2. Tujuan Penelitian 2.1. Tujuan Umum
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pemberian makanan pendamping ASI dini dengan insiden diare pada bayi
0-6 bulan di Puskesmas Aek Goti, Kecamatan Silangkitang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
2.2. Tujuan Khusus
- untuk mengidentifikasi pemberian makanan pendamping ASI.
- untuk mengidentifikasi insiden diare.
- untuk mengidentifikasi hubungan pemberian makanan pendamping ASI dini
dengan insiden diare pada bayi usia 0-6 bulan.
3. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka rumusan masalahnya adalah hubungan antara pemberian makanan pendamping ASI dini dengan insiden diare
pada bayi usia 0-6 bulan di wilayah kerja Puskesmas Aek Goti, Kecamatan Silangkitang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan.
4. Pertanyaan Penelitian
Bagaimana hubungan antara pemberian makanan pendamping ASI dini dengan insiden diare pada bayi usia 0-6 bulan di Puskesmas Aek Goti, Kecamatan
Silangkitang, Kabupaten Labuhanbatu Selatan?
Universitas Sumatera Utara
4. Manfaat Penelitian
4.1. Praktek Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan masukan dalam memberikan pelayanan asuhan keperawatan yang komprehensif dan sebagai
bahan pertimbangan dalam meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan di Puskesmas.
4.2. Pendidikan Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi pembanding yang berkaitan dengan konsep dan kebijakan yang telah diperoleh pada hasil studi dan
diintegrasikan dalam wahana pembelajaran keperawatan anak sehingga dapat meningkatkan kesadaran masyarakat terutama ibu-ibu terhadap pentingnya
pemberian ASI dan MPASI yang benar kepada bayi mereka agar terhindar dari penyakit diare.
4.3. Penelitian Keperawatan
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi awal untuk melaksanakan penelitian lebih lanjut yang berkaitan dengan kesadaran
masyarakat terutama ibu-ibu terhadap pentingnya pemberian ASI dan MPASI yang benar kepada bayi mereka agar terhindar dari penyakit diare.
Universitas Sumatera Utara
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
1. Air Susu Ibu ASI
ASI adalah salah satu zat terbaik yang dimiliki manusia sebagai makanan bayi. Setiap bayi harus diberi ASI paling tidak selama 4-6 bulan pertama
hidupnya Gupte, 2004. ASI merupakan makanan yang paling cocok bagi bayi karena mempunyai nilai gizi yang paling tinggi dibandingkan dengan makanan
bayi yang dibuat oleh manusia ataupun susu yang berasal dari hewan seperti susu sapi, susu kerbau, atau susu kambing. Pemberian ASI secara penuh sangat
dianjurkan oleh ahli gizi diseluruh dunia. Tidak satupun susu buatan manusia susu formula dapat menggantikan perlindungan kekebalan tubuh seorang bayi,
seperti yang diperoleh dari susu kolostrum Krisnatuti Yenrina, 2001. ASI meningkatkan kesehatan bayi sepanjang hidupnya. Bukti eksperimental
menyimpulkan bahwa air susu ibu adalah gizi terbaik untuk bayi. Bayi tidak memerlukan air tambahan atau susu formula, selama ibu mengikuti prisnsip
demand feeding yaitu menyusui sesering dan selama yang bayi inginkan. Pemberian minuman tambahan susu formula, air glukosa, dll hanya akan
mengurangi nafsu minum si bayi, dan juga dapat berakibat berkurangnya suplai ASI kecuali ada justifikasi medis dari dokter untuk pemberian minuman tambahan
Picciano, 2001.
Universitas Sumatera Utara
2. Makanan Pendamping ASI 2.1 Pengertian MPASI
Makanan Pendamping ASI adalah makanan atau minuman yang mengandung gizi diberikan kepada bayianak untuk memenuhi kebutuhan gizinya.
MP-ASI merupakan proses transisi dari asupan yang semata berbasis susu menuju ke makanan yang semi padat. Untuk proses ini juga dibutuhkan keterampilan
motorik oral. Keterampilan motorik oral berkembang dari refleks menghisap menjadi menelan makanan yang berbentuk bukan cairan dengan memindahkan
makanan dari lidah bagian depan ke lidah bagian belakang. Pengenalan dan pemberian MP-ASI harus dilakukan secara bertahap baik bentuk maupun
jumlahnya, sesuai dengan kemampuan pencernaan bayianak . Pemberian MP-ASI yang cukup dalam hal kualitas dan kuantitas penting untuk pertumbuhan fisik dan
perkembangan kecerdasan anak yang bertambah pesat pada periode ini Ariani, 2008.
