Pijat Bayi Oleh Pemijat Bayi Tradisional di Kecamatan Medan Area Tahun 2014

(1)

TAHUN 2014

SKRIPSI

Oleh:

101000024

ADELIA BASTIAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

2014


(2)

PIJAT BAYI OLEH PEMIJAT BAYI TRADISIONAL DI KECAMATAN MEDAN AREA

TAHUN 2014

SKRIPSI

Diajukan Sebagai Salah Satu syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

101000024

ADELIA BASTIAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2014


(3)

(4)

ABSTRAK

Patut diakui bahwa teknologi kedokteran yang ada saat ini belum sepenuhnya mampu mengatasi setiap masalah kesehatan, terlebih dengan semakin beranekaragamnya penyakit dan faktor-faktor yang menimbulkannya, belum lagi penyakit justru diketahui sebagai dampak kemajuan di bidang deteksi penyakit, seperti penyakit genetik, keganasan dan lain sebagainya. Dengan kesadaran ini mau tidak mau dunia kedokteran tidak bisa menutup mata dengan kemajuan pengobatan tanpa ilmu dan teknologi kedokteran, walaupun terkadang ada metode yang terlihat tidak rasional termasuk pijat kepada bayi (Lubis, 1995).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku pijat bayi yang dilakukan pemijat bayi tradisional di Kecamatan Medan Area tahun 2014. yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara

mendalam (indepth interview). Jumlah informan penelitian sebanyak 5

orang yang dipilih berdasarkan asas kesesuaian dan kecukupan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengetahuan pemijat bayi terhadap cara pemijatan lebih banyak mengikuti dari keturunan, tujuan pemijatan lebih mengarah kepada pengobatan ini dapat dilihat bahwa 3 orang informan mengatakan pijat bayi mempunyai tujuan untuk menurunkan demam pada bayi, 1 informan mengatakan untuk melihat pertumbuhan tulang pada bayi, 1 orang informan mengatakan tujuan untuk pengobatan untuk memperbaiki urat-urat di leher pasca persalinan.

Kepada petugas Kecamatan Medan Area untuk membentuk komunitas pemijat bayi tradisional, dan bekerja sama dengan puskesmas untuk memberikan informasi kepada pemijat bayi tentang kesehatan ibu dan anak. Dengan terbentuknya komunitas dapat mengakomodir kegiatan yang dilakukan pemijat bayi untuk pemberdayaan masyarakat.


(5)

ABSTARCT

It should be admitted that the medical technology that exists today is not fully able to overcome any health problems, especially with the more great variety of diseases and the factors that caused, not to mention the diseases would be known as the impact of progress in the field of detection of the disease, such as genetic diseases, malignancies, etc. . With this awareness inevitably medical world can not turn a blind eye to the progress of science and technology of treatment without medicine, although sometimes there is a method that looks irrational including baby massage (Lopez, 1995).

The purpose of this study was to determine the behavior of baby massage baby masseuse who performed traditional district of Medan Area in 2014 that uses a qualitative approach with in-depth interviews (depth interview). The amount of research informants by 5 people who are selected based on the principle of suitability and adequacy.

The results showed that the knowledge of baby massage to the way message is more to follow from descendants, the purpose of massage is more directed to the treatment. it can be seen that 3 informants said that baby massage has purpose to reduce fever in infants, one informant told to see baby's bone growth, 1 person informant said the aim of the treatment to improve the veins in the neck after delivery.

To the district of Medan Area officers to form a community of traditional baby masseuse, and works closely with health centers to give information to the baby masseuse about mother and child health. With the formation of the community can accommodate a baby masseuse activities for community empowerment.

Key words: Baby Massage, Baby Massage Tradisional , Health Centers, Community.


(6)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Adelia Bastian

Tempat/ Tanggal Lahir : Medan/ 11 Agustus 1992

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah

Nama Orang Tua

Ayah : Irwan Bastian

Ibu : Azizah

Anak ke : 1 dari 3 orang bersaudara

Alamat Rumah : Jalan Puri Gang Sekolah No. 21 A Medan

Riwayat Pendidikan :

1. Tahun 1998-2004 : SD Negeri 060814

2. Tahun 2004-2007 : SMP Swasta Al-Ulum

3. Tahun 2007-2010 : SMA Swasta Prayatna

4. Tahun 2010-2015 : Fakultas Kesehatan Masyarakat USU

Riwayat Organisasi :

1. Tahun 2011 : Anggota PHBI UKMI FKM USU

2. Tahun 2011 : Biro Buletin HMI FKM USU

3. Tahun 2011 : Departemen Pembinaan Anggota HMI FKM USU

4. Tahun 2012 : Wakil Bendahara Umum HMI FKM USU

5. Tahun 2012 : Ketua Umum HMI FKM USU


(7)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Pijat Bayi Oleh Pemijat Bayi Tradisional di Kecamatan Medan Area Tahun 2014”.

Penulis menyadari bahwa apa yang disajikan dalam skripsi masih terdapat kekurangan yang harus diperbaiki. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih

kepada Ibu Dra.Syarifah, MS dan Drs. Tukiman, MKM selaku dosen

pembimbing yang telah meluangkan waktu dan pemikirannya dengan keikhlasan untuk memberikan bimbingan dan masukan kepada penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan dari berbagai pihak, untuk itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, MS selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Bapak Bapak Drs. Tukiman, MKM selaku Ketua Departemen Pendidikan

Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

3. Bapak Drs. Eddy Syahrial, MS selaku Dosen Pembimbing Akademik.

4. Bapak Drs. Eddy Syahrial dan dr. Taufik Ashar, MKM selaku dosen penguji

yang telah banyak memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan skripsi ini.

5. Bapak Drs. Hasan Basri, MM selaku Kepala Badan penelitian dan

pengembangan Kota Medan.

6. Bapak M. Ali Sipahutar. S. STP, M.AP selaku Plt Camat Medan Area.

7. Seluruh pihak yang menjadi Informan dalam penelitian ini yang telah

memberikan informasi kepada penulis selama melaksanakan penelitian.

8. Yang teristimewa untuk Ayahanda Irwan Bastian dan Ibunda Azizah yang


(8)

penulis,dan untuk Adik-adik tercinta Alulia dan Izzul yang senantiasa mendoakan, mendukung dan mengingatkan penulis untuk menyelaesaikan skripsi ini, untuk adek Aulia semoga tetap diberikan Allah Kesabaran.

9. Termakasih untuk seluruh keluarga Besar Bastian( bu Emi, om Bobi, om

Bayu, bu Tina, om Deni) yang telah memberikan dukungan yang luar biasa,

untuk nenek Nurtian dan Alm bustami terimaksih untuk nasihat yang tiada

letih di sampaikan dan masih diingat sampai sekarang.

10.Pak Warsito selaku staf administrasi Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku.

11.Untuk sahabat-sahabat unyuk-unyukku ( Riri Astika Indriani, Skm, Tasya

Arida Wijaya, Skm, Atika Syahfitri, Cskm, Tengku Miranda Rizky, Cskm) terima kasih untuk semua bantuan, motivasi dan kebersamaannya.

12.Teman-teman yang selalu mengingatkan Haikal, Habib, Agus, Nanda, Aidil

dan teman yang udah bantu di hari akhir membantu penulis untuk mencari buku bg Joni.

13.Teman-teman peminatan PKIP 2010 (Dewi Sarah, Asnija Sinambela, Effi

Janiarti, kak Eka Yuni P., Lidya Situmorang, Ahmad Tufik, Jev Boris, Ros, Wanda dan kak feby ) terima kasih banyak untuk semangat yang kalian berikan.

14.Sahabat SMP Al-ulum (Rafiqoh, Rahma, Siti) yang telah membantu penulis

dalam penelitian, yang tetap mengingatkan penulis untuk tetap semangat. Untuk kak novi makasih untuk semangatnya yang tetap mengingatkan penulis untuk menyelasikan penelitian ini.

15.Untuk semua Anggota dan Pengurus HMI Komisariat FKM USU yang telah

memberikan ilmu yang luar biasa selama penulis berorganisasi.

16.Terimakasih untuk proses belajar bersama di HMI komisariat FKM USU (Siti, Ecy, Magda, Mamad, Roni, Fandi, Ziad, Vya, Debi, Haris, Widnaz, Dwi, Lindra, Utet, Mansur) Terimakasih untuk selalu mengingatkan penulis kapan tamat.


(9)

17.Untuk semua pihak yang telah banyak membantu yang tidak dapat disebutkan satu persatu, penulis mengucapkan banyak terima kasih atas dukungan, kerja sama dan do’anya.

Akhir kata semoga Allah SWT senantiasa melimpahkan karuniaNya kepada kita semua dan semoga tulisan ini bermanfaat bagi semua pihak.

Medan, Februari 2015 Penulis,


(10)

DAFTAR ISI

Halaman Pengesahan ... i

Abstrak ... ii

Abstract ... iii

Daftar Riwayat Hidup ... iv

Kata Pengantar ... v

Daftar Isi ... viii

Daftar Tabel ... xi

BAB I PENDAHULUAN 1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 5

1.3Tujuan Penelitian ... 6

1.3.1 Tujuan Umum ... 6

1.3.2 Tujuan Khusus ... 6

1.4Manfaat Penelitian ... 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1Perilaku Kesehatan ... 8

2.1.1 Pengetahuan ... 13

2.1.2 Sikap ... 17

2.1.3Tindakan ... 21

2.2 Teori Mengenai Perilaku ... 22

1. Teori Lawrence Green ... 22

2.Teori Snehandu B. Kar ... 23

3. Teori WHO ... 23

4.Teori Behavior Intention ... 25

2.4 Pijat Bayi ... 25


(11)

2. Sejarah Pijat Bayi ... 26

3. Perbedaan Antara Pijat bayi Tradisional dan Modern ... 28

4. Manfaat Pijat Bayi ... 29

5.Frekuensi Pijat Bayi ... 30

6.Hal-hal yang Harus Diperhatikan Dalam Pijat Bayi... 31

7. Hal-hal yang Dibolehkan ... 33

8. Hal yang Harus Dilakukan ... 33

9. Efek Samping Pemijatan ... 34

10. Pedoman Pijat Bayi ... 35

2.5 Kerangka Pikir ... 51

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 52

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 52

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 52

3.2.2 Waktu Penelitian ... 52

3.3 Pemilihan Informan ... 52

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 54

3.5 Defenisi Istilah ... 54

3.9 Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 55

BAB IV HASIL PENELITIAN 4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 56

4.2 Karakteristik Informan ... 58

4.3 Prosesmenjadi Pemijat Bayi ... 58

4.4 Tujuan Pijat bayi ... 61

4.5 Hal-hal Yang Dilakukan Sebelum Memijat Bayi ... 64


(12)

4.7 Bahan Yang Digunakan Untuk Pijat Bayi ... 68

4.8 Usia Yang Tepat Untuk Memijat Bayi ... 69

4.9 Hal Yang Boleh Dilakukan Dalam Pijat Bayi ... 70

4.10 Pemijatan Dilanjutkan Ketika Bayi Menanggis ... 71

4.11 Efek Samping Pemijatan ... 72

4.12 Perbedaan Pijat Bayi Normal dan Premature ... 72

4.13 Pelatihan Yang Dibuat Oleh Puskesmas ... 73

4.14 Bagian Tubuh Yang Sering Dipijat ... 74

4.15 Lama Waktu Pemijatan ... 75

4.16 Waktu Yang Tepat Untuk Pemijatan ... 76

4.17 Memakai Perhiasan Saat Memijat ... 76

4.18 Kebiasaan Yang Dilakukan Saat Pijat Bayi ... 77

4.19 Bayi Setelah Pijat Boleh Dimandikan ... 78

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Kareteristik Informan ... 80

