dalam kaitannya dengan proses penyampaian informasi dari pimpinan kepada bawahan ataupun dari para manajer kepada karyawannya,pola transformasinya dapat berbentuk downward communication, upward

communication, horizontal communication dan diagonal


(25)

Komunikasi dari atas ke bawah merupakan aliran komunikasi dari atasan ke bawahan, dimana umumnya terkait dengan tanggung jawab dan wewenang seseorang dalam suatu organisasi.

B. Jaringan Komunikasi Informal

Dalam jaringan komunikasi informal orang-orang yang ada dalam suatu organisasi baik secara jenjang hirarki, pangkat dan kedudukan/ jabatan dapat berkomunikasi secara leluasa. Namun jenis komunikasi ini karena sifatnya yang umum, informasi yang diperoleh seringkali kurang akurat dan tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, karena biasanya lebih bersifat pribadi atau bahkan sekadar desas-desus.

Di dalam jaringan komunikasi informal ini, tentunya ada berbagai macam informasi yang mengalir. Namun ada dua tipe informasi yang paling utama atau paling sering menjadi pembicaraan utama dalam komunikasi informal dalam suatu organisasi, yakni: gosip dan rumor.

1.5.3. Komunikasi Internal

Komunikasi internal ialah pola pesan yang dibagi (share) antara anggota organisasi, interaksi manusia yang terjadi dalam organisasi dan antar anggota organisasi. Fungsi utama komunikasi internal dalam organisasi yaitu untuk penyusunan tugas formal, koordinasi, rapat dan dapat


(26)

menyampaikan pesan informatif kepada anggota organisasi dengan tujuan, tugas aktivitas dan penyelesaian konflik.

Komunikasi internal dapat dilakukan secara tatap muka dan melalui media. Komunikasi internal terjadi antara Top manager, manager, hingga staf atau karyawan. Komunikasi internal dapat menggunakan media email, surat, telepon papan pengumuman, dan lainnya.

1.5.4. Fungsi Komunikasi Organisasi

Harold Koontz menjelaskan, keberadaan komunikasi dalam organisasi atau perusahaan adalah sebagai aktivitas yang terorganisir (Organized

activity is unified). Selanjutnya ditegaskan fungsi komunikasi dalam

organisasi adalah merubah perilaku (Behavior is modified), yang diakibatkan oleh penyampaian informasi yang produktif, untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.

Pandangan lain menyebutkan berbicara mengenai fungsi komunikasi dalam organisasi yaitu :

1. Fungsi Berdasarkan Tingkatan Organisasi

a. Manajer-Subordinasi b. Subordinasi


(27)

1.5.5. Peranan Komunikasi Organisasi

Sebagai makhluk sosial, setiap manusia senantiasa berinteraksi dengan manusia lainnya, bahkan cenderung hidup berkelompok atau berorganisasi untuk mencapai tujuan bersama yang tidak mungkin dicapai bila ia sendiri. Interaksi dan kerja sama ini akan terus berkembang dengan teratur sehingga membentuk wadah yang disebut dengan organisasi. Interaksi atau hubungan antar individu-individu dan kelompok/tim dalam setiap organisasi akan memunculkan harapan-harapan. Harapan ini kemudian akan menimbulkan peranan-peranan tertentu yang harus diemban oleh masing-masing individu untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan organisasi/kelompok. Sebuah organisasi memang dibentuk sebagai wadah yang didalamnya berkumpul sejumlah orang yang menjalankan serangkaian aktivitas tertentu secara teratur guna tercapainya tujuan yang telah disepakati bersama. Terlebih dalam kehidupan masyarakat modern, manusia merasa bahwa selain mengatur dirinya sendiri, ia juga perlu mengatur lingkungannya, memelihara ketertiban, mengelola dan mengontrolnya lewat serangkaian aktifitas yang kita kenal dengan manajemen dan organisasi. William (1956) menyebutnya dengan istilah “TheOrganisation Man”.

Dalam setiap organisasi yang diisi oleh sumber daya manusia, ada yang berperan sebagai pemimpin, dan sebagian besar lainnya berperan sebagai anggota/karyawan. Semua orang yang terlibat dalam organisasi tersebut akan melakukan komunikasi. Tidak ada organisasi tanpa komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian integral dari organisasi. Komunikasi ibarat sistem yang menghubungkan antar orang, antar bagian


(28)

dalam organisasi, atau sebagai aliran yang mampu membangkitkan kinerja orangorang yang terlibat di dalam organisasi tersebut. Efektivitas organisasi terletak pada efektivitas Komunikasi, sebab komunikasi itu penting untuk menghasilkan pemahaman yang sama antara pengirim informasi dengan penerima informasi pada semua tingkatan/level dalam organisasi. Selain itu komunikasi juga berperan untuk membangun iklim organisasi yang pada akhirnya dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas organisasi.

1.6. Kerangka Konsep

Konsep adalah istilah yang mengekspresikan sebuah ide abstrak yang dibentuk dengan menggeneralisasikan objek atau hubungan fakta-fakta yang diperoleh dari pengamatan. Konsep juga merupakan generalisasi dari sekelompok fenomena tertentu yang dapat dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama (Bungin, 2001:73). Jadi, dapat ditarik suatu pengertian bahwa kerangka konsep merupakan rancangan konsep yang diolah untuk digeneralisasikan secara khusus.

1.8. Variabel Operasional

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep diatas, maka dapat dibuat variabel operasional yang berfungsi untuk kesamaan dan kesesuaian dalam penelitian sebagai berikut :


(29)

Tabel 1

Operasional Variabel

VARIABEL TEORITIS VARIABEL OPERASIONAL

1. Jaringan Komunikasi

2. Komunikasi Internal

3. Fungsi Komunikasi Organisasi

1. Jaringan Komunikasi Organisasi

• Jaringan Formal

• Jaringan Informal

2. Antara lain :

a. penyusunan tugas formal b. koordinasi

c. rapat dan dapat menyampaikan pesan informatif kepada anggota organisasi dengan tujuan

d. tugas aktivitas dan penyelesaian konflik.

3. Fungsi Berdasarkan Tingkatan Organisasi

a. Manajer-Subordinasi b. Subordinasi

c. Subordinasi-Manajer d. Fungsi Informatif


(30)

4. Peranan Komunikasi Organisasi

e. Fungsi Regulatif f. Fungsi Persuasif g. Fungsi Integratif

4. Peranannya yaitu :

• Peranan Antarpersonal

• Peranan Informasional

• Peranan Memutuskan

1.9. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara untuk mengukur variabel. Dengan kata lain definisi operasional adalah semacam petunjuk pelaksanaan bagaimana cara mengukur suatu variabel. Definisi operasional adalah suatu informasi ilmiah yang akan membantu peneliti lain yang akan menggunakan variabel yang sama (Singarimbun, 2006:46).

1. Komunikasi Internal

Disini akan melihat bagaimana sebenarnya fungsi komunikasi yang ada di organisasi Badan Lingkungan Hidup Sumut yang terjalin sesame karyawan maupun karyawan dengan atasan.


(31)

a. Penyusunan tugas formal

Penyusunan tugas BLH yang dikerjakan oleh pegawainya agar selesai sesuai dengan harapan dan tujuan organisasi.

b. Koordinasi

Untuk melihat kemampuan seorang manajer dalam memimpin dan melakukan koordinasi dilihat dari besar kecilnya jumlah bawahan di BLH yang ada dalam tanggungjawabnya, yang dikenal dengan rentang manajemen.

c. Rapat dan dapat menyampaikan pesan informatif kepada anggota organisasi dengan tujuan.

Dilakukannya rapat untuk bisa menyampaikan pesan informatif kepada para pegawai BLH sesuai dengan tujuan yang ada.

d. Tugas aktivitas dan penyelesaian konflik

Didalam hal ini, pegawai berusaha menyelesaikan tugas yang telah diberikan dan apabila ada konflik yang terjadi didalamnya maka akan berusaha menyelesaikannya.


