Diagnosa Gangguan Pendengaran Gangguan Pendengaran Hearing loss

Gangguan pendengaran dapat dibagi atas beberapa tingkatan sebagai berikut: a. Normal 0-25 dB; b. Mild 26-40 dB dapat menyebabkan susah berkonsentrasi dan meningkatkan usaha untuk mendengar. Pasien akan sulit untuk suara dengan frekuensi rendah. Anak-anak akan menjadi lelah setelah mendengar dalam jangka waktu lama; c. Moderate 41-55 dB dapat mempengaruhi perkembangan berbahasa, pola pikir dan bicara, interaksi dengan sesama dan harga diri. Pasien dengan tingkat gangguan pendengaran ini sulit dalam memahami dan mendengar percakapan; d. Moderate-Severe 56-70 dB dapat menyebabkan kesulitan dalam berbicara dan menurunnya tingkat intelegensi dalam berbicara. Pasien dengan tingkat gangguan pendengaran ini tidak dapat mendengarkan sebagian besar tingkat percakapan; e. Severe 71-90 dB dapat mempengaruhi kualitas suara; dan f. Profound 90 dB, pasien dengan tingkat gangguan pendengaran ini menjadi semakin sulit untuk berbicara dan berbahasa Kutz, 2012.

2.3.4. Diagnosa Gangguan Pendengaran

Untuk memeriksa pendengaran hantaran melalui udara dan melalui tulang dengan memakai garpu tala atau audiometer nada murni. Kelainan hantaran melalui udara menyebabkan tuli konduktif, berarti ada kelainan di telinga luar atau telinga tengah, seperti atresia liang telinga, cerumen, sumbatan tuba Eustachius serta radang telinga tengah. Kelainan di telinga dalam menyebabkan tuli sensorineural. Pemeriksaan pendengaran dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif Soepardi, 2007. Pemeriksaan secara kualitatif dengan menggunakan garpu tala. Ada tiga jenis tes yang dilakukan: a. Tes Rinne, adalah tes untuk membandingkan hantaran melalui udara dan hantaran melalui tulang pada telinga yang diperiksa; b. Tes Weber, adalah tes pendengaran untuk membandingkan hantaran tulang telinga kiri dan telinga kanan; dan c. Tes Schwabach, yaitu membandingkan hantaran tulang orang yang diperiksa dengan pemeriksa yang pendengarannya normal Soepardi, 2007. Pemeriksaan secara kuantitatif dengan menggunakan audiometri nada murni. Audiometri nada murni adalah tes dasar untuk mengetahui apakah terjadi gangguan pendengaran atau tidak dengan menentukan ambang batas sensitivitas pendengaran pada berbagai frekuensi yang mampu didengar. Selama pengujian, pasien akan mendengar nada murni yang diberikan melalui headphone atau earphone. Biasanya ambang batas dimulai dari yang terendah 250Hz sampai yang tertinggi 8000Hz. Intensitas nada berangsur-angsur dikurangi sampai ambang dengar, titik dimana suara terkecil yang dapat didengar akan diketahui. Dalam rentang ini, ambang batas ditentukan dalam oktaf interval 250Hz, 500Hz dan 1000Hz apabila dibawah 1000Hz sedangkan diatas 1000Hz dalam mid-oktaf interval 1500Hz, 2000Hz, 3000Hz, 4000Hz, 6000Hz dan 8000Hz. Misalnya, untuk penderita dengan ambang batas pendengaran pada 1000Hz adalah 45dB. Ini berarti ketika sinyal sinusoidal mencapai 1000Hz dan disampaikan ke penderita, intensitas dari ambang batas akan berubah secara sistematis, maka intensitas suara yang didengar sebesar 50 saat intensitas dengan level 45dB lebih tinggi dari pendengaran normal. Stach, 1998. Ada dua tipe tes audiometri nada murni yang dipresentasikan yaitu melalui hantaran udara dengan menggunakan earphone dan hantaran tulang melalui sebuah alat penggetar. Apabila melalui hantaran udara dapat memeriksa seluruh sistem auditorius. Ada dua tipe transduser yang digunakan