MAKNA MAKANAN INDAHAN TUNGKUS PASAE ROBU DALAM PERNIKAHAN ETNIS ANGKOLA DI DESA PARGARUTAN TONGA KABUPATEN TAPANULI SELATAN.

(1)

(2)

(3)

(4)

i ABSTRAK

Abdul Sani Heriyanto. Nim 3131122001. Makna Makanan Indahan Tungkus Pasae Robu Dalam Pernikahan Etnis Angkola Di Desa Pargarutan Tonga Kabupaten Tapanuli Selatan. Program Studi Pendidikan Antropologi, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Medan, 2017.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui makna yang terkandung pada makanan indahan tungkus pasae robu yang diberikan pada saat acara pernikahan pada etnis Angkola di desa Pargarutan Tonga Kabupaten Tapanuli Selatan, mengetahui makna yang terkandung dalam setiap bahan, proses pembuatan serta tata cara dalam pemberiannya. Penelitian ini menggunakan penelitian kualitatif, dengan melakukan pengamatan langsung ke lokasi penelitian dan wawancara mendalam (indepth interview) mengenai makna yang terkandung dalam makanan Indahan Tungkus Pasae Robu serta mendokumentasikan seluruh kegiatan, kemudian menganalisis data yang sesuai dengan rumusan masalah penelitian. Dari hasil penelitian menunjukkan bahwa makna makanan Indahan Tungkus Pasae Robu terhadap pengantin akan membawa atau memberikan kebahagian kepada kedua pengantin dalam menjalani kehidupan berumah tangga. Selain itu makanan ini juga berfungsi sebagai syarat terakhir penyelesaian adat oleh orang tua perempuan kepada anaknya, juga makanan ini berfungsi agar kedua keluaga bisa saling terikat dan mengunjungi. Apabila makanan ini belum diberikan, maka menurut adat kedua keluarga tidak boleh saling mengunjungi dan apabila dilanggar maka mereka akan mendapatkan musibah. Indahan Tungkus Pasae Robu merupakan kearifan lokal etnis Angkola sebaiknya tetap dilestarikan kesakralannya dan diwariskan kepada generasi.

Kata Kunci : Makna, Makanan Adat, Indahan Tungkus Pasae Robu, Pernikahan Etnis Angkola


(5)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim…

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh

Puji dan Syukur penulis ucapkan kepada ALLAH SWT yang telah memberikan Nikmat yang tiada tara, kesempatan kepada penulis untuk menyelesaikan Tugas Akhir (Skripsi) ini. Menyadari banyak kekurangan, namun peneliti tidak lupa untuk senantiasa mengucapkan Terima kasih kepada seluruh pihak yang terkait selama dalam proses perkuliahan dan juga pihak yang berperan dalam proses penyusunan Tugas Akhir ini. Izinkanlah Penulis menyampaikan Terimakasih kepada :

1. Kepada Bapak Dr. Syawal Gultom, M.Si selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Kepada Ibu Dra. Nurmala Berutu, M.Pd selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial.

3. Kepada Ibu Dr. Rosramadhana, M.Si selaku Kepala Prodi Pendidikan Antropologi.

4. Kepada Ibu Dr. Nurjannah, M.Pd selaku Dosen Pembimbing Skripsi. 5. Kepada Ibu Dra. Puspitawati, M.Si selaku Dosen Pembimbing Akademik

dan Kepala Prodi Pendidikan Antropologi Periode 2012-2016.

6. Kepada Ibu Dr. Rosramadhana, M.Si selaku Dosen Penguji I, Bapak Waston Malau, MSP selaku Dosen Penguji II dan Ibu Noviy Hasanah, M.Hum selaku Dosen Penguji III.

7. Kepada seluruh Dosen Program Studi Pendidikan Antropologi, Terimakasih atas ilmu, bimbingan, dan nasihat yang diberikan selama ini dalam proses perkuliahan.

8. Kepada kak Ayu Febriani, M.Si selaku staf administrasi Program Studi Pendidikan Antropologi. Terimakasih atas seluruh informasi yang selalu diberikan, melayani kami dengan baik dan sabar sehingga memudahkan dalam setiap urusan administrasi.


