Hubungan Komunikasi Organisasi dengan Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi (Studi Korelasional pada Ikatan Mahasiswa Pemimpin Rasional)

(1)

HUBUNGAN KOMUNIKASI ORGANISASI DENGAN

SOSIALISASI NILAI-NILAI ORGANISASI

(Studi Korelasional pada Organisasi Ikatan Mahasiswa Pemimpin Rasional dan Kreatif – IMPERATIF)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana dari

Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara

Oleh:

HOT TRIANY NADAPDAP NIM. 050922035

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN


(2)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul Hubungan Komunikasi Organisasi dengan Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi (Studi Korelasional pada Organisasi Ikatan Mahasiswa Pemimpin Rasional dan Kreatif – IMPERATIF), yang membahas mengenai cara dan proses organisasi IMPERATIF dalam mengkomunikasikan nilai-nilai yang dianutnya dengan harapan dapat mensosialisasikan (menyampaikan) nilai-nilai tersebut kepada anggota.

Data primer penelitian diperoleh melalui kuisioner dengan sampel keseluruhan (total sampling) yaitu 59 orang anggota biasa IMPERATIF. Cara pengolahan data, untuk menghitung tingkat signifikansi hasil hipotesa tersebut dilakukan dengan diperoleh dengan metode penelitian korelasional dengan dua variasi (korelasi bivariat) dan banyak variasi (korelasi multivariat).

Penelitian ini juga menunjukkan nilai yang signifikan (dapat dipercaya) antara komunikasi organisasi dan sosialisasi nilai-nilai organisasi, dengan perhitungan dua derajat kepercayaan yaitu derajat 95% (0,05) dan derajat 99% (0.01). Hasil penelitian menunjukkan nilai rXY = 0,85 sama besar dengan nilai

rXYZ = 0,85; berarti bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat (sangat tinggi)

antara komunikasi organisasi dengan sosialisasi nilai-nilai organisasi, dan harga yang positif menggambarkan adanya hubungan yang linear (garis lurus) antara komunikasi organisasi dan sosialisasi nilai-nilai organisasi. Nilai yang tetap antara rXY dan rXYZ menunjukkan bahwa variabel antara (karakteristik responden) tidak

berpengaruh pada hubungan antara komunikasi organisasi dengan sosialisasi nilai-nilai organisasi.


(3)

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

HALAMAN PERSETUJUAN

Skripsi ini disetujui untuk diperbanyak dan dipertahankan oleh:

Nama : Hot Triany Nadapdap, Amd

NIM : 050922035

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul : Hubungan Komunikasi Organisasi dengan Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi

(Studi Korelasional pada Ikatan Mahasiswa Pemimpin Rasional).

Medan, Oktober 2007

Dosen Pembimbing Ketua Departemen

Drs. Hendra Harahap, MSi Drs. Amir Purba, MA NIP. 132 102 415 NIP. 131 694 104

Dekan

Prof. DR. M. Arif Nasution, MSi NIP. 131 757 010


(4)

KATA PENGANTAR

Semua ini hanya karena Tuhan. Tanpa kekuatan, hikmat dan kemudahan yang berasal dari-Nya, peneliti tidak akan pernah bisa menyelesaikan tahapan hidup yang satu ini.

Sekilas tentang alasan pengerjaan skripsi dengan topik ini adalah, karena peneliti menaruh perhatian pada keadaan pemerintah dan kebijakan yang tidak menentu (tidak konsisten dan konsekwen) yang ada di bangsa dan negara Indonesia. Kondisi dimana masing-masing pemimpin, tidak lagi mampu mempertanggungjawabkan apa yang telah diputuskan dan diperkatakannya di hadapan masyarakat luas. “Jabatan dan kedudukan adalah amanat (mandat) dari Tuhan dan masyarakat, saya akan pergunakan untuk kepentingan rakyat”, merupakan kalimat yang sering terdengar di telinga saat meminta dukungan di kampanye, tapi semua itu tak pernah diingat apalagi dilaksanakan setelah tampuk kekuasaan diduduki oleh mereka.

Di sisi lain, masyarakat baik sadar maupun tidak merasa terus dipersulit, terus dipojokkan dan tak jarang mereka berpikir bahwa hidup mereka dipermainkan dengan terus menjadi korban keputusan-keputusan. Keputusan yang setiap tahunnya berubah tanpa alasan dan penjelasan yang dapat diterima, hingga adegan berbau premanisme oleh para wakil rakyat di parlemen yang terus menjadi tontonan di media, membuat masyarakat tak lagi menaruh simpati dan hormat kepada pemimpinnya.


(5)

kebangsaan, mulai dari aspek ideologi, politik, ekonomi, sosial, budaya dan pertahanan keamanan. Karena merekalah yang pada akhirnya membuat keputusan. Apa yang terjadi, jika wakil rakyat tersebut mulai kehilangan hati nurani dan mental pengabdian bangsa, bahkan hanya memikirkan keadaan “golongannya” sendiri? Apakah sebagai rakyat, kita mau dipimpin oleh pemimpin yang tidak menyadari “panggilannya” akan jabatan dan kedudukannya?

Bagian yang paling memprihatinkan adalah saat kita bicara tentang hal kepemimpinan. Seharusnya kepemimpinan bicara tentang manusia dengan falsafah hidup dan pola berpikir, “Aku ingin menciptakan manusia-manusia berikutnya yang sama dengan diriku bahkan lebih baik dari diriku”. Dengan kata lain, jika hidup seorang pemimpin sudah baik dan benar menurut norma agama, sosial dan masyarakat, seharusnya dia memiliki beban moral untuk memperbanyak orang-orang baik dan benar seperti dirinya di muka bumi ini.

Hal ini tidak terlepas dari unsur manusia yang hidup di masa sebelum saat ini, manusia saat ini dan bahkan manusia setelah saat ini. Selanjutnya kita akan menyebut hal manusia antar masa ini dengan sebutan regenerasi. Apakah kondisi di bangsa dan negara ini disebabkan oleh proses regenerasi yang salah oleh para pemimpin sebelum kita atau memang keadaan kualitas manusia yang semakin menurun, sehingga tidak ditemukan orang-orang seperti para pejuang yang rela berkorban harta, nyawa dan harga diri demi keadaan bangsa dan negara, di jaman sekarang ini?

Hal fundamental yang seharusnya dimiliki setiap calon pemimpin adalah kekuatan mental untuk tetap berlaku benar sekali pun lingkungan di sekitarnya


(6)

sangat mendukungnya untuk berlaku tidak benar. Dan hal yang tidak kalah pentingnya bagi seorang pemimpin, dia harus memiliki orang-orang yang dapat dipercaya, yang tulus, dan murni untuk selalu ada di sekelilingnya, untuk memberi pandangan yang obyektif (pertimbangan baik atau buruk) akan suatu keputusan yang berorientasi kepada rakyat. Masa memupuk nasionalisme, harus sudah dimulai pada usia sedini mungkin dan untuk puncaknya adalah di jenjang pendidikan tertinggi di bangsa ini, yaitu tingkat mahasiswa di universitas. Sebagai pandangan kepada mahasiswa, jika tampuk kepemimpinan adalah mimpimu, persiapkan jiwa dan ragamu untuk terus dibentuk dalam proses, dengan bergabung dalam organisasi (komunitas) yang “sehat” untuk mengembangkan dirimu.

Peneliti mengucapkan terima kasih, kepada orang tua tercinta, Papa Letkol. (Purn. TNI-AD) Ishak P. Nadapdap dan (RIP) Mama Happy Gultom untuk pengalaman, cinta, perjuangan hidup yang membekali pembentukan mental dan memberi warna dasar hidupku. Kepada yang tercinta, Kakak AD. Kartika Waty N., SE bersama abang ipar Miduk Sianipar, AMd., ditambah lagi adanya Mika Sianipar (tante sayang dan sangat menunggu kamu hadir di pangkuan ini.), juga Kakak R. Sandhy N., AMd., cinta, pengertian, teladan dan kasih yang tulus dari kalian adalah alasan ku untuk tetap kuat menjalani hidup. Adik Winner B. N., Amd., kakak selalu bangga dan mendukung kamu.

Dalam kesempatan ini, peneliti juga mengucapkan terima kasih dan rasa hormat kepada:


(7)

2. Bapak Drs. Amir Purba, MA., selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Amir Purba, MA., selaku Pembimbing Akadenik (PA) peneliti selama masa perkuliahan.

4. Bapak Drs. Humaizi, MA., selaku Ketua Bidang Pendidikan yang memberi kesempatan dan ijin pada peneliti untuk meneliti permasalahan dalam skripsi ini.

5. Bapak Drs. Hendra Harahap, Msi., selaku Dosen Pembimbing yang telah memberikan pengajaran dan bimbingan kepada peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.

6. Seluruh Staf Pengajar yang telah mendidik peneliti selama masa perkuliahan di Departemen Ilmu Komunikasi.

7. Seluruh Staf Administrasi dan pegawai di Departemen Ilmu Komunikasi, khususnya kepada kak Ros dan kak Icut yang telah banyak membantu peneliti dalam hal kearsipan dan adminsitratif. 8. Kawan-kawan stambuk ’05 di Departemen Ilmu Komunikasi, ‘ngak

ada stambuk yang se-asik stambuk kita’.

9. Teman seangkatan di SD, SMP, SMU, sahabat-sahabat FA, teman-teman di Diploma 3 Bahasa Jepang USU dan teman-teman-teman-teman lainnya yang berada di dalam dan luar negeri, yang tidak tersurat, tapi tersirat di hati, kalian adalah kompetitor terbaik yang mampu memotivasiku untuk bisa punya daya saing tinggi dan terus menerus belajar menghadapi dunia nyata ini.


(8)

10. Sahabat-sahabat di tim 8 kepengurusan PMK 2004, teman-teman seperjuangan di tim kepengurusan PMK 2005, tim MPO 2006, tim PDS 2006, tim PD 2007, juga generasiku di kepengurusan 2006 dan kepengurusan 2007, warna-warni kalian masing-masing membuatku semakin mengagumi Maha Pencipta.

11. Selamat bergabung di komunitas pemimpin bagi generasi angkatan 2007 dan seterusnya yang mau terus belajar dengan membaca hasil penelitian ini.

12. Calon pemimpin yang pernah ku pimpin dan yang sampai saat ini ku pimpin, Elisabeth W., SS., Angelina R.S., AMd., Priscilla E.E.N., ditambah Elmi R.S., SE., Erica M.P., Ria E.G., Wina S., ditambah lagi Silfia H.C.S., SE., melihat dan mengamati hidup kalian membuat aku berkaca pada hidupku dan membuatku semakin mengagumi Sang Perenda terbaik.

13. Saudara-saudaraku, kak Ike R.L., SE dan dek Hetty K.V.H., SSn., keberadaan kalian sangat-sangat melengkapi hidupku. Apa artinya hidup, kalo dijalani sendiri saja, tanpa kalian. Hidup Kita!