2.2 Tujuan Pemberian MPASI
Tujuan pemberian MPASI adalah karena ASI tidak mencukupi kebutuhan bayi yang dikarenakan olleh pertambahan umur bayi yang diiringi pertumbuhan
dan aktifitasnya yang bertambah. Selain itu ketika bayi berumur lebih dari 6 bulan, timbul perbedaan antara jumlah makanan yang diperlukan dan makanan
yang dapat disediakan oleh ASI. Maka kekurangan tersebut dapat dilengkapi dari MPASI. Selain itu pada saat bayi berumur diatas 6 bulan, syaraf dan otot di mulut
bayi sudah mulai berkembang dan dapat digunakan untuk menggigit atau
Universitas Sumatera Utara
mengunyah. Pada umur tersebut bayi juga sudah mulai tumbuh gigi, bias mengontrol pergerakan lidah, mulai menaruh barang di mulutnya dan tertarik
untuk mencoba rasa yang baru. Ditambah lagi pencernaan bayi mulai umur 6 bulan sudah cukup baik untuk mencerna makanan Ariani, 2008.
2.3. Jenis MPASI
a. Makanan lumat halus yaitu makanan yang dihancurkan dari tepung
dan tampak homogeny samarata. Contoh: bubur susu, bubur sumsum, biscuit ditambah air panas, papaya saring.
b. Makanan lumat yaitu makanan yang dihancurkan atau disaring tampak
kurang rata. Contoh: papaya dihaluskan dengan sendok, pisang dikerik dengan sendok, nasi tim saring, bubur kacang hijau saring, kentang
rebus. c.
Makanan lunak yaitu makanan yang dimasak dengan banyak air dan tampak berair. Contoh: bubur nasi, bubur ayam, bubur kacang hijau.
d. Makanan padat yaitu makanan lunak yang tidak nampak air. Contoh:
lontong, nasi tim, kentang rebus, biscuit Nadesul, 2001.
2.4. Waktu dan Cara Pemberian MPASI
Waktu dan cara pemberian MPASI sesuai dengan umur adalah: a.
Makanan Bayi Umur 6-7 Bulan Pemberian ASI diteruskan dan MPASI diberikan dalam bentuk lumat halus
karena bayi sudah bias mengunyah, contoh MPASI berbentuk halus antara
Universitas Sumatera Utara
lain bubur susu, biscuit yang ditambah air atau susu, pisang dan papaya yang dilumatkan. Berikan untuk pertama kali salah satu jenis MPASI, misalnya
pisang lumat. Berikan sedikit demi sedikit mulai dengan jumlah 1-2 sendok makan, 1 kali sehari. Berikan untuk beberapa hari secara tetap kemudian baru
dapat diberikan jenis MPASI yang lainnya. Berikan ASI dulu kemudian MPASI berbentuk cairan berikan dengan sendok dan jangan menggunakan
botol dan dot. b.
Makanan Bayi Umur 7-9 Bulan Pemberian ASI diteruskan semau bayi. Pada bulan ini bayi diberikan nasi tim
ditambah sedikit demi sedikit sumber lemak yaitu santan atau minyak kelapamargarine. Bahan makanan ini dapat menambah kalori makanan bayi,
di samping memberikan rasa enak juga mempertinggi penyerapan vitamin A dan zat lain yang larut dalam lemak. Waktu pemberian MPASI pada masa ini
adalah umur 7 bulan dapat diberikan bubur susu satu kali, sari buah dua kali. Umur 8 bulan dapat diberikan bubur susu satu kali, sari buah satu kali dan
nasi tim saring satu kali dan umur 9 bulan dapat diberikan bubur susu satu kali, sari buah satu kali, nasi tim saring satu kali dan ditambah telur satu kali.
c. Makanan Bayi Umur 10-12 Bulan
Pemberian ASI dapat diteruskan semau bayi. Pemberian MPASI pada bayi umur 10 bulan adalah dapat diperkenalkan dengan makanan keluarga secara
bertahap. Bentuk dan kepadatan nasi tim bayi harus diatur secara berangsur- angsur, kemudian lambat laun mendekati bentuk dan kepadatan makanan
keluarga. Berikan makanan selingan satu kali sehari dengan memilih makanan
Universitas Sumatera Utara
yang bernilai gizi tinggi seperti bubur kacang hijau, buah dan lain-lain. Waktu pemberian MPASI pada umur 10-11 bulan adalah bubur susu dua kali sehari,
sari buah satu kali dan nasi tim saring satu kali dan berikan telur satu kali dan umur 12 bulan adalah bubur susu satu kali, sari buah satu kali dan nasi tim
saring dua kali dan ditambah telur satu kali Krisnatuti, 2002.