(6)

iii

9. Teristimewa Kepada kedua Orang Tua, Ayahanda Mara Malim Harahap dan Ibunda Naome Siagian. Terimakasih atas setiap tetesan keringat, airmata, segala pengorbanan dan perjuangan serta doa kalian untuk menyekolahkan penulis sampai tahap ini. Senantiasa menjadi amal ibadah dan ladang amal kalian.

10.Kepada Adik kandung Diana Lestari Harahap, dan Riyan Hidayat Harahap. Terimakasih atas setiap doa, semangat, kasih sayang kalian serta dukungan kalian untuk penulis dan Kepada Semua keluarga penulis yang senantiasa selalu mendukung dan memberi semangat. Terimakasih untuk setiap doa terbaik kalian untuk penulis.

11.Kepada sahabat-sahabat terkasih dan tersayang penulis sampai detik ini Ahmad Johansyah, Ivan Andreas Pasaribu, Lucki Sahputra, Dision Damanik, Marcellino Lubis, Desy Andarini, Salwiyah, Dan semua sahabat yang selalu menjadi teman berbagi tawa dan tangis, teman disegala hal. Terimakasih atas kebersamaannya selama ini.

12.Seluruh anak kelas A-Reguler konsentrasi Antropologi stambuk 2013. Terimakasih atas kenangan tiga tahun lebih yang berkesan dan membahagiakan bisa mengenal kalian.

13.Kepada abang Riadi S Siregar dan Aflahun Fadhly Siregar, yang selalu setia menjadi teman diskusi dalam penulisan tugas akhir ini.

14.Kepada para informan penulis, Kepala Desa Pargarutan Tonga, beserta masyarakat Desa Pargarutan Tonga yang telah bersedia menerima penulis untuk mengadakan penelitian.

Penulis berharap semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak. Kritik dan saran sangat diharapkan demi kemajuan penulis. Akhir kata penulis ucapkan Terimakasih.

Medan, 17 April 2017 PENULIS


(7)

iv

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR GAMBAR ... vii

DAFTAR TABEL ... viii

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 5

1.3Pembatasan Masalah... 5

1.4Rumusan Masalah ... 6

1.5Tujuan Penelitian ... 6

1.6Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TELAAH PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI 2.1 Kajian Pustaka ... 8

2.2 Kerangka Teori... 10

2.2.1 Simbol ... 10

2.2.2 Teori fungsi ... 14

2.3 Kerangka Konsep ... 16

2.3.1 Makanan ... 16

2.3.2 Pernikahan Pada Etnis Angkola ... 17

2.3.3 Etnis Angkola ... 19

2.4 Kerangka Berpikir ... 22

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 24

3.2 Lokasi Penelitian ... 25


(8)

v

3.3.1 Subjek Penelitian ... 25

3.3.2 Objek Penelitian ... 26

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 26

3.4.1 Observasi ... 27

3.4.2 Wawancara ... 27

3.4.3 Dokumentasi... 29

3.5 Analisis Data ... 29

3.5.1 Pengumpulan Data ... 30

3.5.2 Menginterpretasikan Data ... 30

3.5.3 Menganalisis Data ... 31

3.5.4 Membuat Kesimpulan ... 31

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 32

4.1.1 Letak Wilayah dan Kondisi Geografis Tapanuli Selatan ... 32

4.1.2 Letak Wilayah Desa Pargarutan Tonga... 34

4.1.3 Keadaan Penduduk ... 35

4.1.4 Pendidikan ... 36

4.1.5 Mata Pencaharian ... 37

4.1.6 Agama ... 39

4.1.7 Sarana dan Prasarana... 39

4.1.8 Sistem sosial ... 41

4.1.9 Bahasa ... 44

4.1.10 Kesenian ... 45

4.1.11 Organisasi Sosial ... 46

4.2 Makna Simbolis Makanan Indahan Tungkus Pasae Robu ... 48

4.3 Proses Pembuatan Makanan Indahan Tungkus Pasae Robu ... 74

4.4 Tata Cara Memberikan Makanan Indahan Tungkus Pasae Robu ... 77

4.4.1 Persiapan ... 78

4.4.2 Pelaksanaan ... 79


(9)

vi BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan ... 90 5.2 Saran ... 91 DAFTAR PUSTAKA

PEDOMAN WAWANCARA

DAFTAR INFORMAN


(10)

vii

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 4.1 Peta Kecamatan Angkola Timur ... 34

Gambar 4.2 Komposisi penduduk Pargarutan Tonga berdasarkan pendidikan 37 Gambar 4.3 Komposisi berdasarkan mata pencaharian ... 38

