Perspektif Fikih Pembatalan perkawinan karena poligami liar (analisa yurisprudensi perkara Nomor 416/Pdt.G/1995/PA.Smd)

1. Perspektif Fikih

Menurut Hanafiyah, دﻮﻬ ﺎ ﺎﻬ و ﺪ ﺎ ﺎ ﺎﻬ و ﺔ ﺎ ﺎﻬ طوﺮ حﺎﻜ . 2 Artinya : ”Nikah itu terdiri dari syarat-syarat yang terkadang berhubungan dengan sighat, berhubungan dengan dua calon mempelai dan berhubungan dengan kesaksian” Oleh karena itu, yang menjadi rukun perkawinan menurut golongan ini hanyalah akad nikah yang dilakukan oleh dua pihak yang melangsungkan perkawinan, sedangkan yang lainnya seperti kehadiran saksi dan mahar dikelompokkan kepada syarat perkawinan. Ulama Hanafiyah membagi syarat itu kepada: 1. Syuruth al-In’iqad , yaitu syarat yang menentukan terlaksananya suatu akad perkawinan. Karena kelangsungan perkawinan tergantung pada akad, maka syarat di sini adalah syarat yang harus dipenuhi karena ia berkenaan dengan akad itu sendiri. Bila syarat-syaratnya itu tertinggal, maka akad perkawinan disepakati batalnya. Misalnya, pihak-pihak yang melakukan akad adalah orang yang memiliki kemampuan untuk bertindak hukum. 2. Syuruth al-Shihhah , yaitu sesuatu yang keberadaannya menentukan dalam perkawinan. Syarat tersebut harus dipenuhi untuk dapat 2 Abdurrahman al-Jaziri, Kitab Al-Fiqh `Ala Mazahib Al-`Arba’ah, Juz I-V, Dar Ibnu Haitsam, h.818. menimbulkan akibat hukum, dengan kata lain bila syarat tersebut tidak terpenuhi, maka perkawinan itu tidak sah; seperti adanya mahar dalam setiap perkawinan. 3. Syuruth al-Nufuz , yaitu syarat yang menentukan kelangsungan suatu perkawinan. Akibat hukum setelah berlangsung dan sahnya perkawinan tergantung kepada adanya syarat-syarat itu tidak terpenuhi menyebabkan fasadnya perkawinan, seperti wali yang melangsungkan perkawinan adalah seseorang yang berwenang untuk itu. 4. Syuruth al-Luzum , yaitu syarat yang menentukan kepastian suatu perkawinan dalam arti tergantung kepadanya kelanjutan berlangsungnya suatu perkawinan sehingga dengan telah terdapatnya syarat tersebut tidak mungkin perkawinan yang sudah berlangsung itu dibatalkan. Hal ini berarti selama syarat itu belum terpenuhi perkawinan dapat dibatalkan, seperti suami harus sekufu dengan isterinya. 3 Menurut Syafi’iyah, yang dimaksud dengan perkawinan disini adalah keseluruhan yang secara langsung berkaitan dengan perkawinan dengan segala unsurnya, bukan hanya akad nikah itu saja. Syarat perkawinan itu adakalanya menyangkut sighat, wali, calon suami-isteri dan syuhud saksi. Berkenaan dengan hukumnya, bagi mereka ada lima: a. Calon mempelai suami 3 Ibid ,h.820 b. Calon mempelai isteri c. Wali dari mempelai yang akan mengakadkan perkawinan d. Dua orang saksi e. Ijab yang dilakukan oleh wali dan qabul yang dilakukan oleh calon suami. Mahar yang harus ada dalam setiap perkawinan tidak termasuk ke dalam rukun, karena mahar tersebut tidak harus disebut dalam akad perkawinan dan tidak mesti diserahkan pada waktu akad itu berlangsung. Dengan demikian, mahar itu termasuk ke dalam syarat perkawinan. 