2.5. Syarat MPASI
Beberapa syarat MPASI yang baik yaitu: a.
Kaya energy, protein dan zat besi, vitamin A, vitamin C, kalsium dan folat. b.
Bersih dan sehat, yaitu tidak mengandung kuman penyakit atau bahan berbahaya lain. Tidak keras sehingga tidak menyebabkan bayi tersedak,
mudah dimakan oleh bayi, tidak terlalu asin atau terlalu pedas serta disukai bayi.
c. Merupakan makanan local yang mudah didapat dengan harga terjangkau serta
mudah disiapkan Ariani, 2008.
3. Diare 3.1 Definisi Diare
Diare merupakan suatu penyakit dengan tanda-tanda adanya perubahan bentuk dan konsistensi tinja yang cair dan frekuensi buang air besar lebih dari
biasanya 3 kali dalam sehari, namun tak selamanya mencret dikatakan diare. Misalnya pada bayi yang berusia kurang dari sebulan, yang bisa buang air hingga
lima kali sehari dan fesesnya lunak Masri, 2004.
Universitas Sumatera Utara
Biasanya ibu akan mengetahui kapan anaknya menderita diare. Bila diare timbul, ibu bisa mengatakan bahwa tinjanya sangat bau atau dikeluarkan dengan
banyak suara angin atau seperti air. Diare sering didefenisikan sebagai buang air encer tiga kali atau lebih dalam sehari. Diare sering terjadi pada anak terutama
antara usia 6 bulan sampai 2 tahun atau pada bayi berusia dibawah 6 bulan yang minum susu sapi atau formula makanan bayi Adrianto, 1995.
3.2 Etiologi
Penyebab diare dapat dikelompokkan menjadi: -
virus : rotavirus 40-60, adenovirus. -
Bakteri: echerichia coli 20-30, shigella sp. 1-2, vibriao cholerae, dan lain-lain.
- Parasit: entamoeba histolitica 1, giardia lamblia, crytossporidium 4-
11. -
Keracunan makanan. -
Malabsorpsi: karbohidrat, lemak, dan protein. -
Alergi: makanan, susu sapi. -
Imunodefisiensi: AIDS.
3.3 Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik, akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan
menyebabkan tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi
Universitas Sumatera Utara
pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu misalnya toksin pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya
diare timbul karena terdapat peningkatan isi rongga usus. Ketiga gangguan motalitas usus, terjadinya hiperperistaltik akan
mengakibatkan berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
mengakibatkan bakteri timbul berlebihan yang selanjutnya dapat menimbulkan diare pula.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung,
mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan
diare Kusmaul, 2002.
3.4 Manifestasi Klinis
- Mula-mula anakbayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu
makan berkurang. -
Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer. -
Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu. -
Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam akibat banyaknya asam laktat.
Universitas Sumatera Utara
- Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas elistitas kulit menurun,
ubun-ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
- Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun apatis, samnolen, sopora komatus sebagai akibat hipovokanik.
- Diuresis berkurang oliguria sampai anuria.
- Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat
dan dalam Kusmaul, 2002.
3.5 Komplikasi
- Dehidrasi ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik.
- Renjatan hipovolemik.
- Hipokalemia dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi,
perubahan pada elektro kardiagram. -
Hipoglikemia. -
Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena kerusakan vili mukosa, usus halus.
- Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
- Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga
mengalami kelaparan kusmaul, 2002.
Universitas Sumatera Utara
3.6 Penatalaksanaan
Dasar pengobatan diare adalah: -
Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya. 1
Cairan per oral Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral berupa
cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO
3
2 Cairan parentral
dan glukosa. Untuk diare akut dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEgl. Pada anak dibawah
umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60 mEgl. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin disebut
formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan sukrosa
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian sebagai berikut:
Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg -
1 jam pertama : 40 mlkgBBmenit= 3 ttskgBBmnt infus set berukuran 1 ml=15 tts atau 13 ttskgBBmenit set infus 1 ml=20 tetes.