Medan, November 2007 Peneliti,


(9)

DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Persetujuan ... i

Abstraksi ... ii

Kata Pengantar ... iii

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xii

Daftar Gambar ... xvii

Daftar Bagan ... xviii

Daftar Lampiran... xix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Pembatasan Masalah ... 5

1.4 Tujuan Penelitian ... 6

1.5 Manfaat Penelitian ... 6

1.6 Rancangan Teori ... 7

1.6.1 Teori Komunikasi Organisasi ... 8

1.6.2 Teori Sosialisasi ... 18

1.6.3 Teori Nilai ... 20

1.7 Kerangka Konseptual ... 20


(10)

1.7.2 Operasionalisasi Variabel ... 23

1.7.3 Defenisi Operasional ... 24

1.8 Hipotesis ... 26

1.9 Metode Penelitian ... 27

BAB II URAIAN TEORITIS ... 28

2.1 Pengertian Komunikasi ... 28

2.2 Ruang Lingkup Komunikasi ... 31

2.3 Pengertian Organisasi ... 33

2.4 Teori dan Model Komunikasi Antar Pribadi ... 41

2.4.1 Teori-teori Diri dan Orang Lain ... 41

2.4.2 Teori Hubungan Antar Pribadi (Interpersonal Relationship) ... 42

2.5 Teori dan Model Komunikasi Kelompok ... 43

2.5.1 Pengertian Komunikasi Kelompok ... 43

2.5.2 Karakteristik Komunikasi kelompok ... 45

2.5.3 Fungsi Komunikasi Kelompok ... 46

2.6 Komunikasi Organisasi ... 48

2.7 Nilai-nilai Organisasi ... 52

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 58


(11)

3.3 Metode Sampling ... 61

3.3.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 61

3.3.2 Populasi ... 63

3.3.3 Sampel ... 64

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 65

3.5 Metode Analisis Data Statistik ... 66

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 67

4.1 Analisis Data Penelitian Tentang Anggota IMPERATIF ... 68

4.2 Analisis Data Penelitian Tentang Pelaksanaan Komunikasi Organisasi di IMPERATIF ... 71

4.3 Analisis Data Penelitian Tentang Proses Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi di IMPERATIF ... 106

4.4 Analisis Data Penelitian Tentang Tabel Data Silang ... 120

4.4.1 Penyilangan data antara Keaktifan Dalam Pembinaan Organisasi dengan Pemahaman (Kognitif) Terhadap Bahan Organisasi ... 120

4.4.2 Penyilangan data antara Kehadiran Pada Doa Gabungan dengan Pengetahuan Visi Organisasi……….122


(12)

4.4.3 Penyilangan data antara Materi Doa Gabungan dengan

Proses Berdiri Organisasi………..123

4.4.4 Penyilangan data antara Jenis Kelamin dengan Keaktifan Dalam Pembinaan Organisasi……….. 124

4.4.5 Penyilangan data antara Lama Menjadi Anggota Dalam Organisasi dengan Intensitas Dalam Membina……….. 125

4.5 Analisis Data Penelitian Tentang Hubungan (Korelasi) antara Variabel Bebas (Komunikasi Organisasi) dan Variabel Terikat (Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi) ... 126

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 130

5.1 Kesimpulan ... 130

5.2 Saran ... 131


(13)

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Operasionalisasi Variabel ... 23

Tabel 3.2 Tabel Model Teoritis ... 59

Tabel 3.3 Tabel Skala Guilford... 61

Tabel 4.4 Jenis Kelamin Anggota IMPERATIF ... 68

Tabel 4.5 Usia Anggota IMPERATIF ... 69

Tabel 4.6 Lama Menjadi Anggota IMPERATIF ... 70

Tabel 4.7 Kehadiran Pada Kegiatan Doa Gabungan IMPERATIF ... 71

Tabel 4.8 Kehadiran Pada Kegiatan Pembinaan Organisasi ... 72

Tabel 4.9 Kehadiran Pada Kegiatan Ibadah Raya ... 73

Tabel 4.10 Kehadiran Pada Kegiatan Kubu Doa Kampus ... 74

Tabel 4.11 Kehadiran Pada Kegiatan Fun With English... 75

Tabel 4.12 Kehadiran Pada Kegiatan Aksi Dana Papan Bunga ... 76

Tabel 4.13 Membaca Majalah Dinding Sekretariat ... 77

Tabel 4.14 Membaca News Letter Contact ... 78

Tabel 4.15 Membaca Buku Saku AD/ART ... 79

Tabel 4.16 Membaca Laporan Pertanggung Jawaban Kepengurusan ... 80

Tabel 4.17 Menonton VCD Rekaman Kegiatan ... 81

Tabel 4.18 Mendengar Kaset Rekaman Kegiatan ... 82

Tabel 4.19 Penilaian Terhadap Pelaksanaan Kegiatan Doa Gabungan IMPERATIF ... 83

Tabel 4.20 Penilaian Terhadap Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Doa Gabungan ... 84


(14)

Tabel 4.22 Penilaian Terhadap Pelaksanaan Pembinaan Organisasi ... 86

Tabel 4.23 Penilaian Terhadap Waktu dan Tempat Pelaksanaan Pembinaan Organisasi ... 87

Tabel 4.24 Penilaian Terhadap Materi Pembinaan Organisasi ... 88

Tabel 4.25 Penilaian Terhadap Pelaksanaan Ibadah Raya ... 89

Tabel 4.26 Penilaian Terhadap Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kegiatan Ibadah Raya ... 90

Tabel 4.27 Penilaian Terhadap Materi Pelaksanaan Ibadah Raya ... 91

Tabel 4.28 Penilaian Terhadap Pelaksanaan Kubu Doa Kampus ... 91

Tabel 4.29 Penilaian Terhadap Waktu dan Tempat Pelaksanaan Kubu Doa Kampus ... 92

Tabel 4.30 Penilaian Terhadap Materi pada Pelaksanaan Kubu Doa Kampus ... 92

Tabel 4.31 Penilaian Terhadap Pelaksanaan Fun with English ... 93

Tabel 4.32 Penilaian Terhadap Waktu dan Tempat Pelaksanaan Fun with English ... 93

Tabel 4.33 Penilaian Terhadap Materi Fun with English ... 94

Tabel 4.34 Penilaian Terhadap Pelaksanaan Kegiatan Aksi Dana ... 94

Tabel 4.35 Penilaian Terhadap Waktu dan Tempat Pelaksanaan Aksi Dana ... 95

Tabel 4.36 Penilaian Terhadap Materi Pada Kegiatan Aksi Dana ... 95

Tabel 4.37 Penilaian Terhadap Penerbitan Majalah Dinding ... 96

Tabel 4.38 Penilaian Terhadap Waktu Terbit Majalah Dinding ... 96


(15)

Tabel 4.40 Penilaian Terhadap Penerbitan News Letter Contact ... 97

Tabel 4.41 Penilaian Terhadap Waktu Terbit News Letter Contact ... 98

Tabel 4.42 Penilaian Terhadap Isi News Letter Contact ... 98

Tabel 4.43 Penilaian Terhadap Penerbitan Buku Saku AD/ART ... 99

Tabel 4.44 Penilaian Terhadap Waktu Terbit Buku Saku AD/ART... 99

Tabel 4.45 Penilaian Terhadap Isi Buku Saku AD/ART ... 100

Tabel 4.46 Penilaian Terhadap Penerbitan Laporan Pertanggungjawaban Kepengurusan ... 100

Tabel 4.47 Penilaian Terhadap Waktu Terbit LPJ Kepengurusan ... 101

Tabel 4.48 Penilaian Terhadap Isi LPJ Kepengurusan ... 101

Tabel 4.49 Penilaian Terhadap Pengadaan Media VCD Rekaman Kegiatan ... 102

Tabel 4.50 Penilaian Terhadap Waktu Pengadaan VCD Rekaman Kegiatan ... 102

Tabel 4.51 Penilaian Terhadap Tema VCD Rekaman Kegiatan ... 103

Tabel 4.52 Penilaian Terhadap Pengadaan Media Kaset Rekaman Kegiatan ... 103

Tabel 4.53 Penilaian Terhadap Waktu Pengadaan Kaset Rekaman Kegiatan ... 104

Tabel 4.54 Penilaian Terhadap Tema Kaset Rekaman Kegiatan ... 104

Tabel 4.55 Memiliki AD/ART IMPERATIF ... 105


(16)

Tabel 4.57 Mengetahui Tanggal Berdiri IMPERATIF ... 106

Tabel 4.58 Mengetahui Lambang IMPERATIF ... 107

Tabel 4.59 Mengetahui Arti Lambang IMPERATIF ... 107

Tabel 4.60 Mengetahui Visi IMPERATIF ... 108

Tabel 4.61 Mengetahui Misi IMPERATIF ... 108

Tabel 4.62 Mengetahui Proses Berdirinya IMPERATIF ... 109

Tabel 4.63 Mengetahui Nama Perintis IMPERATIF... 109

Tabel 4.64 Mengetahui Tentang Musyawarah Umum Anggota ... 110

Tabel 4.65 Mengetahui Tentang Fungsi MUA ... 110

Tabel 4.66 Mengetahui Bagian MUA ... 111

Tabel 4.67 Mengetahui Tentang Majelis Pertimbangan Organisasi ... 111

Tabel 4.68 Mengetahui Tentang Fungsi MPO ... 112

Tabel 4.69 Mengetahui Tentang Bagian MPO ... 112

Tabel 4.70 Mengetahui Tentang Garis-garis Besar Haluan Organisasi (GBHO) ... 113

Tabel 4.71 Mengetahui Tentang Fungsi GBHO ... 113

Tabel 4.72 Mengetahui Tentang Bagian GBHO ... 114

Tabel 4.73 Mengetahui Tentang Kepengurusan ... 114

Tabel 4.74 Mengetahui Fungsi Kepengurusan ... 115

Tabel 4.75 Mengetahui Bagian di Kepengurusan ... 115

Tabel 4.76 Intensitas Dalam Membina Anggota Organisasi ... 116


(17)

Tabel 4.79 Pemahaman akan Isi Buku Pembinaan Organisasi ... 117 Tabel 4.80 Menerima Isi Buku Pembinaan Organisasi ... 118 Tabel 4.81 Melakukan Isi Dalam Buku Pembinaan Organisasi ... 119 Tabel 4.82 Mengajarkan Kembali Isi Buku Pembinaan

Organisasi kepada yang Dibina ... 119 Tabel 4.83 Data silang antara Keaktifan Dalam Pembinaan

Organisasi dengan Pemahaman (Sikap Kognitif) Terhadap Bahan Organisasi ... 120 Tabel 4.84 Data silang antara Kehadiran Pada Doa

Gabungan dengan Pengetahuan Visi Organisasi ... 122 Tabel 4.85 Data silang antara Materi Doa Gabungan dengan

Proses Berdiri Organisasi ... 123 Tabel 4.86 Data silang antara Jenis Kelamin Anggota dengan

Keaktifan Dalam Pembinaan Organisasi ... 124 Tabel 4.87 Data Silang antara Lama Menjadi Anggota Dalam

Organisasi dengan Intensitas Dalam Membina ... 125 Tabel 4.88 Korelasi Bivariat antara Komunikasi Organisasi

dengan Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi ... 127 Tabel 4.89 Korelasi Multivariat antara Komunikasi Organisasi

dan Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi dengan

Karakteristik Responden (Jenis Kelamin) ... 128 Tabel 4.90 Korelasi Multivariat antara Komunikasi Organisasi

dan Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi dengan


(18)

DAFTAR LAMPIRAN Kuesioner

Riwayat Hidup

Surat Keterangan Pra Penelitian Catatan Bimbingan Skripsi


(19)

DAFTAR GAMBAR


(20)

DAFTAR BAGAN

Bagan 1.1 Jendela Johari ... 15 Bagan 1.2 Bagan Kerangka Teoritis ... 23


(21)

ABSTRAKSI

Skripsi ini berjudul Hubungan Komunikasi Organisasi dengan Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi (Studi Korelasional pada Organisasi Ikatan Mahasiswa Pemimpin Rasional dan Kreatif – IMPERATIF), yang membahas mengenai cara dan proses organisasi IMPERATIF dalam mengkomunikasikan nilai-nilai yang dianutnya dengan harapan dapat mensosialisasikan (menyampaikan) nilai-nilai tersebut kepada anggota.

Data primer penelitian diperoleh melalui kuisioner dengan sampel keseluruhan (total sampling) yaitu 59 orang anggota biasa IMPERATIF. Cara pengolahan data, untuk menghitung tingkat signifikansi hasil hipotesa tersebut dilakukan dengan diperoleh dengan metode penelitian korelasional dengan dua variasi (korelasi bivariat) dan banyak variasi (korelasi multivariat).

Penelitian ini juga menunjukkan nilai yang signifikan (dapat dipercaya) antara komunikasi organisasi dan sosialisasi nilai-nilai organisasi, dengan perhitungan dua derajat kepercayaan yaitu derajat 95% (0,05) dan derajat 99% (0.01). Hasil penelitian menunjukkan nilai rXY = 0,85 sama besar dengan nilai rXYZ = 0,85; berarti bahwa terdapat hubungan yang sangat kuat (sangat tinggi) antara komunikasi organisasi dengan sosialisasi nilai-nilai organisasi, dan harga yang positif menggambarkan adanya hubungan yang linear (garis lurus) antara komunikasi organisasi dan sosialisasi nilai-nilai organisasi. Nilai yang tetap antara rXY dan rXYZ menunjukkan bahwa variabel antara (karakteristik responden) tidak berpengaruh pada hubungan antara komunikasi organisasi dengan sosialisasi nilai-nilai organisasi.


