Kekonsistenan Hamiltonian pada Gerak Gelombang Interfacial

(1)

KEKONSISTENAN HAMILTONIAN PADA GERAK

GELOMBANG INTERFACIAL

IHSANUDIN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008


(2)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kekonsistenan Hamiltonian pada Gerak Gelombang Interfacial adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, September 2008

Ihsanudin


(3)

ABSTRACT

IHSANUDIN. Hamiltonian Consistency of Interfacial Wave Motion. Under supervision of JAHARUDDIN and ALI KUSNANTO.

The interfacial wave is an internal wave that occurs at boundary of two layers fluid. It appears because there is difference of mass density between the two layers. The objective of this thesis is to formulate the motion of internal wave with flat base and flat as well as free upper bound surface. The motion equation obtained is a Hamiltonian system. The Hamiltonian in this system is expressed by variable of wave deviation and horizontal component of potential velocity. Under assumption that interfacial wave moves only in one direction, it can be shown that the Hamiltonian depends on the solution of the wave motion equation. The coefficients of the equation depend on the physical characteristics of the two layers of fluid, i.e. thickness and mass density. The numerical results show that Hamiltonian in the system is constant. It is consistent with Hamiltonian characteristic, which does not depend on time.


(4)

RINGKASAN

IHSANUDIN. Kekonsistenan Hamiltonian pada Gerak Gelombang Interfacial. Dibimbing oleh JAHARUDDIN dan ALI KUSNANTO.

Gelombang internal adalah suatu gelombang yang terjadi di bawah permukaan fluida, karena adanya perbedaan rapat massa pada setiap lapisan fluida. Perbedaan rapat massa air laut dapat disebabkan oleh perbedaan kadar garam dan temperatur pada setiap lapisan air laut. Perbedaan rapat massa dapat menimbulkan aliran partikel-partikel fluida. Aliran dari partikel-partikel fluida membentuk suatu gelombang yang disebut gelombang internal. Pada fluida dua lapisan, gelombang internal terjadi pada batas kedua lapisan fluida (interface). Gelombang internal ini disebut gelombang interfacial. Beberapa peneliti pernah mengamati adanya gelombang internal yang memiliki amplitudo 100 meter pada kedalaman kurang dari 1000 meter dengan panjang gelombang 1 kilometer sampai dengan 10 kilometer.

Dalam penelitian ini diformulasikan suatu persamaan gerak gelombang interfacial dengan batas bawah berupa dasar rata dan batas atas berupa permukaan rata dan juga batas atas berupa permukaan bebas. Persamaan gerak dinyatakan dalam suatu sistem Hamiltonian. Berdasarkan sistem Hamiltonian tersebut diturunkan suatu persamaan gerak gelombang yang merambat hanya dalam satu arah yang dinyatakan dalam peubah simpangan gelombang interfacial. Selanjutnya kekonsistenan dari Hamiltoniannya dikaji secara numerik.

Fluida yang ditinjau dalam penelitian ini adalah fluida ideal, yaitu fluida

yang tak mampat (incompressiable) dan tak kental (inviscid). Domain fluida

adalah fluida dua lapisan, dengan batas bawah berupa dasar rata dan batas atas berupa bidang sembarang. Berdasarkan hukum kekekalan massa dan hukum kekekalan momentum diturunkan persamaan dasar fluida dua lapisan yang dinyatakan dalam besaran potensial kecepatan. persamaan dasar fluida tersebut berupa persamaan Laplace yang berlaku pada seluruh domain. Sedangkan syarat batasnya adalah syarat batas kinematik dan syarat batas dinamik. Persamaan dasar yang diperoleh selanjutnya dinyatakan dalam sistem Hamiltonian dengan Hamiltonian (energi total) didefinisikan sebagai penjumlahan energi kinetik dan energi potensial. Salah satu sifat Hamiltonian yang ditinjau adalah bahwa besaran Hamiltonian tetap, artinya nilai Hamiltonian tidak berubah terhadap waktu.

Pada penelitian ini, formulasi Hamiltonian pada gerak gelombang interfacial dengan batas bawah berupa dasar rata dan batas atas ditinjau dua kasus, yaitu batas atas berupa permukaan rata dan batas atas berupa permukaan bebas. Formulasi yang dibuat melibatkan suatu operator Dirichlet-Neumann. Penyederhanaan dilakukan dengan menggunakan asumsi gelombang panjang dengan amplitudo kecil. Penyederhanaan ini memberikan suatu persamaan gerak gelombang yang merambat dalam dua arah. Selanjutnya ditinjau gelombang yang merambat hanya dalam satu arah, dan memberikan suatu sistem Hamiltonian. Hamiltonian dalam sistem ini dihitung secara numerik.

Hasil penelitian dalam tesis ini menunjukan bahwa persamaan gerak untuk gelombang interfacial pada dasar rata dan batas atas berupa bidang sembarang dapat dinyatakan sebagai suatu sistem Hamiltonian. Sistem Hamiltonian yang diperoleh dinyatakan dalam peubah simpangan gelombang interfacial dan


(5)

komponen kecepatan potensial dalam arah horizontal. Untuk gelombang interfacial yang ditinjau bergerak hanya dalam satu arah, sistem Hamiltonian yang

diperoleh merupakan suatu persamaan Korteweg-de Vries (KdV). Nilai

Hamiltonian dalam sistem Hamiltonian ini konstan terhadap waktu atau dengan kata lain tidak mengalami perubahan sampai waktu yang lama. Hal ini konsisten

dengan sifat Hamiltonian, yaitu tidak berubah terhadap perubahan waktu. Untuk

kasus dalam penelitian ini, dengan menggunakan data perbandingan ketebalan

lapisan atas dan lapisan bawah adalah 1/10, sedangkan perbandingan rapat massa

antar lapisan atas dan lapisan bawah adalah 1/5, memberikan nilai Hamiltonian masing-masing untuk kasus batas atas berupa permukaan rata dan berupa pemukaaan bebas adalah 9,1 x 10-7 dan 1.3 x 10-6 .


(6)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2008 Hak cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut Pertanian Bogor.

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin Institut Pertanian Bogor.


(7)

KEKONSISTENAN HAMILTONIAN PADA GERAK

GELOMBANG INTERFACIAL

IHSANUDIN

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Departemen Matematika

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008


(8)


(9)

Judul Tesis : Kekonsistenan Hamiltonian pada Gerak Gelombang Interfacial

Nama : Ihsanudin

NIM : G551060261

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Jaharuddin, M.S. Drs. Ali Kusnanto, M.Si.

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Matematika Terapan

Dr. Ir. Endar H. Nugrahani, M.S. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.


(10)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Nopember 2007 ini adalah gelombang internal, dengan judul Kekonsistenan Hamiltonian pada Gerak Gelombang Interfacial.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Jaharuddin, M.S dan Bapak Drs. Ali Kusnanto, M.Si masing-masing selaku ketua dan anggota Komisi Pembimbing, serta Ibu Dr. Ir. Endar H. Nugrahani, M.S selaku penguji luar Komisi dan selaku ketua Program Studi Matematika Terapan yang telah banyak memberikan saran. Ucapan terima kasih juga penulis disampaikan pada Departemen Agama Republik Indonesia yang telah memberikan beasiswa. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada istri dan anak serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat

Bogor, September 2008

Ihsanudin


(11)

KEKONSISTENAN HAMILTONIAN PADA GERAK

GELOMBANG INTERFACIAL

IHSANUDIN

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008


(12)

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN

SUMBER INFORMASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Kekonsistenan Hamiltonian pada Gerak Gelombang Interfacial adalah karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, September 2008

Ihsanudin


(13)

ABSTRACT

IHSANUDIN. Hamiltonian Consistency of Interfacial Wave Motion. Under supervision of JAHARUDDIN and ALI KUSNANTO.

The interfacial wave is an internal wave that occurs at boundary of two layers fluid. It appears because there is difference of mass density between the two layers. The objective of this thesis is to formulate the motion of internal wave with flat base and flat as well as free upper bound surface. The motion equation obtained is a Hamiltonian system. The Hamiltonian in this system is expressed by variable of wave deviation and horizontal component of potential velocity. Under assumption that interfacial wave moves only in one direction, it can be shown that the Hamiltonian depends on the solution of the wave motion equation. The coefficients of the equation depend on the physical characteristics of the two layers of fluid, i.e. thickness and mass density. The numerical results show that Hamiltonian in the system is constant. It is consistent with Hamiltonian characteristic, which does not depend on time.


(14)

RINGKASAN

IHSANUDIN. Kekonsistenan Hamiltonian pada Gerak Gelombang Interfacial. Dibimbing oleh JAHARUDDIN dan ALI KUSNANTO.

