Klasifikasi Gangguan Pendengaran Etiologi Gangguan Pendengaran Tingkat Gangguan Pendengaran

yang biasa menyebabkan otomikosis juga dapat dihambat dengan signifikan oleh cerumen. Kemampuan anti mikroba ini dikarenakan adanya asam lemak tersaturasi lisozim dan khususnya pH yang relatif rendah pada cerumen. Roeser Roland, 1992.

2.2.5. Impacted Cerumen

Merupakan keadaan dimana cerumen yang mengumpul membentuk massa yang padat yang melekat pada dinding external auditory canal Dorland, 2002. Impacted cerumen dapat menimbulkan beberapa gejala seperti gatal, sakit, gangguan pendengaran dan tinnitus. Apabila impacted cerumen ini tidak ditangani maka akan menyebabkan ketulian, gangguan dalam bersosialisasi, kinerja yang tidak bagus dan paranoia ringan. Bannon, 2004. Pemeriksaan otoskopi harus dilakukan untuk memastikan bahwa yang menyumbat liang telinga adalah cerumen dan bukan benda asing lainnya. Untuk mengatasi impacted cerumen dapat dilakukan irigasi untuk melunakkan cerumen dengan menggunakan atau tidak menggunakan ceruminolytic. Ceruminolytic diberikan paling tidak satu jam sebelum dilakukan pembersihan liang telinga, tetapi lebih baik apabila digunakan beberapa kali dalam sehari sebelum pembersihan liang telinga. Semakin keras dan kering, maka cerumen akan membutuhkan waktu lebih lama untuk melunak. Sedangkan semakin lunak, maka cerumen akan lebih mudah untuk dibersihkan. Wyk,2012. Untuk menurunkan resiko terjadinya perforasi membran timpani dapat digunakan ear irrigator tip yang mencegah air mengenai membran timpani. McCarter,dkk., 2007.

2.3. Gangguan Pendengaran Hearing loss

2.3.1. Klasifikasi Gangguan Pendengaran

Gangguan pendengsrsan dapat diklasifiksasikan menjadi: a. Tuli Konduktif. Pada tuli konduktif, ambang batas thresholds hantaran tulang dalam batas normal tetapi ambang batas thresholds hantaran udara lebih rendah paling tidak 10dB dibandingkan ambang batas thresholds normal. Kutz, 2012. Pada tuli konduktif terdapat gangguan hantaran suara, disebabkan oleh kelainan atau penyakit di telinga luar atau telinga tengah. Hal tersebut menurunkan tingkat intensitas gelombang suara untuk mencapai cochlea, tapi hal ini tidak mempengaruhi hantaran tulang. Contoh hal-hal yang dapat menyebabkan tuli konduktif yaitu cerumen atau benda asing, infeksi telinga tengah, perforasi membrane timpani,dll. Kutz,2012; b. Tuli Sensorineural. Pada tuli sensorineural, ambang batas hantaran tulang dan udara masing-masing 10-25dB. Dan kelainannya terdapat pada nervus VIII atau di pusat pendengaran karena telinga luar dan dalam tidak mengurangi gelombang suara yang masuk. Bersifat permanen. Kutz,2012; dan c. Tuli campuran, merupakan kombinasi tuli konduktif dan tuli sensorineural. Antonelli,2002.

2.3.2. Etiologi Gangguan Pendengaran

Etiologi gangguan pendengaran diklasifikasikan menjadi: a. Tuli Konduktif. Beberapa penyebab tuli konduktif adalah abnormalitas telinga luar atau tengah, adanya cairan di telinga tengah dan akumulasi cerumen di external auditory canal; b. Tuli Sensorineural. Biasanya bersifat herediter dan disebabkan oleh kelainan sel rambut yang berada di telinga dalam yang berfungsi untuk mengubah getaran suara menjadi implus yang akan dihantarkan ke otak. Parmet, 2007; dan c. Tuli Campuran, yang merupakan suatu penyakit, misalnya: radang telinga tengah dengan komplikasi ke telinga dalam atau merupakan dua penyakit berlainan, misalnya tumor nervus VIII tuli sensorineural dengan radang telinga tengah tuli konduktif. Antonelli,2002

2.3.3. Tingkat Gangguan Pendengaran

Gangguan pendengaran dapat dibagi atas beberapa tingkatan sebagai berikut: a. Normal 0-25 dB; b. Mild 26-40 dB dapat menyebabkan susah berkonsentrasi dan meningkatkan usaha untuk mendengar. Pasien akan sulit untuk suara dengan frekuensi rendah. Anak-anak akan menjadi lelah setelah mendengar dalam jangka waktu lama; c. Moderate 41-55 dB dapat mempengaruhi perkembangan berbahasa, pola pikir dan bicara, interaksi dengan sesama dan harga diri. Pasien dengan tingkat gangguan pendengaran ini sulit dalam memahami dan mendengar percakapan; d. Moderate-Severe 56-70 dB dapat menyebabkan kesulitan dalam berbicara dan menurunnya tingkat intelegensi dalam berbicara. Pasien dengan tingkat gangguan pendengaran ini tidak dapat mendengarkan sebagian besar tingkat percakapan; e. Severe 71-90 dB dapat mempengaruhi kualitas suara; dan f. Profound 90 dB, pasien dengan tingkat gangguan pendengaran ini menjadi semakin sulit untuk berbicara dan berbahasa Kutz, 2012.

2.3.4. Diagnosa Gangguan Pendengaran