Gambar 4.4 Indahan Tungkus Pasae Robu ... 49

Gambar 4.5 Indahan (Nasi) ... 50

Gambar 4.6 Daging Ni Manuk (Ayam) ... 52

Gambar 4.7 Ikan Merah, Udang, Silalat (Daun Ubi), dan Telur ... 54

Gambar 4.8 Burangir (daun sirih) ... 60

Gambar 4.9 Bulung pisang ujung (Daun Pisang) ... 61

Gambar 4.10 Talam/Anduri (Nyiru) ... 63

Gambar 4.11 Abit Bugis Dan Abit Batak ... 65

Gambar 4.12 Haruaya (Pohon Beringin) ... 66

Gambar 4.13 Torop (Pohon Terap) ... 67

Gambar 4.14 Sanggar Udang (pimping) ... 69

Gambar 4.15 Ria-Ria (Rija-Rija) ... 70

Gambar 4.16 Rumput padang togu (Crynodon Dactylon) ... 71


(11)

1 BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Suku Batak merupakan salah satu suku bangsa Indonesia yang terletak di Sumatera Utara. Nama Batak Merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasi beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli. Suku bangsa yang dikategorikan ke dalam suku Batak yaitu Batak Toba, Batak Karo, Batak Angkola, Batak Pakpak, Batak Simalungun dan Batak Mandailing. Batak Angkola bermukim di daerah Tapanuli Bagian Selatan yang merupakan daerah pegunangan dan perbulitan. Mayoritas masyarakat Batak Angkola atau Etnis Angkola bekerja sebagai petani dan beragama Islam.

Sebagaimana yang terdapat dalam 7 (tujuh) unsur kebudayaan, yaitu salah satunya sistem kekerabatan, di mana pada etnis Angkola menganut sistem kekerabatan berdasarkan garis ayah (patrilineal) dan dibentuk struktur adat yang disebut dengan Dalihan Na Tolu. Pada struktur hukum adat Angkola, Dalihan Na Tolu terdiri dari mora, kahanggi, dan anak boru. Ketiga kelompok ini mempunyai kedudukan dan fungsi tertentu dalam struktur masyarakat hukum adat Angkola. Posisi mora, kahanggi, dan anak boru bersifat dinamis dalam pelaksanaan upacara adat.

Desa Pagarutan Tongan adalah sebuah desa di Tapanuli Selatan yang merupakan tempat berdomisili entis Angkola. Etnis angkola mempunyai serangkain adat dalam setiap aspek kehidupannya, baik itu dalam pernikahan


(12)

2

maupun dalam kematian. Etnis angkola dalam kebudayaanya mengenal dua istilah yaitu siriaon (kebahagian) dan siluluton (kematian). Pada acara siriaon yaitu Pabagas Boru (pernikahan) etnis angkola mempunyai struktur adat yang harus dilakukan guna untuk mensahkan secara adat pernikahan etnis Angkola tersebut. Pada acara pernikahan etnis Angkola, sistem kekerabatan yang terbentuk dalam struktur Dalihan Na Tolu sangat penting kedudukannya dan berperan dalam upacara pabagas boru. Selain secara agama pernikahan dalam etnis Angkola harus juga dilakukan secara adat agar kedua pengantin dianggap terpandang kedudukannya oleh etnis Angkola yang masih memegang teguh adat Angkola.

Proses adat pernikahan tidaklah selesai adat orang tua kepada anaknya apabila belum diberikan makanan adat yaitu indahan tungkus pasae robu. Indahan tungkus pasae robu yang berarti makanan untuk menyelasaikan adat oleh orang tua kepada anaknya. Indahan tungkus pasae robu ini hanya biasa diberikan oleh orang tua dari pengantin perempuan.