Gelombang internal adalah suatu gelombang yang terjadi di bawah permukaan fluida, karena adanya perbedaan rapat massa pada setiap lapisan fluida. Perbedaan rapat massa air laut dapat disebabkan oleh perbedaan kadar garam dan temperatur pada setiap lapisan air laut. Perbedaan rapat massa dapat menimbulkan aliran partikel-partikel fluida. Aliran dari partikel-partikel fluida membentuk suatu gelombang yang disebut gelombang internal. Pada fluida dua lapisan, gelombang internal terjadi pada batas kedua lapisan fluida (interface). Gelombang internal ini disebut gelombang interfacial. Beberapa peneliti pernah mengamati adanya gelombang internal yang memiliki amplitudo 100 meter pada kedalaman kurang dari 1000 meter dengan panjang gelombang 1 kilometer sampai dengan 10 kilometer.

Dalam penelitian ini diformulasikan suatu persamaan gerak gelombang interfacial dengan batas bawah berupa dasar rata dan batas atas berupa permukaan rata dan juga batas atas berupa permukaan bebas. Persamaan gerak dinyatakan dalam suatu sistem Hamiltonian. Berdasarkan sistem Hamiltonian tersebut diturunkan suatu persamaan gerak gelombang yang merambat hanya dalam satu arah yang dinyatakan dalam peubah simpangan gelombang interfacial. Selanjutnya kekonsistenan dari Hamiltoniannya dikaji secara numerik.

Fluida yang ditinjau dalam penelitian ini adalah fluida ideal, yaitu fluida

yang tak mampat (incompressiable) dan tak kental (inviscid). Domain fluida

adalah fluida dua lapisan, dengan batas bawah berupa dasar rata dan batas atas berupa bidang sembarang. Berdasarkan hukum kekekalan massa dan hukum kekekalan momentum diturunkan persamaan dasar fluida dua lapisan yang dinyatakan dalam besaran potensial kecepatan. persamaan dasar fluida tersebut berupa persamaan Laplace yang berlaku pada seluruh domain. Sedangkan syarat batasnya adalah syarat batas kinematik dan syarat batas dinamik. Persamaan dasar yang diperoleh selanjutnya dinyatakan dalam sistem Hamiltonian dengan Hamiltonian (energi total) didefinisikan sebagai penjumlahan energi kinetik dan energi potensial. Salah satu sifat Hamiltonian yang ditinjau adalah bahwa besaran Hamiltonian tetap, artinya nilai Hamiltonian tidak berubah terhadap waktu.

Pada penelitian ini, formulasi Hamiltonian pada gerak gelombang interfacial dengan batas bawah berupa dasar rata dan batas atas ditinjau dua kasus, yaitu batas atas berupa permukaan rata dan batas atas berupa permukaan bebas. Formulasi yang dibuat melibatkan suatu operator Dirichlet-Neumann. Penyederhanaan dilakukan dengan menggunakan asumsi gelombang panjang dengan amplitudo kecil. Penyederhanaan ini memberikan suatu persamaan gerak gelombang yang merambat dalam dua arah. Selanjutnya ditinjau gelombang yang merambat hanya dalam satu arah, dan memberikan suatu sistem Hamiltonian. Hamiltonian dalam sistem ini dihitung secara numerik.

Hasil penelitian dalam tesis ini menunjukan bahwa persamaan gerak untuk gelombang interfacial pada dasar rata dan batas atas berupa bidang sembarang dapat dinyatakan sebagai suatu sistem Hamiltonian. Sistem Hamiltonian yang diperoleh dinyatakan dalam peubah simpangan gelombang interfacial dan


(15)

komponen kecepatan potensial dalam arah horizontal. Untuk gelombang interfacial yang ditinjau bergerak hanya dalam satu arah, sistem Hamiltonian yang

diperoleh merupakan suatu persamaan Korteweg-de Vries (KdV). Nilai

Hamiltonian dalam sistem Hamiltonian ini konstan terhadap waktu atau dengan kata lain tidak mengalami perubahan sampai waktu yang lama. Hal ini konsisten

dengan sifat Hamiltonian, yaitu tidak berubah terhadap perubahan waktu. Untuk

kasus dalam penelitian ini, dengan menggunakan data perbandingan ketebalan

lapisan atas dan lapisan bawah adalah 1/10, sedangkan perbandingan rapat massa

antar lapisan atas dan lapisan bawah adalah 1/5, memberikan nilai Hamiltonian masing-masing untuk kasus batas atas berupa permukaan rata dan berupa pemukaaan bebas adalah 9,1 x 10-7 dan 1.3 x 10-6 .


(16)

© Hak cipta milik Institut Pertanian Bogor, tahun 2008 Hak cipta dilindungi Undang-undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumber

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau tinjauan suatu masalah.

b. Pengutipan tidak merugikan kepentingan yang wajar Institut Pertanian Bogor.

2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis dalam bentuk apapun tanpa izin Institut Pertanian Bogor.


(17)

KEKONSISTENAN HAMILTONIAN PADA GERAK

GELOMBANG INTERFACIAL

IHSANUDIN

Tesis

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Departemen Matematika

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2008


(18)


(19)

Judul Tesis : Kekonsistenan Hamiltonian pada Gerak Gelombang Interfacial

Nama : Ihsanudin

NIM : G551060261

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Jaharuddin, M.S. Drs. Ali Kusnanto, M.Si.

Ketua Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Dekan Sekolah Pascasarjana

Matematika Terapan

Dr. Ir. Endar H. Nugrahani, M.S. Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.


(20)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Nopember 2007 ini adalah gelombang internal, dengan judul Kekonsistenan Hamiltonian pada Gerak Gelombang Interfacial.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Jaharuddin, M.S dan Bapak Drs. Ali Kusnanto, M.Si masing-masing selaku ketua dan anggota Komisi Pembimbing, serta Ibu Dr. Ir. Endar H. Nugrahani, M.S selaku penguji luar Komisi dan selaku ketua Program Studi Matematika Terapan yang telah banyak memberikan saran. Ucapan terima kasih juga penulis disampaikan pada Departemen Agama Republik Indonesia yang telah memberikan beasiswa. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada istri dan anak serta seluruh keluarga, atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat

Bogor, September 2008

Ihsanudin


(21)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Serang pada tanggal 16 Februari 1979 dari ayah A. Rif’adi Imku dan ibu Jawita Z. Penulis merupakan putra pertama dari enam bersaudara.

Tahun 1997 penulis lulus dari SMA Negeri Ciruas, dan pada tahun yang sama lulus seleksi masuk Universitas Diponegoro Semarang. Penulis memilih Jurusan Matematika Terapan pada Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam dan selesai pada tahun 2002.

Tahun 2002 penulis menjadi staf pengajar di MTs Al-Khaeriyah Kepandean-Serang. Pada tahun 2006 penulis lulus seleksi masuk Program Magister Program Studi Matematika Terapan di Institut Pertanian Bogor melalui jalur Beasiswa Utusan Daerah Departemen Agama Republik Indonesia.


(22)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR GAMBAR ... xi DAFTAR LAMPIRAN ... xii I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Tujuan Penelitian ... 2 1.3 Sistematika Penulisan ... 2 II LANDASAN TEORI

2.1 Persamaan Dasar Fluida ... 4 2.2 Fluida Dua Lapisan ... 5 2.3 Sistem Hamilton ... 7 III PEMBAHASAN

3.1 Formulasi Hamiltonian ... 13 3.1.1 Batas Permukaan Rata ... 13 3.1.2 Batas Permukaan Bebas ... 15 3.2 Gerak Gelombang Interfacial ... 17 3.2.1 Batas Permukaan Rata ... 17 3.2.2 Batas Permukaan Bebas ... 22 3.3 Kajian Numerik …………... 26 IV KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan ……….... 33

4.2 Saran ………..…… 34

DAFTAR PUSTAKA ... 35


(23)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1. Domain Fluida Dua Lapisan ... 6 2. Hamiltonian dari gerak gelombang interfacial dengan batas atas berupa

permukaan rata ... 30 3. Hamiltonian dari gerak gelombang interfacial dengan batas atas berupa


(24)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Hamiltonian dengan Batas Atas Rata ... 37 2. Hamiltonian dengan Batas Atas Bebas ... 39 3. Linearisasi Operator dengan Mathematica 5. 1 ... 43 4. Gerak Gelombang Interfacial dengan Batas Atas Rata ... 44 5. Gerak Gelombang Interfacial dengan Batas Atas Bebas ... 52


(25)

I PENDAHULUAN

1. 1 Latar Belakang

Gelombang merupakan suatu fenomena alam yang menarik untuk diamati. Hal ini karena pengaruh yang ditimbulkan dapat merusak lingkungan dan kehidupan manusia. Pada dasarnya gelombang dibagi dua jenis, yaitu gelombang permukaan dan gelombang internal. Gelombang permukaan adalah suatu gelombang yang terjadi di permukaan, yang merupakan batas antara air dan udara. Gelombang internal adalah suatu gelombang yang terjadi di bawah permukaan, karena adanya perbedaan rapat massa pada setiap lapisan fluida. Perbedaan rapat massa air laut dapat disebabkan oleh perbedaan kadar garam dan temperatur pada setiap lapisan air laut. Perbedaan rapat massa dapat menimbulkan aliran partikel-partikel fluida. Aliran dari partikel-partikel-partikel-partikel fluida membentuk suatu gelombang yang disebut gelombang internal.

