BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Telinga mempunyai peran yang sangat besar dalam kehidupan sehari- hari. Dengan mendengar, kita dapat menyerap 20 dari informasi yang
disampaikan daripada membacanya yang hanya dapat menyerap informasi sebanyak 10. Hambuako, 2010.
Di dunia, menurut perkiraan WHO pada tahun 2000 terdapat 250 juta orang menderita gangguan pendengaran, 75-140 juta diantaranya terdapat di Asia
Tenggara. Gangguan pendengaran dan ketulian saat ini juga menjadi salah satu masalah yang dihadapi oleh masyarakat Indonesia. Dari hasil WHO Multi Center
Study pada tahun 1998, Indonesia termasuk empat negara di Asia Tenggara dengan prevalensi gangguan pendengaran yang cukup tinggi 4,6, tiga negara
lainnya adalah Sri Lanka 8,8, Myanmar 8,4, dan India 6,3. Soetjipto, 2007.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Survei Kesehatan Indera Penglihatan dan Pendengaran 1994-1996, prevalensi ketulian 0,4 paling tinggi
usia 7-18 tahun, gangguan pendengaran 16,8. Soetjipto, 2008.
Selain itu, masalah lain yang perlu didapat adalah sumbatan kotoran telinga cerumen prop yang banyak ditemukan pada anak-anak usia sekolah.
Adanya sumbatan cerumen ini,dapat mengakibatkan gangguan pendengaran sehingga mengganggu kemampuan mendengar anak. Hasil survei cepat yang
dilakukan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Telinga Hidung Tenggorok-Bedah Kepala dan Leher Indonesia PERHATI-KL dan Departemen Mata FKUI di
beberapa sekolah di enam kota di Indonesia, diketahui prevalensi cerumen prop pada anak sekolah cukup tinggi yaitu antara 30-50. Depkes, 2010.
Peranan kemampuan mendengarkan yang baik dalam berbagai kehidupan nyata sangat pandai. Kepandaian mendengarkan penting sekali
peranannya dalam kehidupan manusia. Dalam lapangan apapun kita bekerja dan perbuatan kita sehari-hari akan lebih banyak ditentukan oleh apa yang kita dengar
daripada yang kita lihat dan kita rasakan. Peranan kemampuan mendengarkan yang efektif dalam pendidikan pun sangat penting. Dalam proses pembelajaran
mata pelajaran apapun akan terjadi komunikasi antara guru dengan siswa atau antara siswa dengan siswa. Selama proses komunikasi berlangsung baik siswa
maupun guru akan menggunakan kemampuan mendengarkan dengan sebaik- baiknya. Siswa harus dapat menangkap dan memahami dengan benar informasi
yang disampaikan oleh guru atau siswa lainnya. Siswa yang tidak memiliki kemampuan mendengarkan yang efektif akan salah memahami atau menafsirkan
informasi tersebut. Burhan,1971.
Dalam perkembangan sosial serta pendidikan anak usia SD, kelompok dan permainan anak memegang peranan penting. Menurut Hurlock, ada beberapa
pola perilaku dalam situasi sosial pada awal masa anak-anak yaitu kerjasama, kemurahan hati,persaingan, hasrat akan penerimaan sosial, simpati dan empati.
Anak usia 5-12 tahun disebut juga periode intelektual, karena merupakan tahap anak menggunakan sebagian waktunya untuk mengembangkan kemampuan
intelektualnya. Sekolah juga memegang peranan penting dalam perkembangan anak selain keluarga, dengan alasan bahwa anak-anak lebih banyak menghabiskan
waktunya di sekolah.
Upaya yang dapat dilakukan untuk mengatasi gangguan pendengaran di Indonesia yaitu dilakukan upaya promotif dan preventif. Dengan cara memberikan
informasi kepada orangtua agar dapat mencegah terjadinya gangguan pendengaran pada anak.
Berdasarkan hal-hal di atas, tampaknya ada hubungan antara penyumbatan disebabkan penumpukan cerumen dengan kemampuan mendengar pada anak usia
9-12 tahun, karena merupakan angka kejadian yang sangat tinggi. Karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai hubungan antara dua hal
tersebut. Adapun tempat yang dipilih penulis untuk melakukan penelitian adalah Sekolah Dasar Yayasan Washliyani, Sekolah Dasar Negeri 064005, Sekolah
Dasar Yayasan St. Yoseph I dan Sekolah Dasar Negeri 060902. Penulis memilih sekolah tersebut karena dianggap mewakili sekolah dasar yang berada di kota
Medan dan dipinggir kota Medan.
1.2. Rumusan Masalah