(22)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kepemimpinan telah memasuki seluruh tingkatan dalam lingkungan masyarakat pendidikan dan masyarakat umum. Namun untuk mengerti akan arti kata kepemimpinan, sampai dengan tahapan melakukan nilai-nilai kepemimpinan itu sendiri, tergantung latar belakang tingkat pendidikannya.

Dalam lingkungan masyarakat pendidikan, kepemimpinan dan penerapannya telah terlihat pada aktivitas intrakulikuler dan ekstrakulikuler mulai tingkat TK, SD, SMP, SMA, bahkan sampai tingkat universitas, telah mengadopsi prinsip-prinsip kepemimpinan dalam prosesnya. Dapat diambil kesimpulan bahwa semua tingkat pendidikan merasa antusias dan optimis akan tiba suatu masa, bahwa seseorang akan sampai pada jenjang tertinggi, yaitu menjadi pemimpin lewat segala aspek dan bidang kehidupan yang dipilihnya sebagai dunia profesionalnya.

Apa yang sesungguhnya sedang terjadi pada dunia kepemimpinan yang ada di Indonesia, dapat dilihat dengan jelas oleh para pemimpin bangsa ini. “Globalisasi telah membuat para pemimpin nasional kita ketakutan dan tidak mampu mengendalikan reaksi berlebihan yang terjadi di bawah. Reaksi berlebihan itu adalah fundamentalisme dan nasionalisme sempit”, kata


(23)

mengatakan bahwa derasnya arus globalisasi membuat para pemimpin nasional tidak berani bersikap, terutama dalam menegakkan hukum. (sumber: www.tokohindonesia.com/ensiklopedi/a/abdurrahman_wahib/index.sthml)

Hal yang senada ditunjukkan melalui pernyataan salah satu tokoh Indonesia, wakil Presiden - Jusuf Kala, yang merupakan orang nomor dua di bangsa ini kepada Kompas, 8 Juni 2006 bahwa Indonesia memerlukan pemimpin-pemimpin yang memiliki gaya kepemimpin-pemimpinan yang kuat di tengah-tengah perubahan-perubahan mendasar dalam kehidupan politik dan masyarakat selama delapan tahun reformasi.

(sumber:

Pernyataan kedua tokoh ini menggambarkan keadaan yang menjadi permasalahan sesungguhnya di bangsa ini yaitu sedang terjadi krisis kepemimpinan. Generasi muda sudah seharusnya siap menggantikan para pemimpin dari generasi angkatan sebelumnya. Namun praktek kepemimpinan sering terbentur pada ketidakpercayaan antara generasi yang ada di tingkat atas pada orang-orang yang lebih muda darinya. Kenyataan ini tersampaikan dengan baik oleh sebuah iklan produk rokok yang terkenal dengan slogannya, dengan mengeluarkan slogan terbaru yaitu, “Yang lebih muda, yang gak dipercaya”, melalui berbagai media iklan yang ada. Sebuah iklan yang dapat membuat para aktivis organisasi mana pun, dan orang-orang lain yang telah mengalaminya akan mengangguk-anggukkan kepala dan tersenyum kecil sebagai ekspresi bahwa dia pernah melihat perlakuan seperti itu atau pun pernah melakukannya pada orang lain.


(24)

Jalinan hubungan antar generasi seharusnya tetap terjalin dengan baik. Generasi yang lebih tua tidak perlu merasa tidak puas atau pun tidak percaya pada generasi yang lebih muda dan tetap konsisten dalam memberikan bimbingan pada yang lebih muda. Generasi yang lebih muda juga harus mempunyai sikap dan kemauan untuk terus belajar dan mau diajar untuk mempersiapkan kompetensi diri. Generasi yang lebih tua seharusnya lebih membebaskan yang muda untuk berekspresi, sedangkan yang lebih muda seharusnya mau belajar dari pengalaman orang yang lebih tua dan tidak mengulangi kesalahan yang pernah mereka lakukan. Situasi yang harmonis dan seimbang seperti ini, akan sangat membantu organisasi untuk bergerak lebih dinamis dan mengembangkan diri menuju pencapaian visi organisasi.

Pengenalan, pengertian, penerapan kepemimpinan dalam hidup berorganisasi dan bermasyarakat hingga menjadi suatu tahapan-tahapan yang teratur, terstruktur dan kronologis, seharusnya selalu menjadi perhatian lingkungan pendidikan yang ada di Indonesia. Karena pemimpin yang cakap, handal dan dapat dipercaya merupakan kebutuhan bangsa untuk dijadikan orang-orang pemegang kekuasaan, pengambil keputusan dan berpengaruh di bangsa ini.

Universitas sebagai tingkatan jenjang pendidikan yang tertinggi, semestinya lebih antusias dan peka terhadap topik ini. Karena setelah menyelesaikan tahapan sebagai mahasiswa, selanjutnya golongan SDM produktif ini akan terjun langsung ke masyarakat untuk mendapatkan tempat-tempat


(25)

orang tua dan senior-senior yang lebih dahulu mendapat kesempatan untuk masuk pada tingkat kepemimpinan kota dan bangsa.

Universitas dan mahasiswa sebagai calon pemimpin, menjadi acuan peneliti dalam mengajukan judul skripsi ini. Universitas adalah gudangnya pemuda dan pada jenjang inilah para calon pemimpin seharusnya mulai menghidupi pengertian kata kepemimpinan sekaligus mempersiapkan diri untuk siap berkarya nyata. Pada organisasi kemahasiswaan, secara langsung prinsip-prinsip kepemimpinan dilakukan dengan mencantumkannya pada program yang terstruktur dan secara tidak langsung dilakukan melalui kegiatan tambahan di luar program organisasi.

Organisasi mahasiswa dengan nama Ikatan Mahasiswa Pemimpin Rasional dan Kreatif yang disebut IMPERATIF dipilih sebagai obyek yang diteliti. Alasan pemilihan IMPERATIF sebagai obyek penelitian, karena organisasi yang telah berdiri di Universitas Sumatera Utara (USU) sejak 12 Februari 1999 ini, menyatakan dirinya sebagai pencetak pemimpin (seperti yang tercantum pada namanya). Keadaan yang kurang menunjukkan perkembangan organisasi yang telah berusia delapan tahun ini, membuat peneliti semakin tertarik melakukan pengamatan, tepatnya mulai satu tahun terakhir ini. Anggota organisasi yang keseluruhannya merupakan mahasiswa USU dari berbagai fakultas dan jurusan, membuat peneliti semakin antusias dalam meneliti masalah ini, mengingat bahwa mereka adalah orang-orang yang telah melewati seleksi prestasi akademik sebelum mendapatkan pendidikan lanjutan di universitas negeri, sehingga data yang akan didapatkan dari penelitian akan menjadi lebih obyektif dan rasional.


(26)

Ingin mengetahui penyebab-penyebab sehingga organisasi ini belum dikenal di kalangan mahasiswa dan masyarakat, yang dimulai dengan melakukan penelitian terhadap berlangsungnya komunikasi organisasi, melalui setiap kegiatan/ pertemuan organisasi dan menghubungkannya dengan usaha mensosialisasikan nilai-nilai keorganisasian kepada anggotanya, membuat peneliti ingin meneliti secara ilmiah (sesuai dengan dasar-dasar ilmu pengetahuan) akan permasalahan ini.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut, “Bagaimana Hubungan Komunikasi Organisasi Dengan Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi di Ikatan Mahasiswa Pemimpin Rasional dan Kreatif.”

1.3 Pembatasan Masalah

Pembatasan masalah yang akan diteliti adalah:

1. Mengetahui pelaksanaan komunikasi organisasi di IMPERATIF melalui pengamatan terhadap kegiatan-kegiatan yang pernah dilakukan.

2. Data untuk penelitian ini akan diperoleh dari anggota yang terdaftar dalam data kesekretariatan IMPERATIF.


(27)

1.4 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitianini adalah :

1. Mengetahui hubungan antara komunikasi organisasi dengan sosialisasi nilai-nilai organisasi.

2. Menambah wawasan pengetahuan mengenai pentingnya komunikasi organisasi dalam berorganisasi.

1.5 Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah : 1. Secara akademis

a. Dapat memperkaya penelitian dan pengetahuan tentang aktivitas komunikasi organisasi sebagai sumber bacaan di lingkungan FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu Komunikasi.

b. Sebagai bahan studi banding bagi mahasiswa di lingkungan FISIP USU, khususnya Departemen Ilmu Komunikasi yang meneliti mengenai teori komunikasi organisasi.

2. Secara teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan pengetahuan bagi ilmu komunikasi khususnya kajian ilmu komunikasi organisasi yang berkaitan dengan aktivitas komunikasi di dalam organisasi.


(28)

3. Secara praktis

a. Secara umum, memberi saran kepada organisasi-organisasi untuk dapat membenahi sistem komunikasi di dalam organisasinya, sebagai sarana untuk membantu tercapainya visi organisasi.

b. Secara khusus, memberi informasi dan evaluasi bagi organisasi IMPERATIF, organisasi yang bergerak di bidang kepemimpinan untuk memperbaiki sistem komunikasinya.

1.6 Rancangan Teori

Mengamati apa yang terjadi di dalam suatu organisasi tertentu, membuat banyak para ahli pendidikan meninjau perilaku dalam organisasi menurut latar belakang pendidikan mereka masing-masing, yaitu dari sudut pandang pemikiran antropologi, sosiologi, sampai psikologi. Ketiga ilmu ini, mengarahkan untuk mengenal organisasi sebagai hakikat kerja sama. Sehingga dapat dikatakan bahwa kata kunci untuk efektivitas organisasi terletak pada efektivitas komunikasi. Dalam ilmu komunikasi terdapat teori-teori yang dapat mendukung berlangsungnya komunikasi organisasi.

Dalam penelitian ini, teori yang digunakan peneliti adalah teori Komunikasi Organisasi, teori Komunikasi Antar Pribadi, teori Komunikasi Kelompok, teori sosialisasi dan teori sikap, juga teori nilai.


(29)

1.6.1 Teori Komunikasi Organisasi

Komunikasi Organisasi yang merupakan bagian dari Komunikasi Antar Manusia, adalah aktivitas yang menghubungkan antar manusia dan antar kelompok dalam sebuah organisasi.

Manusia sebagai mahluk sosial, umumnya menyukai cara hidup berkelompok. Perasaan senang berkumpul ini, dimulai saat seseorang tergabung dalam keluarga, tingkatan organisasi yang terkecil dalam masyarakat, sampai tingkat dimana seseorang dengan kesadaran pribadi menggabungkan dirinya pada kumpulan orang-orang yang memiliki kesamaan tujuan dengannya pada jenjang pendidikan umum maupun kemasyarakatan.

Menurut Alo Liliweri (2004:64), ada beberapa hal yang menjadi tujuan dan fungsi komunikasi organisasi,

 Tujuan utama komunikasi organisasi, yaitu : a. Sebagai tindakan koordinasi.

Komunikasi dalam organisasi bertujuan untuk mengkoordinasikan sebagian atau seluruh tugas dan fungsi organisasi yang telah dibagi-bagi dalam bagian atau sub bagian yang melaksanakan visi dan misi organisasi di bawah pimpinan seorang pemimpin atau manajer serta para bawahan mereka. Tanpa komunikasi maka organisasi hanya merupakan kumpulan orang-orang yang terbagi dalam tugas dan fungsi masing-masing yang melaksanakan aktivitas mereka tanpa keterkaitan satu sama lain (tanpa


(30)

sinkronisasi dan harmonisasi). Organisasi tanpa koordinator, organisasi tanpa komunikasi sama dengan organisasi yang menampilkan aspek individual dan bukan menggambarkan aspek kerjasama.

b. Membagi informasi.

Salah satu tujuan komunikasi yang penting adalah menghubungkan seluruh aparatur organisasi dengan tujuan organisasi. Komunikasi mengarahkan manusia dan aktivitas mereka dalam organisasi. Sebuah informasi atau pertukaran informasi berfungsi untuk membagi kemudian menjelaskan informasi tentang tujuan organisasi, arah dari suatu tugas, bagaimana usaha untuk mencapai hasil dan pengambilan keputusan.

c. Menampilkan perasaan dan emosi.