Pada penelitian ini, fluida yang ditinjau adalah fluida ideal, yaitu fluida yang tak mampat (incompressiable) dan tak kental (inviscid). Selain itu domain fluida diasumsikan terdiri dari dua lapisan. Pada fluida dua lapisan, gelombang

internal terjadi pada batas kedua lapisan fluida (interface). Gelombang internal ini

disebut gelombang interfacial. Sebagai contoh, gelombang yang terjadi pada pencampuran air dan minyak.

Beberapa peneliti pernah mengamati adanya gelombang internal dengan amplitudo lebih dari 100 meter pada kedalaman fluida kurang dari 1000 meter dengan panjang gelombang 1 sampai dengan 10 kilometer [2]. Pengaruh dari gelombang internal diantaranya adalah dapat mengakibatkan kerusakan pada tiang penyangga kilang minyak lepas pantai seperti yang terjadi di Laut Andaman. Kerusakan ini dapat diantisipasi, jika kekuatan gelombang internal di daerah tersebut dapat diketahui.

Zakharov pada tahun 1968 mengkaji masalah gelombang permukaan air pada laut dalam yang dapat ditinjau sebagai sistem Hamiltonian dan melibatkan integral Dirichlet [9]. Selain itu, formulasi Hamiltonian pada fluida dua lapisan yang masing-masing lapisan berupa fluida ideal dengan batas bawah dan batas atas berupa permukaan yang kaku telah dibahas oleh Benjamin dan Bridges pada


(26)

tahun 1997 [3]. Penelitian Zakharov dilanjutkan oleh Craig dan Sulem pada masalah gelombang permukaan air dengan meninjau sistem Hamiltonian yang melibatkan operator Dirichlet-Neumann dan sifat dari kecepatan potensial di permukaan, dan hasil yang diperoleh lebih efisien [6]. Craig dan Groves memperoleh hasil yang sama dengan yang dilakukan Benjamin dan Bridges dalam masalah Hamiltonian pada fluida dua lapisan, tetapi melibatkan operator Dirichlet-Neumann pada seluruh domain fluida baik lapisan atas maupun lapisan bawah [4].

Pada penelitian ini akan diformulasikan gerak gelombang interfacial dengan batas atas berupa permukaan rata dan batas atas berupa permukaan bebas dengan menggunakan formulasi Hamiltonian dan melibatkan operator Dirichlet-Neumann.

1.2 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian di atas, tujuan dari penelitian ini adalah memformulasikan gerak gelombang interfacial dengan batas atas berupa permukaan rata dan juga batas atas berupa permukaan bebas dan batas bawah berupa dasar rata dengan menggunakan formulasi Hamiltonian.

Berdasarkan sistem Hamiltonian yang diperoleh akan diturunkan persamaan gerak gelombang yang merambat hanya dalam satu arah yang dinyatakan dalam peubah simpangan gelombang interfacial. Selanjutnya,

berdasarkan persamaan gerak yang diperoleh akan dikaji kekonsistenan dari

Hamiltoniannya. Besarnya Hamiltonian pada setiap saat akan ditentukan secara numerik dengan menggunakan pemotongan deret Fourier.

1.3 Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan pada penelitian ini terdiri dari empat bab. Bab I

pendahuluan terdiri dari latar belakang, tujuan penelitian, dan sistematika

penulisan.

Bab II landasan teori terdiri dari persamaan dasar fluida, fluida dua lapisan, dan sistem Hamilton. Bab III pembahasan terdiri dari formulasi Hamiltonian dengan batas atas berupa permukaan rata dan batas atas berupa


(27)

permukaan bebas, gerak gelombang interfacial dengan batas atas berupa permukaan rata dan batas atas berupa permukaan bebas, dan kajian numerik. Sedangkan Bab IV kesimpulan dan saran.


(28)

II LANDASAN TEORI

Pada bagian ini akan diuraikan beberapa konsep yang mendasari penelitian ini. Konsep dinamika fluida akan disajikan dari pustaka [5] dan [1], sedangkan teori sistem Hamiltonian dirangkum dari pustaka [7] dan [8].

2.1 Persamaan Dasar Fluida

Persamaan dasar fluida diturunkan dengan menggunakan hukum kekekalan massa dan hukum kekekalan momentum. Menurut hukum kekekalan massa, laju perubahan massa dalam suatu sel adalah selisih antara massa yang masuk dan massa yang keluar dari sel tersebut. Sedangkan hukum kekekalan momentum menyatakan bahwa laju keseimbangan momentum adalah selisih antara momentum yang masuk dengan yang keluar ditambah dengan gaya-gaya yang bekerja pada sel tersebut.

Misalkan gerak partikel fluida dinyatakan dalam dua dimensi dengan

kecepatan partikel dalam arah horizontal dan vertikal berturut-turut adalah u(x,y,t)

dan w(x,y,t). Fluida memiliki rapat massa ( , , )x y t dengan x, y, dan t berturut-turut menyatakan koordinat horizontal, koordinat vertikal, dan waktu.

Berdasarkan hukum kekekalan massa diperoleh persamaan kontinuitas berikut

0

t u x w y (2.1)

0,

x y

u w (2.2)

dan hukum kekekalan momentum memberikan persamaan Euler berikut

(ut uux wuy) px 0

(2.3)

(wt uwx wwy) py g 0, (2.4)

dengan p dan g berturut-turut menyatakan tekanan dan percepatan grafitasi.

Berdasarkan asumsi fluida tak berotasi (irrotational), yaitu q 0

dengan q u w , maka terdapat fungsi skalar yang disebut fungsi kecepatan

potensial, sehingga q x y . Jadi persamaan (2.2) dapat ditulis

0


(29)

Syarat batas untuk gerak partikel fluida adalah syarat batas kinematik dan syarat batas dinamik. Syarat batas kinematik diturunkan berdasarkan gerak

partikel fluida. Misalkan y 0( , )x t adalah kurva yang membatasi air dan udara

dan dinyatakan oleh persamaan permukaan S x y t( , , ) 0 dengan

0

( , , ) ( , )

S x y t x t y. Jika diasumsikan tidak ada partikel fluida yang

menembus permukaan, maka berlaku DS 0 ,

Dt dengan

D

u w Dt t x y.

Sehingga diperoleh syarat batas kinematik pada permukaan fluida berikut

0t x 0x y 0

di y 0( , )x t . (2.6)

Sedangkan syarat batas kinematik di dasar fluida yang rata (y h) adalah

0

y di y h. (2.7)

Syarat batas dinamik hanya berlaku pada permukaan saja, diturunkan

berdasarkan persamaan Euler dengan asumsi fluida tak kental (invicid) dan

tekanan di permukaan sama dengan tekanan udara, misalnya nol. Jadi syarat batas dinamik adalah

2 2

0

1

( ) 0

2 x y g

t

di y 0( , )x t , atau

2 0

1

0

2 g

t

di y 0( , )x t . (2.8)

2.2 Fluida Dua Lapisan

Fluida dua lapisan adalah fluida yang terdiri atas dua lapisan yang masing-masing mempunyai rapat massa yang konstan. Tinjau fluida dua lapisan dengan

domain fluida adalah titik (x, y) dengan h2 y h1 1( , )x t . Misalkan

domain fluida dibagi menjadi dua daerah, yaitu (i). S t1( , , )2 1 ( , ) :x y 2( , )x t y h1 1( , )x t

(ii). S t2( , 2) ( , ) :x y h2 y 2( , )x t .

Misalkan fluida lapisan atas dan bawah masing-masing memiliki rapat

massa 1dan 2 dengan 2 1. Fungsi 1( , )x t dan 2( , )x t berturut-turut


(30)

interfacial. Sedangkan fungsi 1 x y t, , dan 2 x y t, , berturut-turut menyatakan kecepatan potensial pada lapisan atas dan lapisan bawah dengan batas

atas y h1 1( , )x t dan batas bawah y h2, seperti yang diberikan pada

Gambar 1.

Berdasarkan asumsi fluida tak berotasi (irrotational), diperoleh persamaan

berikut

1xx 1yy 0 pada S t1( , 2, 1)

2xx 2yy 0 pada S t2( , 2). (2.9)

Syarat batas kinematik pada dasar fluida yang rata (y = - h2)adalah

2y 2 N2 0 di y = -h2 , (2.10)

dengan N2 0 1T, yakni vektor normal satuan di y = -h2. Syarat batas

kinematik di y 2( , )x t adalah

1 2 2

2 2 2 2 2 2 2

1 2 2

2 1 2 1 1 2 2

1

( ) 1

t y x x x

t y x x x

N N

di y 2( , )x t , (2.11)

dengan 2 2

2 2

1

1 1

T x x

N , yakni vektor normal satuan di y 2( , )x t .

