Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati PTPN II, Sumatera Utara

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis
guineensis Jacq.) DI KEBUN TANJUNG JATI
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II

MUHAMMAD IQBAL SYAHPUTRA SIREGAR

DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULUTRA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Manajemen Pemanenan
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati PTPN II, Sumatera
Utara adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum
diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber
informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam
Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.
Bogor, September 2014
Muhammad Iqbal Syahputra Siregar
NIM A24100037

ABSTRAK
MUHAMMAD IQBAL SYAHPUTRA SIREGAR. Manajemen Pemanenan
Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di Kebun Tanjung Jati PTPN II, Sumatera
Utara. Dibimbing oleh HARIYADI.
Kegiatan magang memberikan ilmu, keterampilan dan pengalaman
tambahan dalam aspek teknis budidaya kelapa sawit maupun manajerial dalam
mengkoordinasikan karyawan. Kegiatan berlangsung dari bulan Februari hingga
Juni 2014 di kebun Tanjung Jati PTPN II, Sumatera Utara. Pengamatan diuji
menggunakan analasis data statistika yaitu korelasi dan uji t-student. Rotasi
panen, angka kerapatan panen, manejemen tenaga kerja, dan pengawasan panen
merupakan aspek penting dalam kegiatan panen. Dari hasil analisis yang
dilakukan, nilai angka kerapatan panen antara estimasi dengan realisasi tidak
berbeda nyata yang artinya perbedaan umur tanaman tiga tahun tidak berpengaruh
nyata terhadap hasil produksi tandan buah segar. Hasil korelasi terhadap kualitas

pemanen yang dinilai berdasarkan umur pemanen, lama kerja, dan tingkat
pendidikan terhadap output pemanen (jumlah tandan) menunjukkan sifat yang
tidak berpengaruh nyata dan searah kecuali tingkat pendidikan yang bersifat
berlawanan arah. Hasil uji t-student terhadap lama kerja menunjukkan bahwa
lama kerja pemanen tidak berpengaruh nyata terhadap output yang dihasilkan.
Kata kunci: Kebun Tanjung Jati, kelapa sawit, manajemen pemanenan

ABSTRACT
MUHAMMAD IQBAL SYAHPUTRA SIREGAR. Oil Palm (Elaeis guineensis
Jacq.) Harvesting Management at PTPN II Tanjung Jati Plantation, North
Sumatera. Supervised by HARIYADI.
Internship provides knowledges, skills and additional experiences in the
technical aspects of oil plam cultivation even in managerial and coordinating
employees. Activities took place form February to June 2014 in the plantation of
Tanjung Jati PTPN II, North Sumatera. Observations were tested using the
statistical data anlaysis which were correlation and t-student test. Harvest
rotation, number density of harvest, the management of labor, and harvest
monitoring were important aspects in harvesting activities. From the result of the
analysis, the numerical values of the estimated harvest density was not
significantly different to the realization which meant the three years age

difference of the plants did not significantly affect the production of fresh fruit
bunches. The correlation results to the quality of harvester assessed by
harvester’s age, time of work, and the level of the education of the harvester
output (number of bunches) showed no significant effect of characteristics and
unidirectional except educational level which as in the opposite direction. The
result of the t-student test to the time of work showed that harvesters time of work
did not significantly affect the resulting output.
Key words: harvesting management, oil palm, Tanjung Jati Plantation

MANAJEMEN PEMANENAN KELAPA SAWIT (Elaeis
guineensis Jacq.) DI KEBUN TANJUNG JATI
PT. PERKEBUNAN NUSANTARA II

MUHAMMAD IQBAL SYAHPUTRA SIREGAR

Skripsi
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Pertanian
pada
Departemen Agronomi dan Hortikultura


DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA
FAKULTAS PERTANIAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2014

Judul Skripsi : Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq.) di
Kebun Tanjung Jati PTPN II, Sumatera Utara
Nama
: Muhammad Iqbal Syahputra Siregar
NIM
: A24100037

Disetujui oleh

Dr Ir Hariyadi, MS
Pembimbing I

Diketahui oleh


Dr Ir Agus Purwito, MScAgr
Ketua Departemen

Tanggal Lulus:

PRAKATA

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Allah SWT yang telah
mencurahkan rahmat dan serta hidayahNya sehingga skripsi ini dapat diselesaikan
dengan baik dan lancar. Skripsi merupakan syarat kelulusan S1 di Departemen
Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi
merupakan hasil dari kerja dan analisis selama kegiatan magang yang
dilaksanakan selama empat bulan di perkebunan kelapa sawit Kebun Tanjung Jati,
PT Perkebunan Nusantara II, Sumatera Utara.
Pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terima kasih kepada kedua
orang tua, Bapak Ir Abdul Kadir Siregar dan Ibu Gempita Maulina Hasibuan,
seluruh keluarga besar atas doa dan dukungan yang diberikan kepada penulis,
Bapak Dr Ir Hariyadi, MS selaku pembimbing skripsi dan pembimbing akademik
yang telah memberikan dukungan, bimbingan serta arahannya selama

menjalankan studi. Bapak Drs Teruna Sinulingga, MM selaku Manajer Kebun,
dan keluarga besar PT Perkebunan Nusantara II, Kebun Tanjung Jati, Sumatera
Utara, terutama Bapak Inganta Sitepu, SP selaku Asisten Afdeling I dan Bapak Ir
Sari Amin Tanjung selaku Asisten Kepala yang telah memberi bimbingan dan
masukan kepada penulis. Teman-teman magang seperjuangan dan AGH angkatan
47 beserta semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan dalam penyusunan
laporan ini sehingga penulis mengharapkan kritik dan saran yang dapat
membangun ke arah yang lebih baik.