Manusia dalam organisasi mempunyai keinginan bahkan kebutuhan untuk menyatakan kegembiraan atas pekerjaan dan prestasi yang mereka lakukan, mungkin mereka ingin mengatakan perasaan marah karena mereka telah gagal bertugas sebagai seorang pemimpin. Mereka juga dapat mengungkapkan kekhawatiran dan kecemasan yang akan dihadapi baik oleh diri sendiri, kelompok dan unit kerja bahkan oleh organisasi. Di saat yang lain mereka pun dapat mengungkapkan kepercayaan mereka tentang apa yang dikerjakannya.


(31)

 Fungsi Umum dan Fungsi Khusus Komunikasi Organisasi, a. Fungsi Umum

- To Tell. Komunikasi berfungsi untuk “menceritakan” informasi terkini mengenai sebagian atau keseluruhan hal yang berkaitan dengan pekerjaan.

- To Sell. Komunikasi berfungsi untuk “menjual” gagasan dan ide, pendapat, fakta, termasuk menjual sikap organisasi, tentang sesuatu yang merupakan subyek layanan.

- To Learn. Komunikasi berfungsi untuk meningkatkan kemampuan para karyawan agar mereka bisa “belajar: tentang atau dari organisasi lain (internal), belajar tentang apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dikerjakan orang lain, tentang apa yang “dijual” atau yang “diceritakan” oleh orang lain tentang organisasi.

- To Decide. Komunikasi berfungsi untuk “menentukan” apa dan bagaimana organisasi membagi pekerjaan, atau siapa menjadi atasan dan siapa menjadi bawahan, besaran kekuasaan dan kewenangan, menentukan bagaimana menangani sejumlah orang, bagaimana memanfaatkan sumber daya, mengalokasikan manusia, mesin, metode dan teknik dalam organisasi.


(32)

b. Fungsi Khusus

- Membuat para karyawan melibatkan diri ke dalam issu-issu organisasi lalu menerjemahkannya ke dalam tindakan tertentu di bawah sebuah “komando”.

- Membuat para karyawan menciptakan dan menangani “relasi” antar sesama bagi peningkatan produk organisasi. - Membuat para karyawan memiliki kemampuan untuk

menangani atau mengambil keputusan-keputusan dalam suasana yang “ambigu dan tidak pasti”.

Komunikasi organisasi meliputi komunikasi antar pribadi dalam kelompok formal, yang disesuaikan dengan struktur organisasinya (semakin formal organisasi, pesan juga semakin formal sehingga tujuan dan maksud komunikasi umumnya berstruktur). Sehingga dalam penyelesaian penelitian ini, peneliti juga menggunakan teori komunikasi antar pribadi dan teori komunikasi kelompok.

Teori Komunikasi Antar Pribadi (KAP)

Jika dipandang secara material, maka organisasi merupakan komposisit bangunan, mesin, gedung, atau perangkat keras lainnya. Namun, apabila kita memandang organisasi secara spiritual, maka organisasi merupakan “konteks” tempat terjalinnya komunikasi


(33)

Komunikasi antar pribadi (KAP) adalah pertukaran informasi yang terjadi diantara dua orang. KAP berbeda dengan bentuk komunikasi lain, terutama dalam hal jumlah para partisipan atau para interaktor. Komunikasi antar pribadi sering dikatakan komunikasi dyad – yaitu komunikasi yang melibatkan antara dua atau tiga orang partisipan, jarak fisik di antara mereka sangat dekat, partisipan menggunakan banyak saluran sensoris, dan sifat umpan baliknya, dapat diketahui dengan segera.

Menurut Alo Liliweri (2004) yang menjadi fungsi KAP, yaitu : a. Menumbuhkan informasi

Harapan kita berkomunikasi antar pribadi adalah untuk menumbuhkan pengetahuan tentang orang lain, oleh karena itu kita dapat berinteraksi dengan mereka secara efektif (teori penetrasi sosial). Kita dapat meramalkan bagaimana orang lain itu berpikir, merasakan dan bertindak jika kita tahu siapa mereka. Kita menambah informasi secara pasif dengan mengamati mereka, dan secara aktif menanyakan melalui orang lain, siapakah dia, atau secara interaktif langsung – mendekati dia secara langsung. Self – Disclosure acap kali digunakan untuk memperoleh dan menumbuhkan informasi dari orang lain.


(34)

b. Membangun satu konteks pemahaman.

Komunikasi antar pribadi dapat menolong diri sendiri supaya lebih mengerti tentang apa yang orang katakan dalam satu konteks tertentu.

c. Membentuk identitas.

Peranan yang dimainkan dalam relasi dengan orang lain, menolong kita membangun identitas. Dengan identitas itu, kita menampilkan wajah kita kepada publik sehingga mereka mempunyai gambaran tentang diri kita. Peran dan tampila itu dibentuk berdasarkan pada bagaimana kita berinteraksi dengan orang lain.

d. Memenuhi kebutuhan antar pribadi

William Schutz dalam teori FIRO (Fundamental Interpersonal Relations Orientation), telah mengidentifikasi tiga kebutuhan manusia, yakni :

• Inklusi, adalah kebutuhan untuk terlibat bersama dengan orang lain.

• Kontrol, adalah kebutuhan untuk mengontrol, mengawasi bahkan menguasai orang lain.

• Afeksi, adalah kebutuhan untuk mengembangkan relasi dengan orang lain, kebutuhan untuk dikasihi orang lain.


(35)

dapat mengenal komunikasi diri dengan baik adalah teori Self Disclosure.

Teori Self Disclosure

Self Disclosure (SD) dilihat sebagai strategi yang bermanfaat untuk membagi (sharing) informasi dengan orang lain. Dengan membagi informasi, maka kita menjadi lebih akrab dengan orang lain dan relasi antar pribadi makin diperkuat.

SD bukan merupakan sesuatu proses yang sederhana bagi pembentukan informasi tentang sesama. Banyak ahli mendefinisikan SD sebagai sharing informasi dengan orang lain, karena mereka pun tidak selalu mengetahui atau menemukan sesuatu tentang diri kita bahkan tentang dirinya sendiri.

Daya guna SD dapat dilihat dalam model (bagan) Jendela Johari (Johary Windows) berikut. Dengan bagan ini, dapat ditunjukkan jalan untuk mengetahui bagaimana sebagaian besar informasi yang anda tahu tentang diri anda dan seberapa benyak informasi dari orang lain mengenai diri anda.


(36)

Bagan 1.1 Jendela Johari

Diketahui oleh diri anda Tidak diketahui oleh diri anda

Diketahui oleh orang lain

Bidang Terbuka

Diketahui oleh diri anda dan diketahui pula oleh orang lain

Bidang Buta

Tidak diketahui oleh

diri anda, namun

diketahui oleh orang lain

Tidak diketahui oleh orang lain

Bidang Tersembunyi

Terbuka bagi diri anda, namun tersembunyi bagi orang lain

Bidang Gelap

Tidak diketahui oleh diri anda maupun orang lain

Keterangan :

Bidang Terbuka, merupakan bidang KAP yang paling efektif. Pada bidang ini, baik diri sendiri maupun orang lain sama-sama mengetahui atau memiliki informasi yang diperlukan dalam melakukan komunikasi. Bidang ini meliputi semua informasi yang diketahui oleh 2 (dua) orang yang terlibat dalam relasi, seperti mengetahui warna rambut, tinggi badan, tampilan fisik, karena kedua pihak saling melihat dan tahu persis.


(37)

Bidang Tersembunyi, berisi informasi yang menurut anda harus disembunyikan karena bersifat pribadi. Misalnya, keinginan dan kebutuhan anda, mimpi dan ambisi anda.

Bidang Gelap adalah segala sesuatu yang diri sendiri dan orang lain tidak tahu tentang sesuatu. Misalnya, jika sekelompok orang yang saling berkomunikasi dari bidang keahlian yang berbeda dalam pelaksanaan tugas mereka.

Teori Komunikasi Kelompok

Robert Rich dalam bukunya Tales of a New America mengemukakan bahwa hubungan peranan kelompok sangat penting dalam meningkatkan era teknologi organisasi. Banyak laporan riset dan praktek organisasi menunjukkan bahwa mereka yang bekerja dalam tim lebih sukses daripada bekerja sendiri. Bahkan mereka sukses kerja tim, karena mengandalkan prinsip two head are better then one.

Komunikasi kelompok adalah suatu studi tentang segala sesuatu yang terjadi pada saat individu-individu berinteraksi dalam kelompok kecil dan bukan deskripsi mengenai bagaimana seharusnya komunikasi terjadi serta bukan pula sejumlah nasehat tentang cara-cara bagaimana yang harus ditempuh (Joseph de vito). Sedangkan menurut Alvin A. Goldberg dan Carl E. Larson, komunikasi kelompok adalah suatu bidang studi penelitian dan


(38)

terapan yang tidak menitikberatkan perhatiannya pada proses kelompok secara umum, tetapi pada tingkah laku individu dalam diskusi kelompok tatap muka yang kecil.

Kelompok yang di dalamnya terdiri atas manusia berjiwa yang memiliki pikiran, hasrat, rasa dan kehendak yang berbeda-beda, membuat kehidupan kelompok tidak berada dalam keadaan statis, tetapi berada dalam keadaan dinamis sebagai pertanda bahwa kelompok itu berkembang dengan baik. Agar memberi pengertian yang jelas tentang kelompok dan aktivitasnya, dinamika kelompok akan diikutsertakan dalam kerangka teori penelitian ini.

 Dinamika Kelompok

Dinamika Kelompok berarti suatu kelompok yang teratur dari dua individu atau lebih yang mempunyai hubungan psikologis secara jelas antara anggota satu dengan yang lain. Persoalan dinamika kelompok adalah semua gejala kejiwaan yang disebabkan oleh kehidupan bersama dalam kelompok yang face to face.

Santosa (1999) mengatakan, Ruth Benedict membagi persoalan yang ada dalam dinamika kelompok, sebagai berikut :

a. Kohesi/ persatuan


(39)

b. Motif/ dorongan

Persoalan motif ini berkisar pada interest anggota terhadap kehidupan kelompok. Seperti kesatuan kelompok, tujuan bersama, orientasi diri terhadap kelompok dan sebagainya.

c. Struktur

Persoalan ini terlihat pada bentuk pengelompokan, bentuk hubungan, perbedaan kedudukan antar anggota, pembagian tugas, dan sebagainya.

d. Pimpinan

Persoalan pimpinan tidak kalah pentingnya pada kehidupan kelompok, dimana hal ini terlihat pada bentuk-bentuk kepemimpinan, tugas pimpinan, sistem kepemimpinan, dan sebagainya.

e. Perkembangan Kelompok

Persoalan perkembangan kelompok dapat pula menentukan kehidupan kelompok selanjutnya, dan ini terlihat pada perubahan dalam kelompok, senangnya anggota tetap berada dalam kelompok, perpecahan kelompok, dan lain sebagainya.

1.6.2 Teori Sosialisasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:855), sosialisasi berarti proses belajar seorang anggota masyarakat untuk mengenal dan menghayati kebudayaan masyarakat di lingkungannya.


(40)

Berger (1978) mencatat adanya perbedaan penting antara manusia dengan mahluk lain. Berbeda dengan mahluk lain yang seluruh perilakunya dikendalikan oleh naluri yang diperoleh sejak awal hidupnya, manusia merupakan mahluk tak berdaya karena memiliki naluri yang relatif tidak lengkap. Oleh sebab itu manusia kemudian mengembangkan kebudayaan untuk mengisi kekosongan yang tidak diisi oleh naluri. Manusia harus memutuskan sendiri apa yang harus dimakannya dan kebiasaan yang dimilikinya, akan ditegakkannya menjadi kebudayaanya. Sehingga dapat disimpulkan, bahwa kebudayaan sekelompok orang dapat berbeda dengan kelompok lainnya. Keseluruhan budaya (kebiasaan) yang dipunyai manusia tersebut harus dipelajari oleh setiap anggota baru suatu masyarakat melalui suatu proses yang dinamakan sosialisasi (socialization).

Berger mendefinisikan sosialisasi sebagai “a process by which a child learns to be a participant member of society” – artinya proses melalui mana seorang anak belajar menjadi seorang anggota yang berpartisipasi dalam masyarakat (Berger, 1978 : 116). Menurut Berger dan sejumlah tokoh sosiologi lainnya, yang diajarkan melalui sosialisasi ialah peran-peran.