(32)

2. Jaringan Komunikasi Organisasi a. Jaringan Komunikasi Formal

Proses penyampaian informasi dari pimpinan BLH kepada karyawan BLH, pola transformasinya dapat berbentuk downward communication, upward communication, horizontal communication dan diagonal communication.

b. Jaringan Komunikasi Informal

Dalam jaringan informal orang-orang yang ada di Organisasi BLH baik secara jenjang hirarki, pangkat dan kedudukan/jabatan dapat berkomunikasi secara leluasa.

3. Peranan Komunikasi Organisasi a. Peranan antarpesonal

• Peranan tokoh. Kedudukan sebagai kepala suatu unit organisasi di BLH, membuat seorang manajer melakuan tugas yang bersifat keupacaraan. Karena ia merupakan seorang tokoh, maka selain memimpim berbagai upacara di kantornya, ia juga diundang oleh pihak luar untuk menghadiri berbagai upacara. Dalam peranan ini seorang manajer berkesempatan untuk memberikan penerangan, penjelasan, imbauan, ajakan, dll.


(33)

• Peranan pemimpin. Sebagai pemimpin, seorang manajer bertanggung jawab atas lancar-tidaknya pekerjaan yang dilakukan karyawannya di BLH.

• Peranan penghubung. Dalam peranan sebaga penghubung, seorang manajer melakukan komunikasi dengan orang-orang di luar jalur komando vertikal, baik secara formal maupun secara tidak formal.

b. Peranan informasi. Dalam organisasinya, seorang manajer berfungsi sebagai pusat informasi. Ia mengembangkan pusat informasi bagi kepentingan organisasinya di BLH.

c. Peranan memutuskan. Seorang manajer memegang peranan yang sangat penting dalam sistem pengambilan keputusan dalam organisasinya di BLH. 4. Fungsi Komunikasi Organisasi

a. Manajer-Subordinasi

Dalam tingkatan ini didalam proses komunikasi nya disebut dengan ”Down the Line” seorang pemimpin/ Kepala Blh berusaha memberikan pengarahan baik dalam hal pelaksanaan tugas para pegawai maupun perintah lain.


(34)

b. Subordinasi

Secara fungsional tingkatan ini disebut dengan istilah

” Horizontal Communication” yaitu adanya

komunikasi di antara para pegawai mengkoordinasi proses bekerja diantara kelompok.

c. Subordinasi-Manajer

Pada tingkatan ini disebut dengan istilah ”Up to Line” yaitu adanya komunikasi mengenai diri sendiri, penampilan dan masalah yang dihadapi manajer maupun pegawai BLH.

d. Fungsi Informatif

Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information-processing

system). Maksudnya, seluruh karyawan di BLH

berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap karyawa dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti. Informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan di organisasi tersebut.


(35)

e. Fungsi Regulatif

Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku di Badan Lingkungan Hidup Sumatera Utara.

f. Fungsi Persuasif

Dalam mengatur suatu organisasi di BLH, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.

g. Fungsi Integratif

Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun


(36)

kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan di BLH terhadap organisasi.


(37)

BAB II

URAIAN TEORITIS

I.5.1. Komunikasi

Definisi komunikasi secara umum adalah suatu proses pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan yang terjadi di dalam diri seseorang dan atau di antara dua atau lebih dengan tujuan tertentu. Definisi tersebut memberikan beberapa pengertian pokok yaitu komunikasi adalah suatu proses mengenai pembentukan, penyampaian, penerimaan dan pengolahan pesan. Setiap pelaku komunikasi dengan demikian akan melakukan empat tindakan: membentuk, menyampaikan, menerima, dan mengolah pesan. Keempat tindakan tersebut lazimnya terjadi secara berurutan. Membentuk pesan artinya menciptakan sesuatu ide atau gagasan. Ini terjadi di dalam benak seseorang melalui proses kerja sistem syaraf. Pesan yang telah terbentuk ini kemudian disampaikan kepada orang lain baik secara langsung ataupun tidak. Ketika seseorang menerima pesan yang disampaikan oleh orang lain, maka pesan yang diterimanya kemudian akan diolah melalui sistem syaraf dan diinterpretasikan. Setelah diinterpretasikan, pesan tersebut dapat menimbulkan tanggapan, opini atau bahkan reaksi dari orang tersebut. Apabila ini terjadi, maka si orang tersebut kembali akan membentuk dan menyampaikan pesan baru.

Komunikasi memiliki beberapa fungsi yang salah satunya adalah sebagai komunikasi sosial. Fungsi komunikasi sebagai komunikasi sosial setidaknya mengisyaratkan bahwa komunikasi itu penting untuk


(38)

membangun konsep diri, aktualisasi diri, untuk kelangsungan hidup, untuk memperoleh kebahagiaan, terhindar dari tekanan dan ketegangan, antara lain lewat komunikasi yang bersifat menghibur, dan memupuk hubungan dengan orang lain (Mulyana, 2005:5). Komunikasi memungkinkan individu membangun suatu kerangka rujukan dan menggunakannya sebagai panduan untuk menafsirkan situasi apapun yang ia hadapi. Komunikasi selanjutnya menghasilkan konsep diri. Konsep diri adalah pandangan mengenai siapa diri kita, dan itu hanya bias kita peroleh lewat informasi yang diberikan orang lain kepada kita. Manusia yang tidak pernah berkomunikasi dengan manusia lainnya tidak mungkin mempunyai kesadaran bahwa dirinya adalah manusia. Sama halnya dengan sebuah perusahaan, ia tidak dapat mengukur, menilai, atau merefleksikan sejauh mana eksistensi atau dampak perusahaannya jika tidak diukur melalui opini (yang merupakan hasil dari komunikasi).

Secara paradigmatis, komunikasi merupakan proses penyampaian pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk memberitahu atau mengubah sikap (attitude), pendapat (opinion), dan perilaku (behaviour), baik langsung secara lisan maupun tidak langsung melalui media massa (Effendy, 2002:2-4), salah satu penyampaian pesan adalah dengan adanya komunikasi organisasi di antara karyawan BLH.

1.5.2. Komunikasi Organisasi

Organisasi tidak mungkin berada tanpa komunikasi. Apabila tidak ada komunikasi, para pegawai tidak dapat mengetahui apa yang dilakukan rekan sekerjanya, pimpinan tidak dapat menerima masukan informasi, dan


(39)

para penyedia tidak dapat memberikan instruksi, koordinasi kerja tidak mungkin dilakukan, dan organisasi akan runtuh karena ketiadaan komunikasi.(Keith Davis dan John W. Newstrom, 1993:151). Oleh karena itu, komunikasi dalam organisasi memiliki peranan yang sangat penting dalam mencapai tujuan organisasi. Komunikasi organisasi menurut Goldhaber didefinisikan organisasi akan runtuh karena ketiadaan komunikasi.(Keith Davis dan John W. Newstrom, 1993:151). Oleh karena itu, komunikasi dalam organisasi memiliki peranan yang sangat penting dalam mencapai tujuan organisasi.

Ada bermacam-macam pendapat mengenai apa yang dimaksud dengan organisasi. Schein (1982) mengatakan bahwa organisasi adalah suatu koordinasi rasional kegiatan sejumlah orang yang mencapai beberapa tujuan umum melalui pembagian pekerjaan dan fungsi melalui hierarki otoritas dan tanggung jawab. Schein juga mengatakan bahwa organisasi mempunyai struktur, tujuan, saing berhubungan satu bagian dengan bagian lain dan tergantung dengan komunikasi manusia untuk mengkoordinasikan aktivitas dalam organisasi tersebut. Sifat tergantung antara satu dengan yang lain menandakan bahwa organisasi yang dimaksudkan Schein ini adalah merupakan suatu sistem.

Komunikasi organisasi dapat didefinisikan pertunjukan dan penafsiran pesan di antara unit-unit komunikasi yang merupakan bagian dari suatu organisasi tertentu. Suatu organisasi terdiri dari unit-unit komunikasi dalam hubungan-hubungan hierarkis antara yang satu dengan yang lainnya dan berfungsi dalam suatu lingkungan (Pace dan Faules, 2005: 32).