1. Umur ... 80

2.Pendidikan ... 81

3. Lama Tugas ... 81

5.2 ProsesMenjadi Pemijat Bayi ... 81

1. Pertama Mulai Memijat Bayi ... 83

5.3 Tujuan Pijat Bayi ... 84

5.4 Hal-hal Yang Dilakukan Sebelum Memijat Bayi ... 90

5.5 Cara Pijat Bayi ... 92

5.6 Bahan Yang Digunakan Untuk Pijat Bayi ... 96


(13)

5.8 Hal Yang Boleh Dilakukan Dalam Pijat Bayi ... 99

5.9 Bayi Menanggis Pemijatan Dilanjutkan ... 100

5.10 Efek Samping Pemijatan ... 102

5.11 Perbedaan Pijat Bayi Normal dan Premature ... 103

5.12 Pelatiahn Yang Dibuat Oleh Puskesmas ... 105

5.13 Bagian Tubuh Yang Sering Dipijat ... 106

5.14 Lama Waktu Pemijatan ... 107

5.15 Waktu Yang Tepat Untuk Pemijatan ... 107

5.16 Memakai Perhiasan Saat Memijat ... 109

5.17 Kebiasaan Yang Dilakukan Saat Pijat Bayi ... 110

5.18 Setelah Pemijatan Apakah Bayi Boleh Dimandikan ... 112

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 112

6.2 Saran ... 113

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Pedoman Wawancara

Lampiran 2 : Surat Izin penelitian di Kecamatan Medan Area Lampiran 3 : Surat Izin penelitian dari kantor wali kota

Lampiran 4 : Surat Keterangan Telah Selesai Penelitian di Kecamatan Medan Area


(14)

DAFTAR MATRIX

Matrix 4.1 Karakteristik Informan ... 58

Matrix 4.2 Proses menjadi pemijat bayi ... 59

Matrix 4.3 Tujuan Pijat bayi pengobatan ... 61

Matrix 4.4 Tujuan Pijat bayi pencegahan ... 62

Matrix 4.5 Tujuan Pijat bayi refleksi ... 63

Matrix 4.6 Hal-hal yang dilakukan sebelum memijat bayi ... 64

Matrix 4.7 Cara pijat bayi ... 65

Matrix 4.8 bagian yang boleh dipijat ... 66

Matrix 4.9 Bagian yang tidak boleh dipijat ……… ... 67

Matrix 4.10 Bahan yang digunakan ………... 68

Matrix 4.11 Usia Yang Tepat ……… ... 69

Matrix 4.12 HalYang Boleh Dilakukan ………... 70

Matrix 4.13 Pemijatan dilanjutkan bayi menanggis ……… ... 71

Matrix 4.10 Efek Samping Pemijatan ……… ... 72

Matrix 4.15 Perbedaan Pijat bayi normal dan premature ……… ... 73

Matrix 4.16 Pelatihan yang dibuat puskesmas ………. ... 74

Matrix 4.17 Bagian tubuh yang sering dipijat ………. ... 74

Matrix 4.18 Lama waktu pemijatan ………... 75

Matrix 4.19 Waktu yang tepat untuk pemijatan ……… ... 76

Matrix 4.20 Memakai perhiasan saat memijat bayi ………... 77

Matrix 4.21 Kebiasan Yang dilakukan ……… ... 77


(15)

ABSTRAK

Patut diakui bahwa teknologi kedokteran yang ada saat ini belum sepenuhnya mampu mengatasi setiap masalah kesehatan, terlebih dengan semakin beranekaragamnya penyakit dan faktor-faktor yang menimbulkannya, belum lagi penyakit justru diketahui sebagai dampak kemajuan di bidang deteksi penyakit, seperti penyakit genetik, keganasan dan lain sebagainya. Dengan kesadaran ini mau tidak mau dunia kedokteran tidak bisa menutup mata dengan kemajuan pengobatan tanpa ilmu dan teknologi kedokteran, walaupun terkadang ada metode yang terlihat tidak rasional termasuk pijat kepada bayi (Lubis, 1995).

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku pijat bayi yang dilakukan pemijat bayi tradisional di Kecamatan Medan Area tahun 2014. yang menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode wawancara

mendalam (indepth interview). Jumlah informan penelitian sebanyak 5

orang yang dipilih berdasarkan asas kesesuaian dan kecukupan.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pengetahuan pemijat bayi terhadap cara pemijatan lebih banyak mengikuti dari keturunan, tujuan pemijatan lebih mengarah kepada pengobatan ini dapat dilihat bahwa 3 orang informan mengatakan pijat bayi mempunyai tujuan untuk menurunkan demam pada bayi, 1 informan mengatakan untuk melihat pertumbuhan tulang pada bayi, 1 orang informan mengatakan tujuan untuk pengobatan untuk memperbaiki urat-urat di leher pasca persalinan.

Kepada petugas Kecamatan Medan Area untuk membentuk komunitas pemijat bayi tradisional, dan bekerja sama dengan puskesmas untuk memberikan informasi kepada pemijat bayi tentang kesehatan ibu dan anak. Dengan terbentuknya komunitas dapat mengakomodir kegiatan yang dilakukan pemijat bayi untuk pemberdayaan masyarakat.


(16)

ABSTARCT

It should be admitted that the medical technology that exists today is not fully able to overcome any health problems, especially with the more great variety of diseases and the factors that caused, not to mention the diseases would be known as the impact of progress in the field of detection of the disease, such as genetic diseases, malignancies, etc. . With this awareness inevitably medical world can not turn a blind eye to the progress of science and technology of treatment without medicine, although sometimes there is a method that looks irrational including baby massage (Lopez, 1995).

The purpose of this study was to determine the behavior of baby massage baby masseuse who performed traditional district of Medan Area in 2014 that uses a qualitative approach with in-depth interviews (depth interview). The amount of research informants by 5 people who are selected based on the principle of suitability and adequacy.

The results showed that the knowledge of baby massage to the way message is more to follow from descendants, the purpose of massage is more directed to the treatment. it can be seen that 3 informants said that baby massage has purpose to reduce fever in infants, one informant told to see baby's bone growth, 1 person informant said the aim of the treatment to improve the veins in the neck after delivery.

To the district of Medan Area officers to form a community of traditional baby masseuse, and works closely with health centers to give information to the baby masseuse about mother and child health. With the formation of the community can accommodate a baby masseuse activities for community empowerment.

Key words: Baby Massage, Baby Massage Tradisional , Health Centers, Community.


(17)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Patut diakui bahwa teknologi kedokteran yang ada saat ini belum sepenuhnya mampu mengatasi setiap masalah kesehatan, terlebih dengan semakin beranekaragamnya penyakit dan faktor-faktor yang menimbulkannya, belum lagi penyakit justru diketahui sebagai dampak kemajuan di bidang deteksi penyakit, seperti penyakit genetik, keganasan dan lain sebagainya. Dengan kesadaran ini mau tidak mau dunia kedokteran tidak bisa menutup mata dengan kemajuan pengobatan tanpa ilmu dan teknologi kedokteran, walaupun terkadang ada metode yang terlihat tidak rasional termasuk pijat kepada bayi (Lubis, 1995).

Bayi merupakan makhluk lemah dan sensitif yang memerlukan perawatan secara menyeluruh dan penuh dengan kasih sayang untuk memberikan rasa aman dan nyaman pada bayi. Pada umumnya bayi mudah terserang penyakit karena bayi belum mampu/belum memiliki daya tahan tubuh yang baik/kuat, oleh sebab itu orangtua harus berpartisipasi dalam merawat bayi sebelum sakit dan ketika sakit. Bila terdapat tanda bayi sakit maka segera orang tua mengambil kebijakan untuk membawa bayinya ke fasilitas kesehatan, untuk menghindari keparahan dari penyakit yang dialami bayi maka beberapa orangtua memilih untuk melakukan pengobatan dengan pijat bayi.

Pijat bayi merupakan salah satu bentuk pengobatan tradisional terapi sentuh tertua yang dikenal manusia dan yang paling populer.


(18)

Dengan kata lain pijat bayi adalah seni perawatan di bidang kesehatan dan pengobatan tradisional yang dipraktekkan sejak berabad-abad silam (Indah, 2010).

Pijat bayi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari kehidupan manusia di Cina. Masyarakat Cina modern telah lebih dulu mengenal pijat bayi modern. Namun, negara-negara di daratan Asia lain yang telah lama mengenal pijat bayi sebagai seni dan terapi adalah Mesir kuno dan India (Surbakti ,2008).

Perkembangan pijat bayi khususnya di India, pijat bayi menjadi bagian tradisi dalam perawatan keseharian. Para ibu mempelajari teknik pemijatan dari ibu mertua. Terkadang, pijatan mulai dilakukan pada hari pertama bayi baru lahir, tapi biasanya saat bayi berumur lima hari, yaitu saat tali pusar sudah lepas dan dilanjutkan hingga si anak bisa berjalan.

Di Indonesia, pijat merupakan metode penyembuhan tradisional yang sangat akrab bagi masyarakat. Namun, pijat tradisional ini tidak diimbangi dengan penjelasan ilmiah dan manfaatnya. Pijat tradisional hanya diyakini dengan sugesti, pijat bayi yang dimasyarakatkan di Indonesia tepatnya diperkotaan ini dapat dimulai dari promotor kesehatan ataupun bidan. Di kota-kota besar pada umumnya pijat bayi telah menjadi kebiasaan bagi ibu modern karena kebanyakan dari mereka melakukan proses persalinan dan kelahiran di rumah sakit. Rumah sakit inilah yang biasanya memperkenalkan pijat bayi kepada pasiennya sebagai terapi sehat dan bermanfaat. Beda halnya kita temukan di pedesaan, pijat bayi yang


(19)

dilakukan oleh dukun pijat dengan ilmu yang turun-temurun hanya ditujukan untuk menyembuhkan penyakit (Surbakti , 2008).

Menurut Sari (2004) dalam Prasetyono (2009) di Indonesia pelaksanaan pijat bayi di masyarakat desa masih dipegang oleh dukun bayi. Selama ini pemijatan tidak hanya dilakukan bila bayi sehat, tetapi juga pada bayi sakit atau rewel dan sudah menjadi rutinitas perawatan bayi setelah lahir.

Sentuhan dan pijatan pada bayi segera setelah kelahiran merupakan kontak tubuh kelanjutan yang diperlukan bayi untuk mempertahankan rasa aman. Sentuhan dan pandangan dengan penuh kasih sayang yang ibu berikan kepada buah hati melalui pijatan akan direspon oleh bayi sebagai bentuk perlindungan, perhatian dan ungkapan cinta kepada bayi, sehingga akan menguatkan hubungan ibu dengan anaknya dan mengalirkan kekuatan jalinan kasih antara keduanya (Roesli, 2001).

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 900/MENKES/SK/VII/2002 tentang Registrasi dan Praktek Bidan menyebutkan bahwa bidan berwenang memantau tumbuh kembang bayi melalui deteksi dini dan stimulasi tumbuh kembang. Salah satu bentuk stimulasi yang selama ini dilakukan oleh masyarakat adalah pijat bayi. Penelitian Dasuko (2003) dalam buku Prasetyono (2009) tentang pengaruh pijat bayi terhadap kenaikan berat badan bayi memperoleh hasil bahwa pada kelompok kontrol kenaikan berat badan sebesar 6,16%, sedangkan pada kelompok yang dipijat 9,44%.