Pembuatan indahan tungkus pasae robu ini ada ketentuan-ketentuan dalam pembuatannya ataupun tidak sembarang dibuat. Bahan bahan yang dipergunakan dalam membuat makanan ini yaitu indahan (nasi), manuk (ayam), ikan, udang tawar dan telor ni manuk (telur ayam) yang mana ini merupakan hal yang mudah di dapat di daerah Angkola yang merupakan kawasan daerah pergunungan. Selain bahan untuk makanannya terdapat juga bahan untuk melengkapi makanan tersebut seperti bulung nipisang (daun pisang) untuk membungkusnya, tali plastik untuk mengikat makanannya. Tali plastik ini merupakan pengganti dari tali yang berasal dari daun lontar yang mana pohon ini sekarang sudah susah didapatkan namun


(13)

3

sebagian masyarakat masih menggunakan tali dari pohon agar proses adat lebih bermakna. Selain itu terdapat burangir yaitu daun sirih yang diisi dengan pining (buah pohon pinang) dan gambir yang dibungkus bulat dan berjumlah 7 untuk di ikatkan pada makan indahan tungkus pasae robu. Selain itu terdapat abit bugis (kain bugis) dan juga abit batak (kain batak) yang digunakan untuk membungkus makanan indahan tungkus pasae robu setelah dibungkus dengan daun pisang. Kemudian ada beberapa jagar-jagar (hiasan) dari berbagai jenis tananam yang digunakan untuk mengiasi makan tersebut yaitu bulung ni torop, bulung ni haruaya, sanggar udang, ria-ria, hatunggal dan rumput padang togu.

Makanan ini biasa diberikan kepada pengantin pada saat pengantin akan pergi meninggalkan rumah orang tuanya pada saat pesta pernikahan. Dimana makanan ini akan dibawa kerumah pengantin laki-laki untuk dimakan sebagai penyelesaian adat terakhir dari orang tua pihak pengantin perempuan. Namun sebelum dimakan akan disampaikan makna dari semua bahan dalam makanan indahan tungkus pasae robu terseebut kepada kedua pengantin. Bahan-bahan dalam membuat makanan ini harus lengkap sesuai ketentuan adat, apabila ada bahan yang kurang maka makanan tersebut tidak bisa disebut makanan indahan tungkus pasae robu atau pun bisa dikatakan makanan biasa. Bahan dalam membuat makanan ini tidak mengalami perubahan atau penambahan dan pengurangan sesuai dengan tradisi suku Angkola dahulunya hal dikarenakan bahan yang masih mudah didapatkan dan harga yang terjangkau dalam pembuatannya. Dari semua bahan yang digunakan dalam pembuatan makan indahan tukkus pasae robu mempunyai makna tersendiri yang diperuntunkan


(14)

4

untuk kedua pengantin. Makanan indahan tungkus pasae robu ini tetap dipertahankan sebagai kearifan lokal dari zaman dahulu sebagai simbol dari etnis Angkola agar tidak hilang sebagai keunikan budaya etnis Angkola.

Namun yang menjadi dilema adalah ketika penulis mencoba menanyakan makna dari makanan indahan tungkus pasae robu ini kepada orang tua mereka tidak mengetahuinya. Begitu juga saya coba tanyakan kepada beberapa masyarakat yang rata-rata berumur 40 – 50 tahun mereka juga tidak mengetahui apa makna tersebut yang mereka tahu hanya bahan dalam pembuatannya dan cara membuatnya. Jika ditinjau dari sudut pandang agama mayoritas Etnis Angkola yaitu beragama islam, dalam agama islam hal ini merupakan sesuatu yang bertentangan dengan agama. Karena mempercayai sesuatu yang bukan terhadap Allah Swt (syirik). Namun tradisi memberikan indahan tungkus pasae robu masih tetap dilaksanakan.

Berdasarkan penjelasan di atas, penulis tertarik untuk meneliti tentang makna dari makanan Indahan Tungkus Pasae Robu. Makanan Indahan Tungkus Pasae Robu ini wajib diberikan pada acara pernikahan sebagai simbol untuk memberi semangat dan nasihat kepada kedua pengantin, serta menjelaskan tetang filosofi kehidupan. Selain itu, yang menarik dari penelitian yang dilakukan ini adalah masyarakat Angkola masih melestarikan adat istiadat nenek moyang sampai saat ini. Maka dengan demikian, penulis tertarik meneliti tentang “Makna Makanan Indahan Tungkus Pasae Robu Dalam Pernikahan Etnis Angkola di


(15)

5

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang masalah maka, permasalahan yang teridentifikasi dalam penelitian in adalah :

