Peranan Komunikasi Dalam Kepemimpinan Organisasi (Studi Deskriptif tentang Peranan Komunikasi dalam Kepemimpinan Organisasi di Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Sibolga)

(1)

PERANAN KOMUNIKASI DALAM KEPEMIMPINAN ORGANISASI

(Studi Deskriptif tentang Peranan Komunikasi dalam Kepemimpinan

Organisasi di Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota

Sibolga)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana Program Strata 1 (S1) pada Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Universitas Sumatera Utara Disusun Oleh :

ROSITA MEGAWATI LUMBANTOBING 110922015

DEPARTEMEN ILMU KOMUNIKASI PROGRAM EKSTENSI

FAKULTAS SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2013


(2)

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

LEMBAR PERSETUJUAN

SKRIPSI INI DISETUJUI UNTUK DIPERTAHANKAN OLEH : NAMA : Rosita Megawati Lumbantobing

NIM : 110922015

DEPARTEMEN : Ilmu Komunikasi

JUDUL : PERANAN KOMUNIKASI DALAM KEPEMIMPINAN

ORGANISASI (Studi Deskriptif tentang Peranan Komunikasi dalam Kepemimpinan Organisasi di Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Sibolga)

Medan, Mei 2013

DOSEN PEMBIMBING KETUA DEPARTEMEN

Drs. Humaizi, M.A Dra. Fatmawardy Lubis, M.A

NIP 195908091986011002 NIP.196208281987012001

DEKAN FISIP USU

Prof. Dr. Badaruddin, M.si 196805251992031002


(3)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas berkat dan rahmatnya saya dapat menyelesaikan skripsi ini. Penulisan skripsi ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Sumatera Utara yang berjudul “Peranan Komunikasi Dalam Kepemimpinan Organisasi”. Saya menyadari bahwa tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi ini, sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu, saya mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua saya M. Lbn Tobing dan M. br. Sibarani dan saudara - saudara yang telah banyak berkorban baik moral maupun material, serta dorongan kepada peneliti selama kuliah hingga dapat diselesaikannya penelitian skripsi ini.

2. Bapak Prof. Dr. Badaruddin, M.si, selaku Dekan Fakultas Ilmu Soisal dan ILmu Politik Universitas Sumatera Utara.

3. Ibu Dra. Fatma Wardy Lubis, M.A, selaku Ketua Departemen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Drs. Humaizi, M.A, selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah bersedia membantu dan meluangkan waktunya untuk membimbing dan mengarahkan peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

5. Seluruh staf pengajar di FISIP USU khususnya Departemen Ilmu Komunikasi yang selama ini telah memberikan ilmunya kepada penulis.

6. Seluruh staf administrasi Departemen Ilmu Komunikasi : Kak Icut dan Kak Maya. Terimakasih untuk bantuannya.


(4)

7. Pimpinan beserta seluruh staf Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Sibolga yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk mengambil data yang diperlukan dalam penyusunan sksripsi ini.

8. Suami tercinta A.M Panggabean, M.T dan putra kami tersayang Jemian Marwais Panggabean, terimakasih karena telah memberikan dorongan, doa, pengertian, pengorbanan dalam menyelesaikan skripsi ini. Juga kepada Josh dan Stephan terima kasih atas doa dan pengertiannya.

9. Seluruh teman-teman mahasiswa Ekstensi Departemen Ilmu Komunikasi stambuk 2011, Ando, Agus, Martha, Eka, Nurwelis, Tere dan seluruh teman-teman yang tidak dapat disebutkan.yang telah memberikan dukungan dan doa kepada peneliti.

10.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu yang telah memberikan bantuan selama pendidikan, penelitian, dan penyelesaian skripsi ini.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna mengingat keterbatasan penulis, baik dalam penyampaian bahasa, pengetahuan, pengalaman maupun kelengkapan literatur. Untuk itu penulis sangat mengharapkan masukan yang membangun untuk skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini bermanfaat kepada seluruh pembaca.

Medan, Mei 2013


(5)

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI TUGAS AKHIR UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai citivas akademik Universitas Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini :

Nama : Rosita Megawati Lumbantobing NIM : 110922015

Departemen : Ilmu Komunikasi

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas : Sumatera Utara

Jenis Karya : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Universitas Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Non Ekslusif (Non-ekslusive Royalty-Free Right) atas karya ilmiah saya yang berjudul :

PERANAN KOMUNIKASI DALAM KEPEMIMPINAN ORGANISASI (Studi Deskriptif tentang Peranan Komunikasi dalam Kepemimpinan Organisasi di Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Sibolga)

beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Nonekslusif ini Universitas Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/format-kan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya tanpa meminta izin dari saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di : Pada Tanggal : Yang Menyatakan


(6)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Peranan Komunikasi dalam Kepemimpinan Organisasi dengan sub judul studi deskriptif tentang peranan komunikasi dalam kepemimpinan organisasi di Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Sibolga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peranan komunikasi dalam kepemimpinan organisasi di Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Budparpora) Kota Sibolga. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat penelitian serta menganalisa kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi. Pembahasannya dianalisis melalui hasil wawancara serta menggunakan interprestasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang, dimana semua informan merupakan pimpinan di dinas Budparpora Kota Sibolga. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling, menggunakan 1 orang informan sebagai informan kunci yaitu Kepala Dinas Budparpora Kota Sibolga dan 5 orang informan biasa yaitu Sekretaris dan 4 orang Kabid Dinas Budparpora Kota Sibolga. Dari hasil analisis deskriptif diperoleh 13 (tiga belas) tema-tema yang merupakan hasil dari peranan komunikasi dalam kepemimpinan organisasi di Dinas Kebudayaan Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Kota Sibolga. Tema-tema dimaksud adalah : (1) Menimbulkan Pemahaman, (2) Menimbulkan Kesenangan, (3) Merubah Sikap, (4) Membina Hubungan yang Baik, (5) Menghasilkan Tindakan, (6) Mendorong saling mempercayai, (7) Memelihara Teamwork, (8) Menghargai Status dan Peran, (9) Pemberdayaan Sumber Daya Manusia, (10) Menghemat Waktu, (11) Membangkitkan motivasi, (12) Menjalankan birokrasi, dan (13) Menyelesaikan masalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi memiliki peranan yang cukup signifikan dalam kepemimpinan organisasi, dan dapat disimpulkan bahwa peranan komunikasi di dalam kepemimpinan di dinas Budparpora berlangsung secara efektif dimana terdapat 5 tema yang merupakan indikator komunikasi efektif (Suranto AW 2005 : 105) yaitu : (1) Pemahaman, (2) Kesenangan, (3) Pengaruh pada Sikap, (4) Hubungan, dan (5) Tindakan.


(7)

ABSTRACT

“The role of communication in organizational leadership” is the title of this thesis, subbed with “Descriptive study of the role of communication in organizational leadership at Sibolga Agency of Culture Tourism Youth and Sporst” It aims at finding out the role of communication in organizational leadership at Sibolga Agency of Culture Tourism Youth and Sporst. This research applies descriptive-qualitative method, i.e. a type of research to describe phenomenons, facts or happenings systematically and accurately of the research and to analyze the truth as well based on the obtained data. Data collection is worked through interview and observation which are the materials for analysis using interpretation. Six government officials, who are posted structural heads of The Sibolga Agency of Culture Tourism Youth and Sporst, are the informants of this research. Sampling technique is purposive sampling, placing the Head of the Agency as the key informant and five other officials as common informants –Secretary and four Division Heads. Through descriptive analysis, thirteen themes are gained as the result of the communication role in organizational leadership at Sibolga Agency of Culture Tourism Youth and Sporst. They are : (1) Arousing Understanding, (2) Giving Pleasure, (3) Changing Attitude, (4) Managing the Harmony, (5) Producing Action, (6) Trusting Each other, (7) Teamwork Spirit, (8) Respecting Status and Role, (9) Human Resources Optimalization, (10) Time Efficiency, (11) Motivating, (12) Bureucracy, and (13) Problem Solving. The research shows that communication plays a significant role in organizational leadership, and it can be concluded that the role of communication in organizational leadership at Sibolga Agency of Culture Tourism Youth and Sporst runs effectively in the same line with the five effective communication indicators (Suranto AW 2005 : 105) i.e. : (1) Understanding, (2) Pleasure, (3) Behavioural Changing, (4) relationship, and (5) (Action).

Keywords: Communication, Leadership, Sibolga Agency of Culture Tourism Youth and Sporst


(8)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………... i

LEMBAR PERSETUJUAN………. ii

KATA PENGANTAR ………... iii

LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH……….. v

ABSTRAK ..………. vi

ABSTRACT ………... vii

DAFTAR ISI ………... viii

DAFTAR GAMBAR ………... xi

DAFTAR TABEL ………... xii

BAB I PENDAHULUAN 1 1.1. Konteks Masalah………... 1

1.2. Fokus Masalah……….. 7

1.3. Pembatasan Masalah………. 7

1.4. Tujuan Penelitian……….. 8

1.5. Manfaat Penelitian……… 9

BAB II KAJIAN PUSTAKA………... 10

2.1 Paradigma Interpretif……… 10

2.2 Komunikasi………... 11

2.2.1 Proses Komunikasi……….. 13

2.2.2 Media Komunikasi……….. 18

2.2.3 Tujuan Komunikasi……….. 18

2.2.4 Fungsi Komunikasi……….. 19

2.2.5 Faktor Penghambat Komunikasi Efektif………….. 20

2.3 Komunikasi Organisasi………. 21

2.3.1 Komunikasi Efektif di dalam Organisasi…………. 24

2.3.2 Tujuan Komunikasi Organisasi………... 25

2.3.3 Fungsi Komunikasi Organisasi……… 26

2.4 Jaringan Komunikasi Organisasi……….. 27

2.4.1 Jaringan Komunikasi Formal………... 27

2.4.2 Jaringan Komunikasi Informal……… 32


(9)

2.5 Teori Stimulus-Organism-Response………. 36

2.6 Pengertian Organisasi………... 39

2.6.1 Karakteristik Organisasi……….. 41

2.7 Kepemimpinan……….. 42

2.7.1 Fungsi Kepemimpinan………. 45

2.7.2 Karakteristik Pemimpin yang Efektif……….. 48

2.8 Model Teoritis………... 50

BAB III METODOLOGI PENELITIAN……… 51

3.1 Metodologi Penelitian………... 51

3.2 Objek Penelitian……… 52

3.3 Subjek Penelitian……….. 52

3.4 Kerangka Analisis………. 53

3.5. Teknik Pengumpulan Data……… 55

3.5.1 Penentuan Informan………. 57

3.5.2 Keabsahan Data………... 58

3.6. Teknik Analisis Data……… 60

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN………... 61

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian………. 61

4.1.1 Sejarah Singkat Dinas Budparpora……….. 61

4.1.2 Tugas dan Fungsi Pokok Dinas Budparpora……… 63

4.1.3 Uraian Tugas dan Tanggungjawab Informan…….. 64

4.2 Visi dan Misi Dinas Budparpora……….. 70

4.3 Penyajian Data Penelitian………. 72

4.3.1 Deskripsi Hasil Penelitian……… 72

4.3.2 Analisis Data Kualitatif………... 75

4.3.2.1 Informan I………. 75

4.3.2.2 Informan II……… 85

4.3.2.3 Informan III……….. 89

4.3.2.4 Informan IV……….. 93

4.3.2.5 Informan V……… 101

4.3.2.6 Informan VI……….. 108


(10)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……….. 118

5.1 Kesimpulan………... 118

5.2 Saran Penelitian……… 119

5.3 Saran dalam kaitan Akademis 120

5.4 Saran dalam kaitan Praktis 121

DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN


(11)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Tujuan Komunikasi Organisasi………. 25

