Manfaat Penebangan Pohon Pengertian Hukum Administrasi Negara

adalah eksploitasi besar-besaran oleh masyarakat melalui penebangan untuk mengambil pati pohon ini. Sementara itu dalam hal populasi, terdapat kaitan antara penyebaran pohon aren dengan musang Paradoxirus fasciatus. Buah aren matang adalah makanan yang disukai musang. Hewan ini berperan sebagai agen penyebar alami populasi aren hingga ke wilayah-wilayah yang sulit dijangkau oleh manusia. 44 Selain musang, pohon aren juga bermanfaat untuk fauna lain. Batang pohon aren liar pada umumnya ditumbuhi oleh berbagai jenis epifit. Sebagai inang epifit, pohon aren mempunyai peran sangat penting karena memberikan tempat hidup nyaman bagi perkembangan spesies tersebut. 45 Berbagai jenis burung di alam ternyata juga memanfaatkan bagian dari pohon aren untuk mempertahankan siklus hidupnya. Berbagai jenis serangga pun hidup nyaman di pohon aren yang tumbuh liar di alam karena posturnya yang lebat dan batangnya yang dipenuhi dengan ijuk serta tumbuhan epifit. 46

D. Manfaat Penebangan Pohon

Kumpulan pohon alami adalah hutan. Di dalamnya banyak sekali terdapat jenis pohon dan bisa mencapai hingga 4000 pohon. Sebelum tahun 2000, hutan Indonesia dianggap paru-paru dunia karena hutannya masih banyak. Konon, lebih dari 67 hutan dunia itu telah berada di wilayah Indonesia. Namun, karena ada 44 Ibid, hal 46 45 Ibid 46 Ibid, hal 47 Universitas Sumatera Utara orang-orang yang tidak bertanggung jawab, hutan Indonesia banyak dihilangkan dalam kurun waktu yang begitu singkat. 47 Tetapi manfaat dari penebangan pohon tersebut yaitu untuk mengindari timbulnya korban akibat tertimpa ranting pohon. Karena pohon yang ditebang itu sudah cukup tua. Daunnya pun hampir tidak ada sehingga ditebang agar tidak tumbang mengenai orang. Sejumlah pohon dengan usia cukup tua memang banyak di Kota Medan, pohon-pohon tersebut ada di Lapangan Merdeka, Taman Teladan, Taman Ahmad Yani dan sejumlah ruas jalan. Pohon-pohon tersebut perlu perawatan agar tidak memakan korban lagi. Untuk pohon yang masih hijau tapi sudah tua, akan dipangkas dahannya. Sedangkan pohon yang tidak hijau lagi, akan ditebang dan menggantinya dengan pohon yang baru seperti peremajaan pohon. Hal tersebut juga mendapat respon yang baik dari masyarakat karena banyak yang mengaku was-was saat melintas di bawah pohon-pohon tua. Pohon-pohon itu memang sudah layak ditebang karena rawan tumbang sehingga bisa memakan korban, tetapi sebenarnya dalam hal penebangan pohon, tidak selamanya bersifat merugikan. 47 Rioardi, Op.cit Universitas Sumatera Utara BAB III KETENTUAN PENEBANGAN POHON DIKAITKAN DENGAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

A. Pengertian Hukum Administrasi Negara

Terlebih dahulu disini akan dibahas mengenai sejarah Administrasi Negara, yaitu pada abad pertengahan abad ke-14 sampai dengan abad ke-15 negara- negara di Eropa Barat belum mengenal apa yang sekarang dimaksudkan dengan pembagian kekuasaan pada negara-negara modern. Pada waktu itu kekuasaan negara disentralisasi dalam tangan raja kemudian di tangan birokrasi kerajaan. Jadi, raja adalah sebagai pembuat dan pelaksanaan undang-undang dan menjadi hakim yang mengadili sengketa. Keadaan semacam ini berjalan sampai kira-kira abad ke-16 dan permulaan abad ke-17, karena pada abad itu adanya perubahan- perubahan dalam alam pikiran pada bangsa-bangsa di Eropa tentang sistem pemerintahan yang selama ini berlaku di negara-negara Eropa Barat. Abad ini dinamakan abad RENAISSANCE atau abad AUFKLARUNG atau abad perubahan yaitu timbulnya aliran-aliran yang mengemukakan bahwa: “sistem pemerintahan yang sentralistis yang kurang dapat menjamin kemerdekaan individu harus diubah dengan sistem pemerintahan yang dapat menjamin lebih banyak kebebasan-kebebasan individu dan hak-hak asasi manusia”. 48 Sistem pemerintahan yang dimaksudkan mereka itu adalah sistem pemerintahan “demokrasi” yang menghapuskan sistem pemerintahan absolute 48 Bachsan Mustafa, Sistem Hukum Administrasi Negara Indonesia, Penerbit PT. Citra Aditya Bakti, Bandung, 2001, hal 1 Universitas Sumatera Utara monarchie. Di negeri Inggris aliran tersebut dikembangkan oleh seorang ahli filsafat bernama John Locke dalam buku karangannya “TWO TREATISESS ON CIVIL GOVERNMENT” 1690 ia merumuskan teorinya sebagai berikut: “kekuasaan negara harus dibagi ke dalam 3 tiga kekuasaan, yaitu kekuasaan legislative, kekuasaan eksekutif dan kekuasaan federative disebut “Federative power of Commonwealth yang masing-masing terpisah-pisah yang satu dari yang lainnya, kekuasaan legislatif meliputi kekuasaan membuat peraturan, kekuasaan eksekutif meliputi kekuasaan mempertahankan dan melaksanakan peraturan, serta mengadili perkara LOCKE melihat mengadili sebagai “uitvoering” melaksanakan undang-undang dan kekuasaan federatif meliputi segala sesuatu yang tidak termasuk lapangan kedua kekuasaan yang disebut pertama itu. Hubungan luar negeri termasuk kekuasaan federatif. 