(20)

Sentuhan dan pijatan pada bayi segera setelah kelahiran merupakan kontak tubuh kelanjutan yang diperlukan bayi untuk mempertahankan rasa aman. Sentuhan dan pandangan dengan penuh kasih sayang yang ibu berikan kepada buah hati melalui pijatan akan direspon oleh bayi sebagai bentuk perlindungan, perhatian dan ungkapan cinta kepada bayi, sehingga akan menguatkan hubungan ibu dengan anaknya dan mengalirkan kekuatan jalinan kasih antara keduanya (Roesli, 2001).

Hasil pengamatan sementara peneliti, bahwa di daerah Kecamatan Medan Area yang letak geografisnya dekat dengan pusat kota Medan masih banyak juga yang memanfaatkan pemijat tradisional baik itu untuk bayi dan ibu hamil. Padahal sangat banyak pengobatan medis modern yang sudah menyediakan jasa pijat bayi namun orang tua lebih memilih kepada pemijat bayi tradisonal dengan alasan bahwa pemijat bayi tradisonal lebih memiliki pengalaman dari pada bidan yang sudah mengikuti pelatihan, dan ini dipilih turun temurun oleh ibu mertua dan ibu kandungnya.

Daerah Kecamatan Medan Area juga sangat mudah untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan. Peneliti pernah melakukan survey pendahuluan kepada salah seorang pemijat, dia mengatakan merasa lebih berpengalaman dibandingkan bidan di karenakan mereka sudah melakukan aktifitas memijat 32 tahun sedangkan bidan yang ada baru tamat atau lebih muda usianya. Juga mengutarakan bahwa mereka tidak melihat aturan-aturan yang telah di buat oleh menteri kesehatan tentang


(21)

cara pijat yang benar karena merasa mereka lebih paham untuk pijat bayi tersebut. Seperti pemilihan minyak pijat untuk bayi ada beberapa pemijat tradisonal yang menyediakan dan minyak tersebut tidak sesuai dengan peraturan menteri kesehatan dan ada pemahaman yang salah bahwa pemijat bayi mengatakan kalau anaknya di pijat dan nangis berarti ada bagian tubuh mereka yang sakit, dan biasanya bayi dipijat ketika merasa sakit. Pemahaman mereka tentang bagaimana cara memijat hanya dari faktor pengalaman memijat bayi, salah satu pemijat bayi yang saya tanyakan sudah hampir 32 tahun memijat bayi dan dia dahulu di ajarkan oleh ayahnya dan pengalaman memijat.

Pijat bayi yang dilakukan oleh orang yang tidak professional bisa menyebabkan pendarahan organ di dalam tubuh, dan bahan-bahan yang digunakan juga harus dijamin aman agar tidak terjadi iritasi oleh kulit. Sementara pijat bayi tradisional masih menggunakan minyak yang tidak aman untuk kulit bayi.

Berdasarkan dari hal tersebut peneliti merasa perlu untuk meneliti tentang perilaku dari pemijat bayi tradisional tersebut, untuk mengetahui apakah benar pijat bayi yang dilakukan oleh pemijat bayi tradisional tersebut dengan sarana informasi yang banyak di Kecamatan Medan Area dan pelatihan yang di buat oleh puskesmas.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang sudah di jelaskan di atas, dapat di rumuskan yang menjadi masalah dalam penelitian ini adalah apa saja yang


(22)

dilakukan oleh pemijat bayi tardisional dalam pemijatan bayi di Kecamatan Medan Area.

1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perilaku pijat bayi yang dilakukan pemijat bayi tradisional di Kecamatan Medan Area Tahun 2014.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui teknik atau cara–cara yang dilakukan pemijat bayi

tradisional dalam memijat bayi.

2. Untuk mengetahui bahan-bahan yang digunakan dalam pemijatan pada

bayi.

3. Untuk mengetahui tujuan pemijatan bayi meliputi pengobatan, pencegahan

atau refleksi pada bayi.

4. Untuk mengetahui praktek yang dilakukan pemijat bayi tradisional untuk

peningkatan kesehatan bayi.

5. Untuk mengetahui faktor-faktor yang melatar belakangi pemijat bayi

dalam melakukan pijat bayi tradisional. 1.4 Manfaat Penelitian

1. Untuk memberikan informasi tentang pijat bayi oleh pemijat bayi

tradisional dalam hal pijat bayi di Kecamatan Medan Area Tahun 2014.

2. Sebagai bahan masukan untuk Puskesmas Medan Area untuk melakukan

berbagai kegiatan mengenai pemberian informasi untuk pijat bayi di Kecamatan Medan Area tahun 2014.


(23)

3. Sebagai bahan masukan untuk Kecamatan Medan Area untuk dapat membuatkan aktifitas atau komunitas bagi para pemijat bayi sehingga dapat mempermudah pengembangan pemberdayaan masyarakat.

4. Hasil penelitian ini juga di harapkan dapat bermanfaat untuk di jadikan referensi oleh berbagai pihak untuk melanjutkan penelitian ini.

5. Peneliti dapat mengaplikasikan ilmu yang telah di dapat di bangku


(24)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2. 1 Perilaku Kesehatan

Dari segi biologis, perilaku adalah salah satu kegiatan atau aktivitas organisme (makhluk hidup) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berprilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain : berjalan, berbicara, menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian ini dapat di simpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

Skinner (1938) seorang alhi psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori skinner ini di sebut “S-O-R” atau stimulus-organisme-respons. Skinner membedakan adanya dua respons.

1. Respondent respons atau reflexive, yakni respons yang di timbulkan oleh rangsangan-rangsangan (stimulus) tertentu. Stimulus semacam ini disebut eliciting stimulation karena menimbulkn respons-respons yang relative tetap, Misalnya : makanan yang lezat menimbulkan keinginan untuk makan, cahaya terang menyebabkan mata tertutup, dan sebagainya. Responden respons ini juga mencakup perilaku emosional, misalnya


(25)

mendengar berita musibah menjadi sedih atau menagis, lulus ujian meluapkan kegembiraannya dengan mengadakan pesta dan sebagainya.

2. Operant respons atau instrumental respons, yakni repons yang timbul dan berkembang kemudin diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforce, karena memperkuat respons. Misalnya apabila seseorang petugas kesehatn melaksanakan tugasnya dengan baik (respons terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.

Dilihat dari bentuk respons terhadap stimulus ini, maka perilaku dapat dibedakan menjadi dua.

1. Perilaku Tertutup (Covert Behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk terselubung atau tertutup (covert). Respons atau reaksi terhadap stimulus ini masih terbatas pada perhatian, persepsi, pengetahuan/kesadaran, dan sikap yang terjadi pada orang yang menerima stimulus tersebut, dan belum dapat diamati secarajelas oleh orang lain. Oleh sebab itu disebut covert behavior atau unobservable behavior, misalnya : seorang ibu hamil tahu pentingnya periksa kehamilan, seorang pemuda tahu bahwa HIV/AIDS dapat menular melalui hubungan seks, dan sebagainya. 2. Perilaku Terbuka (Overt Behavior)

Respons seseorang terhadap stimulus dalam bentuk tindakan nyata atau terbuka. Repons terhadap stimulus tersebut sudah jelas dalam bentuk tindakan atau praktek (practice) yang dengan mudah dapat diamati atau dilihat oleh orang lain. Oleh sebab itu di sebut overt


(26)

kehamilannya atau membawa anaknya ke puskesma untuk imunisasi, penderita TB. Paru minum obat secara teratur, dan sebagainya.

Seperti telah disebutkan di atas, sebagian besar perilaku manusia adalah operant respons. Oleh sebab itu untuk membentuk jenis respon atau perilaku perlu diciptakan adanya suatu kondisi

tertentu yang disebut operant conditioning. Prosedur pembentukan perilaku dalam operant

conditioning ini menurut Skinner adalah sebagai berikut.

a. Melakukan identifikasi tentang hal-hal yang merupakan penguat atau reinforcer berupa hadiah-hadiah atau rewards bagi perilaku yang akan di bentuk.

b. Melakukan analisi untuk mengidentifikasi komponen-komponen kecil yang membentuk

perilaku yang dikehendaki. Kemudian komponen-komponen tersebut disusun dalam urutan yang tepat untuk menuju kepada terbentuknya perilaku yang dimaksud.

c. Menggunakan secara urut komponen-komponen itu sebagai tujuan-tujuan sementara,

mengidentifikasi reinforce atau hadiah untuk masing-masing kompenen tersebut.

d. Melakukan pembentukan perilaku dengan menggunakan urutan komponen yang telah

tersusun itu. Apabila komponen pertama telah dilakukan, maka hadiahnya diberikan. Hal ini akan mengakibatkan komponen atau perilaku (tindakan) tersebut cenderung akan sering dilakukan. Kalau ini sudah terbentuk maka dilakukan komponen (perilaku) yang kedua yang kemudian diberi hadiah (komponen pertama tidak memerlukan hadiah lagi). Demikian berulang-ualng sampai komponen kedua terbentuk. Setelah itu dilanjutkan dengan komponen ketiga, keempat, dan selanjutnya sampai seluruh perilaku yang diharapkan terbentuk.

e. Sebagai ilustrasi, misalnya dikehendaki agar anak mempunyai kebiasaan menggosok gigi


(27)

- Pergi ke kamar mandi sebelum tidur

- Mengambil siakt dan odol

- Mengambil air dn berkumur

- Melaksanakan gosok gigi

- Menyimpan sikat gigi dan odol

- Pergi ke kamar tidur

Kalau dapat diidentifikasi hadiah-hadiah (tidak berupa uang) bagi masing-masing komponen perilaku tersebut (komponen 1-6), maka akan dapat dilakukan pembentukan kebiasaan tersebut. Contoh di atas adalah suatu penyederhanaan prosedur pembentukan perilaku melalui operant conditioning. Di dalam kenyataannya prosedur itu banyak dan bervariasi sekali dan lebih kompleks dari pada contoh di atas. Teori Skinner ini sangat besar pengaruhnya, terutama di Amerika Serikat. Konsep-konsep behavior control, behavior therapy, dan behavior modification yang dewasa ini berkembang adalah bersumber pada teori ini.

Menurut L.W. Green, faktor penyebab masalah kesehatan adalah faktor perilaku dan non perilaku. Faktor perilaku khususnya perilaku kesehatan dipengaruhi oleh 3 faktor yaitu :

1. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factors), adalah faktor yang terwujud dalam

kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai dan juga variasi demografi seperti status ekonomi,umur,jenis kelamin, dan susunan keluarga. Faktor ini lebih bersifat dari dalam diri individu tersebut.

2. Faktor-faktor pemungkin (enabling factors), adalah faktor pendukung yang terwujud

dalam lingkungan fisik, yang termasuk di dalamnya adalah berbagai macam saran dan prasarana, misal : dana, transportasi, fasilitas, kebijakan pemerintah dan sebagainya.


(28)

3. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors), adalah faktor-faktor yang meliputi faktor sikap dan erilaku tokoh masyarakat,tokoh agama, sikap dan perilaku petugas termasuk petugas kesehatan, termasuk juga disini undang-undang, peraturan-peraturan baik dari pusat maupun pemerintah daerah yang terkaiy dengan kesehatan.