Syarat batas dinamik di y 2( , )x t adalah

2 1

2

2 2 2 2

2 1

2

1 1 1 2

( )

( )

t

t g

g

diy 2( , )x t . (2.12) h1

h2

1 1 ,

y h x t

2 ,

y x t

2

1

x 0

- h2

h1

Gambar 1. Domain fluida dua lapisan y


(31)

Berikut ini akan ditinjau dua kasus untuk batas atas fluida, yaitu (i) batas atas berupa permukaan rata (y h1) dan (ii) batas atas berupa permukaan bebas

1 1( , )

y h x t . Pada kasus batas atas berupa permukaan rata diperoleh

1y 1 N1 0

di y h1, (2.13)

dengan N1 0 1T, yakni vektor normal satuan di y h1. Pada kasus batas atas

berupa permukaan bebas diperoleh

1 2 2 1t 1y 1x 1x 1 N1 1 x 1

di y h1 1( , )x t , (2.14)

dengan 1 1

2 1

1

1 1

T x x

N , yakni vektor normal satuan di y h1 1( , )x t .

Syarat batas dinamik di permukaan bebas y h1 1( , )x t adalah

2 1

2

1t 1 g 1 0 di y h1 1( , )x t , (2.15)

dengan menganggap tekanan permukaan sama dengan tekanan udara yang diasumsikan nol.

2.3 Sistem Hamiltonian

Didefinisikan fungsi pada ruang M, yaitu pemetaan H M: R dengan

( ) ( , . ,x xx,...) ,

H v h x v v v dx v M , (2.16) dan h adalah fungsi sembarang dari v beserta turunannya. Turunan variasi dari fungsional H terhadap v didefinisikan sebagai berikut. Jika terdapat operator

simetri miring di ruang M sehingga untuk setiap bilangan real berlaku

0 ,

d

H v s sdx s M

d , (2.17)

maka disebut turunan variasi dari H terhadap v, ditulis dengan notasi vH .

Turunan variasi vH dapat ditentukan dengan cara berikut. Perhatikan

fungsional

, , x x, xx xx,... .


(32)

Misalkan r v s, maka diperoleh

2 2

...

...

... .

x xx

x xx

x xx

x xx

x x

dr dr

dH h dr h h

dx d r d r d r d

h h h

s s s dx

r r r

h d h d h

s dx r dx r dx r

Setelah dilakukan integrasi parsial berulang dan untuk 0, diperoleh

2

2 ...

v

x xx

h d h d h

H

v dx v dx v . (2.19)

Selanjutnya operator :M M disebut operator simetri miring, jika

, , , ,

v s v s v s M , (2.20)

dengan , adalah notasi untuk perkalian dalam. Pada penelitian ini perkalian

dalam yang digunakan berbentuk

, , ,

v s vsdx v s M. (2.21)

Suatu persamaan diferensial parsial dikatakan sebagai sistem Hamiltonian jika terdapat fungsional H dan sehingga persamaan diferensial parsial tersebut dapat ditulis dalam bentuk

tv vH. (2.22)

Hamiltonian H merupakan besaran yang tetap, artinya jika v(x,t)

merupakan penyelesaian dari persamaan (2.22), maka nilai H(v(x,t)) tidak berubah

terhadap waktu. Penjelasan mengenai hal ini adalah sebagai berikut.

Jika r v tv, maka

0

0 0

0

,

, t ,

dH r

d r

H v x t

dt dr t

dH r r dH r

dr d

d

H v x t v d


(33)

sehingga diperoleh ,

v t dH

H v

dt . (2.24)

Jika persamaan (2.22) disubsitusikan ke persamaan (2.24), maka diperoleh ,

v v

dH

H H

dt . (2.25)

Karena operator simetri miring, maka vH, vH 0, sehingga

0

dH

dt . (2.26)

Hal ini menunjukan bahwa nilaiH v x t, tidak berubah terhadap waktu t.

Berikut ini akan dibahas sistem persamaan diferensial yang merupakan

sistem Hamiltonian. Didefinisikan fungsional H adalah

1 2 1 2, 1 2 1

( , ) ( , , x, x, xx,....)

H v v h x v v v v v dx , (2.27) dengan h fungsi sembarang dari v1 dan v2 beserta turunannya. Turunan variasi

dari fungsi H terhadap v1, yaitu

1

vH , memenuhi

1

1 1 2 1 1

0

, v , ,

d

H v s v H s s M

d , (2.28)

dan turunan variasi dari fungsi H terhadap v2, yaitu

2

v H, memenuhi

2

1 2 2 2 2

0

, v , ,

d

H v v s H s s M

d . (2.29)

Suatu sistem persamaan diferensial parsial dikatakan sistem Hamiltonian,

jika terdapat fungsional H dan operator simetri miring sehingga sistem

persamaan diferensial parsial tersebut dapat ditulis dalam bentuk

1

2

1 11 12

21 22 2

,

v t

v H v

v H . (2.30)

Sebagai contoh, diberikan persamaan diferensial parsial berikut 0

0

x t

x A

u B u , (2.31)

dengan A dan B adalah konstanta positif. Persamaan (2.31) dapat dinyatakan


(34)

0

, 0

x t

x u

H

u H (2.32)

dengan Hamiltonian H didefinisikan oleh

2 2

1 2

H Au B dx. (2.33)

Contoh lainnya adalah sistem Hamiltonian yang diberikan oleh persamaan diferensial parsial berikut

2

1

2

1 2

1 2 1

0 0 0

0 0 0

,

0 0 0

0 0 0

x x t

x u

x u

H H

u H

u H

(2.34)

dengan Hamiltonian

2 2 2 2

2 1 2 1 2 1

1

2 2

H Au Bu u Cu dx, (2.35)

atau

2 2 2 2

1 1 1 1

0 1

0 2

T T

u u

I A B

H dx

I u B C u . (2.36)

Kemudian, jika dua vektor v dan y memenuhi v = By dengan B suatu matriks, maka hubungan sisitem Hamiltonian kedua vektor tersebut diberikan pada proposisi berikut.

Proposisi 1

Misalkan y memenuhi persamaan ty yH.

Jika v memenuhi v = By,maka tv vH,

dengan

* ( ) ( ).

B B H v H y


(35)

Sebagai contoh, didefinisikan transformasi berikut

r F

s u , (2.37)

dengan

4 4

4 4

4 4

4 4

B A

A B

F

B A

A B

. (2.38)

Dalam hal ini

, , ,

v r s y u , 0

0

x x

. (2.39)

Berdasarkan persamaan (2.32) dan proposisi 1 diperoleh

tv yH, (2.40)

dengan

*

.

F F H v H y

Sebagai contoh lain, didefinisikan transformasi berikut

2 2

1 1

2 2

1 1

R

v u

v u

, (2.41)

dengan

1

0 0

0 0

0 0 0 0

T a b

a b

R R

a b a b


(36)

dan

1

2 2

2

1

2 2

2 2

2 1

2 2

1

1 2 1

2 2 2

.

a

b

C A B

Dalam hal ini

2, 1, 2, 1 , 2, 1, 2, 1 ,

v v v y u u

0 0 0

0 0 0

0 0 0

0 0 0

x x x

x

.

Berdasarkan persamaan (2.34) dan proposisi 1 diperoleh

tv yH,

atau

2

1

2

1 2

1 2 1

0 0 0

0 0 0

,

0 0 0

0 0 0

x x t

x v

x v

H H

v H

v H

(2.43)

dengan

2 2

2 2 2 2

2 1 2 1 2 0 2 1 0 1

1

, , , ,

2

H v v c v c v dx (2.44)

dan

2 2 2

0

1

4 2


(37)

III PEMBAHASAN

Pada penelitian ini akan dibahas formulasi Hamiltonian bagi gerak gelombang interfacial. Pembahasan dibagi dalam dua kasus yaitu kasus pertama dengan batas atas berupa permukaan rata dan kasus kedua dengan batas atas

berupa permukaan bebas. Hamiltonian H didefinisikan sebagai energi total, yaitu

penjumlahan energi kinetik K dan energi potensial P yang dinyatakan oleh

.