49 Di luar negeri Inggris, teori Locke ini tidak mempunyai pengaruh yang besar. John Locke bukanlah yang pertama mendapatkan teori “Machten scheiding” atau pemisahan kekuasaan itu. Suatu “Machten scheiding” telah dikemukakan lebih dahulu oleh ARISTOTELES. Tidak lama setelah Locke mengemukakan teorinya, seorang ahli hukum bangsa Prancis, bekas ketua parlemen di BORDEAUX, bernama Ch. De Montesquieu berkunjung ke negeri Inggris dan mengetahui adanya teori dari Locke itu. Dalam buku karangannya L’Esprit des Lois tahun 1748 jiwa undang-undang dikemukakannya suatu “Pemisahan Kekuasaan” separation des pouvoir dalam 3 tiga kekuasaan, yaitu: 49 Ibid, hal 2 Universitas Sumatera Utara “Kekuasaan legislatif “La puissance legislative”, kekuasaan eksekutif “La puissance executive” dan kekuasaan yudikatif “La puissance de juger”. Masing masing kekuasaan ini mempunyai lapangan pekerjaan sendiri yang harus dipisahkan yang satu dari yang lainnya. Ketiga kekuasaan tersebut – ketiga fungsi tersebutdipegang oleh 3 tiga badan kenegaraan yang berlainan. Yang menjalankan fungsi legislatif ialah Dewan Perwakilan Rakyat, yang menjalankan fungsi eksekutif ialah raja dan yang menjalankan fungsi yudikatif ialah badan pengadilan”. 50 Jadi, pada asasnya ketiga badan kenegaraan itu berdiri sendiri-sendiri, terpisah satu dengan yang lainnya, atau dengan perkataan lain, ada pemisahan mutlak antara ketiga badan kenegaraan tersebut. 51 Adapun maksud Montesquieu dengan teori Trias Politikanya itu adalah: “sesuai dengan aliran-aliran yang membawa zaman AUFKLARUNG di Eropa Barat, menginginkan jaminan bagi kemerdekaan individu terhadap tindakan sewenang-wenang dari mereka yang berkuasa di dalam negara. Montesquieu mengemukakan selanjutnya bahwa kemerdekaan individu hanya dapat dijamin kalau kekuasaan pusat di tangan raja didesentralisasikan, yaitu dibagi antara 3 tiga badan kenegaraan yang berdiri sendiri-sendiri dan yang lapangan pekerjaannya sama sekali terpisah yang satu dari yang lainnya”. 52 Yang dimaksud Montesquieu adalah pemisahan antara ketiga fungsi dari ketiga badan kenegaraan tersebut. Hanya kalau ada pemisahan mutlak itu, maka tentulah tidak ada kemungkinan bagi mereka yang berkuasa di dalam suatu negara 50 Ibid 51 Ibid 52 Ibid, hal 3 Universitas Sumatera Utara untuk bertindak sewenang-wenang terhadap negaranya. Demikianlah Utrecht berkata dalam bukunya “Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia”. Banyak para ahli merasa berkeberatan diterapkannya teori Montesquieu secara murni ke dalam suatu sistem pemerintahan tertentu. Adapun alasan-alasan mereka adalah sebagai berikut: 53 a Karena pemisahan mutlak, maka akibatnya ada badan kenegaraan yang tidak ditempatkan di bawah pengawasan suatu badan kenegaraan lainnya. Tidak adanya pengawasan ini berarti adanya badan kenegaraan untuk bertindak melampaui batas kekuasaannya dan kerja sama antara badan- badan kenegaraan itu menjadi sulit. b Karena ketiga fungsi tersebut masing-masing hanya boleh diserahkan kepada 1 satu badan kenegaraan tertentu saja, atau dengan perkataan lain tidak mungkin diterima sebagai asas tetap bahwa tiap-tiap badan kenegaraan itu hanya dapat diserahi 1 satu fungsi tertentu saja, maka hal ini menyukarkan pembentukan suatu negara hukum modern Moderne Rechstaat di mana 1 satu badan kenegaraan dapat diserahi fungsi lebih dari 1 satu macam dan kemungkinan untuk mengkoordinasi beberapa fungsi. Negara yang konsekuen melaksanakan teori Montesquieu ini adalah Amerika Serikat tetapi ini pun tidak murni karena antara ketiga badan kenegaraan yang masing-masing mempunyai pekerjaan sendiri-sendiri itu, dalam menyelesaikan sesuatu pekerjaan tertentu diawasi oleh badan kenegaraan lainnya. Sistem ini 53 Ibid Universitas Sumatera Utara dikenal sebagai sistem “check and balance” atau “sistem pengawasan”. Tujuan dan sistem “check and balance” ini adalah: 54 a Untuk menghindarkan kemungkinan adanya salah satu dari ketiga badan kenegaraan itu akan bertindak melampaui batas kekuasaannya sehingga merupakan tindakan yang sewenang-wenang. b Agar ketiga fungsi tersebut menjadi seimbang dalam tiap-tiap keadaan tertentu in evenwicht voor eik bepaald geval untuk tiap-tiap keadaan tertentu diadakan pengawasan tertentu pula. Jadi, sistem “check and balance” itu bersifat kasuistis. Sistem pemerintahan Amerika Serikat yang didasarkan pada Teori Trias Politika Montesquieu adalah sebagai berikut: 55 a Fungsi Legislatif diserahkan kepada CONGRESS Dewan Perwakilan Rakyat yang terdiri dari 2 dua tingkatan. The house of Representative dan The Senate. b Fungsi Eksekutif diserahkan kepada Presiden yang dibantu oleh para menterinya, jadi para menteri ini dalam melaksanakan tugasnya bertanggung jawab kepada presiden. c Fungsi Yudikatif diserahkan kepada SUPREME COURT atau Mahkamah Agung sebagai Badan Kehakiman. Kemudian dipertanyakan, di manakah kedudukan Administrasi Negara dalam teori Trias Politika itu? Pertanyaan ini dijawab oleh Dimock Dimock dalam bukunya “Administrasi Negara” yang memberikan pengertian administrasi negara 54 Ibid, hal 4 55 Ibid Universitas Sumatera Utara dalam arti luas dan dalam arti sempit. Pengertian administrasi negara dalam arti luas ialah aktivitas-aktivitas negara dalam melaksanakan kekuasaan politiknya, yaitu aktivitas-aktivitas badan-badan Legislatif, Eksekutif dan badan Yudikatif. Pengertian Administrasi Negara dalam arti luas inilah yang oleh E. Utrecht disebut OVERHEID, pemerintah dalam arti luas. Sedangkan pengertian Administrasi dalam arti sempit, Dimock Dimock menyatakan sebagai aktivitas- aktivitas Badan Eksekutif saja, dalam melaksanakan Pemerintahan, untuk ini E. Utrecht menyebut BESTUUR, pemerintah dalam arti sempit. Jadi, kedudukan Administrasi Negara dalam teori Dimock Dimock sebagai Badan Eksekutif, sedangkan menurut teori E. Utrecht sebagai Bestuur, buku E. Utrecht “Pengantar Hukum Administrasi Negara Indonesia”. 