(40)

1. Proses Komunikasi Organisasi

Harold Koontz menjelaskan terdapat lima faktor atau kondisi yang mempengaruhi proses komunikasi dalam organisasi, yaitu :

a. Pengiriman Pesan (The sender of message)

b. Penggunaan saluran komunikasi untuk mengirim pesan (Use of a channel to transmit the message)

c. Penerimaan Pesan (Receiver of message)

d. Gangguan dan umpan balik (Noise and feedback in communication)

e. Situasi dan faktor pengorganisasian pesan dalam berkomunikasi (Situational and Organizational factors in communication)

2. Pola Komunikasi Organisasi

Meskipun semua organisasi harus melakukan komunikasi dengan berbagai pihak untuk mencapai tujuannya, pendekatan yang dipakai antara satu organisasi dengan organisasi yang lain bervariasi atau berbeda-beda. Untuk organisasi berskala kecil mungkin pengaturannya tidak terlalu sulit sedangkan untu perusahaan besar yang memiliki ribuan karyawan maka penyampaian informasi kepada mereka merupakan pekerjaan yang cukup rumit. Untuk itu, menentukan suatu pola komunikasi yang tepat dalam suatu organisasi merupakan suatu keharusan. Terdapat


(41)

dua macam jaringan komunikasi organisasi (Muhammad, 1995:102), yaitu :

A.Jaringan Komunikasi Formal

Dalam struktur garis, fungsional maupun matriks, nampak berbagai macam posisi atau kedudukan yang masing-masing sesuai batas dan tanggung jawab dan wewenangnya. Dalam kaitannya dengan proses penyampaian informasi dari pimpinan kepada bawahan ataupun dari para manajer kepada karyawannya,pola transformasinya dapat berbentuk downward communication, upward

communication, horizontal communication dan diagonal

communication.

Komunikasi dari atas ke bawah merupakan aliran komunikasi dari atasan ke bawahan, dimana umumnya terkait dengan tanggung jawab dan wewenang seseorang dalam suatu organisasi. ada lima tujuan pokok yaitu :

1. Memberi pengarahan atau instruksi kerja.

2. Memberi informasi mengapa suatu pekerjaan harus dilaksanakan.

3. Memberi informasi tentang prosedur dan praktik organizational.

4. Memberi umpan balik pelaksanaan kerja kepada karyawan.


(42)

5. Menyajikan informasi mengenai aspek ideologi yang dapat membantu Organisasi menanamkan pengertian tentang tujuan yang ingin dicapai

Salah satu kelemahan jaringan komunikasi ini adalah kemungkinan terjadinya penyaringan informasi atau sensor informasi penting sebelum disampaikan kepada para bawahan. Untuk komunikasi dari bawah ke atas menunjukkan partisipasi bawahan dalam proses pengambilan keputusan akan sangat mebantu pencapaian tujuan organisasi. Sementara untuk mencapai keberhasilan komunikasi ke atas ini, para manajer harus memiliki rasa percayakepada para bawahannya.

Untuk komunikasi horizontal adalah komunikasi yang terjadi antara bagian-bagian yang memiliki posisi sejajar atau sederajat dalam suatu organisasi. Adapun tujuan jaringan komunikasi ini adalah untuk melakukan persuasi, mempengaruhi dan memberi informasi kepada bagian atau departemen yang memiliki kedudukan sejajar. Kebanyakan manajer suka melakukan tukar menukar informasi dengan para temannya yang berbeda departemen terutama apabila muncul masalah-masalah khusus dalam organisasi perusahaan.


(43)

B.Jaringan Komunikasi Informal

Dalam jaringan komunikasi informal orang-orang yang ada dalam suatu organisasi baik secara jenjang hirarki, pangkat dan kedudukan/ jabatan dapat berkomunikasi secara leluasa. Namun jenis komunikasi ini karena sifatnya yang umum, informasi yang diperoleh seringkali kurang akurat dan tidak dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, karena biasanya lebih bersifat pribadi atau bahkan sekadar desas-desus.

Di dalam jaringan komunikasi informal ini, tentunya ada berbagai macam informasi yang mengalir. Namun ada dua tipe informasi yang paling utama atau paling sering menjadi pembicaraan utama dalam komunikasi informal dalam suatu organisasi, yakni: gosip dan rumor.

Pola jaringan komunikasi informal sangat penting bagi organisasi namun bila proses pelaksanaannya tidak efektif bisa memberikan kerugian seperti dari sisi individual sering membuat frustasi atau menjengkelkan pihak tertentu khususnya tentang keterbatasan untuk masuk ke dalam proses pengambilan keputusan. Dimana banyak jalur yang harus dimasuki/ dilewati sebelum langsung ke pengambilan keputusan. Dari sisi perusahaan kemungkinan munculnya distorsi atau gangguan penyampaian informasi ke level yang lebih tinggi, karena setiap keterkaitan jaringan (link) dalam jalur komunikasi dapat mengambarkan suatu kemungkinan munculnya kesalah pahaman.


(44)

2. Teori Struktural Klasik

a. Organisasi Sosial

Istilah organisasi sosial merujuk pada pola – pola interaksi sosial (frekuensi dan lamanya kontak antara orang – orang; kecenderungan mengawali kontak; arah pengaruh antara orang – orang; derajat kerja sama; perasaan tertarik, hormat, dan permusuhan; dan perbedaan status) dan regularitas yang teramati dan perilaku sosial orang – orang yang disebabkan oleh situasi sosial mereka baik oleh karakteristik fisiologis atau psikologis mereka sebagai individu.

Berlu (1960) menyarankan bahwa komunikasi berhubungan dengan organisasi sosial melalui tiga cara:

1. Sistem sosial dihasilkan lewat komunikasi

2. Bila suatu sistem sosial telah berkembang,ia menentukan komunikasi – komunikasi anggotanya

3. Pengetahuan mengenai suatu sistem sosial dapat membantu kita membuat prediksi yang akurat mengenai orang – orang tanpa mengetahui lebih banyak daripada peranan – peranan yang mereka jabat dalam sistem

Organisasi Formal

Organisasi yang sengaja dibentuk untuk mengatur sistem kerja formal yang biasa diebut sebagai birokrasi yang mana ada suatu tujuan yang


(45)

ingin dicapai, peraturan – peraturan yang harus diikuti, dan struktur status secara sengaja dirancang untuk mengantisipasi maupun mengarahkan interaksi dan kegiatan – kegiatan anggota.

Karakteristik Birokrasi Weberian

Ciri – ciri organisasi terbirokrasi yang ideal menurut analisis dari karya Weber, yaitu:

1. Suatu organisasi terdiri dari hubungan – hubungan yang ditetapkan antara jabatan – jabatan. Blok – blok bangunan dasar dari organisasi formal adalah jabatan– jabatan.

2. Tujuan atau rencana organisasi terbagi kedalam tugas– tugas, tugas organisasi disalurkan di antara berbagai jabatan sebagai kewajiban resmi.

3. Kewenangan untuk melaksanakan kewajiban diberikan kepada jabatan (kewenangan legal).

4. Garis – garis kewenangan dan jabatan diatur menurut suatu tatanan hierarkis.

5. Suatu sistem aturan dan regulasi yang umum tetapi tegas yang ditetapkan secara formal, mengatur tindakan – tindakan dan fungsi – fungsi jabatan dalam organisasi.

6. Prosedur dalam organisasi bersifat formal dan impersonal, yakni peraturan – peraturan organisasi berlaku bagi setiap orang.

7. Suatu sikap dan prosedur untuk menerapkan suatu sistem disiplin merupakan bagian dari organisasi.


(46)

8. Anggota organisasi harus memisahkan kehidupan pribadi dan kehidupan organisasi.

9. Pegawai dipilih untuk bekerja dalam organisasi berdasarkan kualifikasi teknis, alih – alih koneksi politis, koneksi keluarga, atau koneksi lainnya.

10.Meskipun pekerjaan dalam birokrasi berdasarkan kecakapan teknis, kenaikan jabatan dilakukan berdasarkan senioritas dan prestasi kerja.

Komunikasi Jabatan dan Hubungan Informal

Ciri – ciri suatu organisasi formal berkaitan dengan suatu fenomena yang disebut komunikasi jabatan (Redfield, 1953). Hubungan dibentuk antara jabatan – jabatan, bukan antara orang – orang, karena keseluruhan organisasi terdiri dari jaringan jabatan. Dalam setiap organisasi formal biasanya tumbuh pula kelompok – kelompok informal. Karena hubungan informal terbentuk sebagai respon terhadap berbagai kesempatan yang diciptakan lingkungan, organisasi formal merupakan lingkungan kelompok lebih nyata yang mempengaruhi jumlah dan pelaksanaan hubungan informal dalam organisasi.