(41)

Proses sosialisasi pada suatu kebiasaan/ kebudayaan yang baru diterima, akan menimbulkan berbagai sikap sebagai respon yang ditunjukkan, antara lain :

a. Sikap kognitif adalah sikap yang ditunjukkan sebagai bentuk pemahaman akan suatu nilai yang menandakan perubahan kepercayaan, perubahan pendapat ataupun penambahan pengetahuan.

b. Sikap afektif adalah sikap yang ditunjukkan sebagai bentuk penerimaan yang terlihat dari perubahan perasaan dan kesukaan akan suatu nilai.

c. Sikap behavioral adalah sikap yang ditunjukkan sebagai kecenderungan perilaku/ tindakan terhadap suatu nilai.

d. Sikap regeneratif adalah sikap yang ditunjukkan sebagai keinginan untuk meneruskan suatu nilai yang dianggap baik untuk diketahui, agar dilakukan juga oleh orang lain.

1.6.3 Teori Nilai

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990:615), nilai berarti sifat-sifat (hal-hal) yang penting atau berguna bagi kemanusiaan.

Nilai menyatakan keyakinan-keyakinan dasar bahwa “suatu modus perilaku atau keadaan akhir dari eksistensi yang khas, lebih disukai secara pribadi atau sosial daripada suatu modus perilaku atau


(42)

keadaan akhir yang berlawanan”. Nilai mengandung suatu unsur pertimbangan dalam arti, nilai mengemban gagasan-gagasan seorang individu mengenai apa yang benar, baik atau diinginkan.

Nilai merupakan hal yang penting untuk mempelajari perilaku keorganisasian karena meletakkan dasar untuk memahami sikap dan motivasi, juga karena nilai dapat mempengaruhi persepsi kita. Individu-individu memasuki suatu organisasi dengan gagasan yang dikonsepkan sebelumnya mengenai apa yang “seharusnya” dan tidak seharusnya.

Umumnya nilai mempengaruhi sikap dan perilaku. Pada tiap-tiap kelompok memiliki nilai tersendiri sangatlah penting, baik kelompok tersebut mempunyai nilai tinggi atau kelompok mempunyai nilai rendah. Nilai suatu kelompok dapat ditingkatkan bila ada kesadaran dari anggota bahwa motivasinya memasuki satu kelompok, agar keinginan atau kebutuhannya akan terpenuhi.

1.7 Kerangka Konseptual

Pengalaman, meskipun penting dalam proses belajar, tidak selalu begitu saja cukup. Karena biasanya, proses belajar dapat mencapai puncaknya bila pengalaman tersebut disertai dengan kerangka konseptual, yaitu suatu cara melihat bermacam hal dengan pemberian istilah-istilah,


(43)

Peneliti akan dengan sengaja dan perlahan-lahan berusaha mengerti tentang proses-proses kelompok, karena menurut penilaian tidak ada lingkungan sosial lain yang sangat perlu dipahami, atau yang sangat menarik serta sangat sulit untuk diatasi selain proses-proses kelompok kecil.

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah yang ada, maka dapat digambarkan bagan kerangka konseptual untuk mengetahui pengaruh komunikasi organisasi pada anggota IMPERATIF.

Dalam penelitian ini, terdapat beberapa variabel yang akan diteliti, yaitu:

1. Variabel Bebas atau Independent Variabel (X), yaitu variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab suatu perubahan atau penyebab timbulnya variabel terikat.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah Kegiatan Komunikasi Organisasi.

2. Variabel Terikat atau Dependent Variabel (Y), yaitu variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat, karena adanya variabel bebas. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi IMPERATIF.

3. Variabel Antara atau Intervening Variabel (Z), yang berfungsi sebagai penguat atau pelemah hubungan antar variabel bebas dan variabel terikat, tetapi tidak dapat diamati dan diukur. Variabel antara dalam penelitian ini adalah Karakteristik Sosial Responden.


(44)

1.7.1 Kerangka Teoritis

Berdasarkan variabel-variabel yang telah dikelompokkan dalam kerangka konsep, maka dibentuk menjadi suatu model teoritis sebagai berikut :

Bagan 1.2 Bagan Kerangka Teoritis

1.7.2 Operasionalisasi Variabel

Berdasarkan kerangka teori dan kerangka konsep di atas, maka peneliti menjabarkan variabel-variabel ke dalam operasionalisasi.

Tabel 1.1 Tabel Operasionalisasi Variabel

Variabel Teoritis Variabel Operasional 1. Variabel Bebas (X)

Komunikasi Organisasi

a. Bentuk kegiatan organisasi b. Frekuensi kegiatan organisasi c. Topik/ isi pesan dalam kegiatan

Variabel Terikat (Y) Sosialisasi Nilai-nilai

Organisasi Variabel Bebas (X)

Kegiatan Komunikasi Organisasi

Variabel Antara (Z) Karakteristik


(45)

2. Variabel Terikat (Y)

Sosialisasi Nilai-nilai Organisasi

a. Memahami nilai-nilai organisasi (sikap kognitif)

b. Menerima nilai-nilai organisasi (sikap afektif)

c. Melakukan nilai-nilai organisasi (sikap behavioral)

d. Meneruskan nilai-nilai organisasi (regeneratif)

3. Variabel Antara (Z) a. Usia

b. Jenis kelamin

c. Lama menjadi anggota

1.7.3 Defenisi Operasional

Konsep atau pengertian merupakan defenisi dari sekelompok fakta yang dapat dirumuskan sebagai defenisi yang dapat dipakai peneliti untuk menggambarkan secara abstrak suatu fenomena sosial ataupun alami. Hal ini dibuat untuk menghindari penafsiran yang berbeda-beda terhadap masalah dan istilah dalam penelitian ini, maka peneliti membuat batasan-batasan sebagai berikut :

1. Variabel Bebas (X)

a. Komunikasi organisasi yang merupakan topik penelitian, adalah aktivitas yang menghubungkan antar manusia dan antar kelompok dalam sebuah organisasi. Dalam


(46)

penelitian ini, variabel operasional yang digunakan adalah kegiatan organisasi IMPERATIF.

b. Frekuensi kegiatan organisasi adalah kuantitas pelaksanaan kegiatan/ pertemuan rutin yang dilakukan di organisasi.

c. Bentuk kegiatan organisasi adalah bentuk kegiatan/ pertemuan yang dilaksanakan.

d. Topik/ isi pesan adalah bahan yang disampaikan dalam pertemuan.

e. Media dalam organisasi adalah media/ alat yang digunakan organisasi.

f. Komunikator/ pembicara adalah orang yang dipercayakan menyampaikan topik yang ditentukan pada kegiatan/ pertemuan.

2. Variabel Terikat (Y)

a. Sosialisasi nilai-nilai organisasi yang merupakan sasaran penelitian adalah usaha-usaha yang dilakukan untuk memperkenalkan nilai-nilai organisasi.

b. Sikap kognitif adalah kegiatan memperoleh pengetahuan atau usaha mengenali sesuatu melalui pengalaman


(47)

c. Sikap afektif adalah sikap penerimaan, yang terlihat dari perubahan perasaan atau kesukaan akan suatu nilai. d. Sikap behavioral adalah sikap yang ditunjukkan sebagai

perilaku atau kecenderungan perilaku terhadap suatu nilai.

e. Sikap regeneratif adalah sikap yang ditunjukkan generasi tua sebagai keinginan untuk meneruskan suatu nilai yang dianggap baik untuk diketahui oleh generasi yang lebih muda.

3. Variabel Antara (Z)

a. Karakteristik sosial responden merupakan indikator yang digunakan dalam mendapatkan data penelitian.

b. Usia adalah umur responden.

c. Jenis kelamin responden, pria atau wanita.

d. Lama menjadi anggota adalah waktu yang telah dilewati responden menjadi anggota organisasi.

1.8 Hipotesis

Hipotesis merupakan dugaan sementara, sebagai kemungkinan kenyataan (fakta) suatu masalah yang hanya dapat diterima sebagai kebenaran, jika telah diadakan penelitian ilmiah terhadap dugaan tersebut.


(48)

Adapun hipotesa yang diajukan dalam penelitian ini adalah Hipotesis Statistik (Sugiyono, 2005:58), yaitu :

H0 : ρ = 0, maka tidak terdapat hubungan antara teknik atau peranan komunikasi organisasi terhadap proses sosialisasi nilai-nilai organisasi di IMPERATIF.

Ha : ρ ≠ 0, jika tidak sama dengan nol (lebih besar atau kurang dari nol), maka terdapat hubungan antara teknik atau peranan komunikasi organisasi terhadap proses sosialisasi nilai-nilai organisasi di IMPERATIF.

Dimana ρ = nilai korelasi dalam formulasi yang dihipotesiskan.

1.9 Metodologi Penelitian

Penelitian ini, menggunakan metode korelasional yaitu suatu model penelitian yang mencoba untuk mencari hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya. Metode ini memang dilakukan untuk menguji hipotesis penelitian tertentu, karena penelitian ini tertarik meneliti perilaku kelompok khusus, seperti judul yang peneliti ajukan.


(49)

BAB II URAIAN TEORITIS

Sebelum memulai suatu penelitian, dibutuhkan suatu kerangka berpikir yang berstruktur (kerangka teori) dari ilmu yang lebih teruji, agar memberi dasar yang baik dalam penelitian hingga proses penelitian dapat berjalan dengan terstruktur, mendetil dan kronologis.

2.1 Pengertian Komunikasi

Komunikasi berasal dari bahasa Latin, ‘communis’ atau ‘common’ dalam bahasa Inggris yang berarti ‘sama’. Berkomunikasi berarti kita sedang berusaha untuk mencapai kesamaan makna “commonness”. Atau dengan ungkapan yang lain, melalui komunikasi kita mencoba berbagi informasi, gagasan, atau sikap kita dengan partisipan lainnya. Kendala utama dalam berkomunikasi adalah kita sering mempunyai lambang yang berbeda terhadap lambang yang sama. Oleh karena itu, komunikasi seharusnya dipertimbangkan sebagai aktivitas dimana tidak ada tindakan atau ungkapan yang diberi makna secara penuh, kecuali jika diidentifikasikan oleh partisipan komunikasi yang terlibat. (Kathleen K.Reardon, 1987, Sendjaja, 2002:4.4, Bungin, 2006:251).

Harold D. Laswell (1948) mengemukakakan lima segi yang merupakan bidang analisa komunikasi yang disebut dengan formula Laswell yaitu:

1. Siapa 2. Berkata apa


(50)

3. Melalui saluran apa 4. Kepada siapa 5. Bagaimana efeknya

Yang dinyatakan dalam bentuk pernyataan, “Who says what in which channel to whom with what effect?”.

Joseph A. De Vito mengemukakan defenisi komunikasi yaitu hal yang mengacu pada tindakan, oleh satu orang atau lebih, yang mengirim dan menerima pesan yang terdistorsi oleh gangguan (noise), terjadi dalam satu konteks tertentu, mempunyai pengaruh tertentu, dan ada kesempatan untuk melekukan umpan balik.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, komunikasi adalah pengiriman dan penerimaan pesan atau berita antara dua orang atau lebih dengan cara yang tepat sehingga pesan yang dimaksud, dapat dipahami.

Sumbangan pemikiran juga diberikan oleh John Dewey, yang sering disebut sebagai The First Philosopher of Communication (Riger, 1986) yang dikenal hingga kini dengan filsafat pragmatiknya, suatu keyakinan bahwa sebuah ide itu benar jika ia berfungsi dalam praktik.

Theodornoson and Theodornoson (1969) memberi batasan lingkup komunikasi berupa penyebaran informasi, ide-ide, sikap-sikap, atau emosi dari seseorang atau kelompok kepada yang lain (atau lain-lainnya) teruatama melalui simbol-simbol. Garbner (1967) mengatakan bahwa komunikasi dapat


(51)

Onong Uchyana mengatakan bahwa komunikasi sebagai proses komunikasi pada hakekatnya adalah proses penyampaian pikiran, atau perasaan oleh seseorang (komunikator) kepada orang lain (komunikan). Pikiran bisa merupakan gagasan, informasi, opini, dan lain-lain yang muncul dari benaknya. Perasaan bisa berupa keyakinan, kepastian, keraguan, kekhawatiran, kemarahan, keberanian, dan sebagainya yang timbul dari lubuk hati (Uchyana, 2002: 11).