Perilaku dapat dibatasi sebagian jiwa (berpendapat, berfikir, bersikap dan sebagainya) (Notoadmojo,1999). Untuk memberikan respon terhadap situasi di luar objek tersebut, respons ini dapat bersifat pasif (tanpa tindakan). Bentuk operasional dari perilaku dikelompokan menjadi tiga jenis yaitu:

1. Perilaku dalam bentuk pengetahuan yaitu, dengan mengetahui situasi dan rangsangan.

2. Perilaku dalam bentuk sikap, yaitu tanggapan perasaan terhadap keadaan atau rangsangan

dari luar diri si subjek sehingga alam itu sendiri akan mencetak perilaku manusia yang hidup didalamnya, sesuai dengan sifat keadaan alam tersebut (lingkungan fisik) dan keadaan lingkungan sosial budaya yang bersifat non fisik tetapi mempunyai pengaruh kuat terhadap pembentukan perilaku manusia. Lingkungan ini adalah merupakan keadaan masyarakat dan segala budi daya masyarakat itu lahir dan mengembangkan perilakunya.

3. Perilaku dalam bentuk tindakan, yang sudah konkrit berupa perbuatan terhadap situasi

dan rangsangan dari luar. 2.1.1. Pengetahuan (Knowledge)

Pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia di peroleh melalui mata dan telingga.


(29)

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting dalam bentuk tindakan seseorang (overt behavior). Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari pengetahuan. Penelitian Rogers (1974) mengungkapan sebelum orang mengadopsi perilaku baru (berperilaku baru), di dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan, yakni :

1. Awareness (kesadaran), yakni orang tersebut menyadari dalam arti mengetahui stimulus

(objek) terlebih dahulu.

2. Interest, yakni orang mulai tetarik kepada stimulus.

3. Evaluation ( menimbang-nimbang baik dan tidaknya stimulus tersebut bagi dirinya). Hal

ini berarti sikap responden sudah lebih baik lagi.

4. Trial, orang telah mulai mencoba perilaku baru.

5. Adoption, subjek telah berperilaku baru sesuai dengan pengetahuan, kesadaran, dan

sikapnya terhadap stimulus.

Namun demikian para penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap diatas. pabila penerimaan perilaku baru atau adopsi perilaku melalui proses seperti ini di dasari oleh pengetahuan,kesadaran dan sikap yang positif, maka perilaku tersebut akan bersifat langgeng (long lasting). Sebaliknya apabila perilaku itu tidak didasari oleh pengetahuan dan kesadaran maka tidak akan berlangsung lama.

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan.


(30)

Tahu diartikan sebagai mengingat sesuatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah di terima. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai sesuatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya gterhadap objek yang dipelajari. 3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemapuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondis real (sebenarnya). Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,rumus,metode,prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-kompenen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitanya satu sama lain kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seoerti dapat mengambarkan (membuat bagan), membedakan,memisahkan, menglompokkan dan sebagainya.


(31)

5. Sintesis (Synthesis)

Sintesis menunjukan kepada suatu kemampuan untuk meletakkkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemapuan untuk menyusun formulasi-formulasi yang ada.

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatau materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu criteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan criteria-kriteria yang telah ada.

Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin di ukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkatan-tingkatan diatas.

2.1.2. Sikap (Attitude)

Sikap merupakan rekasi atau respon yang masih tertutup dari seorang terhadap suatu stimulus atau objek. Manifestasi sikap tida dapat langsung dilihat, tetapi hanya dapat ditafsirkan terlebih dahulu dari perilaku yang tertutup. Sikap secara nyata menunjukan konotasi adanya kesesuian reaksi terhadap stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari merupakan reaksi yang bersifat emosional terhadap stimulus sosial. Newcomb, salah seorang ahli psikolgi sosial, menyatakan bahwa sikap itu merupakan kesiapan atau kesediaan untuk bertindak, dan bukan merupkan pelaksanaan motif tertentu. Sikap belum merupakan suatu tindakan atau aktifitas, akan tetapi merupakan predisposisi tindakan suatu perilaku. Sikap itu masih merupakan reaksi


(32)

tertutup, bukan merupakan reaksi terbuka atau tingkah laku yang terbuka. Sikap merupakan kesiapan untuk bereaksi terhadap objek di lingkungan tertentu sebagai suatu penghayatan terhadap objek.

Dalam bagian lain Allport (1954) dalam Notoatmodjo menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok, yaitu :

1. Kepercayaaan (keyakinan),ide,dan konsep terhadap suatu objek.

2. Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek

3. Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave).

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total attitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peran penting. Seperti halnya dengan pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan.

1. Menerima (receiving)

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulus yang diberikan (objek).

2. Merespons (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karena dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan,terlepas dari pekerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut.

3. Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.


(33)

4. Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesutau yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

Cirri-ciri sikap adalah :

1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang

perkembangan orang itu dalam hubungan dengan objeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif biogenetis seperti lapar, haus atau kebutuhan akan istirahat.

2. Sikap dapat berubah-ubah karena sikap dapat dipelajari dan karena itu pula sikap dapat

berubah-ubah pada orang bila terdapat keadaan-keadaan dan syarat-syarat tertentu yang mempermudah sikap pada orang itu.

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu objek. Dengan kata lain sikap itu terbentuk, dipelajari atau berubah senantiasa.

4. Objek sikap itu dapat merupakan satu hal tertentu tetapi dapat juga merupakan kumpulan

dari hal-hal tersebut

5. Sikap mempunyai segi motivasi dari segi-segi perasaan. Sifat ilmiah yang membedakan

sikap dan kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang (Purwanto,1999).

Fungsi sikap dibagi menjadi empat golongan, yakni :

1. Sebagai alat untuk menyesuaikan diri. Sikap adalah sesutau yang bersifat communicable

artinya sesuatu yang mudah menjalar sehingga mudah pula menjadi milik bersama. 2. Sebagai alat pengatur tingkah laku. Kita tahu bahwa tingkah laku anak kecil atau binatang

umumnya merupakan aksi-aksi yang spontan terhadap sekitarnya. Antara perangsang dan reaksi tidak ada pertimbangan tetapi pada orang dewasa dan yang sudah lanjut usianya,


(34)

perangsangan itu pada umumnya tidak diberi reaksi secara spontan akan tetapi terdapat adanya proses secara sadar untuk menilai perangsang-perangsang itu. Jadi antara perangsang dan reaksi terhadap sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan-pertimbangan atau penilain-penilaian terhadap perangsang itu. Jadi antara perangsang dan reaksi terhadap sesuatu yang disisipkannya yaitu sesuatu yang berwujud pertimbangan-pertimbangan ataupenilaian-penilaian terhadap perangsang itu sebenarnya bukan hal yang berdiri sendiri tetapi merupakan sesuatu yang erat hubungannya dengan cita-cita orang, tujuan hidup orang, peraturan-peraturan kesusilaan yang ada dalam bendera, keingina-keinginan pada orang itu dan sebagainya.

3. Sebagai alat pengatur pengalaman-pengalaman. Dalam hal ini perlu dikemukakan bahwa

manusia di dalam menerima pengalaman-pengalaman dari dunia luar sikapnya tidak pasif tetapi diterima secara aktif artinya semua pengalaman yang berasal dari luar itu tidak semuanya dilayani oleh manusia tetapi juga manusiamemilih mana-mana yang perlu dan mana yang tidak perlu di layani. Jadi semua pengalaman ini diberi penilaian lalu dipilih.

4. Sebagai pernyataan kepribadiaan. Sika sering mencerminkan keperibadian seseorang.Ini

sebabnya karena sikap tidak pernah terpisah dari pribadi yang mendukungnya. Oleh karena itu dengan melihat sikap-sikap pada obyek-obyek tertentu, sedikit banyak orang bisa mengetahui pribadi orang tersebut. Jadi sikap sebagai pernyataan pribadi. Apabila kita akan mengubah sikap sesorang kita harus mengetahui keadaan sesungguhnya dari sikap orang tersebut dengan mengetahui keadaan sikap itu kita akan mengetahui pula mungkin tidaknya sikap tersebut dapat diubah dan bagaimana cara mengubah sikap-sikap tersebut (Purwanto, 1999).


(35)

2.1.3. Tindakan

Suatu sikap belum optimis terwujud dalam suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung/suatu kondisi yang memungkinkan (Notoadmojo, 1993).

Tindakan terdiri dari empat tindakan, yaitu : 1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respon Terpimpin (guided response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (mechanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara optimis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

4. Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah praktek atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasinya tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

Rogers (1983) dalam Notoatmodjo (2007) mengungkapkan bahwa proses perubahan keputusan dibagi menjadi lima tahap, yaitu :

1. Knowledge, yaitu seseorang terbuka akan adanya perubahan dan memiliki pemahaman yang berkaitan bagaimana perubahan itu dapat dimanfaatkan.


(36)

2. Persuasion, yaitu terjadi ketika seseorang memiliki sikap yang baik maupun yang tidak baik terhadap suatu perubahan.

3. Decision, yaitu ketika seseorang menggunakan suatu perubahan dalam

kehidupan dan aktivitasnya dan memutuskan untuk memilih, mengadopsi atau menolak perubahan tersebut.

4. Implementatiom, yaitu tahap dimana seseorang memutuskan untuk melakukan suatu perubahan.

5. Confirmation, yaitu tahap dimana seseorang mencari penguatan diri sebuah

perubahan keputusan yang telah dibuat, tetapi sesorang bisa merubah keputusan yang sebelumnya telah dibuat bila terdapat berita yang bertentangan denga perubahan tersebut.

2.2 Teori Mengenai Faktor Perilaku 1. Teori Lawrence Green

Green mencoba menganalisis perilaku manusia dari tingkat kesehatan. Kesehatan seseorang ataumasyarakat dipengaruhi oleh 2 faktor pokok, yakni faktor perilaku (behavior causes) dan faktor diluar perilaku (non-behavior causes). Selanjutnya perilaku itu sendiri ditentukan atau terbentuk dari 3 faktor.

a. Faktor-faktor predisposisi (predisposing factor), yang terwujud dalam pengetahuan,sikap,

kepercayaan, keyakinan, niali-nilai dan sebagainya.

b. Faktor-faktor pendukung (enabling factors), yang terwujud dalam lingkungan fisk,

tersedia atau tidaknya fasilitas-fasilitas atau sarana-sarana kesehatan, misalnya puskesma, obat-obatan,alat-alat kontarsepsi, jamban dan sebagainya.


(37)

c. Faktor-faktor pendorong (reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan perilaku

petugas kesehatan, atau petugas yang lain, yang merupakan kelompok referensi dari perilaku masyarakat.

2. Teori Snehandu B. Kar

Kar mencoba menganalisi perilaku kesehatan dengan beritik tolak bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari :

a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan

kesehatannya (behavior intention)

b. Dukungan sosial dari masyaraat sekitarnya (sosial support)

c. Adanya atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan

(accessibility ofinformation)

d. Otonomi pribadi bersangkutan dalam ha ini mengambil tindakan atau keputusan

(personal anatomy)

e. Situasi yang memungkinkan untuk bertidak atau tiak bertindak (action situation). 3. Teori WHO

Tim kerja WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah karena adanya 6 alasan pokok, yaitu:

a. Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman oranglain.

b. Kepercayaan

Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek dan nenek.Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.