56 Sebelum menguraikan mengenai pengertian Administrasi, maka terlebih dahulu akan dijelaskan sekilas tentang istilah Administrasi. 57 Secara etimologis istilah Administrasi berasal dari kata Ad+ ministrare yang artinya pemberian jasa, dan dapat dikatakan bahwa istilah administrasi yang dikenal di Indonesia sebenarnya berasal dari dua istilah yang berbeda yakni: 58 Pertama, bahwa istilah Administrasi yang berasal dari bahasa Belanda yaitu administratie. Istilah ini di-Indonesia-kan juga menjadi administrasi; sama ucapan dan tulisan dengan yang berasal dari bahasa Inggris. Walaupun ucapan dan tulisannya sama, tetapi pengertiannya berbeda. Istilah administrasi yang berasal dari warisan pemerintah Belanda ini mempunyai pengertian setiap penyusunan 56 Ibid, hal 5 57 Victor M. Situmorang dan Cormentyna Sitanggang, Hukum Administarsi Pemerintahan Di Daerah, Penerbit Sinar Grafika 1994, hal 1 58 Ibid Universitas Sumatera Utara keterangan-keterangan secara sistematis dan pencatatannya secara tertulis dengan maksud untuk memperoleh suatu ikhtisar mengenai, keterangan-keterangan itu dalam keseluruhannya dan dalam hubungannya satu sama lain. 59 Dengan demikian pengertian administrasi di sini sebenarnya sama dengan pengertian tata usaha, yaitu proses penyelenggaraan terhadap keterangan- keterangan informasi yang berwujud pada aktivitas menghimpun, mencatat, mengolah, menggandakan, mengirim dan menyimpan. Dalam bahasa Inggris istilah yang sama dengan tata usaha adalah clerical work pekerjaan tulis, paper work pekerjaan kertas atau office work pekerjaan kantor. Kedua, bahwa istilah Administrasi yang berasal dari bahasa Latin “administrare” yang berarti membantu, melayani atau memenuhi. Kata administrare ini dalam bahasa Inggris disebut administration, yang di Indonesia menjadi administasi. Istilah administrasi administration ini diartikan sebagai proses kegiatan penataan usaha kerja sama sekelompok orang untuk mencapai tujuan tertentu. 60 Mengenai pengertian Hukum Administrasi Negara hingga saat ini masih belum ada kesatuan pendapat diantara para sarjana. Oleh sebab itu dan untuk mendapatkan pemahaman yang dirasakan cukup memadai, berikut ini akan dikemukakan batasan pengertian hukum administrasi negara dari beberapa pakar ilmu hukum. 61 59 The Liang Gie, Administrasi Perkantoran Modern, Yogyakarta, Nurcahaya,1983, hal 10 60 Miftah Thoha, Aspek-aspek Pokok Ilmu Administrasi suatu Bunga Rampai Bacaan, Penerbit Ghalia, Jakarta, 1983, hal 5. 61 SF Marbun, Deno Kamelus, Saut P. Panjaitan, Gede Pantja Astawa, Zainal Muttaqin, Dimensi- Dimensi Pemikiran Hukum Administrasi Negara, Penerbit UII Press Yogyakarta, Yogyakarta, 2002, hal 21 Universitas Sumatera Utara Van Vollenhoven mengemukakan bahwa, hukum administrasi negara adalah suatu gabungan ketentuan-ketentuan yang mengikat badan-badan yang tinggi maupun yang rendah apabila badan-badan itu menggunakan wewenangnya yang telah diberikan kepadanya oleh hukum tata negara. 62 Sedangkan oleh De La Bassecour Laan didefinisikan, hukum administrasi negara adalah himpunan peraturan-peraturan tertentu yang menjadi sebab negara berfungsi beraksi, hukum peraturan-peraturan itu mengatur hubungan- hubungannya antara tiap-tiap warga negara dengan pemerintahannya. 63 Pada bagian lain, oleh J.H. Logemann diutarakan bahwa, hukum administrasi negara adalah hukum mengenai hubungan-hubungan antara jabatan-jabatan satu dengan lainnya serta hubungan hukum antara jabatan-jabatan negara itu dengan para warga masyarakat. 64 Selain batasan pengertian dari pakar-pakar luar negeri, berikut ini juga akan dikemukakan definisi hukum administrasi negara dari pakar ilmu hukum di Indonesia. 65 Menurut Muchsan bahwa: hukum administrasi adalah hukum mengenai struktur dan kefungsian administrasi negara. 66 Sesuai dengan rumusan tersebut , maka bentuk HAN dapat dibedakan dalam dua jenis, yakni: 67 62 Bachsan Mustafa, Op.cit, hal 49 63 Ibid 64 Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1983, hal 42. 65 SF Marbun, Op.cit, hal 22 66 Ibid 67 Muchsan, Pengantar Hukum Administrasi Negara, Liberty, Yogyakarta, 1982, hal 12 Universitas Sumatera Utara a Sebagai HAN, hukum administrasi adalah hukum mengenai operasi dan pengendalian daripada kekuasaan-kekuasaan administrasi atau pengawasan terhadap penguasa administrasi. b Sebagai hukum buatan administrasi maka hukum administrasi adalah hukum yang menjadi pedoman atau jalan dalam menyelenggarakan undang-undang. Suatu pengertian yang lebih rinci dapat ditemukan dalam pendapat Prajudi Atmosudirdjo, yaitu: hukum administrasi negara adalah hukum mengenai Pemerintah beserta aparaturnya yang terpenting yakni administrasi negara. 68 Lebih lanjut dikatakan bahwa HAN dapat dibedakan menjadi dua golongan besar, yaitu: 69 a Hukum Administrasi Negara Heteronom, yakni hukum mengenai seluk beluk daripada administrasi negara, meliputi: - Hukum tentang dasar-dasar dan prinsip-prinsip umum daripada administrasi negara. - Hukum tentang organisasi daripada administrasi negara, termasuk pengertian dekosentrasi dan desentralisasi. - Hukum tentang aktifitas-aktifitas daripada administrasi negara. - Hukum tentang sarana daripada administrasi negara. - Hukum tentang peradilan administrasi. b Hukum Administrasi Negara Otonom, yakni hukum yang diciptakan oleh administrasi negara. 