1. Makna makanan Indahan Tungkus Pasae Robu dalam pernikahan etnis Angkola di Kabupaten Tapanuli Selatan

2. Pandangan agama Islam terhadap makanan Indahan Tungkus Pasae Robu dalam pernikahan etnis Angkola

3. Proses pembuatan makanan Indahan Tungkus Pasae Robu dalam pernikahan etnis Angkola di desa Pargarutan Tonga Tapanuli Selatan 4. Tata cara memberikan makanan Indahan Tungkus Pasae Robu pada etnis

Angkola

5. Kedudukan dalihan na tolu dalam proses pemberian makanan Indahan Tungkus Pasae Robu kepada pengantin etnis Angkola

6. Hubungan Indahan Tungkus Pasae Robu dengan status dan simbol Etnis Angkola

1.3. Pembatasan Masalah

Dari identifikasi masalah diatas, untuk itu dalam penelitian ini perlu adanya pembatasan masalah yaitu :

1. Makna makanan Indahan Tungkus Pasae Robu dalam pernikahan pada etnis Angkola di Kabupaten Tapanuli Selatan.

2. Proses pembuatan dan tata cara memberikan makanan Indahan Tungkus Pasae Robu.


(16)

6

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembatasan masalah yang telah dikemukakan di atas, maka masalah penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut :

1. Apa makna dari simbol yang digunakan dalam pembuatan makanan Indahan Tungkus Pasae Robu pada pernikahan etnis Angkola?

2. Bagaimana proses pembuatan makanan Indahan Tungkus Pasae Robu pada pernikahan etnis Angkola di desa Pargarutan Tonga Tapanuli Selatan?

3. Bagaimana tata cara memberikan makanan Indahan Tungkus Pasae Robu ini pada pengantin?

1.5. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian yang akan saya teliti yaitu :

1. Untuk mengetahui makna simbolis dalam pembuatan makanan Indahan Tungkus Pasae Robu pada pernikahan etnis Angkola.

2. Untuk mengetahui proses pembuatan makanan Indahan Tungkus Pasae Robu pada pernikahan etnis Angkola di desa Pargarutan Tonga Tapanuli Selatan

3. Untuk mengetahui tata cara pemberian makanan Indahan Tungkus Pasae Robu ini pada pengantin.

1.6. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian diatas, pasti akan mendapatkan manfaat. Adapun manfaat penelitian yang diharapkan adalah :


(17)

7

1. Manfaat secara teoristis

Penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu sosial terutama dalam bidang ilmu Antropologi serta menambah pembendaharaan karya ilmiah bagi lembaga pendidikan khususnya Universitas Megeri Medan

2. Manfaat secara praktis

Penelitian ini dapat berguna untuk memberi wawasan bagi penelitian selanjutnya tentang makna indahan tukkus pasae robu dan diharapkan bermanfaat bagi masyarakat untuk menambah wawasan masyarakat.


(18)

90 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Upacara memberikan indahan tungkus pasae robu merupakan acara pemberian makan terakhir oleh orang tua kepada anak perempuannya sebelum menjadi tanggung jawab suaminya yang merupakan ungkapan kasih sayang orang tua dan kerabat kepada anaknya. Serta makanan indahan tungkus pasae robu diberikan oleh orang tua perempuan kepada keluarga laki-laki agar bisa saling mengunjungi satu sama lain. Inti dari upacara memberikan indahan tungkus pasae robu adalah memberikan kata-kata nasihat oleh orang tua, Dalihan Na Tolu, dan paradaton kepada kedua pengantin agar membina rumah tangga yang harmonis, serta membacakan surat tumbaga holing dalam hidangan indahan tungkus pasae robu.

2. Peralatan yang digunakan pada upacara pemberian indahan tungkus pasae robu adalah sirih (burangir) sebagai simbol telah terlaksana hajatan yang sudah diniatkan sejak lama. Perlengkapan untuk hidangan indahan tungkus pasae robu adalah anduri, bulung ujung, indahan, daging manuk, pira manuk, ikan sayur (merah), sira (garam), udang, silalat na dipudun, setelah semuanya lengkap ditutup kembali dengan bulung ujung dan abit bugis (kain bugis) atau abit godang (kain adat) dan juga hiasan yang digunakan seperti daun pohon terap, pohon beringin, ria-ria, pimping, padang togu dan hatunggal.