Gambar 2.2 Proses Perubahan Sikap pada Individu……… 38

Gambar 2.3 Unsur –unsur pokok dalam kepemimpinan………. 44

Gambar 2.4 Model Teoritis……….. 50

Gambar 3.1 Kerangka Analisa……….. 54


(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Fungsi Komunikasi Organisasi……… 27

Tabel 2.2 Metode Komunikasi Organisasi……….. 35

Tabel 4.1 Sumber data/ Informan Penelitian………... 74

Tabel 4.2 Karakteristik Informan……… 74

Tabel 4.3 Analisis Jaringan Komunikasi………. 113

Tabel 4.4 Analisis Jaringan Komunikasi Formal……… 115


(13)

ABSTRAK

Skripsi ini berjudul Peranan Komunikasi dalam Kepemimpinan Organisasi dengan sub judul studi deskriptif tentang peranan komunikasi dalam kepemimpinan organisasi di Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Sibolga. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana peranan komunikasi dalam kepemimpinan organisasi di Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Budparpora) Kota Sibolga. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang diarahkan untuk memberikan gejala-gejala, fakta-fakta atau kejadian-kejadian secara sistematis dan akurat mengenai sifat-sifat penelitian serta menganalisa kebenarannya berdasarkan data yang diperoleh. Teknik pengumpulan data dengan menggunakan teknik wawancara dan observasi. Pembahasannya dianalisis melalui hasil wawancara serta menggunakan interprestasi. Informan dalam penelitian ini berjumlah 6 orang, dimana semua informan merupakan pimpinan di dinas Budparpora Kota Sibolga. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan cara purposive sampling, menggunakan 1 orang informan sebagai informan kunci yaitu Kepala Dinas Budparpora Kota Sibolga dan 5 orang informan biasa yaitu Sekretaris dan 4 orang Kabid Dinas Budparpora Kota Sibolga. Dari hasil analisis deskriptif diperoleh 13 (tiga belas) tema-tema yang merupakan hasil dari peranan komunikasi dalam kepemimpinan organisasi di Dinas Kebudayaan Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Kota Sibolga. Tema-tema dimaksud adalah : (1) Menimbulkan Pemahaman, (2) Menimbulkan Kesenangan, (3) Merubah Sikap, (4) Membina Hubungan yang Baik, (5) Menghasilkan Tindakan, (6) Mendorong saling mempercayai, (7) Memelihara Teamwork, (8) Menghargai Status dan Peran, (9) Pemberdayaan Sumber Daya Manusia, (10) Menghemat Waktu, (11) Membangkitkan motivasi, (12) Menjalankan birokrasi, dan (13) Menyelesaikan masalah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa komunikasi memiliki peranan yang cukup signifikan dalam kepemimpinan organisasi, dan dapat disimpulkan bahwa peranan komunikasi di dalam kepemimpinan di dinas Budparpora berlangsung secara efektif dimana terdapat 5 tema yang merupakan indikator komunikasi efektif (Suranto AW 2005 : 105) yaitu : (1) Pemahaman, (2) Kesenangan, (3) Pengaruh pada Sikap, (4) Hubungan, dan (5) Tindakan.


(14)

ABSTRACT

“The role of communication in organizational leadership” is the title of this thesis, subbed with “Descriptive study of the role of communication in organizational leadership at Sibolga Agency of Culture Tourism Youth and Sporst” It aims at finding out the role of communication in organizational leadership at Sibolga Agency of Culture Tourism Youth and Sporst. This research applies descriptive-qualitative method, i.e. a type of research to describe phenomenons, facts or happenings systematically and accurately of the research and to analyze the truth as well based on the obtained data. Data collection is worked through interview and observation which are the materials for analysis using interpretation. Six government officials, who are posted structural heads of The Sibolga Agency of Culture Tourism Youth and Sporst, are the informants of this research. Sampling technique is purposive sampling, placing the Head of the Agency as the key informant and five other officials as common informants –Secretary and four Division Heads. Through descriptive analysis, thirteen themes are gained as the result of the communication role in organizational leadership at Sibolga Agency of Culture Tourism Youth and Sporst. They are : (1) Arousing Understanding, (2) Giving Pleasure, (3) Changing Attitude, (4) Managing the Harmony, (5) Producing Action, (6) Trusting Each other, (7) Teamwork Spirit, (8) Respecting Status and Role, (9) Human Resources Optimalization, (10) Time Efficiency, (11) Motivating, (12) Bureucracy, and (13) Problem Solving. The research shows that communication plays a significant role in organizational leadership, and it can be concluded that the role of communication in organizational leadership at Sibolga Agency of Culture Tourism Youth and Sporst runs effectively in the same line with the five effective communication indicators (Suranto AW 2005 : 105) i.e. : (1) Understanding, (2) Pleasure, (3) Behavioural Changing, (4) relationship, and (5) (Action).

Keywords: Communication, Leadership, Sibolga Agency of Culture Tourism Youth and Sporst


(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Konteks Masalah

Efektivitas kerja merupakan hal yang sangat penting dalam suatu organisasi, dalam hal ini adalah organisasi pemerintah untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Dengan terciptanya efektivitas kerja maka pegawai akan berusaha mengatasi dan memecahkan masalah yang dihadapi dalam pelaksanaan tugas dan pekerjaannya. Sebaliknya ketidakefektifan dalam bekerja akan berakibat buruk bagi keberhasilan organisasi, misalnya pegawai akan mudah putus asa bila mendapatkan kesulitan dalam pelaksanaan tugas sehingga sulit untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk mencapai efektivitas kerja antara pimpinan dan bawahannya dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah komunikasi yang diperankan oleh pimpinan organisasi tersebut.

Efektivitas organisasi terletak pada efektivitas komunikasi, sebab komunikasi itu penting untuk menghasilkan pemahaman yang sama antara pengirim informasi dengan penerima informasi pada semua tingkatan/level dalam organisasi. Kelancaran semua kegiatan organisasi akan dapat terganggu jika terdapat suatu masalah yang menyangkut komunikasi, dan apabila terjadi masalah dalam komunikasi maka dikhawatirkan akan memberikan dampak yang buruk bagi organisasi tersebut. Semua orang yang terlibat dalam organisasi tersebut akan melakukan komunikasi. Komunikasi ibarat sistem yang menghubungkan antar orang, antar bagian dalam


(16)

organisasi, atau sebagai aliran yang mampu membangkitkan kinerja orang-orang yang terlibat di dalam organisasi tersebut.

Menurut Everett M. Rogers (dalam Suranto AW 2005 : 15) memberikan definisi bahwa : Komunikasi ialah proses yang didalamnya terdapat sesuatu gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk mengubah perilakunya. Komunikasi memiliki peranan penting bagi organisasi karena komunikasi merupakan sarana yang diperlukan untuk mengkoordinasikan dan mengarahkan kegiatan pegawai terhadap tujuan dan sasaran organisasi. Selain itu komunikasi juga sebagai sarana untuk menyatukan arah dan pandangan serta pikiran antara pimpinan dan bawahan. Dengan adanya komunikasi, bawahan dapat memperoleh informasi dan petunjuk yang jelas sehingga tidak menimbulkan keragu-raguan dan kesalahpahaman dalam melaksanakan tugas sehingga akhirnya akan mempengaruhi efektivitas kerja bawahanya.

Peranan komunikasi tidak saja sebagai sarana atau alat bagi pimpinan untuk menyampaikan informasi, misalnya tentang suatu kebijakan, melainkan juga sebagai sarana untuk menciptakan hubungan yang baik diantara pimpinan dengan pengawainya. Suatu organisasi tidak dapat melaksanakan fungsinya tanpa adanya komunikasi dan bahkan lebih dari itu organisai tidak dapat berdiri tanpa komunikasi.

Komunikasi memiliki peranan yang sangat penting dalam organisasi. Komunikasi dalam organisasi memiliki kompleksitas yang tinggi, yaitu bagaimana menyampaikan dan menerima informasi merupakan hal yang tidak mudah, dan menjadi tantangan dalam proses komunikasinya. Dalam komunikasi organisasi, aliran


(17)

informasi merupakan proses yang rumit, karena melibatkan seluruh bagian yang ada di dalam organisasi. Informasi tidak hanya mengalir dari atas ke bawah, tetapi juga sebaliknya dari bawah ke atas dan juga mengalir diantara sesama pegawai.

Suatu organisasi apapun bentuknya, baik pemerintah maupun swasta, akan membutuhkan pimpinan yang akan membawa organisasi mencapai tujuannya. Seorang pemimpin suatu institusi dalam menjalankan kepemimpinan tentu mempunyai pengalaman yang berbeda dengan bawahannya, maka seorang pimpinan sebagai komunikator dituntut harus mampu menggunakan kemampuan empati-nya, karena apabila komunikator mengetahui bagaimana perasaan komunikan dan merasakan apa yang dirasakan komunikan, maka pesan yang disampaikan dapat diterima dan komunikasi pun dapat berjalan dengan efektif. Namun apabila antara komunikator dan komunikan tidak bisa membangun suatu kesepahaman maka proses komunikasi yang diharapkan tidak berjalan sebagaimana mestinya.

Organisasi (Muhammad 2009 : 24) terdiri dari individu dan kelompok yang mempunyai karakteristik, sikap, nilai, budaya, kemampuan, dan keahlian yang berbeda-beda. Organisasi merupakan suatu sistem karena organisasi terdiri dari berbagai bagian yang saling tergantung satu sama lain, sehingga dalam melaksanakan pekerjaannya mereka tidak bisa saling lepas karena pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, apabila satu bagian tergangu maka akan ikut berpengaruh pada bagian lain. Mereka saling tergantung satu sama lainnya dalam mencapai tujuan organisasi. Adanya saling ketergantungan diantara mereka diwujudkan dalam bentuk kerjasama yang baik, dan ini dapat dilakukan salah satunya melalui pembentukan komunikasi yang baik pula dalam organisasi. Komunikasi adalah alat untuk


(18)

meningkatkan kerjasama, kepercayaan, tanggung jawab, dan antusiasme para karyawan. Melalui komunikasi, para anggota organisasi akan mengerti dan memahami apa yang diinginkan oleh organisasi dimana mereka bernaung, sebaliknya pimpinan organisasi juga akan mengerti dan memahami apa yang diharapkan para anggota organisasi sehingga mempermudah organisasi dalam mencapai tujuannya. Komunikasi sangat penting dalam mengendalikan tindakan anggota organisasi yang tidak sesuai dengan keinginan organisasi.