68 Prajudi, Op.cit, hal 11 69 SF Marbun, Op.cit Universitas Sumatera Utara Untuk itu semua ilmu hukum administrasi negara adalah salah satu cabang daripada ilmu hukum yang lambat laun merupakan suatu disiplin kesarjanaan hukum tersendiri. 70 Di pihak lain, para sarjana Ilmu Administrasi Negara memandang terhadap ilmu hukum administrasi negara sebagai cabang khusus daripada ilmu administrasi negara. Dengan memperlakukan ilmu hukum administrasi negara sebagai suatu disiplin ilmiah tersendiri kita menerima dua hal, yakni 1 menerima “Hukum Administrasi Negara” sebagai obyek daripada studi dan pendidikan ilmiah, dan 2 menerima “Hukum Administrasi Negara” sebagai suatu tubuh atau perkelompokan atau kesatuan daripada aturan-aturan hukum tertentu yang memerlukan metoda pengajuan tersendiri. 71 Di dalam memperlakukan ilmu hukum administrasi negara sebagai suatu disiplin kesarjanaan hukum tersendiri akan dijumpai pertanyaan-pertanyaan mengenai pembatasan-pembatasannya yang tegas dengan cabang-cabang ilmu hukum lainnya, terutama batas-batasnya dengan ilmu hukum tata negara. Disini juga kita mendapatkan pandangan bahwa hukum administrasi negara sebagai suatu pengkhususan atau spesialisasi belaka. 72 Penyelenggaraan pemerintahan dalam suatu negara yang besar seperti Indonesia akan mengalami kesulitan jika pemerintahannya diselenggarakan secara sentralisasi. Pemenrintah nasional akan menanggung beban yang berat jika semua 70 Prajudi Atmosudirdjo, Hukum Administrasi Negara, Penerbit Ghalia Indonesia, Jakarta, 1981, hal 41 71 Ibid 72 Ibid, hal 43 Universitas Sumatera Utara urusan pemerintahan diatur dan diurus oleh pemerintah pusat. Luasnya wilayah dengan kondisi geografis, budaya, agama, adat, dan kesukuan yang berbeda-beda merupakan hambatan dalam penyelenggaraan pemerintah terpusat. 73 Hal lain yang menjadi hambatan untuk menyelenggarakan pemerintahan secara terpusat adalah faktor politik, ekonomi,sosial, budaya, dan pertahanan- keamanan. Dalam faktor politik, dominasi yang sangat kuat oleh pemerintah pusat akan melahirkan perasaan tertekan dan terjajah oleh warga daerah. Perasaan ini dalam jangka panjang akan menimbulkan ketidakpuasan pemerintah daerah kepada pemerintah pusat. Pengaturan ekonomi yang terpusat akan melahirkan biaya transaksi tinggi sehingga berujung pada kesenjangan yang akut antara pusat dan daerah. Di samping itu, kebijakan pusat di bidang ekonomi membuat daerah merasa dibatasi akses dan wewenangnya pada pengembangan potensi ekonomi yang dimiliki. Akibatnya daerah merasa dieksploitasi oleh pusat. Hegemoni kebudayaan pusat akan mematikan daya tahan dan daya kreatif budaya lokal. Kondisi ini dalam jangka panjang dapat menciptakan keterasingan budaya bagi masyarakat daerah sendiri, karena masyarakat daerah dipaksa mengakui budaya pusat yang tidak berakar pada budaya masyarakat setempat. Masalah pertahanan dan keamanan menjadi sangat rawan jika masyarakat daerah sendiri sangat tergantung pada pusat sehingga tidak memiliki ketahanan politik,sosial, dan budaya berdasarkan lembaga yang dikembangkannya sendiri. Secara faktual 73 Hanif Nurcholis, Teori dan Praktik Pemerintahan Otonomi Daerah, Penerbit Grasindo, Jakarta, 2007, hal 39 Universitas Sumatera Utara pentingnya dilaksanakan pemerintahan daerah dilandasi oleh pertimbangan- pertimbangan berikut: 74 a Adanya perbedaan daerah dalam sistem sosial, politik, dan budaya. Umumnya kesatuan masyarakat daerah telah tumbuh, berkembang, dan eksis sebagai kesatuan masyarakat hukum sebelum terbentuknya negara nasional. Kesatuan masyarakat hukum ini telah mengembangkan lembaga sosial untuk mempertahankan keberadaannya. Lembaga sosial yang dikembangkan mencakup lembaga politik, ekonomi, sosial, budaya, dan pertahanan-keamanan. Melalui proses yang panjang terbentuklah karakteristik yang khas pada masyarakat yang bersangkutan dilihat dari lembaga politik, sosial, dan budayanya. Misalnya masyarakat Aceh berbeda dengan masyarakat Papua, masyarakat Jawa berbeda dengan masyarakat Makassar, dan sebagainya. Hal inilah yang secara aktual membedakan antara masyarakat daerah yang satu dengan masyarakat daerah yang lain. Munculnya komunitas yang berbeda-beda tersebut tak lepas dari sejarah perkembangan komunitas yang bersangkutan. Seluruh komunitas berkembang berdasarkan nilai-nilai tertentu, misalnya nilai agama, nilai adat, atau nilai budaya. Di samping itu, komunitas juga mengembangkan identitas. Identitas itu dikembangkan berdasarkan kesamaan agama, kesamaan suku, kesamaan wilayah, dan kesamaan budaya. Oleh karena itu, komunitas-komunitas yang terbentuk sangat beragam. 74 Ibid Universitas Sumatera Utara Kondisi alamiah tersebut menjadi fakta politik, sosial, dan budaya yang selanjutnya mempengaruhi lembaga-lembaga formal yang dibentuk negara. Oleh karena itu, negara perlu mengakomodasi fakta tersebut dengan menyelenggarakan sistem pemerintahan daerah. Dengan menempuh cara ini maka struktur lembaga formal akan diperkuat. Selanjutnya dengan sistem pemerintahan daerah yang disepakati semua pihak maka akan tercipta tingkat kohesivitas yang tinggi. Dengan demikian, pemerintahan daerah justru akan memperkokoh integritas bangsa. b Upaya untuk mendekatkan pelayanan kepada masyarakat. Secara umum tujuan dibentuknya negara adalah menciptakan masyarakat adil dan makmur. Untuk mencapai hal tersebut diperlukan perangkat kelembagaan yang disebut administrasi publik negara. Melalui sistem administrasi public tujuan menciptakan masyarakat adil dan makmur dapat diselenggarakan