1.5.3. Fungsi Komunikasi Organisasi

Dalam suatu organisasi baik yang berorientasi komersial maupun sosial, komunikasi dalam organisasi atau lembaga tersebut akan melibatkan empat fungsi, yaitu:


(47)

1. Fungsi informatif

Organisasi dapat dipandang sebagai suatu sistem pemrosesan informasi (information-processing system). Maksudnya, seluruh anggota dalam suatu organisasi berharap dapat memperoleh informasi yang lebih banyak, lebih baik dan tepat waktu. Informasi yang didapat memungkinkan setiap anggota organisasi dapat melaksanakan pekerjaannya secara lebih pasti informasi pada dasarnya dibutuhkan oleh semua orang yang mempunyai perbedaan kedudukan dalam suatu organisasi. Orang-orang dalam tataran manajemen membutuhkan informasi untuk membuat suatu kebijakan organisasi ataupun guna mengatasi konflik yang terjadi di dalam organisasi. Sedangkan karyawan (bawahan) membutuhkan informasi tentang jaminan keamanan, jaminan sosial dan kesehatan, izin cuti dan sebagainya.

2. Fungsi Regulatif

Fungsi regulatif ini berkaitan dengan peraturan-peraturan yang berlaku dalam suatu organisasi. Pada semua lembaga atau organisasi, ada dua hal yang berpengaruh terhadap fungsi regulatif ini, yaitu:

1. Atasan atau orang-orang yang berada dalam tataran manajemen yaitu mereka yang memiliki kewenangan untuk mengendalikan semua informasi yang disampaikan. Disamping itu mereka juga mempunyai kewenangan untuk memberikan instruksi atau perintah, sehingga dalam struktur organisasi kemungkinan mereka


(48)

ditempatkan pada lapis atas (position of authority) supaya perintah-perintahnya dilaksanakan sebagaimana semestinya. Namun demikian, sikap bawahan untuk menjalankan perintah banyak bergantung pada:

a. Keabsahan pimpinan dalam penyampaikan perintah.

b. Kekuatan pimpinan dalam memberi sanksi.

c. Kepercayaan bawahan terhadap atasan sebagai seorang pemimpin sekaligus sebagai pribadi.

e. Tingkat kredibilitas pesan yang diterima bawahan.

2. Berkaitan dengan pesan atau message. Pesan-pesan regulatif pada dasarnya berorientasi pada kerja. Artinya, bawahan membutuhkan kepastian peraturan-peraturan tentang pekerjaan yang boleh dan tidak boleh untuk dilaksanakan.

3. Fungsi Persuasif

Dalam mengatur suatu organisasi, kekuasaan dan kewenangan tidak akan selalu membawa hasil sesuai dengan yang diharapkan. Adanya kenyataan ini, maka banyak pimpinan yang lebih suka untuk mempersuasi bawahannya daripada memberi perintah. Sebab pekerjaan yang dilakukan secara sukarela oleh karyawan akan menghasilkan kepedulian yang lebih besar dibanding kalau pimpinan sering memperlihatkan kekuasaan dan kewenangannya.


(49)

4. Fungsi Integratif

Setiap organisasi berusaha menyediakan saluran yang memungkinkan karyawan dapat dilaksanakan tugas dan pekerjaan dengan baik. Ada dua saluran komunikasi formal seperti penerbitan khusus dalam organisasi tersebut (newsletter, buletin) dan laporan kemajuan oraganisasi; juga saluran komunikasi informal seperti perbincangan antarpribadi selama masa istirahat kerja, pertandingan olahraga ataupun kegiatan darmawisata. Pelaksanaan aktivitas ini akan menumbuhkan keinginan untuk berpartisipasi yang lebih besar dalam diri karyawan terhadap organisasi.

5. Fungsi Manajer Subordinasi

Fungsi komunikasi dalam tingkatan Manajer-Subordinasi atau disebut dalam proses komunikasinya disebut dengan ”Down the Line” meliputi :

a. Pengarahan pelaksanaan Tugas (Job Instructions) b. Perancangan peran komunikasi/informasi untuk

menghasilkan pemahaman dalam pelaksanaan tugas (Job Rationale)

c. Memberikan informasi tentang pelaksanaan prosedur organisasi (Organizational Prosedures and Practices) d. Memberikan umpan balik (feedback) tentang

pelaksanaan tugas.

e. Pengarahan tentang misi yang akan dicapai (A sense of mission indroctination of goals).


(50)

6. Fungsi Subordinasi

Secara fungsional pada tingkatan antara subordinasi atau disebut dengan istilah ”Horizontal Communication”, meliputi :

a. Mendukung pengembangan sosio-emosional (sosio-emotional support) diantara kelompok.

b. Mengkoordinasi proses bekerja diantara kelompok c. Menyebarkan tempat-tempat pengawasan didalam

organisasi.

7. Fungsi Subordinasi-Manajer

Pada tingkatan ini disebut dengan istilah ”up the line” atau yang lebih populer ”bottom up” secara fungsional meliputi :

a. Berkomunikasi mengenai diri, penampilan dan masalah.

b. Berkomunikasi tentang masalah yang dihadapi bersama.

c. Mengetahui keputusan yang seharusnya, dan bagaimana memmperolehnya.

1.5.4. Peranan Komunikasi Organisasi

Sebagai makhluk sosial, setiap manusia senantiasa berinteraksi dengan manusia lainnya, bahkan cenderung hidup berkelompok atau berorganisasi untuk mencapai tujuan bersama yang tidak mungkin dicapai


(51)

bila ia sendiri. Interaksi dan kerja sama ini akan terus berkembang dengan teratur sehingga membentuk wadah yang disebut dengan organisasi. Interaksi atau hubungan antar individu-individu dan kelompok/tim dalam setiap organisasi akan memunculkan harapan-harapan. Harapan ini kemudian akan menimbulkan peranan-peranan tertentu yang harus diemban oleh masing-masing individu untuk mewujudkan visi, misi, dan tujuan organisasi/kelompok. Sebuah organisasi memang dibentuk sebagai wadah yang didalamnya berkumpul sejumlah orang yang menjalankan serangkaian aktivitas tertentu secara teratur guna tercapainya tujuan yang telah disepakati bersama. Terlebih dalam kehidupan masyarakat modern, manusia merasa bahwa selain mengatur dirinya sendiri, ia juga perlu mengatur lingkungannya, memelihara ketertiban, mengelola dan mengontrolnya lewat serangkaian aktifitas yang kita kenal dengan manajemen dan organisasi. William (1956) menyebutnya dengan istilah “TheOrganisation Man”.

Dalam setiap organisasi yang diisi oleh sumber daya manusia, ada yang berperan sebagai pemimpin, dan sebagian besar lainnya berperan sebagai anggota/karyawan. Semua orang yang terlibat dalam organisasi tersebut akan melakukan komunikasi. Tidak ada organisasi tanpa komunikasi, karena komunikasi merupakan bagian integral dari organisasi. Komunikasi ibarat sistem yang menghubungkan antar orang, antar bagian dalam organisasi, atau sebagai aliran yang mampu membangkitkan kinerja orangorang yang terlibat di dalam organisasi tersebut. Efektivitas organisasi terletak pada efektivitas Komunikasi, sebab komunikasi itu penting untuk menghasilkan pemahaman yang sama antara pengirim informasi dengan


(52)

penerima informasi pada semua tingkatan/level dalam organisasi. Selain itu komunikasi juga berperan untuk membangun iklim organisasi yang pada akhirnya dapat mempengaruhi efisiensi dan produktivitas organisasi.