Efektivitas seorang pemimpin sebagian besar terletak pada keahliannya dalam komunikasi. Instruksi kerja dapat dilaksanakan, motivasi dapat berlangsung, masalah dapat diselesaikan, apabila pemimpin dapat memberikan maksudnya kepada staf/pegawainya dan mengerti apa yang hendak staf/pegawai beritahukan kepada pemimpinnya. Dapat dipastikan bahwa seorang pemimpin yang memiliki tugas untuk melakukan koordinasi dengan orang banyak tentu harus memiliki kemampuan berkomunikasi yang baik. Hal ini antara lain disebabkan oleh posisi pemimpin itu sendiri sebagai orang yang menyampaikan ide, gagasan, perintah, dan sebagainya kepada anggotanya.

Menurut Joseph C. Rost (dalam Safaria 2004 : 3) Kepemimpinan adalah sebuah hubungan yang saling mempengaruhi di antara pemimpin dan pengikut (bawahan) yang menginginkan perubahan nyata yang mencerminkan tujuan bersamanya. Pemimpin mempengaruhi pengikutnya untuk mencapai perubahan berupa hasil yang diinginkan bersama. Berdasarkan pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pesan yang disampaikan oleh pimpinan selaku komunikator kepada para staf selaku komunikan adalah sebagai upaya untuk merubah pemikiran,


(19)

sikap dan perilaku para staf agar mau melakukan pekerjaan organisasi sebagaimana mestinya melalui komunikasi yang diciptakan oleh pimpinan.

Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Sibolga yang disingkat dengan Disbudparpora adalah merupakan salah satu Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemerintah yang berkepentingan untuk mewujudkan sumber daya manusia yang handal di bidang Pemuda, Olahraga, Kebudayaan dan Pariwisata di Kota Sibolga. Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga merupakan salah satu SKPD di Kota Sibolga yang bertanggungjawab melaksanakan otonomi daerah, meningkatkan pelaksanaan pemerintahan yang lebih berdaya guna dan berhasil, mewujudkan good governance dan pembangunan yang menjadi kewenangan di bidang kebudayaan, pariwisata, pemuda, dan olaharaga serta berkewajiban untuk membuat laporan peyelenggaraan tugas sesuai dengan amanat peraturan perundang-undangan yang berlaku. Selanjutnya laporan tersebut digunakan oleh Walikota sebagai bahan evaluasi kinerja dan pembinaan lebih lanjut terhadap SKPD Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga, sehingga dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya harus sesuai berdasarkan tugas pokok dan fungsi yang ada. Sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Sibolga No. 11 tahun 2008 tanggal 31 Mei 2008 tentang Susunan Organisasi dan Tata Kerja Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Sibolga, bahwa Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Sibolga dipimpin Kepala Dinas dan Kepala Dinas membawahi Sekretaris dan empat Kepala Bidang ditambah Kepala Seksi dan Kepala Sub–Bagian.

Organisasi ini tentunya diharapkan dapat melaksanakan fungsinya dengan baik. Dengan berkomunikasi, pegawai dan pimpinan dapat saling berhubungan satu


(20)

sama lainnya dalam menjalankan tugas kerja, memberikan dorongan, partisipasi dan masukan informasi – informasi yang dianggap penting, serta berkomunikasi tanpa harus memandang waktu, tempat dan keadaan sehingga pegawai yang diberikan nasehat, arahan dapat menjalankan tugas yang terarah, tepat waktu dan sesuai harapan.

Dari data pra riset yang penulis lakukan pada dinas Budparpora kota Sibolga, pola komunikasi kerja secara vertikal maupun horizontal sudah dibina dengan baik. Bentuk komunikasi vertikal yang terjadi di dinas tersebut adalah seperti pengarahan oleh Kepala Dinas pada waktu apel yang diadakan setiap hari, mengadakan rapat staf setiap sebulan sekali untuk evaluasi dan memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh para pegawai, dan pemberian disposisi (Kepala dinas memberikan informasi kepada para pegawai yang berhubungan dengan pekerjaan tertentu dan orang yang akan melaksanakan pekerjaan tersebut) serta pemberian informasi baru kepada para pegawai yang ditempel pada papan pengumuman. Sedangkan bentuk komunikasi horizontal terlihat dengan adanya pertukaran informasi (sharing) dari para pegawai dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kemudian jika ada prosedur dan kebijakan yang tidak sesuai dari atasan maka para pegawai bermusyawarah untuk memecahkan persoalan tersebut.

Setiap orang yang terlibat didalam organisasi baik selaku pimpinan maupun para staf ketika melaksanankan tugas dan tanggung jawabnya tentu dengan tujuan agar pekerjaannya dapat terlaksana dengan lancar dan harmonis seperti yang telah disepakati dan ditetapkan, maka unsur kerjasama harus senantiasa tercipta dengan baik. Dengan terjadinya proses kerjasama maka unsur komunikasi pun dengan


(21)

sendirinya akan tercipta dalam sebuah organisasi, karena apapun bentuk intruksi, informasi dari pimpinan ke bawahan maupun sebaliknya, laporan dari bawahan ke pimpinan, dan antara sesama bawahan senanatiasa dilakukan melalui proses komunikasi. Semua aktivitas kebanyakan dicakup dalam komunikasi, dimana komunikasi merupakan dasar bagi tindakan dan kerjasama. Kelancaran berkomunikasi yang terjadi di dalam organisasi antara staf dengan pimpinan maupun pimpinan dengan staf dan sesama staf sangat berpengaruh dalam pengambilan keputusan seorang pimpinan. Keberhasilan atau kegagalan suatu organisasi sebagian besar ditentukan oleh kemampuan komunikasi kepemimpinannya.

Berdasarkan uraian di atas, peneliti tertarik untuk menelitibagaimanaperanan komunikasi dalam organisasi di Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Pemko Sibolga.

1.2 Fokus Masalah

Berdasarkan konteks masalah yang telah diuraikan di atas, maka peneliti

mengajukan perumusan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah peranan

komunikasi dalam kepemimpinan di Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Pemko Sibolga.”

1.3 Pembatasan Masalah

Untuk menghindari permasalahan yang terlalu luas sehingga dapat mengaburkan penelitian, penulis membatasi masalah yang akan diteliti sebagai berikut :


(22)

1. Penelitian ini difokuskan untuk mendeskripsikan dan membahas bagaimana peranan komunikasi dalam kepemimpinan di Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Sibolga.

2. Subjek penelitian adalah pimpinan dan pegawai di Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Pemko Sibolga.

3. Penelitian ini bersifat kualitatif dengan metode deskriptif dimana peneliti mendeskripsikan atau merekonstruksikan wawancara mendalam terhadap subjek penelitian tanpa menjelaskan hubungan antar variable atau menguji hipotesis.

4. Penelitian dilakukan pada bulan Maret 2013 hingga selesai.

1.4 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mendeskripsikan dan membahas bagaimana peranan komunikasi dalam kepemimpinan organisasi di Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Sibolga.

2. Untuk mengetahui jaringan komunikasi yang berlangsung di Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Sibolga.

3. Untuk mengetahui metode komunikasi yang dilakukan di Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Sibolga.

4. Untuk mengetahui hambatan komunikasi yang terjadi di Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Pemko Sibolga.


(23)

1.5Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini adalah :

1. Secara akademis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan kontribusi/ sumbangan ilmiah khususnya di lingkungan Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU.

2. Secara teoritis, peneliti dapat menerapkan ilmu yang diperoleh selama menjadi mahasiswa Ilmu Komunikasi FISIP USU dan menambah wawasan peneliti mengenai komunikasi dalam kepemimpinan suatu organisasi.

3. Secara praktis, informasi yang diperoleh dari penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pihak-pihak yang membutuhkannya.


(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Paradigma Interpretif

Sesuai dengan sifat dan karakter permasalahan data yang diangkat dalam penelitian ini, maka paradigma yang relevan dalam penelitian ini adalah paradigma Interprettif. Adapun pada tradisi kualitatif-interpretatif, manusia lebih dipandang sebagai makhkuk rohaniah alamiah (natural). Dalam pandangan ini, manusia sebagai makhluk sosial sehari-hari bukan “berperilaku” berkonotasi mekanistik alias bersifat otomatis seperti hewan, melainkan “bertindak” mempunyai konotasi tidak otomatis/mekanistik, melainkan humanistik alamiah : melibatkan niat, kesadaran, motif-motif, atau alasan-alasan tertentu, yang disebut Weber sebagai social action (tindakan sosial) dan bukan sosial behavior (perilaku sosial) karena ia bersifat intensional; melibatkan makna dan interpretasi yang tersimpan di dalam diri pelakunya. Dunia makna itulah yang perlu dibuka, dilacak, dan dipahami untuk bisa memahami fenomena sosial apa pun, kapan pun, dan dimana pun. (Vardiansyah 2008 : 67).

Metodologi penelitian komunikasi kualitatif-interpretif akan membawa pembahasan kembali ke rumpun ilmu-ilmu sosial. Dalam ilmu-ilmu sosial, Taylor dan Bogdan (1984) mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang atau gejala yang diamati. Pendekatan kualitatif-interpretif diarahkan pada latar gejala secara holistik (utuh menyeluruh) dan alamiah sehingga metodologi kualitatif tidak mengisolasikan gejala ke dalam variabel. Namun, mengkaji objeknya sesuai latar


(25)

almiahnya. Karenanya, lazim disebut juga penelitian alamiah/naturalistik. (Vardiansyah 2008 : 69).

2.2 Komunikasi

Komunikasi apabila diaplikasikan dengan benar akan mampu mencegah dan memperbaiki hunbungan sekaligus menciptakan suasana yang menyenangkan dan menciptakan hubungan yang harmonis baik antarpribadi, antar kelompok, antar bangsa dan sebagainya. Dalam keseharian, orang lebih banyak menghabiskan waktu untuk berkomunikasi daripada aktifitas yang lainnya, dan dapat dipastikan bahwa seseorang berkomunikasi hampir di semua aspek kehidupan.

Mengusahakan suatu komunikasi yang baik dalam suatu organisasi merupakan hal penting. Ada berbagai defenisi yang dibuat untuk merumuskan makna komunikasi yang pada dasarnya menyatakan bahwa komunikasi merupakan suatu proses saat orang berusaha untuk menyampaikan informasi dan mendapatkan hal – hal yang menjadi sasarannya. Istilah komunikasi atau dalam bahasa Inggris communication berasal dari kata Latin communicatio, dan bersumber dari kata communis yang berarti sama (Effendy 2005 : 9). Menurut (West Richard, Lynn H. Turner 2008 : 5) Komunikasi adalah proses sosial di mana individu-individu menggunakan simbol-simbol untuk menciptakan dan menginterpretasikan makna dalam lingkungan mereka.