Bogor, September 2014
Muhammad Iqbal Syahputra Siregar

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tujuan

TINJAUAN PUSTAKA
Morfologi Kelapa Sawit
Ekofisologi Kelapa Sawit
Produksi
Pemanenan
METODE MAGANG
Tempat dan Waktu
Metode Pelaksanaan
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Analisis Data dan Informasi
KEADAAN UMUM
Letak Geografis Kebun
Keadaan Iklim dan Tanah
Areal Konsesi dan Tata Guna lahan
Keadaan Tanaman dan Produksi
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG
Aspek Teknis
Aspek Manajerial
HASIL DAN PEMBAHASAN

Manajemen Pemanenan Kelapa Sawit
Rotasi Panen
Angka Kerapatan Panen
Tenaga Kerja Panen
Pengawasan Panen
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
RIWAYAT HIDUP

viii
viii
viii
1
1
2
3
3

3
3
4
5
5
5
5
5
8
8
8
9
9
9
11
11
24
25
25
25

26
28
30
33
33
33
34
35
47

DAFTAR TABEL
Tabel 1 Jumlah ketenagakerjaan Kebun Tanjung Jati, PTPN II ...................... 10
Tabel 2 Produksi tandan buah segar periode Januari-Mei 2014 ...................... 17
Tabel 3 Kriteria mutu tandan buah segar di Kebun Tanjung Jati, PTPN II ..... 18
Tabel 4 Luas kapveld Afdeling I Kebun Tanjung Jati ..................................... 19
Tabel 5 Basis borong semester I setiap tahun tanam ....................................... 22
Tabel 6 Nilai premi bantuan pengganti alat panen ........................................... 23
Tabel 7 Premi pengawas/petugas panen........................................................... 23
Tabel 8 Besar nilai denda di lapangan ............................................................. 23
Tabel 9 Besar nilai denda di TPH .................................................................... 23

Tabel 10 Rotasi panen Kebun Tanjung Jati, PTPN II ...................................... 27
Tabel 11 Angka kerapatan panen per tahun tanam .......................................... 28
Tabel 12 Persentase kehadiran pemanen .......................................................... 28
Tabel 13 Uji korelasi kualitas pemanen ........................................................... 29
Tabel 14Hasil uji-t lama kerja dan umur pemanen dengan ouput pemanen .... 30
Tabel 15 Kualitas mutu buah dan mutu brondolan pemanen ........................... 30
Tabel 16 Tingkat kesalahan pemanen .............................................................. 31

DAFTAR GAMBAR
1 Pemeliharaan jalan .........................................................................................11
2 Pengendalian gulma manual...........................................................................12
3 Pengendalian gulma secara kimia ..................................................................13
4 Penanaman dan pemeliharaan LCC ...............................................................14
5 Gudang pupuk ................................................................................................14
6 Persiapan dan pengambilan pupuk digudang .................................................15
7 Supply Point ...................................................................................................15
8 Pengambilan pupuk di supply point ...............................................................16
9 Kegiatan penunasan kelapa sawit ...................................................................17
10 Kegiatan panen kelapa sawit ........................................................................21

DAFTAR LAMPIRAN
1 Jurnal harian sebagai karyawan harian lepas di PTPN II Tanjung Jati,
Sumatera Utara..............................................................................................36
2 Jurnal harian sebagai pendamping mandor di PTPN II Kebun Tanjung
Jati, Sumatera Utara ......................................................................................37
3 Jurnal harian sebagai pendamping asisten di PTPN II Kebun Tanjung
Jati, Sumatera Utara ......................................................................................38
4 Daftar Basis Borong Kebun Tanjung Jati ......................................................40
5 Peta Kebun Tanjung Jati PTPN II, Sumatera Utara .......................................41
6 Data curah hujan 2009-2013 Kebun Tanjung Jati ..........................................42
7 Pembagian luas areal kelapa sawit Kebun Tanjung Jati ................................43
8 Produksi lima tahun terakhir Kebun Tanjung Jati ..........................................44
9 Struktur Organisasi Kebun Tanjung Jati PTPN II, Sumatera Utara ...............45
10 Data tenaga kerja..........................................................................................46