(19)

91

3. Sebagai peserta dalam upacara pemberian indahan tungkus pasae robu adalah Dalihan Na Tolu, hatobangon, harajaon, orang tua, dan kedua pengantin. Dalihan Na Tolu merupakan unsur penting dalam pelaksanaan upacara. Mulai dari musyawarah hingga mencapai kesepakatan merupakan tanggung jawab Dalihan Na Tolu. Serta dalam upacara pemberian makanan indahan tungkus pasae robu Dalihan Na Tolu memiliki tugas masing-masing sesuai berdasarkan fungsinya. Manfaat dari upacara pemberian indahan tungkus pasae robu bagi pengantin baru dan masyarakat lainnya adalah agar pernikahannya diakui secara hukum adat dan supaya masyarakat lain tidak merendahkan kedudukan kita dalam masyarakat. Kemudian apabila makan ini tidak diberikan oleh orang tua maka adat orang tua perempuan tersebut kepada anaknya belum selesai dan kedua kedua keluarga tidak boleh saling mengunjungi.

5.2 Saran

1. Indahan tungkus pasae robu sebagai kearifan lokal masyarakat Angkola sebaiknya tetap dilaksanakan dan dijaga kesakralannya karena makanan ini memiliki makna yang sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari dan dalam hubungan kekerabatan.

2. Sebagai generasi penerus untuk melanjutkan adat istiadat yang telah diwariskan nenek moyang etnis Angkola, kaum muda-muda harus mengetahui dan mempelajari tata cara dalam pembuatan dan pemberian indahan tungkus pasae robu agar kelak pelaksanaanya tetap sama seperti yang diwariskan dan tidak


(20)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. PT Rhineka Cipta, Jakarta.

Bahril Hidayat, 2004. Tema-tema Psikologis dalam tradisi Mangupa pada pasangan pernikahan pemula dalam masyarakat perantau Tapanuli Selatan di Pekanbaru. Yogyakarta: Program Studi Psikologi FPSB UII. Blumer, Herbet. 1969. Symbolic interactionism. Englewood Cliffs : NJ, Prentice

Hall

Bungin, Burhan. 2001. Metode penelitian kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Parsada

Endraswara. 2006. Metedo, Teori, Teknik, Penelitian Kebudayaan: Ideologi, Epistemologi dan Aplikasi. Yogyakarta. Pustaka Widyatama

Herisatoto, 2002. Simbolisme dalam budaya jawa. Yogyakarta: Hemidika

Ibrahim,dkk. 2009. Adat Budaya Resam Melayu Batu Bara. Bandung: PT.Puri Delco

James A.Black dan Dean J. Champion.2009. Metode dan Masalah Peneltian sosial.Bandung:PT. Refika Aditama

Koentjraningrat,2005. Pengantar Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

____________, dkk. 2004. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan

___________.2007. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: UI

L.S. Diapari, 1990. Adat-istiadat perkawinan dalam masyarakat Batak Tapanuli Selatan. Jakarta: Penerbit Penulis.

Meleong, Lexy J.2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Remaja Rodakarya


(21)

Marpaung Marakub, 1969. Djop ni Roha Pardomuan (Paradaton Tapanuli Selatan), Padang Sidempuan: Pustaka Timur.

Pane, Harneny

(2007). Tinjauan Antropologis Terhadap Perubahan Pelaksanaan Mehat Pada Etnik Angkola Di Kelurahan Harjosari I Kec. Medan Amplas Kota Medan. Masters thesis, UNIMED.

Persadaan Marga Harahap Dohot Boruna, 1993. Horja: adat-istiadat Dalihan Na Tolu, musyawarah adat Persadaan Marga Harahap Dohot Anak Boruna di Padang Sidempuan 26-27 Desember 1991, Bandung: PT. Grafiti.

Saifuddin, A.F., (2005). Antropologi Kontemporer : Suatu Pengantar Kritis Mengenai paradigma, Jakarta : Kencana

Simanjuntak, B.A. 2009. Metodologi penelitian Sosial. Medan : Bina Media Perintis

Simanjuntak, Astri Annisyah

(2013). Tradisi Mangupa Pada Perkawinan Etnis Angkola Di Desa Sibangkua Tapanuli Selatan. Skripsi :UNIMED.

Siregar Baurni. G dan Pangeran Ritonga. 1986. Pelajaran adat Tapanuli Selatan:Pabagas Boru. Padangsidimpuan: Tidak Diterbitkan

Siregar, Rini Handayani

(2015). Fungsi Makanan Dalam Upacara Adat Istiadat Batak Angkola Di Kecamatan Hulu Sihapas Kabupaten Padang Lawas Utara. Masters thesis, UNIMED.