dalam uji hantaran udara yaitu supra-aural earphone dan insert earphone. Supra-aural earphone diletakkan diluar telinga, tipe ini sudah lama dijadikan standar selama beberapa tahun karena penderita mudah untuk menggunakannya dan mempermudah kalibrasi proses untuk memastikan bahwa output yang dihasilkan alat sudah standar. Sedangkan insert earphone adalah tipe paling baru yang terdiri dari loudspeaker yang diletakkan didalam sebuah kotak kecil yang akan mengirimkan sinyal akustik melalui sebuah saluran pipa ke bagian earphone yang dimasukkan ke liang telinga cuff. Jika pasien dengan fungsi telinga luar dan tengah yang normal, maka uji hantaran udara ini akan memberitahu sensitivitas pendengaran. Sedangkan jika didapati kelainan fungsi telinga luar dan tengah maka uji ini akan memberitahu tentang kerusakan sensorineural karena kelainan telinga dalam dan kerusakan konduktif karena kelainan telinga luar dan dalam. Yang melalui hantaran tulang, secara teori, ambang batasnya merefleksikan fungsi dari cochlea, tanpa melihat kondisi telinga luar atau tengah. Jika pasien dengan fungsi telinga tengah normal dan kemudian mengalami gangguan maka hantaran tulangnya tidak akan berubah, sementara pendengaran melalui hantaran udara akan terpengaruh Stach, 1998. Hasilnya ditunjukkan dalam desibel dB dan dimasukkan ke bentuk audiogram. Audiogram nada murni yang lengkap terdiri dari 4 plots yang berbeda yaitu hantaran udara dan tulang masing-masing untuk telinga kanan dan kiri. Juga mempunyai simbol untuk hantaran udara O dan hantaran tulang . Kombinasi audiometri hantaran tulang dan udara akan membagi gangguan pendengaran menjadi konduktif, sensorineural dan campuran. Stach, 1998. Pada audiometri tutur dites seberapa banyak kemampuan mengerti percakapan pada intensitas yang berbeda. Tes terdiri dari sejumlah kata tertentu yang diberikan melalui headphone atau pengeras suara free field. Kata-kata tersebut harus diulangi oleh orang yang dites. Setelah selesai, presentase berapa kata yang dapat diulang dengan benar dapat diketahui. Kutz, 2012. Selain itu dapat dilakukan pemeriksaan dengan otoskop untuk melihat membran timpani. Langkah-langkah pemeriksaan dengan otoskop sebagai berikut: 1. Tarik daun telinga ke arah belakang dan atas pada orang dewasa dengan tangan non dominan untuk meluruskan saluran telinga. Pertahankan tindakan ini sampai otoskop dilepas dari saluran telinga. Cara ini akan membuat saluran telinga menjadi lurus; 2. Peganglah otoskop pada tangan dominan anda, posisikan otoskop terbalik dan punggung tangan anda menahan pelipis dan pipi pasen. Posisi ini membantu mencegah insersi terlalu kuat dari alat, serta membantu menstabilkan tangan anda bila kepala pasien sewaktu-waktu bergerak; 3. Masukkan spekulum dengan perlahan, cegah jangan sampai mengenai dinding medial yang sensitif terhadap nyeri. Amati saluran telinga luar dari kemerahan, pembengkakan, keluarnya cairan, benda asing serta lesi; 4. Inspeksi gendang telinga, catatlah warnanya, kontour, serta integritas dari gendang telinga. Rasional secara normal gendang telinga nampak licin berkilauan, transculent, pearl-gray.Warna yang lain menunjukkan adanya infeksi, atau akumulasi dari cairan serosa dibelakang gendang telinga. Perforasi gendang telinga terlihat seperti area oval gelap atau lubang yang lebih besar pada gendang telinga; dan 5, Amati Umbo, bagian yang memegang tulang maleus, serta cahaya kerucut Meeker, Rhoads, 2008.

2.4 Kemampuan Mendengar