1

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) adalah tanaman yang paling
produktif dengan produksi minyak per hektar yang paling tinggi dari seluruh
tanaman penghasil minyak nabati lainnya (Pahan 2012). Tanaman kelapa sawit
merupakan tanaman penghasil minyak yang telah lama dibudidayakan dan
merupakan salah satu komoditas ekspor non migas yang berperan penting dalam
perekonomian Indonesia sehingga menjadikan tanaman kelapa sawit sebagai
primadona penghasil devisa negara dari sektor perkebunan.
Kelapa sawit merupakan tanaman perkebunan penting penghasil minyak
makanan, minyak industri, maupun bahan bakar nabati (biodiesel). Tanaman
kelapa sawit terdiri atas tiga produk komersial yang dihasilkan yaitu minyak
sawit (CPO : crude palm oil), inti sawit (PKO : palm kernel oil), dan ampas inti
sawit (Naibaho 1990).
Menurut Suwarto (2010) Pengolahan tandan buah segar (TBS) di pabrik
bertujuan untuk mendapatkan minyak yang berkualitas baik. Terdapat dua macam
hasil olahan utama tandan buah segar yang terdiri dari minyak sawit hasil
pengolahan daging buah (mesocarp) atau biasa disebut CPO (crude palm oil) dan
minyak inti sawit hasil ekstrasi inti sawit atau biasa disebut PKO (palm kernel
oil).
Indonesia adalah penghasil minyak kelapa sawit kedua terbesar di dunia
setelah Malaysia. Untuk meningkatkan produksi kelapa sawit dilakukan kegiatan
perluasan areal pertanaman, rehabilitasi kebun yang sudah ada dan intensifikasi.
Khusus untuk perkebunan sawit rakyat, permasalahan umum yang dihadapi
antara lain rendahnya produktivitas dan mutu produksinya. Produktivitas kebun
sawit rakyat rata-rata 16 ton tandan buah segar (TBS) ha-1, sementara potensi
produksi bila menggunakan bibit unggul sawit bisa mencapai 30 ton TBS ha-1.
Produktivitas CPO (Crude Palm Oil) perkebunan rakyat hanya mencapai ratarata 2.5 ton CPO per ha dan 0.33 ton minyak inti sawit (PKO) ha-1, sementara di
perkebunan negara rata-rata menghasilkan 4.82 ton CPO per hektar dan 0.91 ton
PKO ha-1, dan perkebunan swasta rata-rata menghasilkan 3.48 ton CPO ha-1 dan
0.57 ton PKO ha-1. Tujuan dari penanaman kelapa sawit yaitu menghasilkan
produksi yang optimal. Untuk mendapatkan produksi optimal, harus dipahami
faktor-faktor dan karakteristik yang mempengaruhi produksi dan diusahakan
berada pada level yang optimal (Pahan 2012).
Kelapa sawit mempunyai produktivitas lebih tinggi dibandingkan tanaman
penghasil minyak nabati lainnya (seperti kacang kedelai, kacang tanah dan lainlain), sehingga harga produksi menjadi lebih ringan. Masa produksi kelapa sawit
yang cukup panjang (22 tahun) juga akan turut mempengaruhi ringannya biaya
produksi yang dikeluarkan oleh pengusaha kelapa sawit. Kelapa sawit juga
merupakan tanaman yang paling tahan hama dan penyakit dibandingkan tanaman
penghasil minyak nabati lainnya. Jika dilihat dari konsumsi per kapita minyak
nabati dunia mencapai angka rata-rata 25 kg tahun-1 setiap orangnya, kebutuhan
ini akan terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk dan
meningkatnya konsumsi per kapita.Volume ekspor minyak kelapa sawit

2
menunjukkan data yang terus meningkat setiap tahunnya. Ekspor minyak sawit
pada tahun 2008 mencapai 18 141 006 ton dengan nilai US$14 110 229 dan pada
tahun 2010 mengalami peningkatan yang signifikan dengan volume ekspor 20
615 958 ton dengan nilai US$12 626 595 (Ditjenbun 2011).
Teknik budidaya yang diterapkan di kebun terdiri atas kegiatan
pembukaan lahan hingga penanganan pasca panen. Salah satu teknik budidaya
utama dalam pengusahaan kelapa sawit adalah pemanenan. Panen adalah
pemotongan tandan buah segar dari pohon hingga pengangkutan ke pabrik kelapa
sawit (PKS). Keberhasilan pemanenan akan menunjang pencapaian produktivitas
tanaman. Sebaliknya, kegagalan akan menurunkan produktivitas tanaman kelapa
sawit. Pemeliharaan yang sudah baku dan potensi tinggi tidak berarti jika
pemanenan tidak optimal (PPKS 2007).
Menurut Pahan (2012) praktik manajemen terbaik (PMT) secara strategis
akan memberikan data produksi pembanding blok tanaman yang dirawat secara
optimal. Pelaksanaan dan data praktik manajemen terbaik (PMT) biasanya dibuat
satu blok per afdeling. Data dari plot PMT dapat digunakan untuk mengestimasi
bulan produksi puncak untuk kebutuhan perencanaan pengolahan di pabrik
kelapa sawit (PKS), mendemonstrasikan pengaruh praktik manajemen terhadap
kinerja tanaman dan perbaikan tanah, serta melatih para staf kebun untuk
menerapkan praktik-praktik kerja terbaru dan menguji teknologi baru.
Tujuan Magang
Tujuan umum dari magang adalah untuk meningkatkan kemampuan
manajerial pengelolaan perkebunan, memahami pentingnya pemeliharaan kelapa
sawit, dan mempraktekkan secara nyata teori saat perkuliahan dan
membandingkannya dengan hasil nyata di lapangan. Tujuan khusus dari kegiatan
magang adalah memahami, menganalisis, dan memberikan solusi terhadap
permasalahan pada aspek pemanenan sehingga dapat memaksimalkan
produktivitas tanaman kelapa sawit di perkebunan perusahaan.