H K P (3.1)

3.1 Formulasi Hamiltonian 3.1.1 Batas Permukaan Rata

Pada gerak gelombang interfacial dengan batas atas berupa permukaan rata, energi kinetik K dan energi potensial P berturut-turut didefinisikan sebagai berikut

2 1

2 2

( )

2 2

1 1

2 2 2 2 1 1

( )

x h

h x

K dy dx dy dx, (3.2)

2 1

2 2

2 2

2 1

2 2( ) 2 1 .

x h

h x

P g y dydx g y dydx

g x dx

(3.3)

Selanjutnya, energi kinetik direduksi menggunakan operator Dirichlet-Neumann untuk lapisan bawah (S t2( , 2)). Misalkan 1( )x 1( ,x 2( ))x dan

2( )x 2( ,x 2( ))x . Definisikan operator Dirichlet-Neumann untuk domain

fluida lapisan bawah sebagai berikut

1 2 2

2 2 2 2 2 1 x 2

G N

(3.4)

1 2 2

1 2 1 2 2 1 x 2

G N , (3.5)

dengan 2 2

2 2

1

1 1

T x x


(38)

Jadi energi kinetik pada persamaan (3.2) dapat dinyatakan berikut

1 1

2 2 2 2( 2) 2 2 1 1 1( 2) 1

K G G dx. (3.6)

Berdasarkan definisi operator Dirichlet-Neumann, syarat batas kinematik pada persamaan (2.9) dapat dinyatakan oleh

2 2 2 2

2 1 2 1,

t t

G

G (3.7)

dengan penyelesaian masing-masing berbentuk 1 G11( )2 2t dan

1

2 G2 ( )2 2t. Selanjutnya, definisikan Lagrangian L = K - P, maka dengan

menggunakan persamaan (3.3) dan (3.6), diperoleh

1 1

2 2 2 2 2 2 2 1 2 1 2 2

2

2 1 2

1

( , ) ( ( ) ( ) )

2 1

( ) ( ) .

2

t t t t t

L G G dx

g x dx

(3.8)

Definisikan peubah

2

2( )x tL, diperoleh

1 1

2 2 2 2 2 1 1 2 2

2 2 1 1

( ) ( ) ( )

( ) ( ),

t t

x G G

x x (3.9)

dan berdasarkan persamaan (3.7) dan (3.9), diperoleh

1 2 2 1 2 2 2 1 2 2

2 2 2 2 1 2 1 2 2 1

( ) ( ( ) ( ))

( ) ( ( ) ( )) ,

G G G

G G G

(3.10)

sehingga Hamiltonian H pada persamaan (3.1) menjadi

1 1

2

2 2 2 1 2 1 2 2 2 1 2 2 2 2

2 1

2 2 1 2

( , ) ( ) ( ) ( ) ( )

( ) .

H G G G G dx

g dx

(3.11)

Jadi sistem persamaan bagi gerak gelombang interfacial dinyatakan dalam sistem Hamiltonian berikut

2 2

2 , 2

t H t H. (3.12)

Persamaan (3.12) merupakan sistem persamaan tak linear dengan Hamiltonian H

diberikan pada persamaan (3.11). Penurunan persamaan (3.8), (3.9), (3.10), dan (3.11) dapat dilihat di Lampiran 1.


(39)

3.1.2 Batas Permukaan Bebas

Formulasi Hamiltonian untuk gerak gelombang interfacial dengan batas

atas berupa permukaan bebas memiliki Lagrangian yang bergantung pada 1( , )x t

dan 2( , )x t . Energi kinetik K dan energi potensial P pada kasus ini berturut-turut didefinisikan

2 1 1

2 2

( ) ( )

2 2

1 1

2 2 2 2 1 1

( )

x h x

h x

K dy dy dx, (3.13)

2 1 1

2 2

2 2

2 2

1 1

2 ( 2 1) 2( ) 2 1 1 1( ) .

x h x

h x

P g y dy dx g y dy dx

g x g h x dx

(3.14)

Selanjutnya, definisikan 1( )x 1( ,x 2( ))x , 2 2( ,x 2( ))x , dan

3 1( ,x h1 1( ))x . Operator Dirichlet-Neumann untuk domain fluida lapisan

bawah (S t2( , 2)) adalah

1 2 2 2( 2) 2( ) 2 (1 ( x 2) )

G x N dan operator

Dirichlet-Neuman untuk domain fluida lapisan atas (S t1( , 2, 1)) didefinisikan oleh 1 2 1 2 2

1 2 2

1

11 12

2

21 22 3

1 1 1

( . ) (1 ( ( )) ) ( )

, ( ) ( . ) (1 ( ( )) )

x

x

N x

x

G G

G G x N x (3.15)

dengan 1 1

2 1 1 1 1 T x x

N dan 2 2

2 2 1 1 1 T x x N berturut-turut

menyatakan vektor normal satuan di y h1 1 dan y 2. Jadi energi kinetik

pada persamaan (3.13) dapat dinyatakan berikut

1 11 12 1

1 1

2 2 2 2 2 2 2 1

21 22

3 3

( )

T

G G

K G dx

G G . (3.16)

Berdasarkan Operator Dirichlet-Neumann pada persamaan (3.4) dan

(3.15), maka syarat batas kinematik (3.7) untuk 2berlaku, sedangkan persamaan

(2.9) dan (2.12) berturut-turut menjadi

2 11 1 12 3

1 21 1 22 3

( )

.

t t

G G


(40)

Dengan menggunakan persamaan (3.14) dan (3.16), Lagrangian diperoleh dalam bentuk

1

2 11 12 2

1

2 2 2 2 2 1

21 22

1 1

2 2

2 1 2 1 1 1

1 ( ) 2 1 1 ( ) ( ) ( ) . 2 2 T t t t t t t R R G G

L G dx dx

G G

g x dx g h dx

(3.18)

Definisikan

1

1 tLdan 2 2tL, maka diperoleh

1 1

2

2 2 2 2 11 12

2 1

21 22

1 1

2 2 1 1

1 3 ( ) 0 . t t t G G G G G (3.19)

Dengan menggunakan persamaan (3.19), maka persamaan (3.16) dapat ditulis

2 1

2 2 11 12

21 22 3

1 1 1

1 1 2 2 T T t t G G

K dx dx

G G . (3.20)

Penyelesaian persamaan (3.15) dan (3.19) untuk 1, 2, dan 3 dalam variabel

2, 1 adalah

2 1 1

1 2 2 2 12 1

1

2 11 2 12 1

1 3

1

( ( ) )

( )

B G G

B G G (3.21)

dengan B 2G11 1G2( 2).

Jadi persamaan (3.20) dapat dinyatakan oleh

2

1 1

1 1

11 2 2 2 2 12

2 2

1 1 1

21 2 2 22 21 12

1 1 ( ) ( ) 1 ( ) 2 T

G B G G B G

K dx

G B G G G B G . (3.22)

Sehingga Hamiltonian diperoleh dalam bentuk

2

1 1

1 1

11 2 2 2 2 12

2 2

1 1 1

21 2 2 22 21 12

1 1

2 2

2 1 2 1 1 1

( ) ( ) 1 ( ) 2 1 1 ( ) ( ) ( ) . 2 2 T R R

G B G G B G

H dx

G B G G G B G

g x dx g h dx


(41)

Jadi sistem persamaan gerak untuk gelombang interfacial dengan batas atas berupa permukaan bebas dinyatakan oleh sistem Hamiltonian berikut

2 2

1 1

2 2

1 1

,

, .

t t

t t

H H

H H (3.24)

Persamaan (3.24) merupakan sistem persamaan tak linear dengan Hamiltonian H

diberikan pada persamaan (3.23). Penurunan persamaan (3.18), (3.19), (3.20),

(3.22), dan (3.23) dapat dilihat di Lampiran 2.

3.2 Gerak Gelombang Interfacial 3.2.1 Batas Permukaan Rata

Berikut ini akan diturunkan persamaan gerak gelombang interfacial dengan batas atas berupa permukaan rata menggunakan asumsi gelombang

panjang dan amplitudo kecil sehingga diperkenalkan parameter kecil pada

penskalaan berikut

' 2 ' 2

2 2 2

' , ,

x x , (3.25)

yang memberi pengertian bahwa 2 dan u x 2 berorde sama, yaitu O( 2).

Parameter dan penskalaan tersebut akan diaplikasikan pada bentuk Hamiltonian

persamaan (3.11). Agar bentuk Hamiltonian H dinyatakan secara eksplisit, maka

opertor Dirichlet-Neumann pada persamaan (3.4) dan (3.5) dinyatakan dalam uraian deret Taylor yang masing-masing berbentuk

2 2 2 2 2 2 2

2 3 2

1 2 1 2 1 2 1

2 3 2

tanh tanh tanh

,

tanh tanh tanh

,

G D h D D D D h D D h D

O D

G D h D D D D h D D h D

O D

(3.26)

dengan D i x. Penurunan persamaan (3.26) dapat dilihat pada pustaka [5].

Jika persamaan (3.25) digunakan, maka persamaan (3.26) yang masing-masing berlaku untuk fluida lapisan bawah dan atas menjadi


(42)

' ' '

2 2 2

4 ' ' ' ' ' ' ' ' 8

2 2 2 2

2 ' 2 4 3 ' 4 ' ' '

2 2 2

6 5 ' 6 2 ' 2 ' ' 2 8

2 2 2

tanh tanh tanh 1 3 2 , 15

G D h D

D D D h D D h D O h D h D D D

h D h D D O

(3.27)

dan

' ' '

1 2 1

4 ' ' ' ' ' ' ' ' 8

2 1 2 1

2 ' 2 4 3 ' 4 ' ' '

1 1 2

6 5 ' 6 2 ' 2 ' ' 2 8

1 1 2

tanh tanh tanh 1 3 2 . 15

G D h D

D D D h D D h D O h D h D D D

h D h D D O

(3.28)

Selanjutnya definisikan operator B sebagai berikut

2 1( 2) 1 2( 2)

B G G . (3.29)

Berdasarkan persamaan (3.27) dan (3.28), operator B menjadi

2 2

1 2 2 1

4 ' 3 3 4

1 2 2 1 2 2 1

6 5 5 6 2 2

1 2 2 1 1 2 2 1

2 ' 2 8

2 ' 1 ' ' ' 3 2 ' 15 ' ' .