Adapun peranan komunikasi organisasi antara lain :

1. Peranan antarpersona

Wewenang yang formal dari seorang manajer secara langsung akan menimbulkan 3 peranan yang meliputi hubungan antarpesonal yang mendasar, yaitu sebagai berikut :

a. Peranan tokoh

Disebabkan oleh kedudukannya sebagai kepala suatu unit organisasi, seorang manajer melakukan tugas yang bersifat keupacaraan/seremonial. Karena ia adalah seorang tokoh, maka selain memimpin berbagai upacara yang dikantornya sendiri, ia juga diundang berbagai pihak luar untuk menghadiri berbagai upacara, misalnya pembukaan sebuah proyek, ulang tahun suatu instansi, pernikahan rekan manajer, dan sebagainya.

Jelas bahwa dikantor sendiri seorang manajer akan tampil menjadi komunikator dan pada kesempatan itu pula ia memberikan penerangan, penjelasan, himbauan, ajakan, dan lain-lain.

b. Peranan pemimpin

Sebagai pemimpin, seorang manajer bertanggung jawab atas lancar-tidaknya pekerjaan yang dilakukan bawahannya. Beberapa kegiatan


(53)

bersangkutan langsung dengan kepemimpinannya pada semua tahap manajemen: penentuan kebijaksanaan, perencanaan, pengorganisasian, penggerakan, pengawasan, dan penilaian. Ada juga kegiatan-kegiatan yang tidak langsung berkaitan dengan kepemimpinannya, antara lain memotivasi para karyawan agar giat bekerja. Untuk melaksanakan kepemimpinannya secara efektif, maka ia harus mampu melaksanakan komunikasi secara efektif. Dalam konteks kepemimpinan, seorang manajer berkomunikasi efektif bila ia mampu membuat para karyawan melakukan kegiatan tertentu dengan kesadaran, kegairahan, dan kegembiraan. Dengan suasana kerja seperti itu akan dapat diharapkan hasil yang memuaskan.

c. Peranan penghubung

Dalam peranan sebaga penghubung, seorang manajer melakukan komunikasi dengan orang-orang di luar jalur komando vertikal, baik secara formal maupun secara tidak formal.

Beberapa hasil penelitian menunjukkan bahwa para manajer menghabiskan waktunya berhubungan dengan orang-orang diluar organisasinya sama dengan waktu yang dipergunakan untuk berhubungan dengan bawahannya. Disamping itu temua lainnya menunjukkan bahwa waktu yang digunakan untuk berhubungan dengan atasannya sendiri ternyata sangat sedikit.

Dari ketiga jenis peranan yang termasuk kedalam peranan antarapersonal tersebut tampak bahwa, komunikasi yang dilakukan oleh


(54)

manajer berlangsung secara antarpersonal. Dalam melaksanakan peranannya itu meskipun sering kali tidak formal, banyak informasi yang dapat diperoleh yang banyak manfaatnya bagi pengembangan organisasi dan membinaan prilaku organisasional para karyawannya. Informasi mengenai kebijakan perintah atau pengaruh politik tokoh organisasi tertentu mungkin dapat diperoleh lebih cepat dengan kontak pribadi seperti melalui pengumuman resmi. Kecepatan infomasi yang diperoleh adalah faktor penting dalam proses pengambilan keputusan dalam suatu organisasi.

2. Peranan informasi

Dalam organisasinya, seorang manajer berfungsi sebagai pusat informasi. Ia mengembangkan pusat informasi bagi kepentingan organisasinya. Peranan informasional meliputi peranan-peranan sebagai berikut:

a. Peranan monitor

Dalam melakukan peranannya sebagai monitor, manajer memandang lingkungan sebagai sumber informasi. Ia mengajukan berbagai pertanyaan kepada rekan-rekannya atau kepada bawahannya, dan ia menerima informasi pula dari mereka tanpa diminta berkat kontak pribadinya yang selalu dibinanya.


(55)

b. Peranan penyebar

Sebagai kebalikan dari peranan dari penghubung peranan manajer sebagai penyebar seorang manajer menerima menghimpun informasi dari luar organisasi untuk kemudian disebarkan ke bawahannya.

Si manajer mengkomunikasikan informasi yang diperoleh dari luar kepada bawahannya karena bawahannya tidak banyak kesempatan memperoleh informasi dari luar yang penting bagi kepentingan organisasi.

c. Peranan juru bicara

Peranan ini memiliki kesamaan dengan peranan penghubung, yakni dalam hal mengkomunikasikan informasi kepada khalayak luar. Perbedaannya ialah dalam hal caranya: jika dalam peranannya sebagai penghubung ia menyampaikan informasi secara antarpribadi dan tidak selalu resmi, namun dalam perananya sebagai juru bicara tidak selamanya secara kontak pribadi, tetapi selalu resmi. Dalam peranannya sebagai juru bicara itu ia juga harus mengkomunikasikan informasi kepada orang-orang yang berpengaruh yang melakukan pengawasan terhadap organisasinya. Kepada khalayak di luar organisasinya ia memberikan informasi dalam rangka pengembangan organisasinya. Ia meyakinkan khalayak bahwa organisasi yang dipimpinnya telah melakukan tanggung jawab sosial sebagaimana mestinya. Ia meyakinkan pula para pejabat pemerintah bahwa organisasinya berjalan sesuai dengan peratruran sebagaimana harusnya.


(56)

3. Peranan memutuskan

Menyebarkan dan mencari informasi sudah pasti bukan menjadi tujuan organisasi. Informasi menrupakan data yang penting dalam proses pengambilan keputusan dalam sebuah organisasi. Manajer memegang peranan yang sangat penting dalam proses pengambilan keputusan dalam organisasi. Dalam kewenangannya yang formal ia dapat melakukan kegiatan-kegiatan yang baru dan penting , dalam kedudukannya sebagai pusat syaraf yang formal ia memperoleh informasi yang lengkap dan aktual untuk mengambil keputusan yang strategis yang menentukan ”nasib” perusahaan.

Ada empat peranan yang dicakup pada peranan ini:

a. Peranan wiraswasta

Seorang manajer berusaha memajukan organisasinya dan mengadakan penyesuaian terhadap perubahan kondisi lingkungannya. Ia senantiasa memandang ke depan untuk mendapatkan gagasan baru. Jika sebuah gagasan muncul, maka ia mengambil prakarsa untuk mengembangkan sebuah proyek yang di awasinya sendiri atau didelegasikannya kepada bawahannya.

b. Peranan pengendali gangguan

Dalam peranannya sebagai pengendali gangguan, seorang manajer dengan sendirinya menanggapi setiap tekanan yang menimpa dirinya.


(57)

Dalam hal ini, berarti perubahan yang terjadi adalah diluar pengawasannya. Ia harus bertindak karena tekanan-tekanan situasi tidak bisa dibiarkan berlarut-larut, pekerja mogok, para pelanggan menghilang dan pindah keperusahaan lain, para pemasok menarik diri.

Timbulnya gangguan bukan saja karena si manajer kurang tanggap terhadap situasi, tapi juga karena tidak bisa membayangkan konsekuensi-konsekuensi yang timbul karena kegiatan-kegiatan yang dilakukannya.

c. Peranan penentu sumber

Seorang manajer bertanggung jawab untuk memutuskan pekerjaan apa yang harus dilakukan, siapa yang akan melaksanakan, dan bagaimana pembagian pekerjaan dilangsungkan. Manajer juga mempunyai kewenangan mengenai pengambilan keputusan penting sebelum implementasi dijalankan. Dengan kewenangan itu, manajer dapat memastikan bahwa keputusan-keputusan yang berkaitan semuanya berjalan melalui pemikiran tunggal.

d. Peranan perunding

Manajer melakukan peranan perunding bukan saja mengenai hal-hal yang resmi dan langsung berhubungan dengan organisasi, melainkan juga tentang hal-hal yang tidak resmi dan tidak langsung berkaitan dengan kekaryaan. Bagi manajer, perundingan merupakan gaya hidup karena hanya ialah yang mempunyai wewenang untuk menanggapi sumber-sumber organisasional pada waktu yang tepat, dan hanya ialah yang merupakan


(58)

pusat jaringan informasi yang sangat diperlukan bagi perundingan yang penting.