melalui proses-proses tertentu yang wujud nyatanya adalah pemberian pelayanan publik. Proses untuk mencapai tujuan tersebut akan sulit dicapai jika semua urusan diatur dan diurus oleh pemerintah pusat karena akan diselenggarakan oleh hirarki birokrasi yang sangat panjang dan kompleks. Dengan panjang dan kompleksnya birokrasi masyarakat akan sulit memperoleh pelayanan yang cepat, murah, dan efisien. Sistem pemerintahan daerah memberi pemecahan atas persoalan tersebut. Dalam sistem pemerintahan daerah, pemerintah daerah diberi kewenangan untuk mengatur dan mengurus urusan masyarakat setempat berdasarkan kepentingan Universitas Sumatera Utara dan aspirasinya. Dengan kewenangan ini masyarakat daerah setempat melalui wakil-wakilnya membuat kebijakan publik kebijakan daerah. Kebijakan daerah ini lalu dilaksanakan oleh pejabat-pejabat daerah setempat. Dengan demikian, urusan-urusan masyarakat diputuskan oleh masyarakat sendiri. Oleh karena itu, jika muncul masalah dengan cepat masyarakat akan menyelesaikannya. Pelayanan publik yang diberikan oleh pejabat pelaksana dapat diterima masyarakat secara cepat dan mudah karena tidak terdapat jalur birokrasi yang panjang, kompleks, dan berbelit-belit. c Menciptakan administrasi pemerintahan yang efisien. Penyelenggaraan pemerintahan dengan cara terpusat akan melahirkan hirarki dan rantai komando yang panjang. Dengan adanya hirarki dan rantai komando yang panjang maka pengendalian, koordinasi, dan evaluasi akan sulit dilaksanakan. Kelemahan di bidang pengendalian, koordinasi, dan evaluasi tersebut membuat sistem administrasi tidak efisien. Perencanaan yang diputuskan di pusat dan dilaksanakan di daerah pengawasannya tidak efektif karena jarak antara pembuat rencana dengan pelaksana terlalu jauh. Koordinasi menjadi sulit karena melibatkan beberapa pejabat pada beberapa tingkatan hirarki organisasi sehingga dengan sendirinya melibatkan pejabat yang sangat banyak. Evaluasi juga tidak efektif karena obyek yang dievaluasi sangat banyak dan kompleks. Di samping itu, kondisi seperti itu juga memberi peluang terjadinya korupsi dan penyalahgunaan wewenang. Universitas Sumatera Utara Prinsip-prinsip umum hukum publik menggabungkan kualitas formal dengan komitmen normatif di perusahaan penyaluran, pengelolaan, membentuk dan membatasi kekuasaan politik. Prinsip-prinsip ini menyediakan beberapa konten dan spesifisitas untuk kebutuhan abstrak dari publicness dalam hukum. Prinsip berpotensi berlaku dalam setiap sistem hukum public, dan dalam hubungan antara sistem yang berbeda dari hukum publik, mungkin termasuk ke derajat yang berbeda beberapa following. 75 Dari berbagai batasan pengertian hukum administrasi negara tersebut, maka dapatlah kiranya diketahui bahwa pada intinya hukum administrasi negara adalah hukum yang mengatur bagaimana administrasi negara menjalankan fungsi dan tugas-tugasnya. Sedangkan materi yang diaturnya adalah relatif luas. Hal ini dapat dipahami dengan mengingat betapa luasnya kegiatan maupun campur tangan administrasi negara dalam bidang-bidang kehidupan masyarakat, yakni untuk meningkatkan kesejahteraan umum. 76 Keberadaan hukum administrasi negara dalam suatu negara adalah sangat penting, baik bagi administrasi negara maupun bagi masyarakat luas. 77 Terhadap hal tersebut, Sjachran Basah menyatakan, bahwa hukum administrasi negara merupakan sarana hukum yang dapat dipergunakan untuk mencapai berbagai tujuan negara. Lebih lanjut, dikatakan bahwa peranan hukum administrasi negara sangat dominan dan esensial. Sebab, pada hakekatnya, hukum administrasi negara tersebut adalah seperangkat norma yang mengatur dan: a Memungkinkan administrasi negara untuk menjalankan fungsinya, 75 Benedictus Kingsbury, Konsep Hukum Administrasi Negara Global, 2012, hal 8 76 S. F. Marbun, Op.cit, hal 23 77 Ibid Universitas Sumatera Utara b Melindungi warga terhadap sikap-tindak administrasi negara itu sendiri. 78 Kemudian menurut Suparto, secara umum hukum administrasi negara dapat dikatakan instrumen yuridis bagi penguasa untuk secara aktif terlibat dengan masyarakat, dan pada sisi lain hukum administrasi merupakan hukum yang memungkinkan anggota masyarakat mempengaruhi penguasa dan memberikan perlindungan terhadap penguasa. 79 Administrasi Negara juga memiliki tiga arti, yaitu: 80 a Sebagai aparatur negara, aparatur pemerintahan, atau institusi politik kenegaraan; artinya meliputi organ yang berada dibawah pemerintah, mulai dari presiden, Menteri termasuk Sekretaris Jenderal, Gubernur, Bupati, dan sebagainya. Singkatnya semua organ yang menjalankan administrasi negara. b Sebagai fungsi atau aktivitas, yakni sebagai kegiatan pemerintahan. Artinya sebagai kegiatan mengurus kepentingan negara. c Sebagai proses teknis penyelenggaraan Undang-Undang, artinya meliputi segala tindakan aparatur negara dalam menyelenggarakan Undang- Undang. Dalam lapangan hukum administrasi negara dikenal beberapa azas yang antara lain: 81 78 Sjcahran Basah, Perlindungan Hukum Terhadap Sikap-Tindak Administrasi Negara, Pidato Orasi Ilmiah, Dies Natalis XXIX Universitas Padjajaran Bandung, hal 4 79 Suparto Wijoyo, Karakteristik Hukum Acara Peradilan Administrasi, Penerbit Airlangga University Press, Surabaya, 1997, hal 37 80 C.S.T. Kansil, Christine S.T. Kansil, Modul Hukum Administrasi Negara, Penerbit PT Kresna Prima Persada, Jakarta, 2005, hal 4 81 H.M. Jafar Ali, Ikhtisar Hukum Administrasi atau Tata Usaha Negara, Penerbit Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara, Medan, 1982, hal 19 Universitas Sumatera Utara - Azas Legalitas: harus berlandaskan hukum atau undang-undang atau peraturan. - Azas tidak boleh menyalahgunakan kekuasaan atau detour nement de pouvoir. - Azas non-diskriminatif - Azas exes de pouvoir atau penyerobotan wewenang. - Azas upaya pemaksa atau bersanksi. Kedudukan hukum administrasi negara dalam ilmu hukum tidak statis, akan tetapi berkembang sesuai dengan perkembangan kebutuhan hukum dalam masyarakat. 