Everett M. Rogers (Suranto AW 2005: 15)memberikan definisi bahwa :

“Communication is the process by which an idea is transferred from a source to receiver with the intention of changing his on her behavior.”

Dikatakan bahwa komunikasi ialah proses yang didalamnya terdapat sesuatu gagasan yang dikirimkan dari sumber kepada penerima dengan tujuan untuk mengubah perilakunya.


(26)

Menurut Raymond S. Ross (Suranto AW 2005 : 15) defenisi komunikasi adalah :

“Communication is a transactional process involving cognitive sorting, selecting, and sharing of symbol in such a way as to help another elicit from his own experiences a meaning or responses similar to thet intended by the source.”

Dikatalan bahwa komunikasi ialah proses transaksional yang meliputi pemisahan, dan pemilahan bersama lambang secara kognitif, begitu rupa sehingga membantu orang lain untuk mengeluarkan dari pengalamamnya sendiri arti atau respon yang sama dengan yang dimaksud oleh sumber.

Sedangkan menurut Theodore Herbert (Suranto AW 2005 : 15):

“Communication is the process by which meaning a knowledge is transferred from one person to another, usually for the purpose of obtaining some specific goals.”

Dikatakan bahwa komunikasi ialah proses yang di dalamnya menunjukkan arti pengetahuan dipindahkan dari seorang kepada orang lain, biasanya dengan maksud mencapai beberapa tujuan khusus.

Dari pengertian di atas dapat ditarik sebuah pemahaman sederhana bahwa komunikasi adalah sebuah proses, peristiwa dan tindakan mempengaruhi melalui pesan yang sengaja dilakukan untuk mendapatkan perubahan yang diinginkan (pikiran, perasaan, dan tindakan).

Carl I. Hovland mendefinisikan komunikasi sebagai suau proses dimana seseorang memindahkan perangsang yang biasanya berupa lambang kata-kata untuk mengubah tingkah laku orang lain (dalam Widjaja 2006: 26-27). Adapun pengertian komunikasi yang lain menurut Roger dan D. Lawrance Kincaid (dalam Canggara 2006 : 19) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dimana dua orang atau lebih membentuk atau melakukan pertukaran informasi dengan satu sama lainnya, yang pada gilirannya akan tiba pada saat saling pengertian yang mendalam. Maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi itu adalah persamaan pendapat dan untuk


(27)

kepentingan itu maka orang harus mempengaruhi orang lain dahulu sebelum orang lain itu berpendapat, bersikap dan bertingkah laku yang sama dengan kita.

Kesimpulan dari berbagai pendapat diatas, dapat dirumuskan bahwa hakekat komunikasi mempunyai unsur-unsur :

a. Komunikasi adalah suatu proses

b. Komunikasi adalah sistem interaksi dan transaksi c. Komunikasi mempunyai tujuan tertentu

d. Komunikasi dapat terjadi disengaja maupun tidak disengaja.

2.2.1 Proses Komunikasi

Dari berbagai defenisi komunikasi yang telah di kemukakan oleh para ahli sebagaimana telah diuraikan tadi dapat diambil kesimpulan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian lambang-lambang yang mengandung pengertian yang sama oleh seseorang kepada orang lain, baik dengan maksud agar mengerti, maupun agar berubah tingkah lakunya (Effendy, 2003: 7).

Yang dimaksud dengan proses komunikasi adalah proses yang menggambarkan kegiatan komunikasi antar individu yang bersifat interaktif, relasional, dan transaksional di dalamnya melibatkan sumber komunikasi yang mengirimkan pesan-pesan melalui media tertentu kepada penerima dengan maksud dan tujuan dalam sebuah konteks tertentu. Proses komunikasi diatas dapat dirinci dalam beberapa unsur sebagai berikut :


(28)

1. Komunikator/Pengirim

Pengirim adalah orang yang memiliki informasi dan kehendak untuk menyampaikannya kepada orang lain. Pengirim atau komunikator dalam organisasi bisa karyawan dan bisa juga pimpinan.

2. Encoding/Penyandian

Encode merupakan aktivitas yang dilakukan oleh seorang komunikator yang memformulasikan pesan sedemikan rupa sehingga dengan menggunakan suatu lambang tertentu dia dapat mengoperkan pesan itu kepada komunikan. Penyandian merupakan proses mengubah informasi ke dalam isyarat-isyarat atau symbol-simbol tertentu untuk ditransmisikan. Proses penyandian ini dilakukan oleh pengirim

3. Saluran

Saluran atau sering juga disebut dengan media adalah alat dengan mana pesan berpindah dari pengirim ke penerima. Saluran merupakan jalan yang dilalui informasi secara fisik.

4. Pesan/Simbol

Pesan adalah informasi yang hendak disampaikan pengirim kepada penerima. Sebagian besar pesan dalam bentuk kata, baik berupa ucapan maupun tulisan. Akan tetapi beraneka ragam perilaku non-verbal dapat juga digunakan untuk menyampaikan pesan, seperti gerakan tubuh, raut muka dan lain sebagainya


(29)

5. Decoding/Penafsiran

Penafsiran (decording) adalah proses menerjemahkan (menguraikan sandi-sandi) pesan dari pengirim. Sebagian besar proses decording dilakukan dalam bentuk menafsirkan isi pesan oleh penerima

6. Komunikan

Penerima adalah orang yang menerima informasi dari pengirim. Penerima melakukan proses penafsiran atas informasi yang diterima dari pengirim 7. Umpan balik

Umpan balik (feedback) pada dasarnya merupakan tanggapan penerima atas informasi yang disampaikan pengirim. Umpan balik hanya terjadi pada komunikasi dua arah. Umpan balik yang diterima komunikator dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam menentukan apakah pesan telah diterima dan menghasilkan tanggapan sesuai dengan yang diinginkan atau apakah meaning pesan yang diinterpretasi oleh komunikan sesuai dengan meaning pesan yang dimaksudkan oleh komunikator.

8. Gangguan (noise)

Gangguan dalam komunikasi adalah segala sesuatu yang menjadi penghambat laju pesan yang ditukar antara pengirim dengan penerima. Argiris (1994) mendefinisikan komunikasi sebagai suatu proses dimana seseorang, kelompok, atau organisasi (sender) mengirimkan informasi (message) pada orang lain, kelompok, atau organisasi (receiver). Proses komunikasi umumnya mengikuti beberapa tahapan. Pertama, pengirim pesan mengirimkan informasi pada penerima informasi melalui satu atau beberapa sarana komunikasi. Proses berlanjut


(30)

dimana penerima mengirimkan feedback atau umpan balik pada pengirim pesan awal. Dalam proses tersebut terdapa distorsi-distorsi yang mengganggu aliran informasi yang dikenal dengan noise.1

Proses komunikasi dijelaskan melalui pemahaman unsur-unsur komunikasi yang meliputi pihak yang mengawali komunikasi, pesan yang dikomunikasikan, saluran yang digunakan untuk berkomunikasi, dan gangguan saat terjadi komunikasi, serta pihak yang menerima pesan, umpan balik dan dampak pada pengirim pesan. Pengirim atau sender merupakan pihak yang mengawali proses komunikasi. Sebelum pesan dikirimkan, pengirim harus mengemas idea atau pesan tersebut sehingga dapat diterima dan dipahami. Proses pengemasan ide ini disebut dengan encoding.

Pesan yang akan dikirimkan harus berisifat informatif artinya mengandung peristiwa, data, fakta, dan penjelasan. Pesan harus bisa menghibur, member inspirasi, memberi informasi, meyakinkan, dan mengajak untuk berbuat sesuatu. Pesan yang telah dikemas disampaikan melalui media baik melalui media lisan: (dengan menyampaiakan sendiri, melalui telepon, mesin dikte atau videotape) maupun dengan media tertulis : (surat, memo, laporan, hand out, selebaran, catatan, grafik, dan gambar), maupun media elektronik yaitu : (faksimili, email, radio, televisi).

Penggunaan media untuk menyampaikan pesan dapat mengalami gangguan (noise) yang dapat menghambat atau mengurangi kemampuan dalam mengirim dan menerima pesan. Gangguan komunikasi dapat berupa faktor pribadi (prasangka,

1

Argiris , 1994 dalam Jurnal Manajemen, Vol. 8 No 2, Mei 2009


(31)

lamunan, perasaan tidak cakap) dan pengacau indra (suara yang terlalu keras atau lemah, bau menyengat, udara panas).

Setelah pesan disampaikan, pihak yang menerima pesan (receiver) harus dapat menafsirkan dan menerjemahkan pesan yang diterima. Penafsiran pesan mungkin akan sama atau berbeda dengan pengirim pesan. Apabila penafsiran sama, maka penafsiran dan penerjemahahn penerima benar dan maksud pengirim tercapai. Sebaliknya jika penafsiran berbeda maka penafsiran dan penerjemahan salah dan maksud tidak tercapai. Penafsiran pesan ini sangat dipengaruhi oleh ingatan dan mutu serta kedekatan hubungan antara pengirim dan penerima.

Unsur terakhir dalam komunikasi adalah umpan balik, merupakan tanggapan penerima terhadap pesan yang diterima dari pengirim. Umpan balik bisa berupa tanggapan verbal maupun non verbal dan bisa bersifat positif maupun bersifat negatif. Umpan balik positif terjadi apabila penerima menunjukkan kesediaan untuk menerima dan mengerti pesan dengan baik serta memberikan tanggapan sebagaimana dinginkan oleh pengirim. Sedangkan umpan balik negatif dapat benar juga dapat salah. Umpan balik negatif dikatakan salah jika isi dan cara penyampaian pesan dilakukan secara benar tetapi penafsiran pesan salah. Dalam komunikasi secara bergantian pera penerima pesan bisa berubah menjadi pengirim pesan dan pengirim pesan berubah menjadi penerima pesan.


(32)

2.2.2 Media Komunikasi

Dalam proses komunikasi telah diutarakan bahwa pengiriman suatu pesan disampaikan melalui saluran media komunikasi. Media komunikasi merupakan sarana yang dipergunakan dalam proses pengiriman pesan. Media komunikasi sebagai sarana untuk menyampaikan atau menyalurkan pesan itu dapat berupa:

1. Media Tulisan; Berupa surat, telegram, papan pengumuman, majalah, surat kabar dan lain-lain.

2. Media Visual; berbentuk gambar, grafik, foto dan lain-lain

3. Media Audio; berupa suara seperti telepon, radio dan lain-lain

4. Media Audio Visual; berupa kombinasi gambar dan suara, contohnya televisi dan film.

2.2.3 Tujuan Komunikasi

Dalam berkomunikasi tidak hanya untuk memahami dan mengerti satu dengan yang lainnya tetapi juga memiliki tujuan dalam berkomunikasi. Pada umumnya komunikasi mempunyai tujuan (Effendy 2003 : 55) antara lain :

1. Untuk mengubah sikap (to change the attitude)

Memberikan berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat akan merubah sikapnya. Misalnya memberikan informasi tentang bahaya Narkoba pada masyarakat dan remaja menjadi tahu bahaya dari Narkoba yang bisa berujung dengan kematian.