3

TINJAUAN PUSTAKA

Morfologi Kelapa Sawit
Kelapa sawit merupakan suatu tanaman yang menghasilkan minyak nabati
sebagai hasil utamanya yang memiliki produktivitas paling tinggi dibandingkan
tanaman penghasil minyak nabati lainnya. Tinggi pohon kelapa sawit dapat
mencapai 24 meter. Buah dari kelapa sawit memiliki warna merah kehitaman
pada kondisi telah matang. Daging dan kulit pada buah tersebut mengandung
minyak yang dapat digunakan sebagai minyak goreng, peralatan kosmetik, bahan
baku margarin, dan bahan baku minyak alkohol (Adi 2010).
Kelapa sawit dibedakan menjadi beberapa jenis berdasarkan ketebalan
cangkang dan daging buahnya, yaitu : (1) Dura yang memiliki daging buah tipis
dengan rendemen minyak 16% dan cangkang yang tebal (2) Tenera memiliki
daging buah yang tebal dengan rendemen 23% dan cangkang tipis (3) Pisifera
memiliki daging buah yang tebal, bijinya kecil dengan rendemen yang tinggi
(>23%) dan cangkang yang sangat tipis.
Ekofisologi Kelapa Sawit
Proses fisiologi pada tanaman kelapa sawit dalam kaitannya dengan
produktivitas tanaman sangat berpengaruh pada lingkungannya terhadap tingkat
produksi tanaman. Usaha-usaha peningkatan produktivitas tersebut dilakukan
dengan memodifikasi beberapa faktor lingkungan dalam paket tindakan budidaya
(kultur teknis) tanaman (Pahan 2012).
Menurut Loebis dan Tobing (1989) limbah cair pabrik pengolahan kelapa
sawit mengandung unsur hara yang tinggi seperti N, P, K, Mg, dan Ca, sehingga
limbah cair tersebut berpeluang untuk digunakan sebagai sumber hara bagi
tanaman kelapa sawit, di samping memberikan kelembaban tanah, juga dapat
meningkatkan sifat fisik–kimia tanah, serta dapat meningkatkan status hara tanah.
Produksi
Pada penanaman kelapa sawit, produksi yang optimal merupakan tujuan
utama. Dalam membahas potensi produksi, tanaman harus dapat memenuhi
asumsi-asumsi agronomi dan fisiologi, dimana tanaman mampu beradaptasi
dengan lingkungan sebagai tempat tumbuh serta mendapatkan cukup pasokan hara
dan air tanpa gangguan dari hama dan penyakit.
Praktik manajemen produksi terbaik dapat dilakukan dengan beberapa hal
sebagai prioritas, yaitu : (1) Memanen seluruh buah masak dengan rotasi panen
setiap minggu (2) Menjaga pertumbuhan tanaman dan produksi tandan buah segar
secara optimal melalui pengelolaan tajuk secara kuantitatif (3) Menjaga
kebutuhan air dan hara pada seluruh tanaman kelapa sawit (4) Memberikan pupuk
secara efektif (tepat dosis dan tepat tempat) dan efisien (tepat waktu) pada
piringan yang bersih (Pahan 2012).

4
Pemanenan
Panen merupakan pemotongan tandan dari pohon sampai pengangkutan
ke pabrik. Menurut Buana (2007), panen merupakan salah satu kegiatan yang
penting pada pengelolaan tanaman kelapa sawit menghasilkan. Tanaman kelapa
sawit mulai berbuah setelah 2.5 tahun dan masak 5.5 bulan setelah penyerbukan.
Pada umur tanaman 31 bulan buah sudah dapat dipanen dengan sedikitnya 60%
buah telah matang panen. Ciri tandan matang panen adalah paling sedikit terdapat
5 buah yang lepas/jatuh dari tandan yang beratnya kurang dari 10 kg (Adi 2010).
Aspek penting dalam manajemen potong buah untuk mendapatkan hasil
minyak kelapa sawit (MKS) dan inti kelapa sawit (IKS) yang tinggi (kualitas dan
kuantitas) yaitu hanca dalam potong buah. Pusingan potong buah yang terlalu
cepat juga dapat merangsang tukang potong buah untuk memotong buah mentah
(mengejar siap borong). Hal ini disebabkan pada saat itu kerapatan buah menurun.
Sistem potong buah merupakan suatu cara yang digunakan untuk
pemanenan hasil produksi kelapa sawit yang menyesuaikan cara pemotongan
dengan kondisi suatu perkebunan. Menurut Pahan (2012), beberapa hal yang perlu
dilakukan di dalam mempersiapkan pelaksanaan pekerjaan potong buah, yaitu :
(1) persiapan kondisi areal (2) penyediaan tenaga potong buah (3) pembagian
seksi potong buah (4) penyediaan alat-alat kerja.
Menurut Mangoensoekarjo dan Semangun (2005) panen buah mentah
akan merugikan perusahaan karena produktivitas minyak kelapa sawit menurun.
Selain itu, pengolahan inti kelapa sawit menjadi sulit karena tempurung buah yang
belum matang cukup keras. Kandungan minyak sawit meningkat dari tahap
mentah ke matang, kemudian menurun pada tahap lewat matang. Menurut Lubis
(1992) brondolan mengandung minyak yang tinggi yaitu 50-56% terhadap daging
buah atau 40-42% minyak terhadap buah. Kehilangan produksi akibat berondolan
tidak dikutip dapat dikurangi dengan pemberian upah yang sesuai sehingga tenaga
kerja panen termotivasi untuk mengutipnya dan pengawasan yang ketat.