Soekanto, 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Spredly, James. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana, Edisi II


(22)

Sugiyono, 2009. Metode Penelitin Kuantitatif dan Kualitatif. CV Alfabeta: Bandung

Sutan Tanggibarani Perkasa Alam. 1977. Buku Pelajaran Adat Tapanuli Selatan:Burangir Na Hombang. Padangsidimpuan: Tidak Diterbitkan ___________. 2009. Pelajaran Adat Budaya daerah Tapanuli Bahagian Selatan

Sastra Bahasa Dan Aksara Batak: Tutur Poda. Padangsidimpuan: Tidak Diterbitkan

___________. 2012. Surat Tunbaga Holing 1. Medan: CV. Mitra


(1)

7

1. Manfaat secara teoristis

Penelitian ini diharapakan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu sosial terutama dalam bidang ilmu Antropologi serta menambah pembendaharaan karya ilmiah bagi lembaga pendidikan khususnya Universitas Megeri Medan

2. Manfaat secara praktis

Penelitian ini dapat berguna untuk memberi wawasan bagi penelitian selanjutnya tentang makna indahan tukkus pasae robu dan diharapkan bermanfaat bagi masyarakat untuk menambah wawasan masyarakat.


(2)

90 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, penulis menarik kesimpulan sebagai berikut:

1. Upacara memberikan indahan tungkus pasae robu merupakan acara pemberian makan terakhir oleh orang tua kepada anak perempuannya sebelum menjadi tanggung jawab suaminya yang merupakan ungkapan kasih sayang orang tua dan kerabat kepada anaknya. Serta makanan indahan tungkus pasae robu diberikan oleh orang tua perempuan kepada keluarga laki-laki agar bisa saling mengunjungi satu sama lain. Inti dari upacara memberikan indahan tungkus pasae robu adalah memberikan kata-kata nasihat oleh orang tua, Dalihan Na Tolu, dan paradaton kepada kedua pengantin agar membina rumah tangga yang harmonis, serta membacakan surat tumbaga holing dalam hidangan indahan tungkus pasae robu.

2. Peralatan yang digunakan pada upacara pemberian indahan tungkus pasae robu adalah sirih (burangir) sebagai simbol telah terlaksana hajatan yang sudah diniatkan sejak lama. Perlengkapan untuk hidangan indahan tungkus pasae robu adalah anduri, bulung ujung, indahan, daging manuk, pira manuk, ikan sayur (merah), sira (garam), udang, silalat na dipudun, setelah semuanya lengkap ditutup kembali dengan bulung ujung dan abit bugis (kain bugis) atau abit godang (kain adat) dan juga hiasan yang digunakan seperti daun pohon terap, pohon beringin, ria-ria, pimping, padang togu dan hatunggal.


(3)

91

3. Sebagai peserta dalam upacara pemberian indahan tungkus pasae robu adalah Dalihan Na Tolu, hatobangon, harajaon, orang tua, dan kedua pengantin. Dalihan Na Tolu merupakan unsur penting dalam pelaksanaan upacara. Mulai dari musyawarah hingga mencapai kesepakatan merupakan tanggung jawab Dalihan Na Tolu. Serta dalam upacara pemberian makanan indahan tungkus pasae robu Dalihan Na Tolu memiliki tugas masing-masing sesuai berdasarkan fungsinya. Manfaat dari upacara pemberian indahan tungkus pasae robu bagi pengantin baru dan masyarakat lainnya adalah agar pernikahannya diakui secara hukum adat dan supaya masyarakat lain tidak merendahkan kedudukan kita dalam masyarakat. Kemudian apabila makan ini tidak diberikan oleh orang tua maka adat orang tua perempuan tersebut kepada anaknya belum selesai dan kedua kedua keluarga tidak boleh saling mengunjungi.

5.2 Saran

1. Indahan tungkus pasae robu sebagai kearifan lokal masyarakat Angkola sebaiknya tetap dilaksanakan dan dijaga kesakralannya karena makanan ini memiliki makna yang sangat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari dan dalam hubungan kekerabatan.