2. Untuk mengubah opini/pendapat/pandangan (to change the opinion) Memberikan berbagai informasi kepada masyarakat dengan tujun akhir agar masyarakat mau merubah pendapat dan persepsinya


(33)

terhadap tujuan informasi yang disampaikan, misalnya informasi mengenai pemilu.

3. Untuk merubah perilaku (to change the behavior)

Memberi berbagai informasi pada masyarakat dengan tujuan agar masyarakat akan berubah perilakunya. Misalnya informasi yang dilakukan oleh pihak Kepolisian kepada masyarakat pengguna sepeda motor agar selalu menggunakan helm selama bekendara untuk keselamatan pengguna itu sendiri.

4. Untuk mengubah masyrakat (to change the society)

Memberikan berbagai informasi kepada masyarakat, yang pada akhirnya bertujuan agar masyarakat mau mendukung dan ikut serta terhadap tujuan informasi yang disampaikan.

2.2.4 Fungsi Komunikasi

Proses komunikasi tidak terlepas dari bentuk dan fungsi komunikasi, dimana komunikasi yang baik, tidak jauh dari fungsi yang mendukung keefektifan komunikasi. Menurut (Effendy 2003:55) fungsi komunikasi adalah sebagai berikut :

1. Menginformasikan (to inform)

Kegiatan komunikasi itu memberikan penjelasan, penerangan, mengenai bentuk informasi yang disajikan dari seorang komunikator kepada komunikan. Informasi yang akurat diperlukan oleh beberapa bagian masyarakat untuk bahan dalam pembuatan keputusan.

2. Mendidik (to educate)

Penyebaran informasi tersebut sifatnya member pendidikan atau pengajuran suatu pengetahuan, menyebarluaskan kreativitas untuk membuka wawasan dan kesempatan untuk memperoleh pendidikan secara luas, baik untuk pendidikan formal di sekolah maupun di luar sekolah. 3. Menghibur (to entertaint)

Penyebaran informasi yang disajikan kepada komunikan unutk memberikan hiburan. Menyampaikan informasi dalam lagu, lirik dan


(34)

bunyi, maupaun gambar dan bahasa membawa setiap orang pada situasi menikmati hiburan.

4. Mempengaruhi (to influence)

Komunikasi sebagai sarana untuk mempengaruhi khalayak untuk sumber motivasi, mendorong dan mengikuti kemajuan orang lain melalui apa yang dilihat, dibaca dan didengar. Serta memperkenalkan nilai-nilai baru untuk merubah sikap dan perilaku ke arah yang baik dan modernisasi.

2.2.5 Faktor Penghambat Komunikasi Efektif

Meskipun proses komunikasi sudah dirancang secara matang, belum tentu tujuan komunikasi tercapai secara efektif. Berikut ini dikemukakan identifikasi faktor-faktor yang mungkin menjadi penghambat komunikasi (Suranto 2005 : 112-113) :

1. Hambatan sosiologis

Secara sosiologis warga perkantoran berasal dari berbagai golongan dan lapisan yang menimbulkan perbedaan status, ideology, agama, tingkat pendidikan, status ekonomi yang kesemuanya dapat menjadi hambatan bagi kelancaran komunikasi. Hambatan itu lebih nampak pada pelaksanaan komunikasi formal di perkantoran karena adanya perbedaan kedudukan dan jabatan.

2. Hambatan psikologis

Yakni hambatan berkomunikasi yang disebabkan oleh situasi psikologis yang tidak mendukung. Misalnya berkomunikasi dengan orang yang sedang marah, bingung, cemas, kecewa, atau sedang menaruh prasangka terhadap komunikator, tentu akan menghambat tercapainya tujuan komunikasi.

3. Hambatan semantis

Ialah hambatan komunikasi yang disebabkan oleh latar belakang bahasa yang berbeda, contohnya bahasa Indonesia “jangan” (larangan) berbedsa makna dengan kata “jangan” dalam bahasa Jawa yang berarti sayur. “Gedang” berarti pisang bagi orang Jawa, tetapi berarti papaya bagi orang Sunda.

4. Hambatan mekanis

Hal ini sering terjadi pada proses komunikasi perkantoran yang menggunakan media, seperti bunyi krotokan pada pesawat telepon, tulisan yang tidak terbaca pada surat, sinyal yang hilang pada telepon seluler, dan sebagainya.


(35)

5. Hambatan ekologis

Hal ini disebabkan oleh gangguan yang terjadi di lingkungan ketika proses komunikasi sedang berlangsung. Misalnya saja hujan deras, lalulintas yang bising, mesin pabrik yang menderu, semuanya bisa menjadi penghambat kelancaran berkomunikasi.

Hambatan-hambatan di atas tentu merupakan sesuatu yang tidak dikehendaki. Oleh karena itu dengan mengidentifikasi kemungkinan hambatan yang terjadi, sudah dapat dilakukan langkah-langkah antisipatif untuk mencegah kemunculannya. Dengan mencegah kemungkinan terjadinya hambatan, maka peluang tercapainya komunikasi efektif akan lebih besar.

2.3 Komunikasi Organisasi

Berbicara tentang komunikasi organisasi maka gambaran kita langsung dikaitkan dengan peranan dan status dari setiap orang dalam organisasi karena peranan dan status seseorang menentukan bagaimana cara dia berkomunikasi dengan orang lain, dan bagaimana cara kita berkomunikasi dengan dia, oleh karena itu kitapun sering menghubungkan peran dan status dengan pekerjaan yang beragam. Keragaman dalam organisasi tersebut dapat dilihat melalui pembagian kerja dimana setiap orang akan berkerja menurut bakat dan kemampuan sehingga dia bertanggungjawab atas pekerjaan itu. Ketika jumlah atau jenis pekerjaan semakin banyak dan beragam maka dbutuhkan hubungan seorang pemimpin dengan bawahan atau bawahan dengan pemimpin untuk membentuk sebuah kekuatan yang besar untuk menghasilkan keluaran yang berkualitas.

Komunikasi adalah sebuah tindakan untuk berbagi informasi, gagasan ataupun pendapat dari setiap partisipan komunikasi yang terlibat didalamnya guna


(36)

mencapai kesamaan makna. Tindak komunikasi tersebut dapat dilakukan dalam beragam konteks, antara lain dalam lingkup organisasi.

Dalam konteks organisasi, pemahaman mengenai peristiwa-peristiwa komunikasi yang terjadi didalamnya, seperti apakah instruksi pimpinan sudah dilaksanakan dengan benar oleh karyawan ataupun bagaimana bawahan mencoba mencoba menyampaikan keluhan pada atasan, memungkinkan tujuan organisasi yang telah ditetapkan dapat tercapai sesuai dengan hasil yang diharapkan. Terdapat beberapa pilihan-pilihan jenis komunikasi yang dapat diaplikasikan, namun dikatakan bahwa organisasi adalah suatu sarana kekuasaan yang dilaksanakan melalui komunikasi, dan dengan demikian menciptakan tindakan yang terorganisasi (R. Wayne Pace : 2005).

Komunikasi organisasi adalah proses pengiriman dan penerimaan berbagai pesan organisasi di dalam organisasi baik yang terjadi di dalam kelompok formal maupun kelompok informal di dalam organisasi (Safaria 2004 : 133). Kemampuan komunikasi merupakan fakor penentu kesuksesan setiap individu maupun organisasi untuk bertahan dalam persaingan bisnis yang sangat kompetitif saat ini. Kemampuan komunikasi seseorang dalam setiap kondisi misalnya pada saat mempersiapkan sebuah presentasi bisnis, menyampaikan sebuah ide-ide atau gagasan dalam suatu rapat, negosiasi bisnis, melatih tim, membangun sebuah tim kerja, dan dalam setiap aktivitas organisasi. Melihat pentingnya komunikasi dalam organisasi, efektivitas komunikasi akan sangat menentukan kesuksesan organisasi baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.


(37)

Wayne Pace dan Don F. Faules (dalam Suranto AW 2005: 33) memberikan definisi komunikasi organisasi sebagai sebuah proses penciptaan dan pengiriman pesan oleh komunikator yang dilaksanakan secara berkelanjutan untuk mencapai tujuan bersama para anggota organisasi.

Goldhaber (dalam Muhammad 2009 : 67) memberikan definisi komunikasi organisasi sebagai berikut :

“organizational communication is the process of creating and exchanging message within a network of interdependent relationship to cope with environmental uncertainty.”

Dalam definisi ini terlihat bahwa komunikasi organisasi adalah proses menciptakan dan saling menukar pesan dalam satu jaringan hubungan yang saling tergantung sama lain untuk mengatasi lingkungan yang tidak pasti atau yang selalu berubah-ubah. Pengertian lainnya tentang komunikasi organisasi disebutkan oleh Katz dan Khan (dalam Muhammad 2009 : 65) adalah merupakan arus informasi, pertukaran informasi dan pemindahan arti di dalam suatu organisasi.

Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa :

a. Komunikasi organisasi terjadi dalam suatu sistem terbuka yang kompleks yang dipengaruhi oleh lingkungannya sendiri baik internal maupun eksternal.

b. Komunikasi organisasi meliputi pesan dan arusnya, tujuan, arah dan media

c. Komunikasi meliputi orang dan sikapnya, perasaannya, hubungan dan keterampilan/skillnya.


(38)

2.3.1 Komunikasi Efektif di dalam organisasi

Di dalam lingkungan organisasi, komunikasi efektif ini menjadi sebuah kebutuhan. Banyak aturan yang harus dilengkapi penjelasan, dimaksudkan agar kesalahpahaman interpretasi dapat dihindarkan. Apabila salah seorang pegawai kantor merasa belum jelas dengan informasi yang diterimanya, maka lebih baik meminta penjelasan. Hal ini disebabkan, komunikasi yang tidak efektif di kantor bisa jadi mengakibatkan dampak negatif dan kerugian yang serius.

Komunikasi efektif ( Suranto AW 2005 : 104-105) di dalam organsasi akan sangat membantu peningkatan kinerja dan ketepatan dalam penyelesaian suatu urusan. Ada beberapa indikator komunikasi efektif, ialah :

1. Pemahaman, ialah kemampuan memahami pesan secara cermat sebagaimana dimaksudkan oleh komunikator. Dalam hal ini komunikasi dikatakan efektif apabila mampu memahami secara tepat. Sedang komunikator dikatakan efektif apabila berhasil menyampaikan pesan secara cermat.

2. Kesenangan, yakni apabila proses komunikasi itu selain berhasil menyampaikan informasi, juga dapat berlangsung dalam suasana yang menyenangkan kedua belah pihak. Sebenarnya tujuan yang menyenangkan kedua belah pihak. Sebenarnya tujuan berkomunikasi tidaklah sekedar transaksi pesan, akan tetapi dimaksudkan pula untuk saling interaksi secara menyenangkan untuk memupuk hubungan insan. 3. Pengaruh pada sikap, apabila seorang komunikan setelah menerima

pesan kemudian sikapnya berubah sesuai dengan makna pesan itu. Tindakan mempengaruhi orang lain merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari di perkantoran. Dalam berbagai situasi kita berusaha mempengaruhi sikap orang lain dan berusaha agar orang lain bersikap positif sesuai keinginan kita.