(38)

c. Sikap

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek.Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat.

d. Orang Penting Sebagai Referensi

Perilaku orang, terutama anak kecil, lebih banyak dipengaruhi oleh orang– orang yang dianggap penting. Apabila seseorang itu penting untuknya,maka apa yang ia katakan atau perbuat cenderung untuk dicontoh.

e. Sumber – sumber daya (resources)

Maksudnya adalah fasilitas – fasilitas uang waktu tenaga dan sebagainya.Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat, yang dapat bersifat positif ataupun negatif.

f. Perilaku normal, kebiasaan nilai – nilai, dan penggunaan sumber–sumber didalam

suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang pada umumnya disebut kebudayaan (Notoatamodjo, 2003).

4. Teori Behavior Intention

Teori ini dikembangkan oleh Snehendu Kar (1980) berdasarkan analisinya terhadap niatan orang bertindak atau berperilaku. Kar mencoba menganalisis perilaku kesehatan dengan bertitik- tolak bahwa perilaku itu merupakan fungsi dari :

a. Niat seseorang untuk bertindak sehubungan dengan kesehatan atau perawatan

kesehatannya (behavior intention)


(39)

c. Ada atau tidak adanya informasi tentang kesehatan atau fasilitas kesehatan (accessibility of information)

d. Otonomi pribadi yang bersangkutan dalam hal ini mengambil tindakan atau

keputusan (personal autonomy)

e. Situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak (action

situation). 2.3 Pijat Bayi

1. Defenisi Pijat Bayi

Pijat bayi adalah sentuhan pijat pada bayi dan balita dapat memberikan manfaat bagi tumbuh kembang anak. Yang disebut bayi adalah anak yang berumur 0-12 bulan (Roesli, 2001). Menurut Prasetyono (2009) menjelaskan bahwa sentuhan adalah indra pertama dimana bayi dapat memberikan reaksi, sentuhan yang juga merupakan cara anda menyampaikan rasa kasih sayang kepadanya. Menurut pengertian lainnya pijat bayi adalah seni perawatan kesehatan dan pengobatan yang dikenal sejak awal manusia diciptakan di dunia serta telah dipraktikkan sejak berabad-abad tahun silam secara turun temurun oleh dukun bayi (Roesli, 2001)

Pemijatan adalah teknik relaksasi yang lembut dan jarang menyebabkan efek samping (Trans, 2001, dalam Hizkia, 2007). Lain lagi di cina yang mempunyai sejarah panjang tentang pengobatan, Pijat bayi merupakan salah satu teknik perawatan bayi yang sangat khusus, biasanya untuk merawat bayi yang sakit perut, sembelit, atau kembung setelah banyak minum. Titik tekan pengobatan pada bayi berbeda dengan orang dewasa yang membuat pijatan itu lebih efektif (Prasetyono, 2009)


(40)

Pijat bayi disebut juga sebagai stimulus touch atau terapi sentuhan. Dikatakan terapi sentuh karena melalui pijat bayi inilah akan terjadi komunikasi yang nyaman dan aman antara ibu dan buah hatinya.Riksani,2012)

2. Sejarah Pijat Bayi

Pijat bayi telah dipraktikan hampir di seluruh duniaa sejak dahulu kala, termasuk Indonesia. Seni pijat diajarakan secar turun temurun walaupun tidak diketahui dengan jelas bagaimana pijat dan sentuhan dapat berpengaruh positif pada tubuh manusia. Pijat bayi merupakan tradisi lama yang digali kembali dengan sentuhan ilmu kesehatan dan tinjauan ilmiah yang bersumber dari penelitian-penelitian para ahli neonatologi, saraf, dan psikologi anak. Laporan tertua tentang seni pijat untuk pengobatan tercatat di Papyrus Ebers, yaitu catatan kedokteran pada zaman Mesir kuno. Di India juga ditemukan tentang seni pengobatan pijat ini dalam kitab Ayur-Veda, buku kedokteran tertua (sekitar 1800 sebelum masehi) yang menuliskan tentang pijat, diet, dan olahraga sebagai penyembuhaan utama pada masa itu.

Teknik pijat India merupakan salah satu teknik pijat yang telah dipraktikan kepada bayi di India selama berabad-abad. Pada teknik ini, gerakan pijat menggunakan kombinasi gerakan ke atas dan kebawah, seperti gerakan memerah susu yang biasanya dilakukan pada bagian tangan dan kaki. Adapun teknik pijat klasik disebut dengan teknik pijat swedia yang dikembangkan oleh Metzger dari belanda dan Ling dari Swedia. Berbeda dengan teknik pijat india, pijat swedia menggunakan kombinasi gerakan dari bawah ke atas. Teknik pijat Swedia merupakan teknik dasar yang diajarkan di Amerika Serikat.

Sementara di China, pijat bayi sudah menjadi bagian dari kebiasaan masyarakat setempat. Pijat dikenal sebagai slah satu terapi yang bisa menyembuhkan berbagai penyakit dalam terapi pengobatan ala China. Pijat ini telah di gunakan sejak berabad-abad silam oleh para tabib di


(41)

kerajaan dinasti China. Dalam proses pengobatan ,tidak hanya mengandalkan dari teknik pijatan, para tabib pun biasanya meramu bahan alami yang diracik sebagai pelengkap pemijatan.

Sementara di Indonesia, pijat adalah metode penyembuhan tradisional yang sangat akrab bagi masyarakat. Pijat bayi juga merupakan salah satu jenis pijat yang juga sudah lama berkembang dan dipraktikan oleh masyarakat. Namun teknik dan gerakan yang dilakuakan pada pijat bayi tradisional ini tidak disertai dengan adanya penjelasan ilmiah sehingga pijat bayi tardisional ini diyakini dengan sugesti yang mengandung banyak manfaat bagi tubuh si kecil. (Riksani, 2012)

3. Perbedaan Antara Pijat Tradisional dan Modern

Ada beberapa berbedaan antara pijat tradisional dan pijat modern. Berikut ini adalah perbedaannya :

Pijat Tradisional Pijat Modern

Pijat tradisional dilakukan oleh dukun bayi yang memiliki keterampilan dalam memijat. Keterampilan tersebut biasanya di dapatkan secara turun temurun.

Pijat modern dilkukan oleh orangtua baik ibu atau ayah, kadang juga bisa melibatkan anggota keluarga lain, seperti kakek, nenek,bibi, atau orang terdekat lainnya.

Pijat tradisional menggunakan ramuan-ramuan pemijatan yang kadang tidak dipastikan kemanan dan kebersihan ramuan tersebut. Ramuan yang digunakan misalnya parutan jage, bawang atau pun jenis dedaunan yang di tumbuk. Dalam ramuan juga ditambahkan sejenis minyak tertentu yang dapat menyebabkan rasa gatal, panas atau perih pada kulit.

Pijat modern hanya menggunakan minyak bayi/baby oil, Virgin Coconut Oil (VCO), minyak zaitun atau jenis lotion lainnya yang dianjurkan oleh dokter.

Biasanya pijat tradisional hanya dilakuakn sebagai terapi untuk penyembuhan penyakit. Anak yang sakit baru mendapatkan pijatan dari dukun bayi. Terkadang anak diberikan ramuan atau jamu sebagai obat.

Terapi sehat artinya dilakukan pada bayi atau anak yang sehat dan tanpa memberikan ramuan ataupun jamu-jamuan.

Karena tujan pemijatan sebagai terapi penyakit sehingga proses pemijatan dipaksakan kepada bayi atau anak yang

Ibu atau keluarga yang memijat akan menunggu kesiapan bayi hal ini akn membuat bayi senag. Setelah pemijatan


(42)

berakibat bayi atau nakan akan menagis meronta-ronta. Kalaupun bayi tertidur setelah pemijatan, bukan karena rileks atau nyaman tapi karena lelah menagis.

bayi akan tertidur karena rileks dan nyaman.

4. Manfaat Pijat Bayi

Secara umum, berikut ini beberapa manfaat yang didapatkan saat melakukan pijat bayi :

a. Membantu perkembangan system imun tubuh

b. Merelaksasikan tubuh bayi

c. Membantu mengatasi gangguan tidur sehingga bayi dapat tidur dengan nyaman

dan nyenyak

d. Meningkatkan proses pertumbuhan bayi

e. Menumbuhkan perasaan positif pada bayi

f. Mencegah resiko gangguan pencernaan dan seranggan kolik lainnya

g. Memudahkan buang air besar sehingga perut bayi menjadi lega

h. Meperlancar peredaran darah serta menambah energi bayi

i. Memperat ikatan kasih sayang antara bayi dan orangtua. Melalui sentuhan dan

pijatan serta adanya kontak mata antara bayi dan orangtua akan menambah kuatnya kontak batin keduanya (Riksani, 2012).

Pijat bayi memudahkan pembelajaran terhadap kesigapan, perkembangan fisik yang optimal, dan peningkatan koordinasi otot untuk meningkatkan kepercayaan diri serta keberanian. Bagi orangtua dan kakaknya, pemijatan meningkatkan kesadaran akan manajemen pengelolaan mental dan teknik meredakan stres. Memudahkan acara pelenturan setiap hari, baik bagi orangtua maupun anak. Mengurangi komplikasi pada bayi dari ibu pecandu obat-obatan,


(43)

memperbaiki perasaan positif bayi yang dilahirkan secara sesar (caesar), meringankan asma dan mengobati depresi atau syok (shock) (Roesli, 2008).

Pemijatan menawarkan keuntungan kepada orang tua akan pemahaman mengenai sifat anak dan menemukan keuntungan tersendiri dalam meningkatkan komunikasi verbal, serta menciptakan suasana pemahaman akan pentingnya kreativitas dalam merawat anak, dan mengajarkan anak mengenai perbedaan sentuhan baik maupun buruk, selanjutnya mengenalkan kepada bayi mengenai kontrol badan mereka, anak-anak yang memiliki hubungan dekat dengan orangtuanya cenderung memiliki hubungan lebih baik dengan teman seusianya dan orang yang lebih dewasa. Manfaat lain akan diteruskan oleh anak ketika ia besar dan menjadi orangtua (Roesli, 2008).

5. Frekuensi Pijat Bayi

Pijat bayi dapat segera dimulai setelah bayi dilahirkan yakni sesuai keinginan orang tua. dengan lebih cepat mengawali pemijatan bayi akan mendapat keuntungan yang lebih besar, terlebih jika pemijatan dapat dilakukan setiap hari dari sejak kelahiran sampai berusia 5-7 bulan (Subakti, 2008). Pemijatan dilakukan pagi hari sebelum mandi, atau bisa juga malam hari sebelum bayi tidur, karena aktivitas bayi sepanjang hari yang cukup melelahkan. Tentunya, bayi juga perlu relaksasi agar otot-otot menjadi kendur kembali, sehingga bayi dapat tidur lebih nyenyak dan tenang. Pijat bayi dapat dilakukan 1-2 jam setelah makan atau minum susu. Tindakan pijat dikurangi seiring dengan bertambahnya usia bayi. Sejak usia enam bulan, pijat dua hari sekali sudah memadai (Prasetyono, 2009). Waktu yang digunakan dalam pemijatan tidak ada ketentuan baku. Namun berdasarkan pengalaman, paling lama pemijatan secara lengkap dapat dilakukan sekitar 20 menit. Setelah selesai, segeralah bayi dimandikan agar tubuhnya merasa segar dan bersih dari lumuran baby oil (Subakti, 2008).