- 7 jam berikutnya : 12 mlkgBBmenit= 3 ttskgBBmnt infusset berukuran
1 ml=15 tts atau 4 ttskgBBmenit set infus 1 ml=20 tetes. -
16 jam berikutnya : 125 mlkgBB oralit Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
- Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 mlkgBB24 jam, jenis
cairan 4:1 4 bagian glukosa 5 + 1 bagian NaHCO
3
1½ .
Universitas Sumatera Utara
- Kecepatan : 4 jam pertama : 25 mlkgBBjam atau 6 ttskgBBmenit 1 ml
= 15 tts 8 ttskgBBmt 1mt=20 tts. Untuk bayi berat badan lahir rendah
- Kebutuhan cairan: 250 mlkgBB24 jam, jenis cairan 4:1 4 bagian
glukosa 10 + 1 bagian NaHCO
3
1½ kusmaul, 2002.
3.7. Pencegahan Penyakit Diare.
Menurut Masri 2004, cara mencegah diare pada bayi yang benar dan efektif yang dapat dilakukan adalah memberikan ASI sebagai makanan yang
paling baik untuk bayi. Komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah
cukup untuk menjaga pertumbuhan bayi sampai umur 4-6 bulan. ASI steril, berbeda dengan sumber susu lain, susu formula atau cairan lain
disiapkan dengan air atau bahan-bahan yang terkontaminasi dalam botol yang kotor. Pemberian ASI saja tanpa cairan atau makanan lain dan tanpa
menggunakan botol, menghindarkan anak dari bahaya bakteri dan organisme lain yang akan menyebabkan diare. ASI mempunyai khasiat mencegah secara
imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare.
3.8. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Insiden Diare.
Kejadian diare pada bayi dapat di pengaruhi oleh beberapa faktor antara lain:
Universitas Sumatera Utara
- Pemberian ASI
Pemberian ASI pada bayi sampai berusia 4-6 bulan, akan memberikan kekebalan kepada bayi terhadap berbagai macam penyakit karena ASI adalah
cairan yang mengandung zat kekebalan tubuh yang dapat melindungi bayi dari berbagai penyakit infeksi bakteri, virus, jamur dan parasit. Oleh karena itu,
dengan adanya zat anti infeksi dari ASI, maka bayi yang diberi ASI dapat terlindung dari penyakit diare Utami, 2001.
- Status Gizi.
Penderita gizi buruk akan mengalami penurunan produksi antibodi serta terjadinya atropi pada dinding usus yang menyebabkan berkurangnya sekresi
berbagai enzim sehingga memudahkan masuknya bibit penyakit ke dalam tubuh terutama penyakit diare Moehji, 2003.
- Laktosa Intoleran.
Laktosa hanya dapat diserap oleh usus setelah dihidrolisis menjadi monosakarida oleh laktosa, namun dalam keadaan tertentu aktivitas laktosa
menurun atau tidak ada sama sekali, sehingga pencernaan laktosa terganggu dan laktosapun tidak dapat dicerna. Laktosa yang tidak dapat dicerna tersebut
akan masuk ke usus besar, dan di dalam usus besar ini akan di fermentasi oleh mikro flora usus sehingga dihasilkan asam laktat dan beberapa macam gas.
Adanya produksi gas ini dapat menyebabkan diare Moehji, 2003.
Universitas Sumatera Utara
BAB 3 KERANGKA PENELITIAN
1. Kerangka Penelitian
Konsep merupakan abstraksi yang terbentuk oleh generalisasi dari hal-hal khusus. Oleh karena konsep merupakan abstraksi, maka konsep tidak dapat
langsung diamati atau diukur. Konsep hanya dapat diamati atau diukur melalui konstruk atau yang lebih dikenal dengan variabel. Jadi variabel adalah simbol atau
lambang yang menunjukkan nilai atau bilangan dari konsep. Variabel adalah sesuatu yang bervariasi Notoatmodjo, 2002. Variabel independent yaitu
pemberian makanan pendamping ASI dini dan variabel dependent yaitu insiden diare.
Kerangka konseptual penelitian bertujuan untuk mengetahui apakah ada hubungan antara pemberian makanan pendamping ASI dini dengan insiden diare
pada bayi usia 0-6 bulan. Variabel Independen
Variabel dependen
Skema 1: Hubungan Antara Pemberian Makanan Pendamping ASI Dini dengan Insiden Diare.
Pemberian makanan pendamping ASI dini
Insiden diare
1 Bayi mengalami diare
2 Bayi tidak pernah mengalami
diare
Universitas Sumatera Utara
2. Definisi Operasional