Burhan Bungin, 2006, mengatakan bahwa lingkup komunikasi menyangkut persoalan-persoalan yang ada kaitannya dengan substansi interaksi sosial orang-orang dalam masyarakat, termasuk konten interaksi (komunikasi) yang dilakukan secara langsung maupun dengan menggunakan media komunikasi.

Dalam komunikasi terdapat tiga unsur penting yang selalu hadir dalam setiap komunikasi, yaitu sumber informasi (receiver), saluran (media), dan penerima informasi (audience). Selain tiga unsur ini, yang terpenting dalam komunikasi adalah aktivitas memaknakan informasi yang disampaikan oleh sumber informasi dan pemaknaan yang dibuat oleh penerima terhadap informasi yang diterimanya itu. Pemaknaan kepada informasi bersifat subyektif dan kontekstual. Subyektif artinya masing-masing pihak (sumber informasi dan penerima) memiliki kapasitas untuk memaknakan informasi yang disebarkan atau yang diterimanya berdasarkan pada apa yang dirasakan, diyakini, dan dimengerti serta berdasarkan pada tingkat pengetahuan kedua pihak. Sedangkan sifat kontekstual adalah bahwa pemaknaan itu berkaitan dengan kondisi waktu dan tempat dimana informasi itu ada dan dimana kedua belah pihak itu berada. Dengan demikian, konteks sosial dan


(52)

budaya ikut mewarnai kedua pihak dalam memaknakan informasi yang disebarkan dan yang diterima itu.

2.2 Ruang Lingkup Komunikasi

Menurut Soerjono Soekanto (Bungin, 2006:31), ruang lingkup komunikasi berbicara tentang:

1. Komponen komunikasi, terdiri dari: • Komunikator (communication) • Pesan (message)

• Media (media)

• Komunikan (communicant) 2. Proses komunikasi, terdiri dari:

• Proses secara primer • Proses secara sekunder 3. Bentuk komunikasi, terdiri dari:

• Komunikasi personal, yaitu komunikasi intrapersonal dan komunikasi antarpersonal.

• Komunikasi kelompok, yaitu kelompok kecil dan kelompok besar. • Komunikasi massa, seperti pers, radio, TV, film, dan lain-lain. • Komunikasi media, seperti surat, telepon, poster, dan lain-lain. 4. Sifat komunikasi, terdiri dari:


(53)

• Verbal secara lisan dan tulisan • Non verbal

5. Metode komunikasi, terdiri dari: • Jurnalistik

• Humas • Periklanan • Publisitas • Propaganda • Perang urat syaraf • Penerangan

6. Teknik komunikasi, terdiri dari: • Komunikasi informatif • Komunikasi persuasif • Komunikasi intruktif • Hubungan manusiawi 7. Tujuan komunikasi, yaitu:

• Perubahan sikap • Perubahan pendapat • Perubahan perilaku • Perubahan sosial 8. Fungsi komunikasi, yaitu:

• Menyampaikan informasi • Mendidik


(54)

• Menghibur • Mempengaruhi 9. Model komunikasi, yaitu:

• Komunikasi 1 tahap • Komunikasi 2 tahap • Komunikasi multi tahap 10.Bidang komunikasi, terdiri dari:

• Komunikasi sosial

• Komunikasi manusia/ organisasional • Komunikasi perusahaan

• Komunikasi politik • Komunikasi internasional • Komunikasi Antar Budaya • Komunikasi pembangunan • Komunikasi lingkungan • Komunikasi tradisional

Pengertian Organisasi

Secara sederhana organisasi dikenal sebagai wadah kerjasama dari sekumpulan orang untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditetapkan. Max Weber mengemukakan prinsip-prinsip birokrasi bahwa organisasi yang baik


(55)

antar pribadi yang bersifat rasional dan impersonalitas, serta mekanisme “reward dan punishment”.

Walaupun semua organisasi memiliki karakteristik yang khas (variasi), semua organisasi memiliki hal-hal tertentu yang sama, yaitu:

• Satu tujuan bersama • Suatu struktur

• Proses untuk mengkoordinasi kegiatan

• Orang-orang yang melaksanakan peran-peran yang berbeda

Pengamat yang lain mengatakan bahwa dalam setiap organisasi, entah tertulis atau tidak terdapat apa yang disebut: misi, visi, nilai, iklim organisasi, budaya organisasi, motivasi, norma-norma kelompok, dan sebagainya.

Max Weber (1964) membuat kategori organisasi menurut jenis wewenang yang dilaksanakan:

1. Organisasi tradisional

Wewenang ditentukan oleh kebiasaan, serta kepercayaan yang telah lama ada dan tidak perlu dipertanyakan.

2. Organisasi Karisma

Wewenang diambil dari mutu pribadi pemimpinnya. 3. Organisasi Birokrasi

Wewenang didasarkan pada pengakuan atas aturan-aturan dan prosedur-prosedur.


(56)

Etzioni (1975) membagi kategori organisasi berdasarkan kekuasaan dan keterlibatan:

1. Coersive Power (kekuasaan yang dipaksakan).

2. Remunerative Power (mengandalkan imbalan dan sumber daya). 3. Normative Power (mengandalkan kekuasaan bersama dan norma).

Katz dan Kahn (1978):

1. Organisasi Ekonomis, berkaitan dengan penciptaan kesejahteraan, pembuatan barang dan jasa.

2. Organisasi Perawatan, yang berkaitan dengan sosialisasi orang untuk melakukan peran, seperti sekolah.

3. Organisasi Penyesuaian, berkaitan dengan menciptakan pengetahuan, mengembangkan dan menguji teori. Contoh: universitas dan lembaga riset. 4. Organisasi Manajerial dan Politik, berkaitan dengan perundang-undangan,

koordinasi dan pengendalian sumber daya. Contoh: pemerintahan, partai politik, dan serikat buruh.

Pada uraian teoritis ini, peneliti akan menggunakan teori yang berkenaan kepada suatu organisasi formal. Suatu organisasi, disebut sebagai organisasi formal karena semua interaksi antar manusia itu bersifat eksplisit berdasarkan kedudukan dan peran (status dan peranan) yang ada dalam sebuah jaringan yang teratur dan kebanyakan melalui peraturan-peraturan tertulis. Melalui penelitian yang dilakukan di organisasi formal, dapat ditunjukkan:


(57)

2. Bahwa kiat pimpinan organisasi atau para manajer dapat diketahui melalui studi organisasi formal.

3. Bahwa beragam aspek teoritis pekerjaan organisasi dapat diketahui melalui studi organisasi formal.

4. Bahwa pelbagai kemungkinan penerapan situasi non-organisasi dapat diketahui melalui studi organisasi formal.

5. Bahwa skema perilaku individu, aspek-aspek dinamika organisasi yang selalu berubah itu dapat diketahui melalui studi organisasi formal.

“Organisasi yang baik” yakni organisasi yang mengatur kerjasama manusia berdasarkan peranan mereka yang berbeda-beda namun mentaati seperangkat norma yang telah ditetapkan bersama. Keadaan dan tingkah laku seseorang yang bernaung dalam suatu organisasi dapat kita amati melalui teori Syntality (kepribadian kelompok), yang merupakan konsep dasar keseluruhan atau rata-rata kepribadian masing-masing anggota organisasi. Kepribadian ini dikelompokkan dalam beberapa jenis antara lain:

1. Erratic, konsep yang menjelaskan pentimpangan hubungan antar pribadi dalam kelompok.

2. Apathetic, konsep yang menjelaskan kelompok yang kurang bermotivasi, kurang bergairah.

3. Strategic, konsep yang menjelaskan kelompok yang memegang tugas/ fungsi utama dan yang strategis/ penentu organisasi.

4. Konservatif, konsep yang menjelaskan kelompok kerja yang tetap memegang tatanan organisasi secara kaku – tidak luwes.


(58)

Beberapa pandangan mengenai pengertian organisasi menurut beberapa ahli antara lain, menurut Victor A. Thompson (1969) menyatakan bahwa sebuah organisasi adalah integrasi personal dan sangat rasional atas sejumlah spesialis yang bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah disepakati. Chester I. Barnard mendefinisikan organisasi sebagai sebuah sistem yang memaksakan koordinasi kerja antara dua orang atau lebih. E. Wright Bakke mengatakan suatu organisasi adalah suatu sistem yang berkelanjutan atas kegiatan manusia yang bermacam-macam dan terkoordinasi berupa pemanfaatan, perubahan dan penyatuan segenap sumber-sumber manusia, materi, modal, gagasan dan sumber alam untuk memenuhi suatu kebutuhan manusia tertentu dalam interaksinya dengan sistem-sistem kegiatan manusia dan sumber-sumbernya yang lain dalam suatu lingkungan tertentu.

Walaupun ada bermacam-macam pandangan mengenai organisasi, namun ada kesamaan atas beberapa karakteristik organisasi, yaitu bahwa organisasi: 1. Mempunyai tujuan tertentu dan merupakan kumpulan berbagai macam

manusia.

2. Mempunyai hubungan sekunder (impersonal). 3. Mempunyai tujuan yang khusus dan terbatas. 4. Mempunyai kegiatan kerja sama pendukung. 5. Terintegrasi dalam sistem sosial yang lebih luas. 6. Menghasilkan barang dan jasa untuk lingkungannya.


(59)

Menurut pandangan sosiologi maupun antropologi yang intinya mengemukakan bahwa organizations as communities, artinya organisasi merefleksikan pertumbuhan dan pengembangan pemikiran, atau kesadaran dari sekelompok orang tentang hakikat kerjasama (cooperation). Jadi organisasi dapat dilihat sebagai;

1) Cooperation

Sebagai cooperation maka yang terbayangkan adalah kewenangan, birokrasi, persaingan, kekuasaan dan keuntungan, terdapat rangkaian kerja mesin, ada rantai komando antara pemimpin dan bawahan.

2) Communities

Organisasi dapat dipandang sebagai communities yaitu kumpulan orang-orang yang memiliki gagasan yang sama di mana gagasan-gagasan tersebut dapat diubah atau dipertukarkan di antara mereka. Sebuah komunitas bertujuan untuk membangun suatu strategi inti yang bermanfaat ketika para anggotanya membicarakan pembagian, perubahan, pertukaran keuntungan dan kerugian yang mereka peroleh dari kerjasama tersebut. Oleh karena itu maka dalam rangka mempertahankan keberlanjutan organisasi sebagai komunitas perlu diperhatikan “C” Words yaitu capability, commitment, contribution, continuity, collaboration, conscience. Jadi organisasi sebagai komunitas yang bekerjasama dapat diperhatikan kalau seluruh anggota organisasi itu mempunyai kemampuan individual dan kelompok untuk mengerjakan tugas dan fungsi yang telah dirumuskan bersama; untuk melaksanakan tugas dan fungsi tersebut harus


(60)

ada komitmen yang muncul dari kesadaran dan kolaborasi sehingga dapat memberikan sumbangan bagi keberkanjutan organisasi (Juanita Brown dan David Isaacs – Merging the Best of Two World – the core processes of organizations as communities, 1994).