(44)

6. Hal-hal Yang Harus Diperhatikan Dalam Pijat Bayi

Hal ini penting agar kegiatan pijat bayi ibu efektif, menyenangkan dan tentunya memberikan manfaat positif bagi anda dan bayi.

1. Waktu pemijatan yang cukup baik adalah pada pagi hari sebelum aktivitas mandi

dan pada malam hari sebelum tidur. Jangan menyambi dengan melakukan aktivitas lain ketika pemijat bayi, misalnya sambil menonton televise, memasak, atau aktivitas lainnya. Waktu yang dibutuhkan sekitar 15-20 menit.

2. Siapkan ruangan yang hangat dan tidak terkena angin langsung. Jika angin yang

masuk melalui jendela rumah anda cukup besar, sebaiknya tutup jendela.

3. Siapkan segala perlengkapan yang dibutuhkan selama proses pijat, seperti handuk,

pakaian ganti, popok, dan minyak bayi.

4. Pastikan ibu membersihakan tangan dan tangan terasa hangat. Sebaiknya,

lepaskan perhiasaan dan tidak memanjangkan kuku karena dapat menggores kulit bayi.

5. Bayi tidak dalam keadaan lapar atau baru saja makan.

6. Ibu tidak terganggu selama pemijatan berlangsung (sekitar 15 menit)

7. Bayi dibaringkan di tempat yang nyaman dan rata dengan alas kain yang lembut.

Posisi ibu saat memijat bayi juga harus nyaman sehingga tidak menyebabkan masalah atau keluhan kesehatan pada ibu.

8. Pastikan selalu kontak mata dengan bayi ibu dengan pandangan penuh kasih

sayang selama pemijatan berlangsung. Ajak bayi bicara, tersenyum atau bersenda gurau. Hal ini baik untuk memberikan stimulus yang maksimal.


(45)

9. Ibu dapat bernyayi atau memutarkan lagu slow dan lembut untuk membantu

menciptakan suasana tenang selama pemijatan berlangsung.

10. Mulai dengan sentuhan ringan dan perlahan, lihat dan perhatikan respon bayi

terhadap pijatan ibu. Tingkatkan tekanan pijatan secara perlahan sesuai dengan perkembangan usia dan khususnya apabila ibu sudah merasa yakin bahwa bayi mulai terbiasa dengan pijatan yang sedang dilakukan.

11. Tanggaplah pada isyarat yang diberikan bayi ibu. Jika bayi menagis, cobalah

untuk menenagkannya sebelum melanjutkan pemijatan. Jika bayi menagis lebih keras, hentikan pemijatan karena mungkin bayi mengharapkan untuk digendong, disusui atau sudah mengantuk dan sangat ingin tidur.

12. Sebelum melakukan pemijatan, lumiri baby oil atau lotion ke tangan ibu sesering

mungkin.

13. Sebaiknya pemijatan dilakukan dari kaki bayi karena umumnya bayi lebih

menerima apabila dipijat pada daerah kaki . dengan demikian, akan memberi kesempatan kepada bayi untuk membiasakan pijat sebelum bagian lain dari badanya disentuh.

14. Mandikan segera setelah pemijatan berakhir agar bayi merasa segar dan bersih

setelah dilumuri minyak bayi.

15. Berkonsultasilah dengan dokter atau tenaga kesehatan agar mendapat informasi

lebih lanjut tentang pijat bayi.


(46)

7. Hal- hal Yang Boleh Dilakukan

Berikut ini kondisi-kondisi yang tidak boleh ibu lakukan setelah melakukan pemijatan bayi :

1. Memijat bayi langsung setelah makan

2. Memijat bayi pada saat kondisi bayi tidak sehat

3. Memijat bayi pada saat tidak mau dipijat

4. Memaksakan posisi pijat tertentu pada bayi

5. Membangunkan bayi khusus untuk pemijatan

8. Hal Yang Harus Disiapkan

Berikut ini persiapan-persiapan yang harus anda lakukan sebelum memulai melakukan pemijatan bayi.

1. Pastikan anda sudah mencuci tangan dengan bersih dan tangan sebaiknya terasa

hangat.

2. Sebaiknya, kukuharus pendek dan anda melepaskan terlebih dahulu perhiasan

yang dapat menyakiti kulit bayi.

3. Ruang untuk memijat sebaiknya hangat dan terhindar dari paparan angin secara

langsung.

4. Bayi sudah selesai makan dan tidak dalam keadaan lapar

5. Secara khusus,anda menyediakan waktu untuk tidak ganggu kurang lebih 15-20

menit untuk menyelesaikan seluruh tahapan pemijatan bayi.

6. Ibu dalam posisi yang nyaman dan tenang.


(47)

8. Siapkanlah perlengkapan yang dibutuhkan seperti handuk,pakaian ganti,popok ganti, minyak bayi.

9. Tak ada salahnya anda meminta izin kepada bayi anda sebelum dilakukan

pemijatan dengan cara membelai wajah dan kepalanya sambil mengajaknya berbicara atau bernyanyi lagu-lagu riang.

9. Efek Samping Pemijatan

Pemijatan adalah teknik relaksasi yang lembut dan jarang menyebabkan efek samping. Namun bila pemijatan dilakukan terlalu dalam, dapat menyebabkan perdarahan pada organ vital seperti hati dengan adanya pembentukan penumpukan darah (Subakti, 2008)

10. Pedoman Pijat Bayi 1. Memulai Pemijatan

Jika bayi ibu belum pernah dipijat sebelumnya, mungkin perlu waktu untuk membiasakannya. Cobalah lakukan 3 – 4 kali dalam sehari, sehingga bayi dan oang tuanya menjadi terbiasa dengan usapan-usapan. Ketika ibu yakin dan bayi merasa nyaman, maka hal ini dapat menjadi rutinitas, atau setidaknya coba memijat sekurangnya 3 kali dalam seminggu. Gunakan usapan lembut dan buatlah kontak mata dengannya selama pijat berlangsung.

a. Belajar Rileks

Bayi memahami ketegangan dan kegelisahan ibu, khususnya melalui kontak fisik. Ibu perlu meluangkan waktu untuk rileks sebelum memulai pemijatan. Hilangkan semua hal yang mengganggu atau sedang ibu pikirkan, agar ibu dapat memberikan perhatian penuh pada pijatan dan bayi ibu.


(48)

1. Satukan jari dan letakkan diatas perut. Pejamkan mata dan tarik nafas dalam-dalam, anda akan merasakan perut membesar. Tahan nafas untuk beberapa detik, kemudian keluarkan secara perlahan.

2. Putarlah bahu anda beberapa kali ke depan kemudian kebelakang. Ini mengurangi ketegangan dibagian punggung, bahu dan leher. Jabat tangan anda secara erat.

b. Memilih Posisi Yang Tepat

Pastikan anda merasa nyaman terlebih dahulu sebelum memulai pijatan. Pilihlah posisi yang tetap membuat punggung anda lurus, terutama ketika anda membungkuk kedepan. Jika anda memijat bayi anda dilantai, anda dapat memilih 3 posisi duduk berikut ini yang paling nyaman.

1) Lutut ditekuk

Lutut diletakkan diatas lantai dan diatas handuk yang tersedia agar lebih nyaman, kemudian letakkan bantal pada bagian betis dibawah pantat dan duduk kembali.

2) Kaki saling menyilang

Duduklah diatas bantal, dengan kedua kaki menyilang. Letakkan bayi ibu berhadapan langsung dengan anda. Bungkuk kedepan dan berilah beberapa usapan pijat dan periksa apakah ibu nyaman.

3) Kaki lurus kedepan

Duduklah diatas bantal dengan kedua kaki lurus kedepan disebelah bayi ibu. Mungkin ibu butuh 2 bantal agar tetap bisa menahan punggung terutama ketika ibu menggapai bagian tubuh atas bayi. Sampaikan pesan positif pada bayi ibu dengan menatap penuh kasih disertai usapan lembut.


(49)

Setelah ibu menghangatkan ruangan dan menyiapkan minyak serta handuk, lepaskan baju serta popok bayi ibu. Baringkan bayi ibu dihadapan ibu dan bersiap untuk memulai pijat bagian depan. Celupkan jari ibu kedalam minyak, kemudian gosokkan kedua tangan ibu bersamaan agar hangat. Setiap sesi pemijatan dimulai dengan menandai bagian tubuh mana yang akan dipijat oleh ibu. Perhatikan matanya, senyumnya dan ajaklah berbicara. Lanjutkan dengan melakukan kontak mata berbicara selama pemijatan ini untuk menenagkannya.

a. Lengan dan Tangan

1) Usapan Sejajar Dibagian Dada

Letakkan telapak tangan ibu dibagian perutnya dengan jari-jari menunjuk ke atas. Urutkan kedua tangan ke bagian atas dada terus ke bahu. Putarlah jari-jari ibu di atas bahu dan usap kearah luar memegang bagian atas lengan.

2) Usapan Sepanjang Tangan

Usap lengan dan tangan, kemudian tariklah jari-jarinya. Pstikan kedua tangan ibu bekerja bersamaan. Terkadang bayi ibu tidak dapat meregangkan tangannya. Ketika ototnya rileks ibu dapat menambahkan tekanan usapan untuk menguatkan lengannya. Lakukan langkah satu dan dua sebanyak 3 sampai 4 atau sampai lengannya lurus sebentar.

3) Melenturkan Tangan

Buatlah lingkaran dengan jari telunjuk dan ibu jari ibu memutar di lengan kanan bayi anda. Pada bayi yang lebih tua, letakkan tangan ibu pada bagian atas tangannya dan genggam seleruhnya. Tekan lembut dengan arah berlawanan. Pergunakan minyak secukupnya agar memudahkan jari atau tangan anda bergerak lembut diseluruh tangannya. Lakukan gerakan ini dan tariklah dengan lembut pada waktu bersamaan. Berhenti pada pergelangan dan tariklah tangannya dengan jari telunjuk dan ibu jari


(50)

tangan kiri ibu. Kemudian pindahkan kebagian kiri tangannya. Lakukan ini 2 kali pada setiap lengan.

4) Meregangkan Tangan

Pegang telapak tangan bayi ibu menghadap keatas, usap telapak tangannya dari bagian dasar terus ke jari-jari ibu secara bergantian. Lakukan hal ini sekali lagi kemudian ulangi pada tangan satunya. Cara alternatif. jika sulit membuka tangan bayi, ibu dapat memegang pergelangan tangannya dengan telapak tangan ke bawah. Letakkan ibu jari di dekat pergelangan tangannya dan jari-jari yang lain di bawah telapak tangannya. Tekan ibu jari dan jari telunjuk ibu bersamaan dan bergerak menuju jari.

5) Menarik Jari-jari

Peganglah Pergelangan Tangan Bayi dengan Telapak Tangan menghadap keatas, ibu dapat meletak ibu jari dan telunjuk secara bebas dibagian dasar jari-jarinya. Tariklah jarinya sampai ke ujung kuku dan remas dengan lembut. Tarik lembut jari satu kali dan ulangi pada tangan yang lainnya.

b. Dada

Bergerak melingkar puting susu. Letakkan dua jari pertama setiap tangan ibu dibagian tengah dadanya, yakni antara putingnya. Gerakan kedua jari kearah atas dada dan keluar puting, memutari puting kemudian kembali lagi ke posisi semula. Lakukan beberapa kali.

c. Perut


(51)

Letakkan salah satu tangan ibu secara horosontal di perut, tepat dibawah dada dan usap lembut ke bawah dasar perut. Ketika tangan yang satunya tidak bersentuhan dengan tubuh bayi ibu, maka segera letakkan satu tangan lainnya diatas perut sebagaimana sebelumnya dan usaplah kearah bawah. Ulangi gerakan ini beberapa kali, dengan posisi satu tangan yang lainnya selalu bersentuhan dengan bayi ibu.