5

METODE MAGANG

Tempat dan Waktu
Kegiatan magang dilaksanakan di Kebun Tanjung Jati PTPN II Kabupaten
Langkat Provinsi, Sumatera Utara. Kegiatan magang dilaksanakan dari 10
Februari 2014 sampai 10 Juni 2014.
Metode Pelaksanaan
Kegiatan magang yang dilakukan penulis di Kebun Tanjung Jati adalah
seluruh pekerjaan yang mengarah pada pengelolaan produksi di berbagai tingkat
jabatan secara teknis dan manajerial dimulai dari KHL hingga asisten afdeling.
Aspek teknis dilakukan pada tingkat jabatan sebagai karyawan harian lepas
(KHL) selama satu bulan . Jenis kegiatannya adalah pemeliharaan dan pemanenan
kelapa sawit. Kegiatan pemeliharaan yang dilakukan adalah pemeliharaan jalan,
penunasan (pruning), pemupukan, pengendalian gulma, hama dan penyakit.
Aspek manajerial penulis lakukan pada tiga bulan berikutnya dengan rincian
sebagai pendamping mandor yaitu mandor panen, mandor penyemprotan, mandor
babat gulma manual, dan mandor pemupukan selama satu bulan dan sebagai
pendamping asisten afdeling selama dua bulan terakhir magang (Lampiran 1, 2
dan 3).
Pengamatan dan Pengumpulan Data
Pengumpulan data dan informasi menggunakan metode langsung untuk
data primer dan metode tidak langsung untuk data sekunder. Data primer
diperoleh melalui pengamatan langsung ke lapangan seperti aktif dalam kegiatan
di kebun, wawancara dan diskusi langsung dengan karyawan kebun, mandor dan
asisten kebun. Pengamatan utama pengumpulan data primer dan informasi adalah
kegiatan panen seperti kriteria matang panen, rotasi panen, taksasi produksi dan
tenaga kerja. Pengamatan pada tahap panen dilakukan pada teknik pemotongan
tandan, pengumpulan brondolan. Pada kegiatan pengumpulan tandan ke TPH
diamati ada atau tidaknya tandan afkir dan tandan mentah, pemotongan tangkai
tandan, susunan tandan di TPH.
Pengumpulan data sekunder dan informasi dilakukan dengan
mengumpulkan data dari laporan manajemen (bulanan, triwulanan, semesteran,
tahunan) yang merupakan arsip di kantor kebun dan studi pustaka seperti kondisi
umum lokasi seperti letak geografis dan keadaan lingkungan perkebunan. Data
sekunder lain adalah data produksi perusahaan selama empat tahun terakhir.
Analisis Data dan Informasi
Analisis yang dilakukan untuk mengolah data yang diperoleh dari kegiatan
di perkebunan kelapa sawit adalah analisis secara deskriptif dan kuantitatif.
Analisis deskriptif digunakan untuk mencari nilai rata-rata dan persentase yang

6
kemudian akan dideskripsikan dengan pembanding norma baku dan standar yang
berlaku diperusahaan ataupun melalui studi pustaka dan literatur. Analisis
kuantitatif digunakan dengan menggunakan analisis statistik uji korelasi dan uji tstudent. Uji korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan korelasi berbagai
faktor pada aspek pemanenan dengan hasil panen yang diperoleh. Uji t-student
digunakan untuk membandingkan suatu data yang diperoleh penulis dengan data
yang sudah ada pada tahun-tahun sebelumnya. Adapun rumus matematika
(manual) dari uji korelasi dan uji t-student adalah :
a. Rumus matematika dari uji korelasi

rxy =

{n ∑ x

n ∑ xi y i − (∑ xi )(∑ y i )
2
i

− (∑ xi ) 2

} {n ∑ y

2
i

− (∑ y i ) 2

}

Keterangan :
r = Koefisien korelasi product moment
x = Variabel penentu atau pengaruh
y = Variabel dipengaruhi nilai data
n = Jumlah data
b. Rumus matematika uji t-student
t-student =

(�̅ 1 +�̅ 2 )
1

(�1 −1)�12 +(�2 −1)�22

dengan Sp = �

Keterangan:
x1, x2
S12, S22
n1, n2
Sp

1

��� (� +� )
1
2

�1 +�2 −2

= Rata-rata pengamatan1 dan 2
= Ragam contoh 1 dan 2
= Jumlah pengamatan 1 dan 2
= Simpangan baku gabungan

Untuk mempermudah proses pengolahan data, penulis menggunakan bantuan
aplikasi minitab16 untuk uji korelasi dan uji t-student.
Pengumpulan data primer memiliki lima aspek pengamatan yang
dilakukan terdiri dari :
1. Rotasi panen. Pengamatan rotasi panen dilakukan dengan membandingkan
rotasi panen pada semester I dan semester II.
2. Kerapatan panen. Pengamatan kerapatan panen (AKP) dilakukan pada
tanaman kelapa sawit dengan tahun tanam yang berbeda. Data yang diperoleh
dihitung dengan menggunakan rumus :
Jumlah buah matang
Kerapatan Panen (AKP) = Jumlah pohon sampel x 100 %
3. Tenaga panen. Pengamatan dilakukan dengan mengkorelasikan antara output
pemanen (bobot tandan) berdasarkan lama kerja pemanen (pengalaman), umur
pemanen dan tingkat pendidikan pemanen. Menguji pengaruh output pemanen
(berat tandan) terhadap umur pemanen dan lama kerja pemanen.

7
4. Pengamatan mutu buah panen. Pengamatan pada mutu buah dilakukan di
TPH dengan mengamati jumlah buah mentah, buah matang dan buah sakit.
Pengamatan pada tingkat kesalahan pemanen seperti brondolan tidak dikutip,
tidak menurunkan pelepah, curi buah dan tangkai tandan panjang. Pengamatan
dilakukan terhadap 15 orang pemanen dengan ulangan sebanyak tiga kali
(minggu sebagai ulangan).