4 Menurut Malikiyah, rukun nikah itu ada lima, yaitu: wali, mahar, calon suami-isteri dan sighat. Dari penjelasan di atas, kita bisa memahami bahwa para ulama tidak saja berbeda dalam menggunakan kata rukun dan syarat tetapi juga berbeda dalam detailnya. Malikiyah misalnya, tidak menempatkan saksi sebagai rukun, sedangkan Syafi’iyah menjadikan dua orang saksi sebagai rukun. Untuk menyatukan persepsi tentang syarat dan rukun di atas, menurut jumhur ulama rukun perkawinan ada lima dan masing-masing rukun itu memiliki syarat-syarat tertentu. Untuk memudahkan pembahasan maka uraian rukun perkawinan akan disamakan dengan uraian syarat-syarat dari rukun tersebut. 1 Calon suami, syarat-syaratnya: 1. Beragama Islam 2. Laki-laki 4 Ibid, Amir Syarifuddin, h.60 3. Jelas orangnya 4. Dapat memberikan persetujuan 5. Tidak terdapat halangan perkawinan 2 Calon isteri, syarat-syaratnya: 1. Beragama, meskipun Yahudi atau Nashrani 2. Perempuan 3. Jelas orangnya 4. Dapat dimintai persetujuannya 5. Tidak terdapat halangan perkawinan 3 Wali nikah, syarat-syaratnya: 1. Laki-laki 2. Dewasa 3. Mempunyai hak perwalian 4. Tidak terdapat halangan perwaliannya 4 Saksi nikah. 1. Minimal dua orang laki-laki 2. Hadir dalam ijab qabul 3. Dapat mengerti maksud akad 4. Islam 5. Dewasa 5 Ijab qabul , syarat-syaratnya: 1. Adanya pernyataan mengawinkan dari wali 2. Adanya pernyataan penerimaan dari calon mempelai 3. Memakai kata-kata nikah, tazwij atau terjemahan dari kedua kata tersebut 4. Antara ijab dan qabul bersambungan 5. Antara ijab dan qabul jelas maksudnya 6. Orang yang terkait dengan ijab dan qabul tidak sedang Ihram Haji atau Umrah 7. Majlis ijab dan qabul itu harus dihadiri minimum empat orang yaitu calon mempelai wanita dan dua orang saksi. Walaupun dalam hal-hal tertentu, seperti wali dan saksi masih ikhtilaf di kalangan ulama, namun mayoritas ulama sepakat dengan rukun yang lima ini. 5 Para ulama sepakat menempatkan ijab dan qabul itu sebagai rukun perkawinan. Untuk sahnya akad perkawinan disyaratkan beberapa syarat. Di antara syarat tersebut ada yang disepakati oleh para ulama dan ada yang diperselisihkan. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut: 1. Akad harus dimulai dengan ijab dan dilanjutkan dengan qabul. Ijab adalah penyerahan dari pihak perempuan kepada pihak laki-laki. Qabul adalah penerimaan dari pihak laki-laki. 2. Materi dari ijab dan qabul tidak boleh berbeda, seperti nama si perempuan secara lengkap dan bentuk mahar yang disebutkan. 3. Ijab dan qabul harus diucapkan secara bersambung tanpa terputus walaupun sesaat. Ulama Malikiyah memperbolehkan terlambatnya ucapan qabul dari ucapan ijab, bila keterlambatan itu hanya dalam waktu yang pendek. 4. Ijab dan qabul tidak boleh dengan menggunakan ungkapan yang bersifat membatasi masa berlangsungnya perkawinan. 5. Ijab dan qabul harus menggunakan lafaz yang jelas dan terus terang. Tidak boleh menggunakan ucapan sindiran. 6 5 Amiur Nuruddin dan Azhari Akmal Tarigan, Hukum Perdata Islam di Indonesia, Studi Kritis Perkembangan Hukum Islam dari Fikih, UU No. 11974 sampai KHI . Jakarta: Kencana Prenada Media Group, Juli 2006, cet.ke-3.h.62-63.

2. Perspektif Undang-Undang Perkawinan