82 Berdasarkan uraian para sarjana tentang negara dan hukum, dapat dimengerti bahwa adanya negara dan hukum itu bertalian dengan keberadaan manusia. Jika tidak ada manusia, tidak ada negara dan tidak ada hukum, dan mungkin tidak dapat dibayangkan ada suatu negara tanpa adanya manusia yang menjadi rakyatnya. Dengan demikian rakyat adalah substratum personal dari suatu negara. Tanpa warga negara atau rakyat, maka negara akan merupakan suatu fiksi besar. 83 Setelah itu diatur juga mengenai otonomi yang adalah tatanan yang bersangkutan dengan cara-cara membagi wewenang, tugas dan tanggung jawab mengatur dan mengurus urusan pemerintahan antara pusat dan daerah, salah satu penjelmaan pembagian tersebut yaitu, daerah-daerah akan memiliki sejumlah 82 Ibid, hal 20 83 Juniarso Ridwan, Achmad Sodik Sudrajat, Hukum Administrasi Negara Kebijakan Pelayanan Publik, Penerbit Nuansa Cendekia, Bandung, 2010, hal 46 Universitas Sumatera Utara urusan pemerintahan baik atas dasar penyerahan atau pengakuan ataupun yang dibiarkan sebagai urusan rumah tangga daerah. 84 Kemudian ada juga prinsip administrasi yang diakui. Diantara prinsip-prinsip yang lebih umum yang terdapat di dalam literatur mengenai administrasi adalah: 85 a Efisiensi administrasi ditingkatkan melalui suatu spesialisasi tugas dikalangan kelompok. b Efisiensi administrasi ditingkatkan dengan mengatur anggota-anggota kelompok didalam suatu hirarki wewenang yang pasti. c Efisiensi administrasi ditingkatkan dengan membatasi jarak pengawasan pada setiap sektor didalam organisasi sehingga jumlahnya menjadi kecil. d Efisiensi administrasi ditingkatkan dengan mengelompokkan pekerjaan, untuk maksud-maksud pengawasan, berdasarkan: - Tujuan, - Proses, - Langganan, atau - Tempat. Ini sebenarnya adalah uraian daripada prinsip pertama, namun diperlukan diskusi yang terpisah. Karena prinsip-prinsip ini tampak sederhana dan jelas, maka akan tampak pula bahwa penerapan prinsip-prinsip itu untuk masalah- masalah organisasi administratif yang kongkrit akan menjadi terang dan bahwa 84 Ni Matul Huda, Hukum Pemerintahan Daerah, Penerbit Nusamedia, Bandung, 2012, hal 84 85 Herbert A. Simon, Administrative Behavior Perilaku Administrasi, Penerbit Bumi Aksara, Jakarta, 1998, hal 68 Universitas Sumatera Utara kebenarannya dengan mudah dapat diajukan untuk suatu percobaan empiris. Namun, tidak demikian halnya. 86 Karena konsep negara hukum Indonesia sedikit banyak tidak lepas dari pengaruh perkembangan konsep negara hukum di dunia terutama rechtsstaat dan the rule of law. 87 Intinya menurut Sri Soemantri adalah: 88 a Bahwa pemerintah dalam melaksanakan tugasnya dan kewajibannya harus berdasar atas hukum atau peraturan perundang-undangan. b Adanya jaminan terhadap hak-hak asasi manusia warga negara. c Adanya pembagian kekuasaan negara. d Adanya pengawasan dari badan-badan peradilan rechtelijke control. Pengertian Administrasi dapat diartikan sebagai pemberian pimpinan yaitu dari kata to manage atau to direct, sehingga hampir sama dengan pengertian Management. Memang kedua istilah tersebut sering disamakan, dan kadang- kadang dirancu. 89 Hukum administrasi telah berkembang dalam suasana manakala pihak Pemerintah mulai menata masyarakat dan dalam kaitan itu menggunakan sarana hukum, umpamanya dengan menetapkan keputusan-keputusan larangan tertentu atau dengan menerbitkan sistem-sistem perizinan. Oleh karena itu dapat disepakati bahwa, hukum administrasi dalam bentuk sangat awalnya sudah terlalu 86 Ibid, hal 69 87 Irfan Fachruddin, Pengawasan Peradilan Administrasi Terhadap Tindakan Pemerintah, Penerbit P.T. Alumni, Bandung, 2004, hal 14 88 Sri Soemantri, Bunga Rampai, Hukum Tata Negara Indonesia, Penerbit Alumni, Bandung, 1992, hal 29-30 89 Victor, Op.cit, hal 2. Universitas Sumatera Utara kuno, oleh karena pihak Pemerintah juga sejak dahulu kala telah bertanggung jawab atas penataan dan pengelolaan masyarakat secara lebih kurang. Hukum administrasi dalam bentuk yang demikian ini nampaknya senantiasa merupakan “hukum administrasi luar biasa”, yakni suatu hukum administrasi dalam bentuk suatu peraturan perundang-undangan tertentu, juga ketentuan-ketentuan pelaksanaan tambahan yang tertentu dan jika diperlukan beberapa yurisprudensi dalam suatu bidang konkrit yang terbatas dari urusan Pemerintah. Maka orang sudah melihat dalam pertengahan pertama dari abad ke-20 contoh-contoh hukum administrasi dalam bentuk aturan-aturan menurut undang-undang untuk mencegah rintangan, untuk melindungi monumen-monumen, untuk meningkatkan pembangunan perumahan yang baik, untuk meningkatkan keselamatan dalam situasi ketenagakerjaan, dan sebagainya. Hasilnya adalah suatu hukum administrasi yang sangat tersebar: dengan kata lain, timbullah berbagai macam hukum administrasi yang perlu disesuaikan dengan tugas Pemerintah yang akan dilaksanakan. 