8

KEADAAN UMUM

Letak Geografis Kebun
Kebun Tanjung Jati merupakan salah satu unit usaha PT Perkebunan
Nusantara II yang berada dibawah kementrian BUMN (Badan Usaha Milik
Negara). Pada awalnya tanah Tanjung Jati dikuasai oleh pemerintah Belanda
dibawah naungan perusahaan NV. Verenigde Deli Maatschappy dengan
mengusahakan tembakau dengan luas ± 3 000 ha. Tanggal 27 Oktober 1958,
Kebun Tanjung Jati diambil alih oleh Pemerintah Republik Indonesia dan tetap
mengusahakan tanaman tembakau dibawah naungan PPN dengan sebutan Sumut-I
kemudian menjadi PT. Perkebunan IX dan tahun 1998 menjadi PT. Perkebunan
Nusantara II. Pada tahun 1987 Kebun Tanjung Jati mulai mengkonversi tanaman
tembakau ke komoditi tanaman kakao sampai tahun 2004. Tahun 2000 sebagian
areal tanaman kakao dikonversi menjadi tanaman tembakau dan tebu sampai
tahun 2005. Pada tahun 2002 tanaman kakao dikonversi menjadi tanaman kelapa
sawit dan tanaman tebu, serta sebagian areal menjadi pembibitan tebu yang
dikelola oleh Risbang PTPN II sampai dengan sekarang. Kebun Tanjung Jati
terdapat dua sumur gas Pertamina yaitu Begala-I dan Begala-II dimana Begala-I
berproduksi pada tahun 2013 dan Begala-II akan dilakukan pengeboran pada
tahun 2014.
Kebun Tanjung Jati terletak di Kabupaten Langkat Provinsi Sumatera
Utara yang terdiri dari dua kecamatan yaitu Kecamatan Binjai dan Kecamatan
Selesai dengan jarak dari Kotamadya Binjai ± 4 km yang diapit oleh dua sungai
yaitu Sungai Bingei dan Sungai Benang sesuai dengan yang terlampir pada
Lampiran 5. Kebun Tanjung Jati memiliki HGU seluas 1 881.25 ha yang terdiri
dari perkebunan tebu seluas 503.27 ha, perkebunan kelapa sawit seluas 1037.15
ha dan luas areal lainnya 340.83 ha (tanaman bera, kebun sayur karyawan, jalan,
sungai, pasar kebun, perumahan, lapangan olahraga, dan tanah kuburan).
Perkebunan sawit pada Kebun Tanjung Jati hanya memiliki dua afdeling dimana
afdeing I seluas 554.42 ha dan afdeling II 482.73 ha.
Keadaan Iklim dan Tanah
Berdasarkan curah hujan dan hari hujan selama tahun 2009-2013 Kebun
Tanjung Jati PTPN II memiliki curah hujan rata-rata tahunan 2 200 - 2 500 mm
tahun-1 dengan hari hujan 113 hari tahun-1. Jumlah rata-rata bulan kering sebanyak
satu bulan tahun-1 dan bulan basah 11 bulan tahun-1. Berdasarkan klasifikasi
Schmidth-Ferguson, Kebun Tanjung Jati termasuk tipe iklim A, yaitu tipe daerah
sangat basah. Data curah hujan selengkapnya terlampir pada lampian 6. Keadaan
cuaca/iklim sering bertiup angin bahorok yang datang dari arah dataran tinggi
karo melalui Sei Wampu pada umumnya bulan Mei – Agustus. Angin ini bersifat
“Fohn” yang meningkat suhu udara mencapai 320C dan kelembaban 40%.
Secara geologis, areal Kebun Tanjung Jati adalah typic hapluduits
(podsolik merah kekuningan). Bentuk wilayah (topografi) pada umumnya datar.
Jenis tanah mineral yang terdapat di Kebun Tanjung Jati adalah andosol dengan

9
tekstur liat berpasir (sandy clay). Reaksi tanah tergolong sedikit masam-netral
dengan pH 6-7.
Areal Konsesi dan Tata Guna Lahan
Areal kondisi di Kebun Tanjung Jati PTPN II memiliki luas total 1 881.25
ha. Luas areal yang diusahakan untuk kelapa sawit seluas 1 037.15 ha yang di
bagi menjadi dua afdeling yakni afdeling I dan afdeling II. Setiap afdeling di
pimpin oleh satu asisten. Afdeling I memiliki luas sebesar 554.42 ha dan afdeling
II sebesar 482.73 ha.
Keadaan Tanaman dan Produksi
Tanaman kelapa sawit di Kebun Tanjung Jati ditanam mulai tahun 2002
hingga tahun 2013. Varietas kelapa sawit yang ditanam adalah varietas Tenera
yang merupakan hasil persilangaan antara Dura x Pisifera. Bibit berasal dari
penyedia bibit yang berbeda yaitu PPKS dan Marihat. Jarak tanam yang
digunakan di Kebun Tanjung Jati adalah 9.42 m x 8.16 m dengan jumlah populasi
sekitar 130 pokok. Data produksi TBS lima tahun terakhir dapat dilihat pada
Lampiran 8.
Struktur Organisasi dan Ketenagakerjaan
Kebun Tanjung Jati PTPN II dipimpin oleh seorang manajer yang
bertanggungjawab terhadap perkembangan dan pengelolaan kebun yang
dipimpinnya. Seorang manajer kebun memiliki hak untuk mengambil keputusan
dalam pengelolaan suatu kebun yang dipimpin. Manajer kebun dibantu oleh staf
perkebunan diantaranya kepala dinas tanaman, asisten administrasi, asisten
afdeling, asisten DP-I, dan Papam (pengawas keamanan). Kepala dinas tanaman
bertugas untuk mengkoordinasikan asisten-asisten afdeling, mengelola
emplasmen, dan traksi. Asisten administrasi bertugas untuk mengurus
administrasi kebun, sedangkan Petugas keamanan bertugas untuk mengawasi
keamanan kebun. Asisten afdeling bertanggungjawab dalam mengelola afdeling,
sedangkan asisten DP-I bertanggungjawab dalam pengelolaan dan pengawasan
budidaya tebu. Struktur organisasi Kebun Tanjung Jati terlampir pada Lampiran 9.
Kebun Tanjung Jati memiliki dua asisten afdeling yang memiliki tanggung jawab
terhadap semua kegiatan baik SDA, SDM, dan administrasi di afdeling masingmasing. Setiap asisten afdeling dibantu oleh staf-staf afdeling yaitu mandor I,
krani afdeling, krani produksi, pembantu krani, mandor panen, mandor
pemeliharaan, mantri hama, penerima buah, dan kav.kontrol.
Situasi ketenagakerjaan di Kebun Tanjung Jati dibagi menjadi karyawan
staf/pimpinan dan karyawan pelaksana. Karyawan pimpinan terdiri dari manager,
kepala dinas tanaman, asisten afdeling, asisten DP I, asisten administrasi dan
papam, sedangkan karyawan pelaksana terdiri dari karyawan administrasi
kebun/afdeling, mandor afdeling, pemanen, pemeliharaan tanaman, karyawan
teknik/transport. Standard ITK untuk perkebunan kelapa sawit adalah 0.16-0.2.
Nilai ITK Kebun Tanjung Jati adalah 0.12, nilai tersebut belum memenuhi tingkat
standart tenaga kerja untuk perkebunan kelapa sawit.