(59)

BAB III

METODE PENELITIAN

III.1. Deskripsi Tempat Penelitian

III.1.1. Latar Belakang Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara, alamat di Jalan T. Daud No.5 Medan. Perubahan institusi Badan Lingkungan Hidup Daerah (BAPEDALDA) Provinsi Sumatera Utara menjadi Badan Lingkungan Hidup yang disingkat dengan BLH Provinsi Sumatera Utara dengan berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008, tidak merubah fungsi dan tugas serta kedudukan Badan tersebut sebagai koordinator pengelolaan lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Utara. Secara garis besar, fungsi strategis yang diembannya adalah untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan sesuai dengan amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

Konsep pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan mengandung makna bahwa setiap orang memikul kewajiban dan tanggung jawab terhadap generasi mendatang dan terhadap sesamanya dalam satu generasi, serta mensyaratkan terpeliharanya pelestarian fungsi dan kemampuan lingkungan hidup sebagai tumpuan bagi pembangunan berkelanjutan..


(60)

Walaupun konsep pembangunan berkelanjutan ini telah dilaksanakan sejak diterbitkannya Undang-undang No. 4 Tahun 1982 dan diganti dengan Undang-undang No. 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup yang kemudian diganti dengan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Pengelolaan dan Perlindungan Lingkungan Hidup, pada kenyataannya degradasi dan penurunan kualitas lingkungan masih terus meningkat, antara lain pencemaran lingkungan hidup akibat limbah cair dari kegiatan industri, rumah sakit, limbah domestik yang belum dikelola dengan baik serta pencemaran udara yang berasal dari sumber bergerak (kendaraan bermotor), sumber tidak bergerak dari cerobong asap pabrik dan kebakaran hutan.

Kondisi lingkungan seperti tidak dapat dipungkiri merupakan dampak dari meningkatnya kegiatan pembangunan dan pemanfaatan sumberdaya alam untuk memenuhi kebutuhan penduduk yang semakin meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk serta kebutuhan ekonomi lainnya. Pembangunan yang dilaksanakan untuk mencapai target ekonomi dan kurang memperhatikan pentingnya pelestarian fungsi lingkungan hidup, adanya sikap yang mementingkan diri sendiri, berpikir untuk keperluan jangka pendek, merupakan perilaku yang mengakibatkan semakin parahnya kondisi lingkungan. Selain itu sistem manajemen lingkungan dan tehnologi lingkungan yang belum berkembang dengan baik serta pengawasan dan pengendalian lingkungan hidup serta penegakan hukum yang belum berjalan secara efektif mengakibatkan pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup masih terus berlanjut.


(61)

III.1.2. Visi dan Misi 1. Visi

Bertitik tolak dari beban tugas, fungsi dan tanggung jawab dalam menyiapkan konsep kebijakan pengendalian Lingkungan Hidup, maka Badan Lingkungan Hidup Daerah Provinsi Sumatera Utara mempunyai Visi “Menjadi pembina dan koordinator yang handal, profesional dalam pengendalian dampak lingkungan hidup untuk mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Utara”.

Makna yang terkandung dalam visi di atas adalah bahwa Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara secara organisatoris mampu mengarahkan, menggerakkan potensi dan sumber – sumber yang dimiliki, mengkoordinasikan kegiatan dengan dinas sektor di jajaran Provinsi Sumatera Utara dan dengan berbagai elemen masyarakat dalam upaya pengendalian lingkungan hidup dalam rangka mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Utara.

2. Misi

Agar visi yang dirumuskan tersebut dapat direalisasikan dan sekaligus memberi kejelasan tentang tujuan yang akan diwujudkan di samping memberi fokus terhadap program yang akan dilaksanakan maka


(62)

Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara menetapkan Misi sebagai berikut :

“Memberikan kontribusi nyata dalam pencegahan, penanggulangan, pencemaran, kerusakan lingkungan dan pemulihan kualitas lingkungan hidup melalui perumusan kebijakan, koordinasi pelaksanaan, pembinaan dan pengawasan, pengkajian dan evaluasi, pengembangan kelembagaan sumberdaya manusia dan program pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup di Provinsi Sumatera Utara”.

III.1.3 Tugas

Badan Lingkungan Hidup disingkat BLH merupakan institusi yang menangani pengelolaan dan perlindungan lingkungan hidup di Pemerintahan Provinsi Sumatera yang mempunyai tugas melaksanakan kebijakan daerah yang bersifat spesifik dibidang administrasi umum, pengkajian tata lingkungan dan Amdal, pengendalian pencemaran lingkungan dan pengelolaan limbah, pengendalian kerusakan dan pemulihan lingkungan, penaatan lingkungan dan komunikasi lingkungan, serta tugas pembantuan di bidang lingkungan hidup yang secara teknis mengacu kepada Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008 tentang Lembaga Teknis Daerah Provinsi Sumatera Utara yang juga merupakan unsur penunjang Pemerintah Provinsi.


(63)

III.1.4 Fungsi

Berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2008 Provinsi Sumatera Utara, dalam menyelenggarakan tugas tersebut di atas, BLH Provinsi Sumatera Utara mempunyai fungsi :

a. perumusan kebijakan teknis di bidang pengkajian dampak lingkungan dan Amdal, pengendalian kerusakan lingkungan dan pengelolaan limbah, pengendalian kerusakan lingkungan dan pemulihan serta penaatan lingkungan dan komunikasi lingkungan;

b. pemberian dukungan atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah dibidang pengkajian tata lingkungan dan Amdal, pengendalian pencemaran dan pengelolaan limbah, pengendalian kerusakan dan pemulihan lingkungan serta penaatan lingkungan dan komunikasi lingkungan;

c. pembinaan dan pelaksanaan tugas dibidang lingkungan hidup;

d. pelaksanaan tugas pembantuan pemerintahan dibidang lingkungan hidup;

e. pelaksanaan pelayanan administrasi internal dan eksternal;

f. pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Gubernur sesuai dengan tugas dan fungsinya;

III.1.5. Struktur

Berdasarkan Peraturan Gubernur Sumatera Utara Nomor 7 tahun 2010 tentang Uraian Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara, Badan Lingkungan Hidup Provinsi


(64)

Sumatera Utara menjalankan visi dan misinya yang terurai dalam struktur organisasi BLH SU

Badan Lingkungan Hidup Provinsi Sumatera Utara dipimpin oleh seorang Kepala Badan yang mempunyai uraian tugas :

a. menyelenggarakan pembinaan pegawai di lingkungan Badan Lingkungan Hidup;

b. menyelenggarakan arahan dan bimbingan kepada Pejabat Struktural pada Badan Lingkungan Hidup;

c. menyelenggarakan instruksi pelaksanaan tugas pokok dan fungsi Badan Lingkungan Hidup;

d. menyelenggarakan penetapan program kerja dan rencana kegiatan Badan, sesuai dengan arahan pembangunan nasional dan pembangunan daerah;

e. menyelenggarakan penetapan pengkajian dan penetapan pemberian dukungan dengan kebijakan umum dan kebijakan Pemerintahan Daerah;

f. menyelenggarakan pengkajian dan memetapkan pemberian dukungan tugas atas penyelenggaraan Pemerintahan Daerah di bidang lingkungan hidup;

g. menyelengarakan faslitasi yang berkaitan dengan penyelenggaraan program, kelestarian, tata lingkungan dan Amdal, pengendalian pencemaran lingkungan dan pengelolaan limbah, pengendalian kerusakan dan pemulihan lingkungan, penaatan lingkungan dan komunikasi lingkungan;


(65)

h. menyelenggarakan pemberian saran pertimbangan dan rekomendasi mengenai lingkungan hidup sebagai bahan penetapan kebijakan umum pemerintah daerah;

i. menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan;

j. menyelenggarakaan koordinasi dan kerjasama dengan instansi/lembaga terkait lainya untuk kelancaran pelaksanaan kegiatan Badan;

k. menyelenggarakan koordinasi penyusunan tugas-tugas teknis serta evaluasi dan pelaporan yang meliputi kesekretariatan, tata lingkungan dan Amdal, pengendalian pencemaran dan dan pengelolaan limbah, pengendalian kerusakan dan pemulihan lingkungan, penaatan lingkungan dan komunikasi lingkungan;

l. menyelenggarakan koordinsi kegiatan teknis dalam rangka penyelenggaraan pelayanan di bidang lingkungan;

m. menyelenggarakan koordinasi dengan Badan/Lembaga Lingkungan Hidup Lintas Kabupaten/Kota;

n. menyelenggarakan koordinasi dengan pembinaan Unit Pelaksana Teknis Badan;

o. menyelenggarakan hubungan koordinasi dengan Unit Kerja Lain;

p. menyelenggarakan tugas lain yang diberikan Gubernur melalui Sekretaris Daerah Provinsi, sesuai dengan tugas dan fungsinya;