90 Dengan berkembangnya tugas-tugas Pemerintah itu, orang dapat melihat bahwa pada berbagai bidang urusan Pemerintah itu terjadi suatu penumpukan dari pengeluaran aturan dan keputusan-keputusan pemerintahan. Dengan demikian terjadi bidang-bidang hukum administrasi yang luar biasa yang merupakan lebih kurang sebagai yang berdiri sendiri; hukum perpajakan, hukum pencegahan atau hukum lingkungan, hukum pengaturan lapangan, dan seterusnya. Setiap bidang hukum administrasi mengenal undang-undangnya sendiri, pemberian aturan dan 90 Philipus M. Hadjon, R. Sri Soemantri Martosoewignjo, Sjachran Basah, Bagir Manan, H. M. Laica Marzuki, J. B. J. M. ten Berge, P. J. J. van Buuren, F. A. M. Stroink, Pengantar Hukum Administrasi Indonesia, Penerbit Gadjah Mada University Press, Yogyakarta, 2001, hal 30 Universitas Sumatera Utara yurisprudensi yang selanjutnya diberlakukan, tetapi juga para praktisinya sendiri dan, dalam lingkungan universitas, mata kuliahnya sendiri. 91 Sebagai lawan istilah “hukum administrasi luar biasa” kita kenal istilah “hukum administrasi umum”. Sebegitu peranan pihak pemerintah menjadi lebih penting atas berbagai bidang sosial dan dengan demikian hukum administrasi khusus meningkat pada bidang-bidang itu dan menjadi tambah sulit, maka timbul kebutuhan untuk mempelajari unsur-unsur bersama dari hukum administrasi itu dalam kaitannya satu sama lain. Oleh karena itu, di semua bidang urusan pemerintah kita temukan umpamanya “perizinan”, dan pada setiap bidang timbul pertanyaan apakah suatu izin dapat “ditarik kembali”. Penelitian unsur-unsur bersama dari bagian-bagian khusus hukum administrasi menuju kepada “hukum administrasi umum” : suatu kumpulan unsur umum yang ada kaitannya dengan segi-segi hukum publik dari tindakan pihak pemerintah. 92 Perkembangan hukum administrasi umum boleh dikatakan baru saja tumbuh di banyak negara. Secara garis besar dapat dikatakan bahwa baru sejak Perang Dunia Kedua mulai berkembang hukum administrasi umum sebagai bagian dari ilmu hukum. Dapat dikatakan bahwa, perkembangan hukum pemerintahan administrasi umum yang sedang giat dilaksanakan di banyak negara, bergerak dalam tiga taraf secara berturut-turut. Pada setiap taraf ditambahkan suatu faktor yang jangkauannya jauh. 93 a Pada mulanya perkembangan hukum administrasi umum itu hanya merupakan suatu perkembangan dalam ilmu pengetahuan sendiri. Buku- 91 Ibid 92 Ibid 93 Ibid, hal 31 Universitas Sumatera Utara buku diterbitkan yang menjelaskan bentuk-bentuk hukum bersama dan dalam kaitannya dengan bentuk-bentuk itu membentuk suatu teori. Namun, perkembangan ilmiah itu sendiri tidaklah mencukupi untuk membuat hukum pemerintahan umum menjadi berkembang dengan baik. Memang telah muncul buku-buku pertama mengenai hukum pemerintahan umum. b Perkembangan kedua yang penting dimulai dengan diperkenalkannya peradilan administrasi negara. Manakala pembuat undang-undang memutuskan untuk memberi kesempatan mengajukan banding pada seorang hakim administrasi negara terhadap keputusan-keputusan atas dasar sejumlah besar undang-undang, maka melalui yurisprudensi timbul suatu interpretasi penafsiran bersama atas unsur-unsur yang serupa dalam berbagai undang-undang. Maka ada pula kemungkinan bahwa, hakim menganggap pemerintah terikat pada prinsip-prinsip etika pemerintahan yang tak tertulis, yang berakibatkan terjadinya suatu pola norma-norma bersama yang berlaku bagi pelaksanaan semua jenis dari instansi pemerintahan. Tanpa adanya suatu peradilan administrasi negara yang mencakup semuanya, perkembangan hukum pemerintahan umum akan tetap bernasib terbatas. Dengan diperkenalkannya peradilan administrasi negara dalam banyak hal sekaligus diberikan suatu dorongan yang besar terhadap pembentukan teori dalam bidang hukum pemerintahan umum. Universitas Sumatera Utara c Perkembangan yang ketiga timbul manakala pembuat undang-undang memutuskan dengan tujuan menyelaraskan tindakan-tindakan pemerintah untuk mengadakan “pembuatan undang-undang umum”, yakni aturan- aturan sah yang dalam garis besarnya berlaku bagi pelaksanaan wewenang tertentu, dengan kata lain, yang berlaku untuk pelaksanaan wewenang atas dasar undang-undang yang sama sekali berlainan. Dengan demikian, di berbagai negara ada perundang-undangan umum dalam kasus memasuki rumah, mempersiapkan keputusan, memotivasi mencari alasan bagi keputusan, penetapan prosedur surat-surat keberatan dan banyak hal lain yang berlaku secara bersamaan dengan semua bagian khusus dari hukum administrasi. Untungnya ialah bahwa semua warga negara, senantiasa mengetahui siapa pegawai dan alat pemerintahan, norma-norma mana yang berlaku. Dan dalam sistem administrasi negara Republik Indonesia harus merupakan penjabaran dan pengamalan nilai-nilali Pancasila dan undang-undang dasar 1945 oleh karena sistem administrasi negara Indonesia berdasarkan sistem pemerintahan negara. Dalam keseluruhan penyelenggaraan tugas umum pemerintahan dan pembangunan dalam rangka mewujudkan masyarakat adil dan makmur. 