10
Tabel 1 Jumlah ketenagakerjaan Kebun Tanjung Jati, PTPN II
Uraian
Karyawan Pimpinan
Karyawan Pelaksana
Petugas Keamanan
Total
Indeks Tenaga Keamanan (ITK)
Sumber : Kantor Kebun Tanjung Jati (2014)

Total (Orang)
5
119
1
125
0.12

11

PELAKSANAAN KEGIATAN MAGANG

Aspek Teknis
Pemeliharaan Jalan Transportasi
Pemeliharaan jalan diarahkan untuk mempertahankan kondisi jalan tetap
dalam keadaan baik sepanjang tahun, sehingga transportasi produksi dapat
berjalan lancar. Perbaikan jalan diselesaikan pada semester-I sebelum panen
puncak. Pemeliharaan jalan di kebun Tanjung Jati dilakukan terhadap tiga
klasifikasi jalan, yaitu main road, transport road, dan collecting road.
Pemeliharaan jalan dapat dilakukan baik secara mekanis maupun manual. Manual
dengan menggunakan tenaga manusia, meliputi pekerjaan menutup lubang-lubang
di jalan, pemeliharaan parit kiri dan kanan. Prestasi kerja/norma kebun daam
pelaksanaan kegiatan ini adalah main road 100 m HK-1, transport road 120 m
HK-1, dan collecting road 150 m HK-1. Untuk pemeliharaan secara mekanis
menggunakan alat-alat berat seperti Road Grader dan Road Roller. Road grader
bertujuan untuk membuat badan jalan menjadi batok tengkurap sekaligus
menarik/meratakan batu kerikil kembali ke tengah jalan serta membentuk parit
jalan. Road roller digunakan untuk memadatkan permukaan/badan jalan sekaligus
meratakannya. Norma kerja yang ditetapkan perusahaan dalam pelaksanaan
kegiatan ini adalah main road 250 m HK-1 dengan rotasi satu kali dalam tiga
bulan, transport road 300 m HK-1 dengan rotasi satu kali dalam empat bulan, dan
collecting road 300 m HK-1 rotasi satu kali dalam empat bulan. Road grader dan
road roller dioperasikan oleh dua orang, yaitu satu orang operator dan satu orang
pembantu operator yang diawasi langsung oleh asisten yang dibantu oleh mandor
centeng. Pemeliharaan jalan dengan road grader dan road roller dapat dilihat
pada Gambar 1.

(a)

(b)

Gambar 1 Pemeliharaan jalan: (a) Road Grader (b) Road Roller
Pengendalian Gulma
Pengendalian gulma yaitu kegiatan membuang atau membasmi tanaman
yang merugikan bagi tanaman. Pengendalian gulma sangat diperlukan karena
dapat mempermudah kegiatan yang lain seperti pemanenan, penunasan,
pemupukan dan pengangkutan tandan buah segar (TBS). Pengendalian gulma di
PTPN II Kebun Tanjung Jati dilakukan secara manual dan kimiawi yang
memfokuskan pada daerah inklusif pasar pikul, piringan, dan tempat

12
pengumpulan hasil (TPH). Tujuannya adalah untuk mempertahankan kondisi
tanaman menghasilkan kelapa sawit bebas dari gangguan gulma sehingga
pertumbuhan tanaman, pemupukan dan proses panen lebih optimal.
Pengendalian gulma secara manual. Menggunakan alat cangkul, parang
(Gambar 2), egrek, dan mesin babat untuk membersihkan gulma yang merambat
di pohon dan melakukan dongkel anak kayu (DAK). Penulis melakukan kegiatan
babat gulma dan mendongkel anak kayu yang berada di gawangan dan piringan.
Jenis gulma yang dijumpai umumnya berupa rumput lunak, cabai-cabaian dan
keladi. Jenis gulma berkayu yang dibersihkan meliputi Melastoma malabatrhicum
dan Mimosa pudica. Selain itu, terdapat beberapa jenis paku-pakuan dan alangalang (Imperata cylindrica). Jenis paku-pakuan yang harus dibersihkan yaitu
pakis lunak (Nephrolepis biserrata). Pengendalian gulma manual di Kebun
Tanjung Jati dilakukan dengan rotasi 1 kali per tahun. Pekerjaan dimulai pukul
06.00 WIB hingga pukul 13.00 WIB. Setiap pekerja diwajibkan untuk memenuhi
standar pekerjaan yang telah ditetapkan yakni 2.5 HK ha-1 dalam 7 jam kerja.
Pekerjaan pengendalian gulma secara manual dikerjakan oleh 10 orang
karyawan perempuan dan 2 orang karyawan pria. Kendala yang dihadapi dalam
pekerjaan ini adalah alat kurang memadai seperti cangkul dan alat babat yang
mengalami kerusakan yang mengakibatkan karyawan mengalami kesulitan untuk
membabat gulma, dan kurangnya kedisiplinan karyawan dalam menjalankan
tugas. Penulis melakukan kegiatan pengendalian gulma secara manual dengan
prestasi 2 HK ha-1 yang dilakukan baik sebagai karyawan maupun sebagai
pengawas di blok.