B h h D

D D h h D

h h D h h

D D O

(3.30)

Sedangkan invers dari operator B adalah

1 1

2

1 2 2 1

3 3

2 1 2 2 1 2 1 2 '

2 1 2 2 1 1 2 2 1

5 5 2 2

4 '

1 2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 2 1 1 2 2 1 4

2

3 3

2 ' 6

1 2 2 1 1 2

2 1 2 2 1 1 2 2 1 1 ' 1 1 ' 3 2 ' ' ' 15 1 ' 3 B D h h h h D

h h h h

h h h h

D D D

h h h h

h h

D O

h h h h

1 ' . D

(3.31)


(43)

Integrand pada Hamiltonian dalam persamaan (3.11) berupa fungsi dari

operator G1 2 B G1 2 2 , sehingga dengan menggunakan penskalaan (3.25)

dan persamaan (3.27), (3.28) dan (3.30), maka persamaan (3.11) menjadi

4

2 2

2 1

2 2 2 2 2 1 2

1 2 2 1 2

4 2 1

1 1 2 2 6

1 2 2 1 7

2 2 2 2

2 1 1 2 2 2 1 2 2 1

, 2 1 3 , 2

h h dx

H D

h h h h

h h D

h h dx

O h h D D h h

(3.32)

setelah tanda aksen dihilangkan. Dengan mengunakan turunan variasi terhadap

Hamiltonian H pada persamaan (3.32), maka persamaan (3.12) menjadi

2 3 2 2 2 1 2 1 2 2 1

2

2 1 2 2 1 1 4

2 2

1 2 2 1 2

2 2

2 1 1 2

2 2

2 1 2 2 1 3

2

2 2

2

2 2 1 1 2

2 1 2 2 2

1 2 2 1 1 3 , . 2 t x x x x t x H h h h h

h h h h

h h h h h h H h h g h h (3.33)

Penurunan persamaan (3.32) dan (3.33) dapat dilihat di Lampiran 4. Bentuk

Hamiltonian H pada persamaan (3.32) dapat dinyatakan dalam peubah 2 dan u

sebagai berikut

4

2 2

2 1

2 2 1 2

1 2 2 1 2 6

2 2 1

1 1 2 2 1 2 2 1

2 2

6

2 2 1 1 2

2 2 1 2 2 1

, 2 1 2 3 . 2 x

h h dx

H u u g

h h

h h dx

h h u h h

h h dx u h h


(44)

Dengan mengunakan turunan variasi terhadap Hamiltonian H pada persamaan (3.34), maka persamaan (3.33) menjadi

2 1 1 2 2 1

2

2 1 2 2 1 1 2 2 2

1 2 2 1 2

2 2

2 1 1 2 2 2 1 2 2 1

2 2

2

2 1 1 2

2 1 2 2

1 2 2 1 1

3

. 2

x

t x

t x

h h u

h h

h h h h

u

h h

h h

u

h h

h h

u g u

h h

(3.35)

Persamaan (3.35) merupakan persamaan gerak gelombang interfacial dengan batas atas berupa permukaan rata yang merambat dalam dua arah.

Persamaan (3.35) sering disebut sebagai persamaan Boussinesq. Penurunan

persamaan (3.34) dan (3.35) dapat dilihat di Lampiran 4.

Berikut ini akan dibahas persamaan gerak gelombang interfacial yang merabat hanya dalam satu arah. Untuk membahas gerak gelombang tersebut, maka berikut ini akan dibahas lebih dahulu bentuk eksplisit persamaan gerak gelombang yang merambat dalam dua arah. Untuk itu, didefinisikan transformasi berikut

2 1 1 2 2 1 2 1

4 4

2 1 2 1 1 2 2 1 2

2 1 1 2 2 1 2 1

4 4

2 1 2 1 1 2 2 1

4 4

4 4

g h h h h

h h g h h

r

s g h h h h u

h h g h h

, (3.36)

dengan r dan s masing-masing menyatakan simpangan gelombang yang bergerak

dalam arah kanan dan kiri. Dengan menggunakan persamaan (3.36), persamaan (3.34) menjadi


(45)

3 2

7 4 4

2 1 2 1 2 2

1 2 2 1

6

2 1

2 1 1 2 2 1

1 2 2 1

2 2

2 1 1 2

2 2

1 2 2 1

2 1 3 2 2 3

4 2 1 , 2 1 2 6 1 2 2 2 .

x x x x

g h h dx

H r s r s

h h

h h

g h h

h h

h h

r r s s

h h

g dx

r r s rs s

h h

(3.37)

Dengan mengunakan turunan variasi terhadap Hamiltonian H pada persamaan

(3.37), maka persamaan (3.35) menjadi

3 2

7 4 2 1 2 1 1 2 2 1 2

3 3

2 1

2 1 1 2 2 1

1 2 2 1

2 2

2

2 1 1 2 2 1 2 2

4

2 1 1 2 2 1

6

3 2 ,

4 2

t x

x x x

g h h

r r

h h h h

g h h r s

h h

h h g

r rs s h h h h (3.38) 3 2 7 4 2 1 2 1 1 2 2 1 2

3 3

2 1

2 1 1 2 2 1

1 2 2 1

2 2

2

2 1 1 2 2 1 2 2

4

2 1 1 2 2 1

6

2 3 .

4 2

t x

x x

x

g h h

s s

h h h h

g h h r s

h h

h h g

r rs s h h

h h

(3.39)

Penurunan persamaan (3.37), (3.38) dan (3.39) dapat dilihat di Lampiran 4. Selanjutnya asumsikan gelombang yang ditinjau bergerak dalam arah kanan, sedangkan arah kiri relatif kecil, sehingga s O( 2). Dengan demikian persamaan gerak gelombang interfacial yang bergerak hanya dalam arah kanan adalah


(46)

3 2

7 4 2 1 2 1 1 2 2 1 2

3 2 1

2 1 1 2 2 1

1 2 2 1

2 2

2

2 1 1 2 2 1

4

2 1 1 2 2 1

6 , 2 2 t x x x

g h h

r r

h h h h

g h h r

h h

h h g

r r h h h h

atau 2 2 0 0

t x x xxx

r c r rr r (3.40)

dengan

3 2

7 4 2 1 2 1 0

1 2 2 1 2 1

2 1 1 2 2 1

1 2 2 1

2 2

2 1 1 2 2 1

4

2 1 1 2 2 1

1 6 1

. 2 2

g h h

c

h h h h

g h h

h h

h h g

h h h h

(3.41)

Persamaan (3.40) merupakan persamaan gerak gelombang interfacial dengan batas atas berupa permukaan rata yang merambat hanya dalam arah kanan saja.

Persamaan (3.40) sering disebut persamaan KdV.

3.2.2 Batas Permukaan Bebas

Berikut ini akan diturunkan persamaan gerak gelombang interfacial dengan batas atas berupa permukaan bebas menggunakan asumsi gelombang

panjang dan amplitudo kecil sehingga diperkenalkan parameter kecil pada

penskalaan berikut

' 2 ' 2 ' 1 ' 1

2 2 2 1 2 1

' , , , ,


(47)

Dengan menggunakan penskalaan (3.42), maka persamaan (3.23) menjadi

3

2 2 2 2 2

2 1 2 1 1 2 2 1

2 2

2 2

2

2 2

1 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2

2 1 2

2

2 2

2

2 2 1 2 1 2 1 2 1

2 2 2

2

2 3 3 2 2 2

2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 1

2 2 1

2 2 2

2

2 2 2 2 1

2 2 2 1

2 2

1

3 3

2 6 3

3 3 3 3 2 x x x x h h

H g g u u u

h

h h u h h u

h

h h h h u u

h h h h h h u

u u u 2 1 2 12

2 2 7 1 1 1 , u

u dx O

(3.43)

setelah tanda aksen dihilangkan. Dengan mengunakan turunan variasi terhadap

Hamiltonian H pada persamaan (3.43), maka persamaan (3.24) memberikan

sistem persamaan berikut

2 2

2 2

2 2 1 2 2 2 1

2 2 2 2

2

3 2 3

2 2 1 2 1 2 1

2 2 2

3 2 2 3

2 1 1 2 1 2 2 1 1

2 2

2 2

2 2 1 2 2 2 2 1

2 2

2

2 1 1 1

2 1 2

1 2 1 2 2 1 1

2 2 1

3 3

2 6 3

6

1

t x x x x

x x

x

t x x x

x

t x x

h h

u u u u

h h h u u

h h h h h u

u g u u u u

u u h

u h h u

2

2 2 2

2 2

1 2 2 1 1 1

2 1 1

2

3 2 2 3

2 2 1 2 1 2 1 2 2

2 2 2

2 3 3 2 2 2 3

2 1 2 1 2 1 2 2 1 1 1 2 1

2 2 1

2

1 1 1 1 1

2

2 6 3

6 3 3 6 . x x x x x

t x x

u

u u

h h h h h u

h h h h h h u

u g u u

(3.44)