Keberadaan suatu organisasi dapat dibagi pada beberapa jenis, yaitu:

Menurut Andre A. Hardjana, terdapat organisasi Paranoid, yang memiliki tanda-tanda:

 Mutu produk tidak konsisten  Lamban menanggapi perubahan  Kekurangan produk inovatif  Struktur biaya boros

 Keterlibatan karyawan rendah

 Layanan pada konsumen tidak responsif  Kurang alokasi sumber daya

Sedangkan organisasi yang gagal, memiliki tanda-tanda:  Krisis identitas

 Kegagalan visi

 Terperangkap skenario besar  Ketinggalan zaman

 Mengabaikan konsumen  Memiliki musuh dalam selimut


(61)

Richard Beckhard, dalam Frances Hesselbcin, Jakarta, 1997, h. 393, mengemukakan bahwa organisasi yang sehat, memiliki tanda-tanda:

 Mendefinisikan dirinya sebagai sistem

 Mempunyai sistem penginderaan yang kuat untuk menerima informasi terbaru

 Mempunyai rasa tujuan yang kuat

 Beroperasi dalam mode “bentuk mengikuti fungsi”

 Menggunakan manajemen tim sebagai mode yang dominan  Menghormati pelayanan konsumen

 Manajemen digerakkan oleh organisasi

 Keputusan dibuat di tingkat yang paling dekat dengan pelanggan  Mempertahankan komunikasi yang relatif terbuka di seluruh sistem  Para manajer dan tim kerja dinilai dari kinerja dan kemajuan yang

dihasilkan

 Organisasi beroperasi dalam suatu mode pembelajaran

 Toleransi yang tinggi dalam hal-hal uyang berbeda, tetapi menghargai inovasi dan kreativitas

 Memperhatikan kesejahteraan dan tuntutan keluarga  Memiliki agenda sosial yang eksplisit


(62)

Pada hakekatnya, komunikasi di dalam masyarakat dibagi dalam lima jenis, yaitu: 1. Komunikasi individu dengan individu (KAP)

2. Komunikasi kelompok 3. Komunikasi organisasi 4. Komunikasi sosial 5. Komunikasi Massa

Sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti, maka pembahasan teori, akan dititikberatkan kepada komunikasi organisasi dan komunikasi jenis lainnya yang mempengaruhi berlangsungnya proses komunikasi organisasi. Komunikasi organisasi (organizational communication) menunjuk kepada pola dan bentuk komunikasi yang terjadi dalam konteks dan jaringan organisasi. Komunikasi organisasi melibatkan bentuk-bentuk komunikasi formal dan informal, serta bentuk-bentuk komunikasi antar pribadi dan kelompok. Sedangkan pembahasan teori-teori komunikasi organisasi antara lain menyangkut struktur dan fungsi organisasi, hubungan antar manusia, komunikasi dan proses pengorganisasian, serta kebudayaan organisasi.

2.4 Teori dan Model Komunikasi Antar Pribadi 2.4.1 Teori-Teori Diri dan Orang Lain.

Menurut Burhin, 2006:258, pribadi adalah individu yang berbeda satu dengan lainnya, perbedaan tersebut menyebabkan orang mengenal individu secara


(63)

kekhasannya dalam hubungannya dengan individu lain, dan kekhasan tersebut akan menentukan kualitas komunikasinya.

Beberapa teori tentang diri, antara lain:

1. Persepsi terhadap diri pribadi (Self Perception), yaitu menyadari diri kita sendiri, mengungkap siapa dan apa kita ini.

2. Kesadaran pribadi (Self Awareness) 3. Pengungkapan diri (Self Disclosure)

Joseph Luft (Reardon, 1987:163, Sendjaja, 2002, Bungin, 2006:260), mengemukakan teori Self Disclosure yang didasarkan pada model interaksi manusia, yang disebut Johari Window.

2.4.2 Teori Hubungan Antar Pribadi (Interpersonal Relationship) a. Memahami hubungan antar pribadi.

Hubungan antar pribadi yang berhasil adalah ketika hubungan itu mampu memberi dorongan kepada organisasi tertentu yang berhubungan dengan perasaan, pemahaman informasi, dukungan, dan berbagi bentuk komunikasi yang mempengaruhi citra diri orang serta membantu organisasi untuk memahami harapan-harapan orang lain.

b. Teori-teori pengembangan hubungan

Pemahaman mengenai hubungan merupakan suatu aspek terpenting dari studi tentang komunikasi antar pribadi, karena hubungan berkembang dan berakhir melalui komunikasi:


(64)

Social Penetration Process View Social Exchange

2.5 Teori dan Model Komunikasi Kelompok 2. 5.1 Pengertian Komunikasi Kelompok

Kelompok adalah sekumpulan orang-orang yang terdiri dari dua atau tiga orang bahkan lebih. Dalam konteks organisasi, kelompok yang dimaksudkan adalah komunitas dalam kelompok kecil yang pada umumnya terdiri dari 2-15 orang . Kelompok memiliki hubungan yang intensif di antara mereka, merupakan persyaratan utama yang dilakukan oleh orang-orang dalam kelompok tersebut. Kelompok memiliki tujuan dan aturan-aturan yang dibuat sendiri dan merupakan kontribusi arus informasi di antara mereka sehingga mampu menciptakan atribut kelompok sebagai bentuk karakteristik yang khas dan melekat pada kelompok itu.

Kelompok yang baik adalah kelompok yang dapat mengatur sirkulasi tatap muka yang intensif di antara anggota kelompok, serta tatap muka itu pula yang akan mengatur sirkulasi komunikasi makna di antara mereka, sehingga mampu melahirkan sentimen-sentimen kelompok serta kerinduan di antara mereka.

Dengan indikasi,


(65)

 Persepsi tujuan dan pencapaian tujuan yang sama, walaupun masing-masing individu memiliki tujuan sendiri-sendiri untuk tergabung dalam kelompok kecil. Tujuan individu harus sejalan dengan tujuan kelompok, sedangkan tujuan kelompok harus memberi kepastian kepada tercapainya tujuan-tujuan individu. Sebuah kelompok akan bertahan lama apabila dapat memberi kepastian bahwa tujuan individu dapat dicapai melalui kelompok, sebaliknya individu setiap saat dapat meninggalkan kelompok apabila ia menganggap kelompok tidak memberi kontribusi bagi tujuan pribadinya.

Kelompok juga memberi identitas terhadap individu. Melalui identitas ini setiap anggota kelompok secara tidak langsung berhubungan satu sama lain. Melalui identitas ini, individu melakukan pertukaran fungsi dengan individu lain dalam kelompok. Pergaulan ini akhirnya menciptakan aturan-aturan yang harus ditaati oleh setiap individu dalam kelompok sebagai sebuah kepastian hak dan kewajiban mereka dalam kelompok. Aturan-aturan inilah bentuk lain dari karakter sebuah kelompok yang dapat dibedakan dengan kelompok lain dalam masyarakat.

Ada empat elemen kelompok yang dikemukakan oleh Adler dan Rodman (Senjaja, 2002:3.5, Bungin, 2006:266), yaitu interaksi, waktu, ukuran, dan tujuan. 1. Interaksi dalam kelompok, artinya setiap orang dalam kelompok tersebut

mengadakan pertukaran pesan.

2. Waktu yang panjang, karena dengan interaksi ini akan dimiliki karakteristik atau ciri yang tidak dipunyai oleh kumpulan yang bersifat sementara.


(66)

4. Tujuan yang mengandung pengertian, bahwa keanggotaan dalam suatu kelompok akan membantu individu yang menjadi anggota kelompok tersebut dapat mewujudkan satu atau lebih tujuannya.

2.5.2 Karakteristik Komunikasi Kelompok

Ditentukan melalui norma dan peran. Norma adalah kesepakatan dengan perjanjian tentang bagaimana orang-orang dalam suatu kelompok berhubungan dan berperilaku satu dengan lainnya. Severin dan Tankard (2005:220, Reno, Cialdini dan Kallgren, 1993, Bungin, 2006, 267) mengatakan, norma-norma sosial (social norm) terdiri dari dua jenis, yaitu deskriptif dan perintah. Norma oleh para sosiolog disebut juga dengan ‘hukum’ (law) ataupun ‘aturan’ (rule), yaitu perilaku-perilaku apa saja yang pantas dan tidak pantas untuk dilakukan dalam suatu kelompok. Tiga kategori norma kelompok, yaitu norma sosial, prosedural, dan tugas.

Norma sosial mengatur hubungan di antara para anggota kelompok. Norma prosedural menguraikan dengan lebih rinci bagaimana kelompok harus beroperasi, seperti bagaimana suatu kelompok harus membuat keputusan, apakah melalui suara mayoritas ataukah dilakukan pembicaraan sampai tercapai kesepakatan. Norma tugas memusatkan perhatian pada bagaimana suatu pekerjaan harus dilakukan (Sendjaja, 2002:3.6, Bungin, 2006:267).


(67)

menjadi tiga, yaitu peran aktif, peran partisipatif, dan peran pasif. Peran aktif adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok karena kedudukannya di dalam kelompok sebagai aktivis kelompok, seperti pengurus, pejabat, dan sebagainya. Peran partisipatif adalah peran yang diberikan oleh anggota kelompok pada umumnya kepada kelompoknya, partisipasi anggota macam ini akan memberi sumbangan sangat berguna bagi kelompok itu sendiri. Sedangkan peran pasif adalah sumbangan anggota kelompok yang bersifat pasif. Seseorang telah memberi sumbangan kepada terjadinya kemajuan dalam kelompok atau memberi sumbangan kepada kelompok agar tidak terjadi pertentangan dalam kelompok karena adanya peran-peran yang kontradiktif.

2.5.3 Fungsi Komunikasi Kelompok

Keberadaan suatu kelompok dalam masyarakat, dicerminkan oleh adanya fungsi-fungsi yang akan dilaksanakannya. Fungsi tersebut mencakup fungsi hubungan sosial, pendidikan, persuasi, pemecahan masalah dan pembuatan keputusan, serta fungsi terapi (Sendjaja, 2002:3.8, Bungin, 2006:268), antara lain: 1. Hubungan sosial yaitu bagaimana suatu kelompok mampu memelihara dan

memantapkan hubungan sosial di antara para anggotanya, seperti bagaimana suatu kelompok secara rutin memberikan kesempatan kepada anggotanya untuk melakukan aktivitas yang informal, santai, dan menghibur.

2. Pendidikan, yaitu bagaimana sebuah kelompok secara formal maupun informal bekerja untuk mencapai dan mempertukarkan pengetahuan. Namun demikian, fungsi pendidikan tergantung pada tiga faktor, yaitu jumlah


(68)

informasi baru yang dikontribusikan, jumlah partisipan dalam kelompok, serta frekuensi interaksi di antara para anggota kelompok. Fungsi pendidikan ini akan sangat efektif jika setiap anggota kelompok membawa pengetahuan yang berguna bagi kelompoknya. Tanpa pengetahuan yang berguna bagi kelompoknya dan tanpa pengetahuan baru yang disumbangkan masing-masing anggota, mustahil fungsi edukasi ini akan tercapai.

3. Persuasi, yaitu fungsi dalam kelompok yang berupaya memersuasi anggota lainnya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Seseorang yang terlibat usaha-usaha persuasif dalam suatu kelompok, membawa resiko untuk tidak diterima oleh para anggota lainnya. Misalnya, jika usaha-usaha persuasif tersebut terlalu bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam kelompok, maka justru orang yang berusaha memersuasi tersebut akan menciptakan suatu konfllik, dengan demikian malah membahayakan kedudukannya dalam kelompok.

4. Problem solving, yaitu fungsi kelompok yang dicerminkan dengan kegiatan-kegiatannya untuk memecahkan persoalan dan membuat keputusan-keputusan. Pemecahan masalah (problem solving) berkaitan dengan penemuan alternatif atau solusi yang tidak diketahui sebelumnya; sedangkan pengambilan keputusan (decision making) berhubungan dengan pemilihan antara dua atau lebih solusi. Jadi, pemecahan masalah menghasilkan materi atau bahan untuk perbuatan keputusan.


(69)

setiap anggota dianjurkan untuk berbicara secara terbuka tentang apa yang menjadi permasalahannya. Jika muncul konflik antara anggota dalam diskusi yang dilakukan, orang yang menjadi pemimpin atau yang memberi terapi yang akan mengaturnya.

2.6 Komunikasi Organisasi

Pada penelitian ini, peneliti mengkhususkan pendalaman uraian teoritisnya pada komunikasi organisasi. Sesuai dengan pengertiannya, bahwa komunikasi adalah sebuah tindakan untuk berbagi informasi, gagasan ataupun pendapat dari setiap partisipan komunikasi yang terlibat di dalamnya guna mencapai kesamaan makna. Tindakan komunikasi yang dapat dilakukan dalam beragam konteks, antara lain dapat dilakukan dalam lingkup organisasi (organizational communication).

Organisasi adalah suatu kumpulan atau sistem individual yang berhierarki secara jenjang dan memiliki sistem pembagian tugas untuk mencapai tujuan tertentu. De Vitto (1997:337), menjelaskan bahwa organisasi sebagai sebuah kelompok individu yang diorganisasi untuk mencapai tujuan tertentu. Jumlah anggota organisasi bervariasi dari 3 atau 4 sampai dengan ribuan anggota. Organisasi memiliki tujuan umum untuk meningkatkan pendapatan, namun juga memiliki tujuan-tujuan spesifik yang dimiliki oleh orang-orang dalam organisasi itu. Dan untuk mencapai tujuan, organisasi membuat norma aturan yang dipatuhi oleh semua anggota organisasi.