Dalam melaksanakan tugas dan fungsinya, Kepala Badan dibantu oleh : a. Sekretariat;


(66)

c. Bidang Pengendalian Pencemaran Lingkungan dan Pengelolaan Limbah;

d. Bidang Pengendalian Kerusakan dan Pemulihan Lingkungan; e. Bidang Penaatan Lingkungan dan Komunikasi Lingkungan; f. UPT Laboratorium Lingkungan;

g. Kelompok Jabatan Fungsional;

A. Sekretariat Badan mempunyai tugas membantu Kepala Badan di bidang urusan umum, keuangan dan program;

Sekretariat Badan Lingkungan Hidup menyelenggarakan fungsi:

a. penyelenggaraan pembinaan pegawai pada lingkup sekretariat; b. penyelenggaraan arahan, bimbingan kepada pejabat struktural pada

lingkup sekretariat meliputi umum, kepegawaian, keuangan, program serta pelayanan umum;

c. penyelenggaraan penyusunan program kegiatan lingkup sekretariat; d. penyelenggaraan administrasi perencanaan, keuangan, umum,

kepegawaian dan pelayanan umum, pemberian izin lingkungan, pembinaan sumber daya manusia lingkungan dan peningkatan kapasitas, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan;

e. penyelenggaraan koordinasi penyusunan rencana pembangunan jangka menengah dan tahunan Badan, sesuai ketentuan dan standar yang ditetapkan;

f. penyelenggaraan tugas lain yang diberikan oleh Kepala Badan, sesuai bidang tugas dan fungsinya;


(67)

g. penyelenggaraan pemberian masukan yang perlu kepada Kepala Badan, sesuai bidang tugas dan fungsinya;

h. penyelenggaraan laporan dan pertanggungjawaban atas pelaksanaan tugas dan fungsinya kepada Kepala Badan sesuai standar yang ditetapkan;

Sekretaris mempunyai uraian tugas:

a. menyelenggarakan koordinasi rencana program kerja sekretariat, Bidang-Bidang dan pembinaan Unit Pelaksana Teknis Badan;

b. menyelenggarakan kajian perencanaan program Badan;

c. menyelenggarakan kajian perencanaan program kesekretariatan; d. menyelenggarakan pengelolaan dan pembinaan administrasi

keuangan;

e. menyelenggarakan kajian Anggaran Belanja;

f. menyelenggarakan pengendalian administrasi Anggaran Belanja; g. menyelenggarakan pengendalian administrasi kepegawaian;

h. menyelenggarakan pembinaan Sumber Daya Manusia lingkungan dan pengembangan kapasitas;

i. menyelenggarakan koordinasi penyusunan rencana strategis, laporan Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah (LAKIP), LKPJ dan LPPD Badan serta SLHD;

j. menyelenggarakan penatausahaan, kelembagaan dan ketatalaksanaan;

k. menyelenggarakan pengelolaan dan pembinaan naskah dinas, kearsipan, pentelekomunikasian dan persandian;


(68)

l. menyelenggarakan fasilitasi pelayanan minimal, serta memproses pengadminitrasian penertiban izin lingkungan;

m. menyelenggarakan pengadaan, pemeliharaan, penataan, pembinaan dan pengelolaan unsur rumah tangga dan perlengkapan/peralatan kantor;

n. menyelenggarakan penyusunan bahan rancangan pendokumentasian peraturan perundang-undangan, pengelolaan perpustakaan, keprotokolan dan hubungan masyarakat;

o. menyelenggarakan pendistribusian peraturan perundang-undangan Lingkungan Hidup dan program pembangunan berkelanjutan melalui kegiatan penyuluhan, seminar, lokakarya, workshop dan diseminasi;

p. menyelenggarakan fasilitasi dan pengaturan keamanan kantor; q. menyelenggarakan koordinasi dan pembinaan jabatan fungsional; r. menyelenggarakan koordinasi pelaporan, evaluasi, monitoring atas

kegiatan bidang-bidang di lingkungan Badan dan Unit Pelaksana Teknis Badan;

s. menyelenggarakan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan;

t. menyelenggarakan koordinasi dengan unit kerja terkait; u. menyelenggarakan dan mengatur rapat-rapat internal badan; v. menyelenggarakan tugas lain, sesuai dengan tugas dan fungsinya; Untuk melaksanakan tugas, fungsi dan uraian tugas, Sekretaris Badan Lingkungan Hidup, dibantu oleh :


(69)

a. Kepala Sub Bagian Umum; b. Kepala Sub Bagian Keuangan; c. Kepala Sub Bagian Program;

(1) Kepala Sub Bagian Umum mempunyai tugas :

a. melaksanakan pengumpulan data/bahan dan referensi untuk kebutuhan tugas dan fungsi Sekretariat;

b. melaksanakan penyusunan perencanaan/program kerja Sekretariat dan Sub Bagian Umum;

c. melaksanakan penyusunan dan pengolahan data kepegawaian;

d. melaksanakan penyiapan dan pengusulan kenaikan pangkat, kenaikan gaji berkala dan pensiun pegawai, peninjauan masa kerja dan pemberian penghargaan, serta tugas/izin belajar, pendidikan dan pelatihan kepemimpinan/struktural, fungsional dan teknis;

e. melaksanakan penyusunan bahan pembinaan disiplin pegawai; f. melaksanakan penyiapan bahan pengembangan karier dan mutasi

serta pemberhentian pegawai;

g. melaksanakan pengembangan dan peningkatan wawasan SDM Fungsional dibidang keadministrasian;

h. melaksanakan pengusulan gaji berkala dan peningkatan kesejahteraan pegawai di lingkungan Badan;

i. melaksanakan penyiapan bahan pembinaan kelembagaan dan ketatalaksanaan kepada unit di lingkungan Badan;

j. melaksanakan penyusunan bahan rancangan dan pendokumentasian peraturan perundang-undangan;


(70)

k. melaksanakan administrasi/penatausahaan, penerimaan, pendistribusian, surat-surat, naskah dinas dan arsip;

l. melaksanakan pengadaan naskah dinas;

m. melaksanakan urusan keprotokolan, perjalanan dinas pimpinan dan peyiapan rapat-rapat;

n. melaksanakan pengelolaan hubungan masyarakat, pelayanan umum, pelayanan minimal dan pendokumentasian surat-surat, barang bergerak, dan barang tidak bergerak;

o. melaksanakan penyusunan rencana kebutuhan sarana dan prasarana pengurusan rumah tangga, pemeliharaan/perawatan lingkungan kantor, kendaraan dan aset lainnya;

p. melaksanakan penyusunan laporan, evaluasi dan monitoring kegiatan Sub Bagian Umum;

q. melaksanakan penyusunan bahan telaahan staf sebagai bahan pertimbangan pengambilan kebijakan;

r. melaksanakan pengelolaan dan pembinaan perpustakaan Badan; s. melaksanakan penyerasian ketikan naskah dinas;

t. melaksanakan pengelolaan administrasi kepegawaian pada Unit Pelaksana Teknis Badan;

u. melaksanakan pembinaan kearsipan kepegawaian Badan dan Unit Pelaksana Teknis Badan;

v. melaksanakan koordinasi dengan unit kerja terkait;

w. melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh Sekretaris, sesuai dengan Bidang tugasnya;


(71)

(2) Kepala Sub Bagian Keuangan, mempunyai tugas :

a. melaksanakan pengumpulan bahan/data dan referensi untuk kebutuhan pelaksanaan tugas dan fungsi Sekretariat;

b. melaksanakan penyusunan perencanaan/program kerja Sekretariat dan Sub Bagian Keuangan;

c. melaksanakan penyusunan bahan dan penyiapan anggaran Badan; d. melaksanakan pengadministrasian dan pembukuan keuangan