(48)

Selanjutnya didefinisikan transformasi

2 1

'

2 1 2

'

1 1

'

2

2 2 1

'

1 1

1

0 0 0

0 0 0

1

0 0 0

1

0 0 0

g g u u g u u g (3.45) dan 2 2 1 1 2 2 1 1 0 0 0 0 0 0 0 0 a b a b

v a b u

v a b u

, (3.46)

dengan 2 2 1 , , 1 1 d a b d d (3.47) dan

2 1 2 1

2 1

1 1 1

1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1

2

1

4 .

d h

h h h h h h h

(3.48)

Misalkan batas atas permukaan bebas berupa gelombang dengan amplitudo yang jauh lebih kecil dari amplitudo gelombang interfacial yang ditinjau, maka diperkenalkan penskalaan berikut

' '

1 1, v1 v1. (3.49)

Dengan demikian Hamiltonian H pada persamaan (3.43) menjadi

3

2

2 2

2 0 2

2 2

2 2 2 2 7

1 0 1 2 2 2

2

,

x

H c v

c v D v N v dx O


(49)

dengan

2 2

0 2 1 2 1 2 1 2 1

2

2 2

2 1 2 2 1 1

2 2 2

2 2

1 2 1 2 2 1 2 1 2 1

2 2

2

2 3 3 2 2 2

2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1

2 2

3 2

2 1 1

2 2 2 3 2 1 2 1 1 4 , 2 3 3

2 6 3

3

3 3 ,

3

2

,

c g h h h h h h

gh

D h h a

gh

h h h h a b g

h h h h h h b

g g

N a a b

g g

a b b

(3.51)

setelah tanda aksen dihilangkan. Dengan menggunakan turunan variasi terhadap

Hamiltonian H pada persamaan (3.50), maka persamaan (3.44) menjadi

2 2 2

2 0 2 2 2 2

2 2

2 2 2

2

1 0 1

1 1

1 2

.

t x x

t x

t x

t x

c v D v N v

v Nv

c v v

(3.52)

Persamaan (3.52) merupakan persamaan gerak gelombang interfacial dengan batas atas berupa permukaan bebas yang merambat dalam dua arah (persamaan

Boussinesq). Penurunan persamaan (3.50) dan (3.52) dapat dilihat di Lampiran 5. Berikut ini akan dibahas persamaan gerak gelombang interfacial dengan batas atas berupa permukaan bebas yang bergerak hanya dalam satu arah. Untuk membahas gerak gelombang tersebut, maka berikut ini akan dibahas lebih dahulu bentuk eksplisit persamaan gerak gelombang yang merambat dalam dua arah, sehingga diperkenalkan transformasi berikut

2 0 2 0 2 0 2 0 4 1 4 4 4 2 2 4 1

4 4 4

c c

c c

r


(50)

dengan r dan s masing-masing menyatakan simpangan gelombang yang bergerak dalam arah kanan dan kiri.

Selanjutnya asumsikan gelombang yang ditinjau bergerak dalam arah kanan, sedangkan arah kiri relatif kecil, sehingga s O( 2). Sehingga dengan

menggunakan persamaan (3.53), Hamiltonian H pada persamaan (3.50) menjadi

3 2 0 5

2 2

2 2 3

1 0 1

0 0

2

.

2 2 x 2 2

H c r dx

D N

c v r r dx

c c

(3.54)

Dengan menggunakan turunan variasi terhadap Hamiltonian H pada persamaan

(3.54), maka persamaan (3.52) menjadi

2 3 2

0

0 0

2 2 2

t x x x

D N

r c r r r r

c c ,

atau

2 2

0 0

t x x xxx

r c r rr r , (3.55)

dengan

0 0

0 0

3

, ,

2 2 2

D N

c c

c c , (3.56)

dimana c0 , D, dan N diberikan pada persamaan (3.51). Persamaan (3.55)

merupakan persamaan gerak gelombang interfacial dengan batas atas berupa

permukaan bebas yang merambat hanya dalam arah kanan saja (persamaan KdV).

Penurunan persamaan (3.54) dan (3.55) dapat dilihat di Lampiran 5.

3.3 Kajian Numerik

Misalkan penyelesaian persamaan (3.40) dan (3.55) merupakan fungsi periodik dengan perioda 2p dan penyelesaiannya dapat dinyatakan oleh deret Fourier berikut

0

1

( , ) ( ) k( ) cos( ) k( ) sin( )

k

r x t a t a t kx b t kx ,

(3.57)

dengan

1

( ) ( , ) cos( ) ; 0,1,...

2

k


(51)

dan

1

( ) ( , ) sin( ) ; 1, 2,... .

2

k

b t r x t kx d x k

Persamaan (3.57) merupakan uraian deret Fourier untuk fungsi r dengan

koefisien-koefisien ak dan bk tergantung pada variabel waktu t. Dalam

realisasinya, perhitungan dilakukan secara numerik dengan bantuan komputer dan

dilakukan pemotongan terhadap deret tersebut hingga n suku, yaitu

0

1

( , ) ( ) ( ) cos( ) ( ) sin( )

n

k k

k

r x t a t a t kx b t kx . (3.58)

Hasil yang diperoleh dengan adanya pemotongan ini tidak akan jauh

berbeda dengan penyelesaian eksaknya. Hal ini karena koefisien-koefisien ak dan

bk untuk indeks k yang besar biasanya bernilai sangat kecil. Untuk memudahkan,

maka deret (3.58) ditulis dalam bentuk

( , ) ( ) ( ),

n

k k k n

r x t c t x (3.59)

dengan

( ), 0

( )

( ), 0.

k

Cos kx k x

Sin kx k

(3.60) Dengan notasi ini, maka

.

x k k k (3.61)

Dalam penerapannya di komputer, deret Fourier untuk fungsi r cukup

ditulis komponen ck yang dinyatakan dalam bentuk vektor berikut

1 1 0 1 1

( n, n ,..., , , ,..., n , n)

r c c c c c c c (3.62)

Dengan struktur data di atas, maka turunan r terhadap x juga dapat dinyatakan dalam bentuk vektor, yaitu

1 1 1 1

( , 1 ,..., 1 , 0, ,..., 1 , )

xr ncn n cn c c n c n nc n (3.63)

dan turunan r terhadap t adalah

1 1 0 1 1

( ' , ' ,..., ' , ' , ' ,..., ' , ' )


(52)

Selanjutnya untuk mencari koefisien deret Fourier dari r2 ditentukan dengan

cara sebagai berikut. Misalkan

0 1

cos( ) sin( ) ,

n

k k

k

r c c kx c kx

maka 2 0 0 1 1 2 2

0 0 0

1 1

cos( ) sin( ) . cos( ) sin( )

2 cos( ) 2 sin( ) cos( ) sin( ) .

n n

k k k k

k k

n n

k k k k

k k

r c c kx c kx c c kx c kx

c c c kx c c kx c kx c kx

Dari dua suku pertama diperoleh vektor

2

0 0 1 0 1 0 0 1 0 1 0

(2c c n,c c n ,..., 2c c ,c , 2c c,..., 2c cn , 2c cn). Suku ketiga, yaitu

2 1

cos( ) sin( )

n

k k

k

c kx c kx dapat diuraikan sebagai berikut

2 1

1 1

cos( ) sin( )

cos( ) sin( ) cos( ) sin( )

n

k k

k

n n

k k k k

k k

c kx c kx

c kx c kx c kx c kx

, 1

[ cos( ) cos( ) cos( ) sin( ) sin( ) cos( )

sin( ) sin( )]

n

k m k m k m

k m

k m

c c kx mx c c kx mx c c kx mx c c kx mx

1 2 , 1

[ cos( ) cos( ) sin( ) sin( )

sin( ) sin( ) cos( ) cos( ) ].

n

k m k m

k m

k m k m

c c k m x k m x c c k m x k m x c c k m x k m x c c k m x k m x

1 1

2 2

, 1

1 1

2 2

[ cos( ) sin( )

cos( ) sin( ) ].

n

k m k m k m k m

k m

k m k m k m k m

c c c c k m x c c c c k m x c c c c k m x c c c c k m x

= 0

1

cos( ) sin( )

n

p p

p

R R px R px , dengan ketentuan

- Jika k + m = p, maka 1

2

p k m k m

R c c c c dan 1 2

p k m k m

R c c c c

- Jika k - m = p, maka 1

2

p k m k m

R c c c c dan 1 2

p k m k m


(53)

- Jika k - m = -p, maka 1 2

p k m k m

R c c c c dan 1 2

p k m k m

R c c c c

- Jika k - m = 0 atau k = m, maka diperoleh suku yang tidak mengandung

faktor trigonometri yaitu 1 2 2

2 ( )ck (c k) yang menjadi nilai dari R0.