(1)

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

JL. Dr. A. Sofyan No. 1, Telp. (061) 8217168

LEMBAR CATATAN BIMBINGAN SKRIPSI

NAMA

:

Hot Triany Nadapdap

NIM

:

050922035

PEMBIMBING

:

Drs. Hendra Harahap, MSi

No.

Tanggal

Pertemuan

Pembahasan

Paraf

Pembimbing

1.

25 Juli 2007

Perbaikan BAB I, bimbingan BAB II

2.

23 Agustus

Penyerahan BAB I dan II, bimbingan

BAB III

3.

05 September

Penyerahan BAB III

4.

06 September

Bimbingan BAB IV

5.

11 September

Bimbingan Kuesioner

6.

03 Oktober

Bimbingan Penggunaan Program

SPSS 12

7.

27 Oktober

Perbaikan BAB IV

8.

31 Oktober

Perbaikan BAB IV, bimbingan


(2)

Kuisioner ini dibuat unt uk bahan penelit ian yang ber j udul,

H u bu n ga n Kom u n ik a si Or ga n isa si De n ga n Sosia lisa si N ila i- n ila i Or ga n isa si

( St u di Kor e lasion a l di I k a t a n Ma h a sisw a Pem im pin Ra sion a l da n Kr e a t if

-I M PERAT-I F)

Pengisian kuesioner harus dilakuk an dengan j uj ur ( dat a

responden ak an dirahasiak an oleh penelit i) .

Pengisian k uesioner dilak uk an dengan m engisi, at au m elingk ari

pilihan dat a y ang dim int a, at au m enulisk an

√ (

check list

) pada

perny at aan y ang sesuai dengan k eadaan/ ak t ivit as responden,

da la m 1 t a h u n m a sa k e pe n gu r usa n I M PERATI F pe r iode

2 0 0 6 / 2 0 0 7 ( M e i 2 0 0 6 - M e i 2 0 0 7 ) .

Penelit i m engucapk an t erim a k asih y ang sebesar- besarny a at as

k erj a sam a responden.

No. Responden

1

I . Ka ra k t e rist ik Re spon de n

1. Nam a :

2. Usia : t ahun

a. < 20 t ahun 2

b. 20 – 22 t ahun

c. 23 – 24 t ahun

d. > 24 t ahun

3. Jenis k elam in:

a. Lak i- lak i

b. Perem puan 3

4. Lam a m en j adi anggot a organisasi

a. < 1 t ahun 4

b. 1 – 2 t ahun

c. 2 – 3 t ahun


(3)

I I . Kom u n ik a si O rga n isa si ( se b a ga i a la t sosia lisa si)

 I nt en sit as Kegiat an Organisasi

N o. N a m a Ke gia t a n

Fre k u e n si Ke h a dira n Pa d a Ke g ia t a n

Sa n ga t Se r in g ( > 5 k a li)

Se r in g ( 3 - 5 k a li)

Ja r a n g

( 1 - 2 k a li) Tida k Pe rn a h A. Ke g ia t a n Ke roh a n ia n

5. Doa Gabungan I MPERATI F

( Doa Kam is)

6. Pem binaan organisasi

( dim uridk an/ KTB)

7. I badah Ray a

8. Kubu doa k am pus

B. Ke g ia t a n I n t e le k t u a l

9. Fun w it h English

10. Ak si dana papan bunga

 Media Organisasi

N o. Je n is M e dia

Fre k u e n si M e m ba ca ( Pe n g gu n a a n ) M e dia

Sa n ga t Se r in g ( > 5 k a li)

Se r in g ( 3 - 5 k a li)

Ja r a n g

( 1 - 2 k a li) Tida k Pe rn a h A. M e dia Ce t a k

11. Mading sek ret ariat

12. New s Let t er ‘Cont act ’

13. Buk u sak u AD/ ART

14. Laporan Pert anggung Jaw aban

( LPJ) Kepengurusan

B. M e dia Ele k t r on ik

15. Rek am an VCD k egiat an

16. Rek am an k aset k egiat an

 Penilaian Terhadap Kegiat an Organisasi

N o. N a m a Ke gia t a n

Pe n ila ia n Sa n ga t

Se t u j u Se t u j u

Ku r a n g Se t u j u

Tida k Se t u j u A. Ke g ia t a n Ke roh a n ia n

• Doa Gabungan I MPERATI F ( Doa Kam is)

17. Diadak anny a k egiat an

18. Wak t u dan t em pat diadak an

19. Mat eri ( t em a/ isi)

• Pem binaan ( pem uridan/ KTB)

20. Diadak anny a k egiat an

21. Wak t u dan t em pat diadak an

22. Mat eri ( t em a/ isi)


(4)

25. Mat eri ( t em a/ isi)

• Kubu doa k am pus

26. Diadak anny a k egiat an

27. Wak t u dan t em pat diadak an

28. Mat eri ( t em a/ isi)

B. Ke g ia t a n I n t e le k t u a l Fun w it h English

29. Diadak anny a k egiat an

30. Wak t u dan t em pat diadak an

31. Mat eri ( t em a/ isi)

• Ak si dana papan bunga

32. Diadak anny a k egiat an

33. Wak t u dan t em pat diadak an

34. Mat eri ( t em a/ isi)

 Penilaian Terhadap Media Organisasi

N o. Je n is M e dia

Pe n ila ia n

Sa n ga t

M e m b a n t u M e m b a n t u

Ku r a n g M e m b a n t u

Tida k M e m b a n t u

A. M e dia Ce t a k

• Mading sek ret ariat

35. Pengadaan m edia

36. Wak t u t erbit ( peredaran)

37. Mat eri ( t em a/ isi)

New s Let t er ‘Cont act ’

38. Pengadaan m edia

39. Wak t u t erbit ( peredaran)

40. Mat eri ( t em a/ isi)

• Buk u sak u AD/ ART

41. Pengadaan m edia

42. Wak t u t erbit ( peredaran)

43. Mat eri ( t em a/ isi)

• Laporan Pert anggung Jaw aban ( LPJ) Kepengurusan

44. Pengadaan m edia

45. Wak t u t erbit ( peredaran)

46. Mat eri ( t em a/ isi)

B. M e dia Ele k t ron ik

• Rek am an VCD k egiat an

47. Pengadaan m edia

48. Wak t u t erbit ( peredaran)

49. Mat eri ( t em a/ isi)

• Rek am an k aset k egiat an

50. Pengadaan m edia

51. Wak t u t erbit ( peredaran)


(5)

I I I . Pe n ge t a h u a n ( Pe m a h a m a n ) N ila i- n ila i Org a n isa si

N o. Pe rn ya t a a n Pe n ila ia n

Ya Tida k

Te n t a n g AD/ ART

53. Mem ilik i AD/ ART I MPERATI F

54. Menguasai isi AD/ ART I MPERATI F

55. Menget ahui t anggal berdiri I MPERATI F

56. Menget ahui gam bar lam bang I MPERATI F

57. Menget ahui art i lam bang I MPERATI F

58. Menget ahui v isi I MPERATI F

Tulisk an:

59. Menget ahui m isi I MPERATI F

N o. Pe rn ya t a a n

Pe n ila ia n Sa n ga t

M e n ge t a h u i M e n ge t a h u i

Ku r a n g M e n ge t a h u i

Tida k M e n ge t a h u i Te n t a n g Se j a ra h O rga n isa si

60. Proses berdiri ( lahir ny a)

organisasi

61. Nam a- nam a perint is ( pendiri)

organisasi

Te n t a n g Ke le n gk a pa n Org a n isa si

62. Tent ang MUA ( Musy aw arah

Um um Anggot a)

63. Fungsi MUA

64. Bagian- bagian di MUA

65. Tent ang MPO ( Maj elis

Pert im bangan Organisasi)

66. Fungsi MPO

67. Bagian- bagian di MPO

68. Tent ang GBHO ( Garis- garis

Besar Haluan Organisasi)

69. Fungsi GBHO

70. Bagian- bagian di GBHO


(6)

N o. Pe rn ya t a a n

Pe n ila ia n Sa n ga t

Se r in g ( > 5 k a li)

Se r in g ( 3 - 5 k a li)

Ja r a n g ( 1 - 2 k a li)

Tida k Pe r n a h

Te n t a n g Pe m bin a a n Or ga n isa si

74. I nt en sit as dalam m em bina

anggot a organisasi

( m em uridk an/ m em im pin KTB I MPERATI F)

N o. Pe rn ya t a a n Pe n ila ia n

> 5 o ra n g 3 - 5 or a n g 1 - 2 or a n g Tida k a da

75. Jum lah anggot a y ang dibina di

organisasi

( dim uridk an/ m em im pin KTB I MPERATI F)

N o. Pe rn ya t a a n

Pe n ila ia n Sa n ga t

M a m pu M a m pu

Ku r a n g M a m pu

Tida k M a m pu

76. Kem am puan Ket ua I MPERATI F

( Sdr. Bim a Ew ando Kaban) dalam m eny am paik an pesan

Te n t a n g Bu k u Pe m b in a a n O rga n isa si N o. Pe rn ya t a a n

Pe n ila ia n Sa n ga t

Se t u j u Se t u j u

Ku r a n g Se t u j u

Tida k Se t u j u

77. Sik ap k ognit if:

Mengert i buk u pem binaan organisasi ( buk u bahan Berak ar)

78. Sik ap Afek t if:

Menerim a buk u pem binaan organisasi ( buk u bahan Berak ar)

79. Sik ap Behav ioral:

Melak uk an y ang diaj ark an dalam buk u pem binaan ( buk u bahan Berak ar)

80. Sik ap Regenerat if:

Mengaj ark an k em bali buk u pem binaan ( bahan Berak ar) pada anggot a y ang dibina ( dim uridk an) di I MPERATI F


Dokumen yang terkait

Pola Komunikasi Organisasi Ikatan Pelajar Mahasiswa Kepulauan Riau Di Kota Bandung (Studi Deksriptif Tentang Pola Komunikasi Organisasi Ikatan Pelajar Mahasiswa Kepulauan Riau Dalam Meningkatkan Solidaritas Keanggotaan di Kota Bandung)

1 3 1

Pengaruh Kualitas Komunikasi Interpersonal Pemimpin terhadap Tingkat Pengetahuan Karyawan tentang Nilai-Nilai dalam Budaya Organisasi di Mirota Batik Yogyakarta.

0 3 13

PENDAHULUAN PENGARUH KUALITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL PEMIMPIN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN KARYAWAN (Kasus pada Nilai-Nilai dalam Budaya Organisasi di Mirota Batik Yogyakarta).

0 2 63

DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN PENGARUH KUALITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL PEMIMPIN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN KARYAWAN (Kasus pada Nilai-Nilai dalam Budaya Organisasi di Mirota Batik Yogyakarta).

0 4 8

PENUTUP PENGARUH KUALITAS KOMUNIKASI INTERPERSONAL PEMIMPIN TERHADAP TINGKAT PENGETAHUAN KARYAWAN (Kasus pada Nilai-Nilai dalam Budaya Organisasi di Mirota Batik Yogyakarta).

0 4 18

SKRIPSIPROSES SOSIALISASI BUDAYA ORGANISASI PROSES SOSIALISASI BUDAYA ORGANISASI (PROSES SOSIALISASI NILAI-NILAI INTEGRITAS KARYAWAN DI BRINGIN LIFE ASURANSI YOGYAKARTA).

0 4 11

PENDAHULUAN PROSES SOSIALISASI BUDAYA ORGANISASI (PROSES SOSIALISASI NILAI-NILAI INTEGRITAS KARYAWAN DI BRINGIN LIFE ASURANSI YOGYAKARTA).

0 3 30

PENUTUP PROSES SOSIALISASI BUDAYA ORGANISASI (PROSES SOSIALISASI NILAI-NILAI INTEGRITAS KARYAWAN DI BRINGIN LIFE ASURANSI YOGYAKARTA).

0 3 8

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM ORGANISASI IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Komisariat Muhammad Abduh Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta Periode 2014.

0 2 17

NILAI-NILAI PENDIDIKAN ISLAM DALAM ORGANISASI IKATAN MAHASISWA MUHAMMADIYAH Nilai-Nilai Pendidikan Islam Dalam Organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah Komisariat Muhammad Abduh Fakultas Agama Islam Universitas Muhammadiyah Surakarta Periode 2014.

0 2 16