4. Hubungan yang makin baik, bahwa dalam proses komunikasi yang efektif secara tidak sengaja meningkatkan kadar hubungan interpersonal. Di perkantoran, seringkali terjadi komunikasi dilakukan bukan untuk menyampaikan informasi atau mempengaruhi sikap semata, tetapi kadang-kadang terdapat maksud implisit di sebaliknya, yakni untuk membina hubungan baik.

5. Tindakan, kedua belah pihak yang berkomunikasi melakukan tindakan sesuai dengan pesan yang dikomunikasikan.


(39)

2.3.2 Tujuan Komunikasi Organisasi

Ada 3 (tiga) tujuan utama dari komunikasi organisasi (Liliweri 2004 : 64) yaitu : 1. Sebagai tindak koordinasi.

Komunikasi dalam organisasi bertujuan untuk mengkoordinasikam sebagian atau dibagi-bagi dalam bagian atau sub bagian yang melaksanakan visi dan misi organisasi di bawah pimpinan seorang pemimpin atau manajer serta para bawahan mereka. Tanpa komunikasi maka organisasi hanya merupakan kumpulan orang-orang yang terbagi dalam tugas dan fungsi masing-masing yang melaksanakan aktivitas mereka tanpa keterkaitan satu sama lain (tanpa sinkronisasi dan harmonisasi). Organisasi tanpa koordinasi, organisasi tanpa komunikasi sama dengan organisasi yang menampilkan aspek individual dan bukan menggambarkan aspek kerjasama.

2. Membagi Informasi (information sharing)

Sala satu tujuan komunikasi yang penting adalah menghubungkan seluruh aparatur organisasi dengan tujuan organisasi. Komunikasi mengarahkan manusia dan aktivitas mereka dalam organisasi. Sebuah informasi atau pertukaran informasi berfungsi untuk membagi kemudian menjelaskan informasi tentang tujuan organisasi, arah dari suatu tugas, bagaimana usaha untuk mencapai hasil, dan pengambilan keputusan.

3. Komunikasi bertujuan untuk menampilkan perasaan dan emosi

Manusia dalam organisasi mempunyai keinginan bahkan kebutuhan untuk menyatakan kegembiraan atas pekerjaan dan prestasi yang mereka telah lakukan, mungkin mereka ingin mengatakan perasaan marah karena mereka telah gagal bertugas sebagai seorang pemimpin, mereka juga dapat mengungkapkan kekhawatiran dan kecemasan yang akan dihadapi baik oleh diri sendiri, kelompok dan unit kerja bahkan oleh organisasi.

Bagan 2.1

Tujuan Komunikasi Organisasi

Sumber : (Liliweri 2004 : 65) Tindakan

Koordinasi

Membagi Informasi demi : 1. tujuan organisasi 2. mengarahkan tugas 3. hasil suatu usaha 4. pengambilan

keputusan

Menyatakan


(40)

2.3.3 Fungsi Komunikasi Organisasi

Menurut Liliweri (2004 : 66) fungsi komunikasi organisasi terbagi dua yaitu fungsi umum dan fungsi khusus.

A. Fungsi Umum :

1. To tell. Komunikasi berfungsi untuk “menceritakan” informasi terkini mengenai sebagian atau keseluruhan yang berkaitan dengan pekerjaan. Kadang-kadang komunikasi merupakan proses pemberian informasi mengenai bagaimana seorang atau sekelompok orang harus mengerjakan satu tugas tertentu.

2. To sell. Komunikasi berfungsi untuk “menjual” gagasan dan ide, pendapat, fakta, termasuk menjual sikap organisasi, sikap tentang sesuatu yang merupakan subjek layanan.

3. To learn. Komunikasi berfungsi untuk meningkatkan kemampuan para karyawan agar mereka bisa “belajar” tentang atau dari orang lain (internal), belajar tentang apa yang dipikirkan, dirasakan, dan dikerjakan orang lain, tentang apa yang “dijual” atau yang “diceritakan” oleh orang lain tentang organisasi.

4. To decide. Komunikasi berfungi untuk “menentukan” apa dan bagaimana organisasi membagi pekerjaan, atau siapa menjadi atasan dan siapa menjadi bawahan, besaran kekuasaan dan kewenangan, menentukan bagaimana menangani sejumlah orang, bagaimana memanfaatkan sumberdaya, mengalokasikan manusia, mesin, metode dan teknik dalam organisasi.

B. Fungsi Khusus :

1. Membuat para karyawan melibatkan diri ke dalam issu-issu organisasi lalu menerjemahakan ke dalam tindakan tertentu di bawah sebuah “komando”. 2. Membuat para karyawan menciptakan dan menangani “relasi” antara sesame

bagi peningkatan produk organisasi.

3. Membuat para karyawan memiliki kemampuan untuk menangani atau mengambil keputusan-keputusan dalam suasana yang “ambigu dan tidak pasti”.

Dengan kata lain, menurut Condrad (1985) terdapat 3 (tiga) fungsi komunikasi organisasi sebagaimana terlihat dalam tabel di bawah ini (dalam Liliweri 2004 : 67) :


(41)

Tabel 2.1

Fungsi Komunikasi Organisasi

Fungsi Komando Fungsi Relasi

1. Mengarahkan dan membatasi tindakan

2. Menangani dan memelihara tampilan yang dekat melalui umpan balik

3. Menggunkan publikasi dan instruksi

1. Menciptakan dan

melanjutkan sifat impersonal dalam organisasi

2. Membuat negosiasi antar unit kegiatan

3. Menentukan dan mendefinisikan peran organisasi

Fungsi komunikasi untuk mengambil keputusan dalam suasana yang ambigu dan tidak pasti

1. Menjaga keseimbagan antara kepentingan organisasi dengan kepenitngan individual

2. Mengelola pelbagai akibat yang ditinggalkan atau memelihara tradisi organisasi

3. Menciptakan perspektif bagi peluang pembagian pengalaman/pemerkayaan kerja.

Sumber : Liliweri 2004 : 67

2.4 Jaringan Komunikasi Organisasi

Peranan individu dalam sistem komunikasi ditentukan oleh hubungan struktur antara satu individu dengan individu lainnya dalam organisasi. Hubungan ini ditentukan oleh pola hubungan interaksi individu dengan arus informasi dalam jaringan komunikasi. Secara umum jaringan komunikasi ini dapat dibedakan atas jaringan komunikasi formal dan jaringan komunikasi informal.

2.4.1 Jaringan Komunikasi Formal

Jaringan komunikasi formal (Muhammad 2009 : 107) mencakup susunan tingkah laku organisasi, pembagian departemen maupun tanggung jawab tertentu, posisi jabatan, dan distribusi pekerjaan yang ditetapkan bagi anggota organisasi yang


(42)

berbeda. Pesan mengalir melalui jalan resmi yang ditentukan oleh hierarki resmi organisasi atau oleh fungsi pekerjaan.Menurut (Suranto AW 2005 : 39) komunikasi formal ialah proses penyampaian pesan dengan memanfaatkan saluran-saluran formal yang tersedia di dalam organisasi perkantoran. Saluran formal disini tidak lain adalah saluran birokrasi yang telah tersusun secara hirarkis sesuai dengan struktur organisasi di kantor itu. Dengan demikian apabila kita akan secara formal menyampaikan surat dinas kepada seorang kepala kantor, maka surat kita tersebut akan menempuh perjalanan sesuai dengan saluran formal yang tersedia. Surat tadi akan diterima oleh bagian tata usaha, diagendakan, dibuatkan kartu kendali dan lembar disposisi, baru kemudian dikirimkan kepada alamat surat dengan melalui jalur birokrasi yang relevan.

Ada tiga bentuk utama dari arus pesan dalam jaringan komunikasi formal yaitu :

a. “Downward Communication” atau komunikasi kepada bawahan.

b. “Upward Communication” atau komunikasi kepada atasan

c. “Horizontal Communication” atau komunikasi horizontal.

Menurut (Suranto AW 2005 : 39) komunikasi formal memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

a) Arus komunikasi ke bawah lebih banyak daripada arus komunikasi ke atas. Dengan demikian pengendali komunikasi formal ini nampaknya berda pada pihak yang secara struktural organisasi memiliki kedudukan yang lebih tinggi. Hal ini barangkali berkaitan dengan tradisi umum pada organisasi-organisasi perkantoran di negara kita bahwa para pegawai pada umumnya masih memiliki mental menunggu perintah dari pimpinan. Jadi prakarsa melakukan komunikasi lebih banyak dari atas (pimpinan).


(43)

b)Tujuan dilakukannya komunikasi terkait dengan kepentingan dinas atau kepentingan manajemen. Dalam hal ini pesan komunikasi formal pada umumnya merupakan pesan dari manajemen atau jajaran pimpinan untuk karyawan. Misalnya internalisasi kebijakan kantor.

c) Cara penyampaian pesan dalam komunikasi formal lebih banyak tertulis daripada lisan. Hal ini dapat kita pahami, oleh karena dengan disampaikan secara tertulis atau dalam bentuk surat resmi, lebih dalam penanganan dan pendokumentasian, serta lebih memudahkan pencarian apabila sewaktu-waktu surat tersebut diperlukan untuk dipelajari kembali. Selai itu pengirim surat dapat lebih mudah menunjuk pihak-pihak yang terkait dengan urusan formal yang tertulis dalam surat tersebut. Caranya, adalah dengan menyebutkannya pada butir tembusan yang berada pada bagian bawah surat. Contoh bentuk komunikasi formal ini adalah surat edaran, surat keputusan, surat perintah, dan sebagainya.

d)Seandainya pesan berupa informasi lisan, maka oleh karena sifatnya yang formal, lebih sering disampaikan dalam pertemuan atau rapat resmi daripada disampaiakna secara interpersonal. Misalnya disampaikan melalui rapat staf, rapat dinas, dan sebagainya. Oleh karena sifatnya formal, maka segala kesepakatan yang terjadi di dalam rapat tersebut memiliki kekuatan dinas dinas yang mengikat bagi seluruh jajaran pimpinan maupun pegawai.

e) Pihak-pihak yang terlibat dalam komunikasi formal senantiasa terkait dengan jabatan dalam organisasi itu. Misalnya pesan disampaikan oleh seorang pimpinan kantorkepada salah seorang ketua seksi. Meskipun dilihat dari segi usia, ketua seksi tersebut lebih tua dari pimpinan kantor, tetapi ketua seksi harus menaruh hormat. Hal ini disebabkan eksistensi mereka terkait dengan jabatan yang tersusun secara hirarkis.

f) Komunikasi formal pada umumnyan dilaksanakan untuk urusan atau kepentingan kantor/dinas, dan bukan untuk kepentingan pribadi para pengurus maupun anggota organisasi. Oleh karena itu kita seyogianya dapat membedakan pesan komunikasi yang hendak disampaikan, apakah terkait dengan kepentingan dinas ataukah pribadi. Kalau untuk kepentingan pribadi tentu saja tidak bijaksana apabila dikomunikasikan secara formal.

a. Komunikasi ke bawah

Komunikasi ke bawah menunjukkan arus pesan yang mengalir dari atas ke bawah. Komunikasi ke bawah biasanya diberikan oleh pimpinan kepada bawahan atau kepada para anggota organisasi dengan tujuan untuk memberikan pengertian mengenai apa yang harus dikerjakan oleh para anggota sesuai dengan kedudukannya. Pesan-pesan tersebut dapat dijalankan melalui kegiatan: Pengarahan, petunjuk,


(44)

perintah, teguran, penghargaan, dan keterangan umum. Menurut Lewis (dalam Muhammad 2009:108), komunikasi ke bawah juga dimaksudkan untuk merubah sikap, membentuk pendapat, mengurangi ketakutan, dan kecurigaan yang timbul karena salah informasi, dan mempersiapkan anggota organisasi untuk menyesuaikan diri dengan perubahan. Komunikasi ke bawah ini dapat diberikan secara lisan, tertulis, dengan gambar atau simbol- simbol, dalam bentuk surat edaran, pengumuman atau buku-buku pedoman karyawan/anggota.