Dengan menerapkan hasil-hasil di atas pada persamaan (3.40) untuk kasus batas atas berupa permukaan rata dan pada persamaan (3.55) untuk kasus batas atas berupa permukaan bebas, maka diperoleh sistem persamaan diferensial biasa orde satu berikut

1 1 0 1 1

( , ,..., , , ,..., , )

k

k n n n n

dc

f c c c c c c c

dt (3.65)

dengan fk suatu fungsi tertentu dan k = 0, ±1, ±2, …, ±n. Sistem persamaan diferensial (3.65) akan diselesaikan secara numerik dengan menggunakan metode

Runge-Kutta orde empat. Misalkan syarat awal yang digunakan berupa

gelombang soliter persamaan KdV yang dinyatakan oleh

2

( , 0) sec x

r x a h

L ,

dengan

2 12

L

a , dimana µ dan ? merupakan koefisian persamaan KdV (3.41)

untuk kasus batas atas berupa permukaan rata dan koefisien persamaan KdV

(3.56) untuk kasus batas atas berupa permukaan bebas.

Sebagai contoh kasus untuk gelombang interfacial dengan dengan batas atas berupa permukaan rata, diberikan data dengan kondisi fisis fluida dua lapisan sebagai berikut

1 0.01, 2 0.1

h h dan 1 0.2 2.

Nilai c, dan diperoleh dari persamaan (3.41), yaitu

0 0.193, 0.0003, 5.803

c .

Misalkan gelombang soliter yang ditinjau memiliki amplitudo a 0.1, maka

panjang gelombang soliternya adalah L = 0.774. Jadi syarat awal diberikan oleh

fungsi

2

( , 0) 0.1 sec

0.774

x


(1)

Misalkan 2 1 ' 2 2 1 ' 1 1 ' 2

2 2 1

'

1 1

1

0 0 0

0 0 0

1

0 0 0

1

0 0 0

g g u u g u u g .

Jika persamaan (3.45) disubsitusi ke persamaan (3.43), maka diperoleh

3 2 2

2 2

2 1 2 1 2 1 1 1

2 2

2 2

2 2 1

2 2 1 2 2 1 1

2 2

2 2

2

2 2

1 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2

2 1 1 2 2 1

2

2 2

2

2 2 1 2 1 2 1 2 1

2

2 2 1 1

2

2

1 1 1

1 1 1

3 3

1 1

2 6 3

3

x

x x

H g g g g h h

u u u g g g

h

h h u h h u g g

h

h h h h u u g

g

2 2

2

2 3 3 2 2 2

2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 1

2

2 1 1

2

2 2

2

2 1 2 2 2 1 2 2 1

2 2 1 2 2 1 1

2 2

2 2

2 2 7

2 1 2 1 2 1 1 1 1

2 1 1 1 1

3

2

1

3 3

3

1 2 1 1

1 1

2

x

h h h h h h u g

g u g u u g

g g

g u g u dx O g g

g 1 2 22 1 2 12 2 22 2 2 1

2 2 1 2 1 2 1

2 2

2

2 2

1 2 2 1 1 2 2 2 1 1 2

2 1 1 2 2 1

2

2 2

2

2 2 1 2 1 2 1 2 1

2

2 1 2 1

2

2

2 3 3 2 2 2

2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 2 1 1 2 2 2 1 2 1 1 3 3 1

2 6 3

3 3 3 3 x x x x h h

g u u u g g

h

h h u h h u g g

h

h h h h u u g

h h h h h h u g

2 2

2 1 2

2 2 2 2 1

2 2 1 2 1

2 2

1

2 2 7

2 1 2 1 2 1 1 1

2 1 1 2 1 2 1 , g

u u u g g g

g u u dx O g

g


(2)

Misalkan

2 2

1 1

2 2

1 1

0 0

0 0

0 0 0 0 a b a b

v a b u

v a b u

sehingga diperoleh

2 1 2 1

1 2

2 1 2 1

1 2 .

a a b u b u a b a b a b a b a v a v b v b v u

a b a b a b a b

Jika persamaan (3.46) disubsitusi ke persamaan H di atas, maka diperoleh

2 2

3

2 2 2 2 2 1

2 1 1

2

2 2 1 2 2 1

2 2 1 2 1 2 1

2 1 2 1

1 2 2 1 2 1 1

2

2 1

1

b b a a

H g g

a b a b a b a b

h b v b v h b v b v

g a b a b g a b a b

a v a v a v a v

h h

g

a b a b a b a b

2

2

2 2 2

2 2

2 2 1 2

2 2 1 1 2 2 1 2 1 2 1

2 2

2 2 1 2

2 1 2 1

1 2 1 2

2 3 3 2 2

2 1 1 2 2 1 2 2 1 1 2 2 2

2 1

3 2 6 3

3 3

1

3 3

3

x

x x

h b v b v h

h h h h h h

g a b a b g

b v b v a v a v

a b a b a b a b

h h h h h

g

2

2 2 1

1 2

2 2

2 1 2 2 2 1 2 2

2 2 1 2 1

2

2 1 2 1 2 2 2

2 1 2 1

2 2 1

2 1

x

a v a v

h

a b a b

g b b b v b v b b

g a b a b a b a b g a b a b

b v b v a v a v b b a v

g g

a b a b a b a b a b a b

2 1 2

2

1 2 1 2 1 7

a v

a b a b

g a a a v a v

dx O

g a b a b a b a b


(3)

dengan

2 2

1

, ,

1 1

d a b

d d

dan

2 1 2 1

2 1

1 1 1

1 2 2 2 1 2 2 2 2 2 2 1 2 1

2

1

4 .

d h

h h h h h h h

Misalkan '

1 1 dan

'

1 1

v v , maka diperoleh

3

2

2 2

2 0 2

2 2

2 2 2 2 7

1 0 1 2 2 2

2

,

x

H c v

c v D v N v dx O

setelah tanda aksen dihilangkan, dengan

2 2

0 2 1 2 1 2 1 2 1

2

2 2

2 1 2 2 1 1

2 2 2

2 2

1 2 1 2 2 1 2 1 2 1

2 2

2

2 3 3 2 2 2

2 1 2 1 2 2 1 2 1 1 2 1 2

2

3 2

2 1 1

2 2

2 3

2 1

2 1

1

4 2

3 3

2 6 3

3

3 3

3

2

.

c g h h h h h h gh

D h h a gh

h h h h a b g

h h h h h h b g g

N a a b g g

a b b


(4)

Penuruna persamaan (3.52)

Diketahui persamaan (3.50) berikut

3

2 2 2

2 2 2 2 2 2 7

2 0 2 1 0 1 2 2 2 ,

2 x

H c v c v D v N v dx O

dengan menggunakan turunan variasi terhadap persamaan (3.50), maka diperoleh

2 2 2 2

2 0 2 2 2 2 1 0 1

2 2

2 2 2 1 1

, ,

, .

t x x t x

t x t x

c v D v N v c v v Nv v

Penurunan persamaan (3.54)

Misalkan

2 0 2 0

2 0 2

0

4 1

4 4

4

2

2 4

1

4 4

4

.

c c

c c

r

s v

atau

2 0 2

0

2 1 2

4 4

4

4

, 2

2 c

c

r s r s v

Jika persamaan di atas disubsitusi ke persamaan (3.50), maka diperoleh

2 0 2

0

2 0 2

0

2 0

2 2

3

2 0 1

4 4

4

4

2

2 2

2 2 2 7

1 0 1 2 1

4 4

4

4

3

2 2

0 0

2

2 2 2

1 0 1

2 2

2

2

2

2 2 2

2

c c

x

c c

x c

r s r s H c

r s r s

c v D v N dx O c c

r s r s r s c v D

2

2 7

4 2 2 0

N

N r s r s dx O c


(5)

Dengan asumsi gelombang bergerak dalam satu arah kanan saja, sedangkan arah

kiri relatif kecil yaitu s O( 2), maka diperoleh

3

2 2

0 0

2 2 2

2 2 2 7

1 0 1

0 0

3

2

2 2 2 2 2 3

0 1 0 1

0 0

2 2 2

2 2 2

2 2 2 2

x

x

c c H r r

D N

c v r N r r dx O c c

D N

c r c v r r dx c c

Penurunan persamaan (3.55)

Diketahui persamaan (3.54) berikut

3

2

2 2 2 2 2 3

0 1 0 1

0 0

2 2 x 2 2

D N

H c r c v r r dx c c

Dengan menggunakan turunan variasi terhadap persamaan (3.54), maka diperoleh

2 3

0

0 0

2 2 2

t x x x

D N

r c r r r r c c


(6)

This document was created with Win2PDF available at http://www.daneprairie.com.