2. Sebagai generasi penerus untuk melanjutkan adat istiadat yang telah diwariskan nenek moyang etnis Angkola, kaum muda-muda harus mengetahui dan mempelajari tata cara dalam pembuatan dan pemberian indahan tungkus pasae robu agar kelak pelaksanaanya tetap sama seperti yang diwariskan dan tidak terkikis oleh perkembangan zaman yang semakin modern.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi, 2006. Prosedur penelitian suatu pendekatan praktik. PT Rhineka Cipta, Jakarta.

Bahril Hidayat, 2004. Tema-tema Psikologis dalam tradisi Mangupa pada pasangan pernikahan pemula dalam masyarakat perantau Tapanuli Selatan di Pekanbaru. Yogyakarta: Program Studi Psikologi FPSB UII. Blumer, Herbet. 1969. Symbolic interactionism. Englewood Cliffs : NJ, Prentice

Hall

Bungin, Burhan. 2001. Metode penelitian kualitatif. Jakarta: PT. Raja Grafindo Parsada

Endraswara. 2006. Metedo, Teori, Teknik, Penelitian Kebudayaan: Ideologi, Epistemologi dan Aplikasi. Yogyakarta. Pustaka Widyatama

Herisatoto, 2002. Simbolisme dalam budaya jawa. Yogyakarta: Hemidika

Ibrahim,dkk. 2009. Adat Budaya Resam Melayu Batu Bara. Bandung: PT.Puri Delco

James A.Black dan Dean J. Champion.2009. Metode dan Masalah Peneltian sosial.Bandung:PT. Refika Aditama

Koentjraningrat,2005. Pengantar Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta

____________, dkk. 2004. Manusia dan Kebudayaan di Indonesia. Jakarta: Djambatan

___________.2007. Sejarah Teori Antropologi. Jakarta: UI

L.S. Diapari, 1990. Adat-istiadat perkawinan dalam masyarakat Batak Tapanuli Selatan. Jakarta: Penerbit Penulis.

Meleong, Lexy J.2010. Metodologi Penelitian Kualitatif. Jakarta: Remaja Rodakarya


(5)

Marpaung Marakub, 1969. Djop ni Roha Pardomuan (Paradaton Tapanuli Selatan), Padang Sidempuan: Pustaka Timur.

Pane, Harneny

(2007). Tinjauan Antropologis Terhadap Perubahan Pelaksanaan Mehat Pada Etnik Angkola Di Kelurahan Harjosari I Kec. Medan Amplas Kota Medan. Masters thesis, UNIMED.

Persadaan Marga Harahap Dohot Boruna, 1993. Horja: adat-istiadat Dalihan Na Tolu, musyawarah adat Persadaan Marga Harahap Dohot Anak Boruna di Padang Sidempuan 26-27 Desember 1991, Bandung: PT. Grafiti.

Saifuddin, A.F., (2005). Antropologi Kontemporer : Suatu Pengantar Kritis Mengenai paradigma, Jakarta : Kencana

Simanjuntak, B.A. 2009. Metodologi penelitian Sosial. Medan : Bina Media Perintis

Simanjuntak, Astri Annisyah

(2013). Tradisi Mangupa Pada Perkawinan Etnis Angkola Di Desa Sibangkua Tapanuli Selatan. Skripsi :UNIMED.

Siregar Baurni. G dan Pangeran Ritonga. 1986. Pelajaran adat Tapanuli Selatan:Pabagas Boru. Padangsidimpuan: Tidak Diterbitkan

Siregar, Rini Handayani

(2015). Fungsi Makanan Dalam Upacara Adat Istiadat Batak Angkola Di Kecamatan Hulu Sihapas Kabupaten Padang Lawas Utara. Masters thesis, UNIMED.

Soekanto, 2007. Sosiologi Suatu Pengantar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Spredly, James. 2007. Metode Etnografi. Yogyakarta: Tiara Wacana, Edisi II


(6)

Sugiyono, 2009. Metode Penelitin Kuantitatif dan Kualitatif. CV Alfabeta: Bandung

Sutan Tanggibarani Perkasa Alam. 1977. Buku Pelajaran Adat Tapanuli Selatan:Burangir Na Hombang. Padangsidimpuan: Tidak Diterbitkan ___________. 2009. Pelajaran Adat Budaya daerah Tapanuli Bahagian Selatan

Sastra Bahasa Dan Aksara Batak: Tutur Poda. Padangsidimpuan: Tidak Diterbitkan

___________. 2012. Surat Tunbaga Holing 1. Medan: CV. Mitra