Menurut (Muchlas 2005 :276) ada lima jenis informasi yang mengalir ke bawah melalui saluran-saluran komunikasi yaitu :

1) Petunjuk-petunjuk tugas yang spesifik ; intruksi-instruksi perkerjaan

2) Informasi yang didesain untuk menghasilkan pengertian tentang tugas dan hubunganya dengan tugas-tugas organisasi lainnya (rasionalitas pekerjaan). 3) Informasi tentang kebijaksanaan perusahaan dan pelaksanaan operasiolnalnya

(prosedur dan praktik organisasi).

4) Umpak balik kepada bawahan tentang kinerja mereka.

5) Informasi tentang karakteristik ideologi sebagai misi perusahaan dengan cara mengulang-ulang latihan dan pengajaran supaya bawahan terkesan dengan misi tersebut.

b. Komunikasi ke Atas

Komunikasi ke atas adalah pesan yang mengalir dari bawah ke atas, yakni pesan yang disampaikan oleh para anggota organisasi/ bawahan kepada pimpinan. Komunikasi ini dimaksudkan untuk memberikan masukan, saran atau bahan-bahan yang diperlukan oleh pimpinan agar pimpinan dapat melaksanakan fungsi dengan sebaik-baiknya. Selain itu komunikasi ke atas ini juga menjadi saluran bagi para anggota/karyawan untuk menyampaikan pikiran, perasaan yang berkaitan dengan tugas-tugasnya. Hal ini dapat dilakukan melalui kegiatan: pemberian laporan,


(45)

pemberian saran/pendapat, baik secara lisan,tertulis atau dengan menggunakan simbol dan gambar.

Rue & Byars (dalam Muchlas 2005 : 278) mengidentifikasi jenis informasi yang sering mengalir melalui saluran-saluran komunikasi ke atas :

1) Informasi tentang keberhasilan, kemajuan, dan rencana-rencana mendatang dari para bawahan.

2) Informasi tentang masalah-masalah pekerjaaan yang memerlukan bantuan dari tingkatan lebih atas dalam organisasi.

3) Ide-ide untuk perbaikan dalam aktivitas dan fungsi yang berhubungan dengan pekerjaan.

4) Informasi mengenai perasaan para bawahan tentang pekerjaan atau isu yang berhubungan dengan pekerjaan.

c. Komunikasi Horizontal

Komunikasi horizontal atau mendatar terjadi diantara orang-orang yang mempunyai kedudukan sederajat atau satu level. Pesan yang disampaikan biasanya berhubungan dengan tugas-tugas, tujuan kemanusiaan, saling member informasi, penyelesaian konflik, dan koordinasi.Koordinasi diperlukan untuk mencegah tendensitendensi, selain itu juga dimaksudkan untuk memelihara keharmonisan dalam organisasi (Muchlas 2005: 281). Kegiatan ini dapat dilakukan dengan cara; rapat-rapat komite, interaksi informal, memo dan nota, dan lain-lain.

Ada empat fungsi penting dari komunikasi horizontal :

1) Koordinasi berbagai kegiatan yang dilakukan oleh banyak bagian dalam organisasi.

2) Informasi tentang berbagai kegiatan pekerjaan dalam bagian-bagian organsasi yang sama tingkatannya.

3) Persuasi pada orang-orang lain yang sama tingkatannya dalam organisasi.

4) Informasi mengenai perasaan para sejawat tentang pekerjaan dan isu-isu yang berhubungan dengan pekerjaan.


(46)

2.4.2 Jaringan Komunikasi Informal

Jaringan komunikasi informal tidaklah direncanakan dan biasanya tidak mengikuti strukutr formal organisasi. Menurut (Suranto AW 2005 : 42), komunikasi informal adalah penyampaian dan penerimaan pesan yang berlangsung secara tidak resmi dan tidak terikat saluran-saluran birokrasi formal yang tersedia di dalam organisasi perkantoran. Pada umumnya, komunikasi informal ini merupakan ungkapan kepentingan pribadi yang tidak relevan apabila disampaikan secara formal. Dengan demikian dalam penyampaian gagasan secara informal kepada seorang pimpinan kantor, membutuhkan kecermatan mencari waktu yang paling tepat untuk berkomunikasi. Penyampaian pesan biasanya tidak tertulis. Kepentingan yang disampaikan dalam komunikasi informal bisa merupakan kepentingan pribadi maupun dinas. Sifat komunikasi informal adalah konsultatif dua arah. Jaringan komunikasi informal diantara para anggota organisasi terjadi atas dasar kehendak pribadi, tanpa memperhatikan posisi/kedudukan mereka dalam organisasi tersebut. Informasi dalam komunikasi informal ini mengalir ke atas, ke bawah, atau secara horizontal, dan ini terjadi jika komunikasi formal kurang memuaskan anggota akan informasi yang diperlukan

Komunikasi informal merupakan proses penyampaian informasi secara tidak resmi, sehingga penanganannya juga dilakukan secara tidak resmi. Tidak terikat secara kaku dengan pertimbangan protokoler dan birokrasi.


(47)

Fungsi komunikasi informal seperti yang dikutip dari Liliweri (2004 : 88) adalah :

1. Memberikan konfirmasi atau penjelasan tambahan 2. Memperluas pesan

3. Mencatat informasi

4. Mempertentangkan informasi 5. Membagi informasi lebih luas 6. Melengkapi

Menurut (Suranto AW 2005 : 42) Komunikasi informal memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

a) Komunikasi informal muncul biasanya karena saluran formal yang tersedia terhambat atau tidak dapat dimanfaatkan secara baik. Memang ada kalanya kita menemui kesulitan untuk mengunakan saluran formal. Kadang-kadang saluran formal terasa kaku, dan dengan sendirinya orang akan mencari saluran alternative, yaitu saluran informal. Misalnya saja, kita ingin menyampaikan ungkapan perasaan tertentu kepada atasan, apabila melalui saluran formal maka akan melalui jalan yang panjang dan berjenjang, sehingga kita memilih jalur informal langsung kepada atasan, misalnya melalui forum lobi.

b) Komunikasi informal dapat digunakan untuk mengisi kebutuhan-kebutuhan komunikasi yang tidak tersampaikan oleh komunikasi formal. Memang pada praktiknya, komunikasi informal kadang-kadang justru lebih fleksibel dan manusiawi.

c) Lebih banyak berupa komunikasi lisan, kalaupun tertulis berupa edaran tidak resmi, atau melalui fasilitas SMS pada telepon seluler. d) Penyebaran pesan sulit untuk dikendalikan. Hal ini sesuai dengan sifat

dari pesan lisan, apabila pesan tersebut merupakan isu hangat dan menarik di organisasi, maka segera menyebar dengan cepat, para anggota organisasi akan saling menyebarkan pesan secara berantai, sehingga kebenaran pesan tersebut juga sulit dikontrol.

e) Seringkali komunikasi informal sengaja dipilih untuk menentang kekakuan sistim birokrasi di organisasi perkantoran. Hal ini terutama dialami oleh pihak publik eksternal (masyarakat) yang mengurus suatu kepentingan di sebuah organisasi perkantoran. Daripada mengikuti jalur komunikasi formal yang berbelit-belit dan kaku, lebih baik lewat “pintu belakang”, menempuh jalur pintas yang bersifat informal.


(48)

Komunikasi informal dapat dipergunakan oleh staf untuk menyampaikan usul dari bawah yang tidak tersalur melalui saluran formal. Misalnya saja untuk penyampaian aspirasi, tuntutan kenaikan gaji, dan sebagainya akan lebih efektif apabila disampaikan melalui komunikasi informal. Komunikasi informal disebut juga dengan grapevine (desas desus) cenderung berisi laporan rahasia mengenai orang, atau kejadian-kejadian di luar dari arus informasi yang mengalir secara resmi. Namun walaupun informasinya bersifat informal, grapevine ini bermanfaat bagi organisasi. Bagi pimpinan grapevine dapat menjadi masukan tentang perasaan karyawannya, sedangkan bagi sesama karyawan komunikasi informal ini bisa menjadi saluran emosi mereka.

2.4.3 Metode Komunikasi dalam organisasi

Metode komunikasi dalam organisasi adalah semua sarana yang dipergunakan untuk berkomunikasi dalam organisasi. Ada 4 (empat) cara berkomunikasi ( Liliweri 2004 : 91), yaitu : (1) Komunikasi tertulis ; (2) Komunikasi Lisan ; (3) Komunikasi non-verbal ; (4) Komunikasi elektronik.

1. Komunikasi Tertulis

Komunikasi tertulis adalah salah satu cara berkomunikasi yang memindahkan pesan (informasi) secara tertulis dari satu sumber dan dikirimkan atau dialihkan kepada pihak penerima misalnya: surat, memo, laporan tertulis, panduan pelaksanaan tugas.

2. Komunikasi Lisan

Komunikasi lisan merupakan cara berkomunikasi tatap muka yang biasanya dilakukan dalam organisasi misalnya melalui komunikasi antar pribadi, komunikasi kelompok, baik dalam pelaksanaan tugas-tugas (task) organisasi maupun dalam pertemuan formal (rapat), penyampaian laporan organisasi


(49)

hingga ke pertemuan informal. Komunikasi lisan sering dikenal sebagai komunikasi antarpribadi. Cara berkomunikasi lisan dalam organisasi mempunyai pengaruh yang sangat besar di antara dua pihak yang berkomunikasi di mana para partisipan dapat menyampaikan dan merespon informasi secara verbal maupun non verbal sehingga memudahkan pemahaman bersama.