2) Putaran Kecil Sekitar Pusar

Letakkan dua jari pertama tangan ibu disebelah pusar. Tekan dengan lembut dan bergeraklah melingkar. Kurangi tekanan, dan usapkan jari-jari ibu disekitar pusar dengan ringan daan ulangi, sesuai arah jarum jam. Perlahan bergerak seperti spiral sampai pinggul sebelah kanan.

3) Lingkaran Besar Sekitar Perut

Mulailah dipinggul kanan bagian dalam bayi, gerakkan jari-jari ibu keatas sampaai bagian rusuk sebelah kanan kemudian ketitik yang sama dipinggul kiri bagian dalam. Selanjutnya usapkan kebagian bawah perut dan kembali ke pinggul sebelah kanan, ulangi beberapa kali.

d. Kaki dan Telapak Kaki

1) Usapan Bagian Atas Kaki

Peganglah pergelangan kaki bayi dengan satu tangan, letakkan tangan yang lain sejajar dengan bagian atas pahanya, dengan jari-jari anda kebagian dalam. Putar tangan ibu ke arah luar, dan jari-jari ke bagian betis. Dengan demikian ibu memegang pahanya dengan ibu jari di bagian atas dan jari-jari dibawah. Bergeraklah kelangkah 2


(52)

Pijat bagian luar kaki sampai kepergelangan kaki. Tahan dan letakkan tangan ibu yang bebas ke posisi awal dan jari-jari menghadap ke bagian luar. Putarlah pergelangan tangan ibu ke dalam dan pijat bagian dalam betis dengan cara yang sama. Ulangi langkah 1 dan 2 beberapa kali pada setipa kaki.

3) Putaran Kaki

Letakkan kedua tangan bersisian di betis bayi dan remaslah seluruhnya. Gunakanlah sedikit penekanan, putar lembut tangan dengan arah berlawanan. Bergeraklah kebagian bawah betis, dan tariklah lembut bersamaan. Berhentilah pada pergelangan kaki dan tariklah kakinya menggunakan ibu jari dan jari telunjuk ibu. Ulangi dua kali untuk setiap kaki.

4) Putaran Pada Bagian Telapak Kaki

Peganglah pergelangan kaki bayi ibu dengan satu tangan, dengan lutut ditekuk dan jari-jari kaki menghadap kebagian atas. Letakkan ibu jari-jari ibu yang lain dibagian tengah telapak kakinya, dengan rumit. Tekan pelan dan buatlah gerakan melingkar. Ulangi usapan dari bagian tengah-tengah kaki sampai kedasar jari kaki. Lanjutkan 2 kali untuk setiap kaki.

5) Putaran Ujung Kaki

Lanjutkan memegang kaki bayi dengan satu tangan ibu, lutut ditekuk dan jari kaki menghadap keatas. Letakkan ibu jari ibu di telapak kakinya tepat dibawah jari kelingking, dan jari telunjuk ibu diatas kakinya. Pijatlah dan buatlah gerakan kecil memutar pada


(53)

waktu bersamaan. Teruskan gerakan ini sampai ke tumitnya, kemudian lakukan usapan yang sama di sisi lainnya. Lakukan 2 kali untuk setiap kaki.

6) Usapan Pada Urat Achilles

Peganglah betis bayi dengan salah satu tangan ibu, dengna lutut ditekuk. Letakkan ibu jari dan jari telunjuk tangan ibu pada kedua sisi tulang pergelangan kakinya. Usap meuju tumitnya, pijatlah dengan lembut. Lakukan sebanyak empat kali dan ulangi untuk kaki yang satunya.

7) Pijatan Bagian Atas Kaki

Pegangalah pergelangan kaki dengan salah satu tangan ibu, pastikan lututnya ditekuk. Letakkan ibu jari ibu di bagian atas kakinya dekat pergelangan, dan jari telunjuk ibu di bagian bawah kakinya. Tekan perlahan, tariklah kakinya dan lepaskan dibagian jarinya.

8) Menarik Jari-jari Kaki

Peganglah pergelangan kaki bayi ibu dengan salah satu tangan. Gunakan ibu jari dan jari telunjuk tangan ibu lainnya untuk memijat jarinya. Tarik seluruh jarinya sampai ujung kukunya. Lakukan pada setiap jari-jarinya, dan pada kaki yang satunya.

e. Usapan Akhir Tubuh Bagian Depan

Usaplah seluruh tubuhnya. Letakkan tangan kanan ibu dibahu sebelah kanannya. Gunakanlah seluruh tangan ibu, usaplah secara diagonal bagian dada dan perut bayi anda sampai bagian kiri pinggulnya. Lanjutkan usapan kebawah kaki kiri hingga pergelangan kaki. Jangan lepaskan pegangan kaki sampai ibu letakkan tangan kiri ke bahu kirinya. Sekarang lakukan usapan dengan arah berlawanan secara diagonal ke bawah sampai pergelangan kaki kanan.


(54)

Lakukan dua kali. Pastikan usapan ibu cukup kuat dan salah satu tangan ibu selalu bersentuhan dengan bayi ibu.

3. Bagian Belakang Tubuh Bayi

Pada pijat bayi ini, posisi bayi ibu berbaring pada perutnya dengan kakinya dekat pada ibu. Jika dia bisa tidur pada punggung atau menyamping, dia tidak suka berbaring pada perutnya, tapi coba dan dorong dia dimana dapat membantu perkembangan motorik kasarnya. Memijat punggungnya menjadi cara menyenangkan yang mengakrabkan dia dengan posisi ini. Awalnya, dia hanya bertoleransi dengan peregangan sesaat diatas perutnya, jadi lakukan secara rutin sebanyak yang diijinkannya dan tingkatkan perlahan. Meskipun dia tidak bisa menatap ibu, bicara padanya dan buat suara untuk menenangkan selagi ibu memijat.

a. Punggung

1) Pijat Meluncur ke Bawah di Punggung.

Taruh satu tangan secara horizontal di bagian atas punggung bayi ibu, tepat dibawah lehernya, dan pijat menuju ibu. Angkat tangan ibu saat mencapai pantatnya, tapi sebelumnya, taruh tangan ibu yang lain di posisi awal. Pijat ke bawah seperti sebelumnya. Ulangi pijatan ini beberapa kali.

2) Memijat Bahu

Taruh satu tangan di setipa sisi bahu dan pijat sepanjang bahu menuju lengan, gunakan seluruh permukaan tangan ibu, Ulangi beberapa kali.

3) Lingkaran Kecil ke Bawah di Tulang Belakang

Letakkan ibu jari ibu, tepat dibawah leher. Buat gerakan melingkar kecil dengan ibu jari sambil bergerak turun di punggung menuju pantatnya. Yakinkan ibu jari ibu di setiap sisi tulang punggung, dan tidak di atas tulang punggungnya.


(55)

4) Menarik Sisi Tubuh

Taruh tangan ibu secara horizontal melintang di punggung bayi. Silangkan lengan ibu dan luncurkan tangan kanan ibu ke sisi kirinya dan tangan kiri ibu ke sisi kanannya. Bawa tangan ibu kembali ke posisi awal secara simultan, tarik daging di sisi torsonya pelan menuju tulang punggungnya dengan jari-jari ibu. Buat gerakan horizontal ini beberapa kali, sambil gerakan tangan ibu ke atas ke bawah punggungnya, sehingga ibu dapat memijat pinggir sepanjang torsonya.

5) Usapan Besar Menyilang Punggung dan Bahu.

Taruh tangan anda berdampingan di punggung bayi, dengan tangan kanan dekat kepalanya. Tangan kiri tetap ditempatnya, gerakkan tangan kanan ibu ke bagian kanan bayi ibu, kemudian secara diagonal ke atas dan melalui bahu kiri. Kemudian luncurkan tangan ke pinggul kanannya. Kini gerakkan tangan kiri menuju bagian kirinya, kemudian secara diagonal menuju ke atas dan melewati bahu kanannya, dan turun ke pinggul kiri. Letakkan tangan ibu di pisisi awal dan kemudian mengusap beberapa kali.

6) Memijat Bagian Dasar Tulang Punggung

Letakkan tepi bawah tangan di lekukan tepat di atas pantat bayi ibu, di dasar tulang punggungnya. Putar searah jarum jam dan tekan lembut beberapa kali.

7) Pantat

Letakkan bagian bawah dari setiap tangan ke dasar setiap bagian pantat, Putarkan tangan ibu secara simultan beberapa kali, tangan kanan searah jarum jam, tangan kiri berlawanan arah jarum jam. Gerakkan tangan ibu sedikit sekitar pantat saat tangan ibu memutar.


(56)

Pijat meluncur turun di kaki. Setelah ibu selesai menggosok pantat, gerakkan satu tangan turun ke kaki menuju mata kaki dalam usapan yang tegas, menyapu. Saat ibu mencapai mata kaki, mulai mengusap kaki lain menggunakan tangan ibu yang lain. Satu tangan sebaiknya selalu bayi ibu. Ulangi beberapa kali.

9) Usapan Akhir Tubuh Bagian Belakang

Usap meluncur kebawah tubuh. Taruh tangan kiri pada bahu bayi sebelah kanan, usap secara diagonal ke bawah punggung, melewati pantat sebelah kiri, dan turun dari kaki kri ke ujung kaki. Saat ibu mencapai ujung kaki, taruh tangan kanan dibahu kiri bayi dan usap secara diagonal turun dari tubuh ke ujung kaki kanan. Ulangi dua kali, tanpa kehilangan kontak sentuhan dengan bayi ibu.

4. Kepala dan Wajah

Awalnya bayi cenderung menolak pijatan kepala dan wajah, khususnya selama minggu-minggu pertama kelahiran, dan bila proses kelahirannya memakan waktu lama dan menimbulkan trauma. Cobalah memijat bagian ini tiga hingga empat hari berturut-turut. Bila bayi ibu tampak tidak senang atau menangis, letakkan kedua tangan diatas kepalanya untuk menenangkannya, kemudian pijat bagian tubuhnya yang lain. Lakukan hal ini tiap kali ibu memijatnya sampai ia siap untuk pijatan kepala. Saat bayi telah terbiasa dengan pijatan inin, mereka cenderung sangat menikmati, bahakan saat mereka beranjak besar. Untuk pijatan bagian ini, rebahkan bayi ibu terlentang dengan kedua kakinya merapat pada ibu. Usap perlahan dengan atau tanpa minyak. a. Kepala

1) Mengusap Kepala

Telungkupkan kedua tangan ibu mengelilingi kepala bayi Anda dengan jari telunjuknya pada tepi rambutnya. Gerakkan tangan ibu secara stimultan, usap ke belakang melampaui


(57)

puncak kepalanya hingga mencapai bagian bawah tengkorak kepalanya. Lanjutkan ke langkah 2.

2) Memijat Rahang

Buka tangan ibu dan letakkan pada kedua sisi wajahnya. Usapkan sepanjang garis rahangnya dengan jemari ibu hingga bertemu dibagian dagu. Ulangi langkah 1 dan 2 beberapa kali.

b. Wajah

1) Meregangkan Dahi

Letakkan kedua ibu jari ibu di tengah dahi bayi ibu, tepat dibawah garis rambut. Usapkan masing-masing ibu jari ke arah luar secara lurus hingga tepi wajah. Terus ulangi ke bawah dahi, seakan ibu sedang menggambar rangkaian garis lurus dengan kedua ibu jari.