Badan dan UPT;

e. melaksanakan penyusunan pembuatan daftar gaji dan tunjangan daerah;

f. melaksanakan pembinaan perbendaharaan keuangan;

g. melaksanakan penyiapan bahan dan pembinaan pengelolaan teknis administrasi keuangan;

h. melaksanakan pembayaran gaji pegawai dan penghasilan tambahan lainnya;

i. melaksanakan verifikasi keuangan;

j. melaksanakan penatausahaan belanja langsung dan belanja tidak langsung pada Unit Pelaksana Teknis;

k. melaksanakan Sistem Akutansi Instansi (SAI) dan penyiapan bahan pertanggungjawaban keuangan;

l. melaksanakan koordinasi penyusunan bahan evaluasi dan pelaporan administrasi keuangan;

m. melaksanakan pelayanan dan penyiapan bahan atas kepegawaian; n. melaksanakan pelayanan dan penyiapan bahan atas pengawasan;


(1)

Lingkungan Hidup Sumatera Utara, peneliti menganalisis jawaban responden dengan menggunakan analisis tabel tunggal. Dari keseluruhan tabel tunggal yang telah dianalisis, dapat digambarkan bahwa Fungsi dan Peranan Komunikasi Organisasi yang ada di BLH terlaksana dengan baik dan semestinya. Baik atasan dengan bawahan maupun sesama pegawai memiliki komunikasi yang baik diantara mereka.


(2)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai “Peranan dan Fungsi Komunikasi Organisasi” yang dilakukan di Badan Lingkungan Hidup Sumatera Utara, maka peneliti menyimpulkan hal-hal sebagai berikut :

1. Komunikasi yang terjalin diantara atasan kepada bawahan maupun sesama pegawai sangat baik dan efektif.

2. Adanya saling keterbukaan akan informasi yang di dapat oleh atasan kepada bawahannya agar bawahannya mengetahui informasi penting yang berkaitan dengan perusahaan tersebut.

3. Peranan yang sudah ditetapkan oleh atasan dikerjakan dengan baik sesuai dengan tujuan yang ada.

4. Fungsi Komunikasi yang ada di Badan Lingkungan Hidup dilaksanakan dengan semestinya sehingga pekerjaan mereka siap tepat waktu.

5. Adanya Koordinasi yang baik dalam pembagian tugas kerja yang harus dikerjakan.


(3)

5.2. Saran

Melalui penelitian ini, peneliti merumuskan beberapa saran terkait dengan peranan dan fungsi komunikasi organisasi yang dapat menjadi masukan yang membangun bagi perusahaan atau kelompok usaha, pribadi, maupun secara umum. Adapun saran tersebut adalah:

1. Keberadaan perusahaan tidak akan pernah terlepas dari lingkungan yang ada disekitarnya. Eksistensi suatu lembaga usaha dinilai berhasil apabila perusahaan tersebut mampu mensejahterakan masyarakat sekitar. Maka untuk itu perusahaan juga memperhatikan lingkungan sekitar agar lingkungan tersebut juga dapat dijaga dengan baik.

2. Terus melakukan penyuluhan dalam menjaga lingkungan hidup bersih di Sumatera Utara agar fungsi dan peranan Badan Lingkungan Hidup Sumut lebih meningkat kualitasnya.

3. Tetap menjaga kekompakkan dan kerjasama yang baik diantara anggota maupun sama atasan.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Alo, Liliweri. 2011. Komunikasi Serba Ada Serba Makna. Jakarta. Kencana Prenada Media Group.

Ig Wursanto, 1994, Etika Komunikasi Kantor, Penerbit Kanisius Jogyakarta Jefkins, Frank. 1995. Manajemen Pubic Relations. Erlangga, Jakarta

Moeliono M, Anton.1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia.Balai Pustaka. Jakarta

Muhammmad, Arni. 2007. Komunikasi Organisasi. Jakarta: Bumi Aksara Nawawi, Hadari. 1995. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta : Gadjah Mada University Press

Riwandi. 2009. Ilmu Komunikasi. Yogyakarta. Graha Ilmu

Robbins, Stephen P, 1994, Teori Organisasi: Struktur, Desain & Aplikasi.

Terjemahan Jusuf Udaya, Lic., Ec. Arcan

Singarimbun, Masri. 2002. Metode Penelitian Survey. Jakarta : LP3S Suhandang, Kustadi. 2004. Public Relations Perusahaan, Nuansa. Bandung Suharsimi, Arikunto. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Jakarta : PT. Rineka Cipta

Sumartono. (2003). Kecerdasan Komunikasi. (Rahasia Hidup Sukses). Jakarta: PT Elex

Media Komputindo.

Suprapto,Tommy.2011. Pengantar Ilmu Komunikasi. Yogyakarta. CAPS Timpe, Dale, A, 1992, Productivitas. Alih Bahasa Dimas S. R. dan Soesanto Budidarmo. Jakarta:PT .Gramedia.

Uchana Effendi, Onong. 1984. Ilmu, Teori dan Praktek komunikasi. Bandung

Sumber Lain :

2011 pukul 11.00 am)


(5)

( diakses tanggal 26 okt pukul 18.00)


(6)

BIODATA

Nama : Siti Aisyah

Tempat/Tanggal Lahir : Medan/14 Juni 1990 Jenis Kelamin : Perempuan

Kewarganegaraan : Indonesia

Agama : Islam

Alamat : Jl. Parkit 6 No.245 Perumnas Mandala Medan

Nama Orangtua/Pekerjaan

- Ayah : Muhammad Khaidir/ Sales

- Ibu : Andi Nurhayati/ Ibu Rumah Tangga Nama Saudara : Muhammad Irsan

Siti Maysarah Meiliza Putri Anisa Febrianti Anak ke-/dari- : 2 dari 5 bersaudara

Pendidikan : 1996 – 2002 SD Muhammadiyah 30 Medan 2002 – 2005 MTsN 2 Medan

2005 – 2008 SMA Swasta Teladan Medan

Email

Hobi : membaca

Organisasi selama menjadi mahasiswa Universitas Sumatera Utara : - Organisasi LSM YP2M 2009- Sekarang


Dokumen yang terkait

Distorsi Komunikasi Komunitas Film Sumatera Utara (Kofi Sumut) (Studi Deskriptif Kualitatif Gangguan Komunikasi Organisasi Pada Komunitas Film Sumatera Utara Selama Produksi Sampai Dengan Pemutaran Perdana Film “Omnibus Bohong”)

5 122 134

Peranan Komunikasi Sebagai Solusi Konflik (Studi Deskriptif Komunikasi Antar Pribadi sebagai Solusi Konflik pada Hubungan Persahabatan Remaja di SMA ST. THOMAS -2 MEDAN)

8 214 101

Peranan Komunikasi Dalam Kepemimpinan Organisasi (Studi Deskriptif tentang Peranan Komunikasi dalam Kepemimpinan Organisasi di Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Sibolga)

5 86 137

Pengaruh Komunikasi Organisasi Vertikal ke Bawah, Vertikal ke Atas dan Horizontal terhadap Kinerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat II Medan

0 43 162

Hubungan Komunikasi Organisasi dengan Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi (Studi Korelasional pada Ikatan Mahasiswa Pemimpin Rasional)

0 28 160

Pola Komunikasi Dalam Koperasi (Studi Deskriptif Tentang Pola Komunikasi Organisasi Dalam Koperasi Syariah Berkah Mandiri Jln Setia Budi No. 175 C Tanjung Sari, Medan).

14 81 144

Iklim Komunikasi Organisasi Dan Kepuasan Kerja(Studi Korelasional Tentang Hubungan Iklim Komunikasi Organisasi Terhadap Kepuasan Kerja Di Kalangan Karyawan Bank Sumut Cabang Medan Sukaramai, Medan Sumatera Utara)

6 45 143

Peranan Komunikasi Dalam Organisasi

0 35 5

Kepemimpinan dan Iklim Komunikasi (Studi Deskriptif Kuantitatif tentang Peranan Pemimpin terhadap Iklim Komunikasi di KOMPAS-USU)

5 99 137

PERANAN KOMUNIKASI DALAM KEPEMIMPINAN ORGANISASI (Studi Deskriptif tentang Peranan Komunikasi dalam Kepemimpinan Organisasi di Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Sibolga)

0 1 12