3. Komunikasi Nonverbal

Komunikasi nonverbal adalah cara berkomunikasi dengan mengirimkan informasi dalam bentuk simbol-simbol nonverbal. Penampilan fisik secara umum juga sangat penting dalam bahasa tubuh. Orang-orang yang menarik akan dinilai sebagai oran-orang yang baik, lebih intelijen, lebih mampu, lebih menyenangkan sebagi teman, dan berkinerja baik sebagai karyawan/pegawai. menurut Luthans (dalam Muchlas 2005 : 288)

4. Media Elektronik

Berkomunikasi dalam organisasi melalui media elektronik bertujuan untuk mengalihkan pesan tertulis secara tepat misalnya lewat telepon, internet, via sms dan sebagainya antara sesama karyawan bahkan dengan pimpinan.

Tabel 2.2

Metode Komunikasi dalam Organisasi

Tertulis Lisan Nonverbal

Surat Percakapan Informal Unsur-unsur manusia

Memo Pernyataan wajah

Bahasa tubuh

Laporan Berhubungan dengan

tugas

Pertukaran informasi

Unsur lingkungan

Manuals Diskusi kelompok Rancangan kantor

Forms/formulir Percakapan formal Arsitektur bangunan Sumber : Liliweri 2004 : 92


(50)

2.5 Teori S-O-R

Teori S-O-R sebagai singkatan dari Stimulus – Organism – Respons awalnya berasal dari psikologi. Teori ini kemudian menjadi bagian teori komunikasi, karena objek material dari psikologi dan ilmu komunikasi adalah sama yaitu manusia yang jiwanya meliputi komponen-komponen sikap, opini, perilaku, kognisi, afeksi, dan konasi. (Zamroni 2009 :184).

Menurut stimulus response ini efek yang ditimbulkan adalah reaksi khusus terhadap stimulus khusus, sehingga seseorang dapat mengharapkan dan memperkirakan kesesuaian antara pesan dan reaksi komunikan. Adapun unsur-unsur dalam model ini adalah :

a. Pesan (Stimulus, S)

b. Komunikan (Organism, O) c. Efek (Response, R)

Dalam proses komunikasi berkenaan dengan perubahan sikap adalah aspek “how” bukan “what” dan “why”. Jelasnya how to communicate, dalam hal ini how to change attitude, bagaiman merubah sikap komunikan. Dalam proses perubahan sikap tampak bahwa sikap dapat berubah, hanya jika stimulus yang menerpa benar-benar melebihi semula. Prof. Dr. Mar‟at mengutip pendapat Hovland, Janis, dan Kelley (Effendy 2007 : 254) yang menyatakan bahwa dalam menelaah sikap yang baru ada tiga variabl, yaitu :


(1)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1Kesimpulan

Secara umum penelitian ini telah sesuai dengan tujuan penelitian pada bab sebelumnya tentang Peranan Komunikasi dalam Kepemimpinan Organisasi di Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga (Budparpora), jaringan komunikasi yang berlangsung di Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Sibolga, metode komunikasi yang dilakukan di Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Sibolga dan mengetahui hambatan komunikasi yang terjadi di Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Pemko Sibolga. Berdasarkan uraian hasil dan pembahasan penelitian, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Komunikasi memiliki peranan yang sangat penting dalam mencapai kepemimpinan yang efektif di dinas Budparpora Kota Sibolga. Sesuai dengan hasil penelitian, penulis telah memperoleh 13 (tiga belas) tema-tema yang merupakan hasil dari peranan komunikasi dalam kepemimpinan organisasi di Dinas Kebudayaan Pariwisata Kepemudaan dan Olahraga Kota Sibolga. Tema-tema dimaksud adalah : (1) Menimbulkan Pemahaman, (2) Menimbulkan Kesenangan, (3) Merubah Sikap, (4) Membina Hubungan yang Baik, (5) Menghasilkan Tindakan, (6) Mendorong saling mempercayai, (7) Memelihara Teamwork, (8) Menghargai Status dan Peran, (9) Pemberdayaan Sumber Daya Manusia, (10) Menghemat Waktu, (11) Membangkitkan motivasi, (12) Menjalankan birokrasi, dan (13) Menyelesaikan masalah.


(2)

119

2. Jaringan komunikasi yang berlangsung di Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda dan Olahraga Kota Sibolga menunjukkan bahwa aliran pesan yang terjadi tidak hanya sebatas jaringan komunikasi formal, tetapi juga komunikasi informal. Komunikasi interpersonal tersebut tidak semata-mata hanya ditentukan oleh hierarki resmi organisasi tapi juga diakibatkan oleh adanya rasa kekeluargaan yang baik, ditambah oleh rasa percaya antara satu sama lain, walaupun keseluruhannya masih didominasi oleh jaringan formal. 3. Metode komunikasi yang dilakukan di Dinas Kebudayaan Pariwisata Pemuda

dan Olahraga Kota Sibolga berlangsung secara variatif dalam berbagai metode. Metode yang paling sering digunakan adalah metode lisan, di samping adanya metode tulisan dan elektronik. Pemilihan metode lisan di Dinas Budparpora lebih didasarkan pada pertimbangan untuk mempercepat adanya respon, dan karena isi informasinya pendek. Sementara metode tulisan di Dinas Budparpora terdapat pada kegiatan pembuatan laporan dan surat-surat.

4. Hasil wawancara menunjukkan bahwa di dalam berkomunikasi diantara pimpinan dengan bawahan hampir tidak ditemui adanya hambatan atau gangguan yang cukup berarti. Karena pada dasarnya mereka telah memahami tugas dan fungsi pokok masing-masing.

5.2 Saran Penelitian

1. Dari hasil penelitian diketahui bahwa komunikasi memiliki peranan penting dalam kepemimpinan di Dinas Budparpora, hal ini perlu mendapat perhatian


(3)

bagi pimpinan agar dapat melakukan tugasnya dengan baik lagi, dalam hal ini adalah memimpin dan berkomunikasi kepada bawahannya, demi terciptanya hubungannya yang harmonis antara atasan dan bawahan.

2. Hasil penelitian menunjukkan komunikasi merupakan faktor signifikan terhadap kepemimpinan, maka hal ini diharapkan dapat terus ditingkatkan dan dipertahankan khususnya di Dinas Budparpora Kota Sibolga.

3. Komunikasi itu mudah diucapkan namun sulit mengaplikasikannya. Untuk itu pemimpin tidak saja dituntut untuk mampu berkomunikasi secara efektif tetapi juga harus mampu membangun visi bersama melalui komunikasi dengan kata-kata dan tindakannya setiap hari.

5.3 Saran dalam kaitan Akademis

Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif deskriptif dimana hasil penelitian hanya memberikan gambaran tentang suatu fenomena yaitu bagaimana peranan komunikasi dalam kepemimpinan organisasi di dinas Budparpora Kota Sibolga. Sehingga diharapkan pada penelitian selanjutnya dapat menggunakan metode penelitian yang dapat memberikan perbandingan antara peranan komunikasi dalam kepemimpinan di dinas Budparpora dengan peranan komunikasi dalam kepemimpinan organisasi lain, jadi tidak hanya memberikan gambaran saja tetapi juga perbandingan.


(4)

121 5.4 Saran dalam kaitan Praktis

1. Dalam menjalin komunikasi antara pimpinan dan bawahan di dinas Budparpora Kota Sibolga, pimpinan diharapkan mampu melakukan komunikasi dalam kepemimpinannya sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada.

2. Pimpinan diharapakan menerapkan sanksi yang tegas terhadap pegawai yang tidak disiplin, karena ketidakdisplinan pegawai tersebut berdampak buruk pada pencapaian tujuan instansi yang dipimpin.

3. Kejelasan tugas pegawai hendaknya dapat ditingkatkan dalam upaya pencapaian tugas secara optimal, melalui ketersediaan informasi, dan hubungan yang jelas antara bawahan dan pimpinan di dalam organisasi.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

Ardana, Komang, dkk. 2008. Perilaku Keorganisasian. Yogyakarta: Graha Ilmu AW, Suranto. 2005.Komunikasi Perkantoran.Yogyakarta : Media Wacana

Burhan, Bungin. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Surabaya: Airlangga University Press.

_____________. 2009. Penelitian Kualitatif. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.

Effendi, Onong Uchjana. 2005. Ilmu Komunikasi Teori dan Praktek. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Effendy, Onong Uchana.2007. Ilmu Teori dan Filsafat Komunikasi. Bandung : PT. Citra Aditya Bakti.

Gitosudarmo, Indriyo, dan I Nyoman Sudito. 2000. perilaku keorganisasian. Yogyakarta : BPFE-Yogyakarta.

Idrus, Muhammad.2009. Metode Penelitian Ilmu Sosial. Jakarta : PT. Gelora Aksara Kriyantono, Rachmat. 2007. Teknik Praktis Riset Komunikasi. Jakarta : Kencana

Prenada Media Group.

Liliweri, Alo. 2004. Wacana Komunikasi Organisasi. Bandung : Mandar Maju Moleong, Lexy j. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung : PT. Remaja

Rosdakarya

Muhammad, Arni. 2009. Komunikasi Organisasi. Jakarta : Bumi Aksara Muchlas, Makmuri. 2005. Perilaku Organisasi. Yogyakarta : Gadjah Mada

University Press


(6)

Nawawi, Hadari. 2001. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: UGM Press _____________, dkk. 2004. Kepemimpinan yang Efektif. Yogyakarta : UGM Press Pace, Wayne. R, and Don F. Faules. 2005. Komunikasi Organisasi. Bandung: PT.

Remaja Rosdakarya

Safari, Triantoro. 2004. Kepemimpinan.Yogyakarta : Graha Ilmu Sugiono. 2010. Memahami Penelitian Kualitatif. Bandung : Alfabeta.

West Richard, Turner H. Lynn. 2008. Pengantar Teori Komunikasi Analisis dan Aplikasi, edisi ketiga. Jakarta: Salemba Humanika.

Zuriah, Nurul. 2003. Penelitian Tindakan dalam Bidang Pendidikan dan Sosial. Malang : Bayu Media

Jurnal :

Nurrohim Hassa, Lina Anatan ( 2009, Mei). Efektivitas Komunikasi dalam Organisasi : Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional Veteran Yogyakarta dan Fakultas Ekonomi Universitas Kristen Maranatha Bandung. Jurnal Manajemen, Vol.7, No.4, Mei 2009

http://majour.maranatha.edu/index.php/jurnal-manajemen/article/view/216/pdf

Lubis, Fatma Wardy (2008, Januari). Perana Komunikasi dalam Organisasi. Jurnal Harmoni Sosial, Januari 2008, Volume II, No. 2

http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/18705/1/har-jan2008-2%20(6).pdf

http://jurnal-sdm.blogspot.com/2009/07/komitmen-karyawan-definisi-dan-jenis.html http://www.scribd.com/doc/30053121/KOMUNIKASI-DALAM-KEPEMIMPINAN http://www.getbookee.org/jurnal-kepemimpinan-dalam-organisasi/

Dokumen lainnya :