94 Jika ditinjau dari segi peristilahan atau segi harfiah, asal mula perkataan yurisprudensi adalah berakar dari istilah bahasa Latin “iuris prudentia”, yang berarti ilmu pengetahuan hukum. Dalam bahasa Belanda, dipergunakan istilah 94 H. Bintoro Tjokroamidjojo, Sistem Administrasi Negara Republik Indonesia, Penerbit PT Toko Gunung Agung, Jakarta, 1995, hal 2 Universitas Sumatera Utara “jurisprudentie” yang dalam kamus hukum karangan Fockema Andrea disebutkan sebagai: “ yurisprudensi, peradilan dalam pengertian umum, pengertian abstrak, khususnya ajaran hukum yang dibentuk dan dipertahankan oleh peradilan sebagai kebalikan dari ajaran hukum atau doctrin dari pengarang-pengarang terkemuka, selanjutnya pengumpulan yang sistematis dari putusan Mahkamah Agung dan putusan Pengadilan Tinggi yang tercatat yang diikuti oleh hakim-hakim dalam memberikan putusannya dalam soal yang serupa”. 95 Selanjutnya perlu dikaji konsep reformasi negara, karena pada dasarnya reformasi administrasi negara merupakan bagian yang sangat penting dalam pembangunan negara, antara lain: 96 a Reformasi administrasi negara meliputi reformasi prosedur yang bertujuan menyempurnakan sistem atau tatanan; reformasi teknik untuk menyempurnakan metoda dan reformasi program untuk menyempurnakan kinerja administrasi negara. b Reformasi administrasi negara terjadi karena perubahan dan modernisasi administrasi negara administrative change tidak berjalan sebagaimana mestinya sesuai tuntutan keadaan, karenanya diperlukan usaha yang sadar dan terencana untuk mengubah struktur dan prosedur birokrasi aspek reorganisasi kelembagaan, sikap, dan perilaku birokrat atau aspek prilaku atau kinerja, meningkatkan efektivitas organisasi aspek program, 95 Paulus Effendie Lotulung, Badan Pembinaan Hukum Nasional Departemen Kehakiman, Jakarta, 1997, hal 6 96 H. Amin Ibrahim, Pokok-Pokok Administrasi Publik dan Implementasinya, Penerbit PT Refika Aditama, Bandung, 2008, hal 13 Universitas Sumatera Utara sehingga dapat diciptakan administrasi negara yang sehat dan terciptanya tujuan pembangunan nasional. Perkembangan perundang-undangan umum, memungkinkan pembangunan dari hukum administrasi umum secara mantap. Memang perundang-undangan menuju selanjutnya pada pembuatan aturan-aturan dan yurisprudensi. Ilmu pengetahuan akan dapat lebih memusatkan diri secara khusus kepada perundang- undangan umum itu. 97 Ketiga taraf perkembangan hukum administarsi umum yang tadi diuraikan itu biasanya dalam kurun waktu dilihat secara berturut-turut, namun hal itu tidak selalu demikian. 98 Jika kita memberlakukan ajaran-tiga-taraf itu pada hukum administarsi umum di Indonesia, maka dapat dikatakan bahwa dengan dibentuknya peradilan administrasi negara maka telah mulai dilaksanakan taraf yang kedua. 99 Jadi, dapat disimpulkan bahwa istilah administrasi dapat diartikan dalam 2 dua arti yakni: 100 a Dalam Arti Sempit, bahwa istilah Administrasi berasal dari bahasa Belanda, yakni Administrasi, adalah: kegiatan pencatatan, penyimpanan, pengiriman dan reproduksi daripada surat-surat, data informasi, dokumen- dokumen dalam suatu kantor unit kerja atau instansi, berdasarkan sistem dan cara kerja tertentu. 97 Philipus M. Hadjon, Op.cit, hal 32 98 Ibid 99 Ibid 100 Victor, Op.cit Universitas Sumatera Utara b Dalam Arti Luas, bahwa istilah Administrasi yang berasal dari bahasa asing Inggris, yakni Administration, yang dalam arti harfiahnya ialah: - Memimpin, menguasai, mengendalikan, melaksanakan hukum, - Melayani mengatur kepentingan dengan berpedoman kepada peraturan hukum, sebagai kekuasaan pemerintah guna mengatur kepentingan umum atau Negara. Untuk dapat lebih memahami pengertian dari Hukum Administrasi Negara maka akan dijelaskan sedikit pengertiannya secara umum. Yang dimaksud dengan Hukum Administrasi Negara adalah sekumpulan peraturan yang mengatur hubungan antara administrasi negara dengan warga masyarakat, di mana administrasi negara diberi wewenang untuk melakukan tindakan hukumnya sebagai implementasi dari policy suatu pemerintahan. 101 Selain mengatur tentang landasan hukum bagi Keputusan Administrasi Negara, pemberian wewenang juga diperlukan agar setiap tindakan administrasi negara sudah diatur peruntukannya bagi administrasi negara yang berkompeten dibidangnya masing-masing. Hal ini agar jelas tugas dan wewenang setiap pejabat administrasi negara untuk mencegah kesimpangsiuran dan menghindari pejabat yang melampaui wewenangnya. Lebih jauh hal itu untuk melindungi masyarakat dari kesewenang-wenangan pejabat administrasi negara. 102 Dalam istilah Hukum Administrasi Negara, maka komponen yang utama adalah administrasi negara. Menurut Belinfante 1983, administrasi mengandung 101 Diana Halim Koentjoro, hukum administrasi negara, Penerbit Ghalia Indonesia, Ciawi, 2004, hal 4 102 Ibid, hal 6 Universitas Sumatera Utara arti yang sama dengan pemerintahan. Maka, hukum administrasi dapat disamakan dengan hukum tata pemerintahan. 103 Hukum Administrasi Negara juga dapat diartikan sebagai keseluruhan aturan hukum yang menentukan cara bagaimana negara sebagai penguasa menjalankan usaha-usaha untuk memenuhi tugas-tugas atau cara bagaimana penguasa seharusnya bertingkah laku dalam pelaksanaan tugas-tugasnya. 104 Bahkan UU No.5 Tahun 1986 Jo. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2004 tentang Peradilan Tata Usaha Negara Pasal 144 mengatakan bahwa “UU ini dapat disebut UU Peradilan Administrasi Negara”. Selanjutnya, dikatakan oleh Belinfante bahwa pemerintahan dapat disamakan dengan kekuasaan eksekutif. Hal ini berarti bahwa pemerintahan merupakan bagian dari badan perlengkapan dan fungsi pemerintahan yang bukan merupakan badan perlengkapan dan fungsi pembuat undang-undang legislatif dan bukan badan perlengkapan dan fungsi peradilan yudikatif. 105

B. Kaitan Hukum Administrasi Negara dengan Izin Penebangan Pohon