2) Memijat Pelipis

Pada sentuhan akhir melintas dahi letakkan kedua ibu jari ibu di bagian tengah, tepat di atas alis, dan luncurkan masing-masing ibu jari ke arah pelipis bayi ibu perlahan, namun kuat. Sekarang buatlah beberapa gerakkan kecil melingkar pada pelipis.

3) Memijat Tulang Pipi Atas

Letakkan kedua ibu jari ibu di tepi hidungnya. Dalam satu usapan ringan, gerakkan masing-masing ibu jari secara stimultan ke bawah dan keluar, sepanjang bagian atas tulang pipi ke samping wajah.

4) Mengusap Tulang Pipi Bawah.

Letakkan ibu jari ibu di tepi hidungnya lagi, lalu perlahan turun dari posisi ini buat gerakan menyapu tunggal dengan setiap ibu jari di sepanjang tulang pipi bagian bawah dan luar ke sisi wajahnya.


(58)

5) Putaran di Bagian Atas Garis.

Letakkan ibu jari ibu bersebelahan dan sedikit dibawah pertengahan bibir bawahnya. Gunakan tekanan lembut, buat putaran dengan setia ibu jari, kemudian luncurkkan sedikit ke arah luar dan ulangi. Lakukan ini sepanjang garis rahang bawahnya, lagi, mengarah ke telinga.

6) Putaran di Bagian Bawah Garis Rahang.

Letakkan ibu jari ibu bersebelahan pada lekukan dibagian atas bibir bayi ibu. Tekan lembut, buat gerakakan berputar kecil dengan ibu jari. Luncurkan setiap ibu jari keluar sedikit dan ulangi. Lakukan hal ini sepanjang garis rahang bagian atas dan keluar arah telinga.

7) Memencet Kuping

Pegang bagian luar telinga bagian atas dengan jari teluntuk dan ibu jari. Dari posisi ini, buat gerakan memutar ke bawah kerah ujung luat cuping telinga.

8) Memencet Dagu

Dimulai di tengah dagu, pegang daging di tengah dagu dengan ibu jari dan telunjuk, tekan lembut. Ulangi sepanjang garis rahang bawah ke telinga, kemudian di sisi lain dagu. Alternatifnya, pijat lembut kedua sisi dagunya bergantian menggunakan dua tangan.


(59)

Ulangi langkah pijat kepala pada halaman 32 untuk mengakhiri pijat kepala dan wajah ini.

5. Peregangan

Setelah ibu selesaikan pemijatan utama di dada, punggung, kepala, dan wajah teruskan pererangan. Kini otot bayi ibu jadi hangat dan rileks, jadi ibu dapat melakukan pererangan anggota gerakannya dan memobilisasi sendinya dengan aman. Pererangan mengembangkan fleksibilitasnya secara rutin, baringkan bayi ibu dengan kaki mengarah pada ibu.

a. Peregangan Lengan

1) Merenggangkan Kedua Lengan

Pegang bagian belakang pergelangan tangan dengan jemari ibu dan letakkan ibu jari ibu pada telapak tangan bayi atau di bagian belakang dalam pergelangan tangannya. Rentangkan kedua lengannya ke arah samping, sejajar dengan bahu dan posisi tubuh gerak. Tarik perlahan untuk meluruskan kedua lengan. Pegang selama beberapa detik, kemudian lanjutkan ke langkah 2.

2) Silangkan Kedua Lengan

Silangkan kedua lengan bayi ibu di atas dadanya, silangkan kedua lengan ibu sendiri untuk melakukannya. Pegang posisi ini beberapa detik. Ulangi langkah 1 dan 2 beberapa kali. Setiap kali anda menyilangnya kedua lengannya, ganti lengan yang berada di atas.

3) Memutar Lengan ke Atas

Rentangkan lengan ke samping seperti langkah 1. Lengan bagian atas (bahu hingga siku) tetap di posisinya, naikkan kedua tangan ke kepala, sehingga kedua lengan bertumpu pasa


(60)

siku. Lengan bawah harus bersudut siku-siku dengan lengan atas. Pastikan kedua lengan menempel pada handuk.

4) Memutar Lengan ke Bawah.

Tanpa mengubah posisi lengan atas, angkat lengan bawah ke udara sehingga kedua pergelangan tangan berada tepat diatas siku, kemudian tarik kedua pergelangan ke arah ibu sehingga menyentuh handuk. Lengan bawah harus sejajar dengan pinggang dan telapak tangan menempel di atas handuk. Ulangi langkah 3 dan 4 beberapa kali. (Lakukan dengan hati-hati).

b. Peregangan Kaki

Menyilangkan kaki. Pegang kedua pergelangan kaki bayi ibu, satu di masing-masing tangan. Silangkan pada bagian bawah kaki. Kemudian genggam tempat dimana keduanya bersilang dengan satu tangan dan angkat kedua lututnya ke arah perut, dekatkan jari kakinya ke paha. Dengan gerakan agak ‘menyentak’, tekan perlahan kedua kaki, istirahatkan di dekat perut. Setelah beberapa kali sentakan, silangkan kedua kaki bergantian dan ulangi. (Lakukan dengan hati-hati).

c. Peregangan Lengan dan Kaki

1) Peregangan Anggota Tubuh.

Pegang pergelangan tangan kanan bayi dengan tangan kiri ibu, dan pergelangan kaki kirinya dengan tangan kanan ibu. Tarik lengan dan kaki keduanya menjauhi tubuh perlahan agak membentuk sudut, sehingga lengan dan kaki membentuk garis diagonal pada tiap ujung tubuh.


(61)

Bawa kaki kiri hingga ke pinggul kanan (didahului dengan tumit), dan tangan kanan ke arah pinggul kiri, hanya sampai ke batas paha. Pastikan lutut menekuk. Pegang hingga beberapa detik, lalu lanjutkan dengan langkah 3.

3) Peregangan Anggota Tubuh.

Ulangi langkah 1, tarik tangan kanan dan pegelangan kaki kiri si bayi secara lembut. Lagi, pegang posisi ini untuk beberapa saat, lalu lanjutkan ke langkah 4.

4) Melipat Anggota Tubuh-Kaki ke Pundak.

Bawa lengan kanan si bayi lurus ke arah pinggul kanan, dan angkat sisi kirinya ke arah pundak kanan, juga didahului dengan tumit. Apabila kaki si bayi tidak dapat sampai ke arah pundak, jangan dipaksa, tapi lakukan dengan nyaman. Ulangi langkah 1 sampai dengan 4, dengan kaki dan lengan yang sama, lalu lakukan dua kali untuk kaki dan lengan yang lain. (Lakukan perlahan dan hati-hati).

d. Usapan Penutup

Gerakan mengusap ke seluruh tubuh. Letakkan tangan kanan ibu di pundak kanan si bayi. Menggunakan seluruh telapak tangan usapkan secara diagonal melewati dada dan perut hingga ke pinggul kiri. Lanjutkan gerakan tangan ibu ke kaki kiri, dengan meletakkan jemari dibawah kaki dan ibu jari ibu diletakkan di atas, sampai dengan pergelangan kaki. Sebelum berakhir, letakkan tangan kiri ibu pada pundak kiri si bayi dan ulangi gerakan diagonal yang berlawanan, hingga ke jemari kaki kanan bayi. Ulangi sebanyak dua kali, dengan gerakan usap yang kuat dan jaga kontak dengan tubuh si bayi sepanjang waktu.

2.4 Kerangka Pikir

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teori “Behavior Intention” dimana ada lima faktor yang mempengaruhi perilaku manusia yaitu faktor niat seseorang untuk bertindak,


(62)

dukungan sosial dari masyarakat, ada atau tidak adanya informasi, otonomi pribadi, situasi yang mungkin untuk bertindak.

Karateristik

• Umur

• Pendidikan

• Lama Bekerja

• Tujuan pemijatan bayi

meliputi

pengobatan,pencegahan ,dan refleksi.

• Teknik atau cara- cara pemijatan

• Bahan-bahan yang

digunakan

• Untuk mengetahui

praktek pemijatan bayi

• Faktor- faktor yang

melatarbelakangi

Tindakan pemijat bayi tradisional dalam pemijatan bayi


(1)

Tinendung, A. 2009. Pola Pencarian Pengobatan Pada Masyarakat Suku Pak-Pak Di Kelurahan Sidiangkat Kecamatan Sidikalang Kabupaten Dairi Sumatera Utara Tahun 2009. Skripsi. FKM USU. Medan.

Ubaya, Riadiani Lia. 2010. Hubungan Pijat Bayi dengan Kualitas Tidur Bayi Umur 6–12 Bulan di Desa Kertosari Kecamatan Singorojo Kabupaten Kendal. Skripsi. PSIK. UMS. Semarang

Hubungan Status Keluarga Dengan Berat Badan Dan Tinggi Badan Anak Baru Masuk Sekolah di SD Negeri No. 060834 Kota Medan Tahun 2005. Skripsi. Fkm USU.


(2)

A. Identitas Informan

1. Nama :

2. Umur : Tahun

3. Jenis Kelamin : 4. Pendidikan : 5. Lama bekerja : B. Daftar pertanyaan

1. Bagaimana proses ibu menjadi pemijat Probing :

a. Sejak kapan? b. Dari mana? c. Dengan siapa?

2. Apakah tujuan dari pijat bayi? Probing :

a. Apakah untuk pengobatan? • Pengobatan apa saja? b. Apakah untuk pencegahan?

• Pencegahan apa saja? c. Apakah untuk refleksi?

3. Apa yang ibu lakukan sebelum memijat bayi? 4. Bagaiman cara ibu melakukan pijat bayi?

Probing :

a. Bagian apa saja yang boleh di pijat? Kenapa? b. Bagian apa saja yang tidak boleh di pijat? Kenapa? 5. Alat apa saja yang di gunakan untuk pemijatan bayi? 6. Menurut ibu kapan saja bayi boleh di pijat?

7. Menurut ibu usia berapa boleh dilakukan dalam pijat bayi? 8. Apakah ketika bayi menangis pemijatan tetap berlangsung? 9. Apakah ada efek samping pemijatan bayi?


(3)

Probing :

a. Untuk pengobatan? b. Untuk pencegahan?

10.Sejauh mana tingkat keberhasilan pijat bayi? Probing :

a. Bagi pengobatan? b. Bagi pencegahan? c. Untuk refleksi?

11.Apakah ada perbedaan pemijatan bayi premature dan normal? Probing:

a. Bagaiman pemijatan bayi normal? b. Bagaimana pemijatan bayi premature?

12.Apakah sudah pernah ada pelatihan yang dilakukan oleh petugas kesehatan? Probing :

a. Pelatihan apa?

b. Kapan pelatihan dilakukan?

c. Apa saja yang diajarkan dalam pelatihan? 13.Bagian tubuh mana yang sering dipijat?

14.Berapa lama biasanya waktu pemijatan? 15.Kapan waktu yang tepat untuk pemijatan? 16.Berapa kali sebaiknya pijat bayi dilakukan? 17.Apakah ketika memijat boleh memakai perhiasan? 18.Kebiasaan yang dilakukan saat pijat bayi?


(4)

(5)

(6)