Gambar 2 Pengendalian gulma manual
Pengendalian gulma secara kimia. Pengendalian gulma secara kimia
atau dikenal dengan chemist adalah pengendalian gulma dengan cara
menyemprotkan herbisida ke tanaman penggangu (Gambar 3). Alat yang
digunakan yakni knapsack sprayer, yaitu alat semprot dengan sistem pompa yang
memiliki kapasitas 15 liter. Jenis nozzle yang digunakan yaitu nozzle bewarna
kuning dengan lebar semprot ±0.5 m. Adapun jenis herbisida yang digunakan
diantaranya herbisida kontak, herbisida sistemik, dan herbisida pra tumbuh yang
bersifat selektif.
Herbisida yang digunakan berbeda-beda disesuaikan dengan jenis gulma
yang akan dikendalikan. Pengendalian lalang dengan sistem wiping menggunakan
larutan herbisida glyphosate dosis 20 cc ha-1 dengan rotasi 30 hari dengan norma
kerja 0.2 HK ha-1 rot-1. Pengendalian gulma jenis anak kayuan secara kimiawi
menggunakan campuran herbisida paraquat dosis 0.75 l ha-1 dan methil
metsulfuron dosis 0.05 g ha-1 dengan rotasi tiga kali setahun. Untuk pengendalian
gulma pakis kawat dilakukan dengan menggunakan bahan kimia campuran

13
paraquat dosis 1.5 l ha-1 dengan methyl metsulfuron dosis 0.075 g ha-1 dengan
rotasi empat kali setahun norma kerja 2 HK ha-1.
Pengendalian secara kimia dilakukan pada piringan dan inclusif pasar
pikul. Karyawan yang bekerja sebagai penyemprot sekitar 6 orang yang terdiri
atas 5 wanita dan 1 pria, dan dipimpin oleh 1 mandor semprot. Karyawan wanita
bertugas untuk menyemprot tanaman, sedangkan pria bertugas untuk mengambil
air, mencampur herbisida, dan mengisikan herbisida tersebut ke masing-masing
penyemprot. Setiap petugas semprot wajib memakai alat pelindung diri (APD)
berupa celana dan baju lengan panjang, topi, sarung tangan, sepatu boots, dan
masker. Rotasi pengendalian gulma secara kimia adalah setiap 3 bulan.
Tujuan penyemprotan gulma di gawangan adalah untuk mempermudah
kegiatan panen dan pemupukan. Kendala yang dialami dalam kegiatan
penyiangan di gawangan yakni pertumbuhan gulma terlalu cepat, alat yang kurang
memadai seperti tangki kap yang masih bocor dan kondisi cuaca yang tidak
menentu. Prestasi kerja yang telah ditetapkan yaitu 2.5 ha HK-1.Namun, prestasi
kerja karyawan penyemprot hama adalah 3 ha HK-1. Selama kegiatan
penyemprotan, penulis tidak melakukan kegiatan tersebut namun mendampingi
mandor semprot untuk mengawasi para penyemprot.

Gambar 3 Pengendalian gulma secara kimia
Penanaman dan pemeliharaan LCC
Tanaman kacangan (Leguminosa) sebagai penutup tanah berguna untuk
memberi cadangan unsur hara, memperbaiki sifat hara, memperbaiki sifat fisik
tanah, mencegah erosi dan menekan pertumbuhan gulma. Untuk membangun
penutup tanah biasanya digunakan campuran dari beberapa jenis kacangan karena
masing-masing jenis mempunyai sifat pertumbuhan yang berbeda. Kebun
Tanjung Jati, PTPN II menggunakan LCC jenis Mucuna bracteata dengan
kebutuhan bibit 0.18-0.20 kg ha-1 (850st ha-1).
Proses penanaman mucuna dimulai dari penanaman Mucuna bracteata
pada polybag di pembibitan mucuna. Biji mucuna ini terlebih dahulu direndam
dalam air hangat dengan terlebih dahulu ujung biji mucuna digunting dengan
tujuan menghilangkan masa dormansi biji. Setelah itu mucuna ditanam di polybag
dengan banyaknya mucuna 2 biji polybag-1. Selama di pembibitan dilakukan
pemeliharaan terhadap mucuna yaitu penyemprotan dengan larutan cytozyme
0.25% dengan menggunakan larutan 100-200 l ha-1. Tujuan perlakuan tersebut
untuk merangsang pertumbuhan kacangan di pembibitan. Setelah berumur 1-2
bulan kecambah yang telah tumbuh besar pada polybag selanjutnya dipindah
tanam ke lapang yaitu pada TBM kelapa sawit. Sama halnya pada pembibitan
mucuna bracteata yang telah ditanam di lapang juga harus mendapatkan
pemeliharaan yang intensif karena jika pemeliharaan tidak secara berkala maka

14
pertumbuhan Mucuna bracteata yang cenderung lebih cepat dibandingkan dengan
LCC lainnya dapat tumbuh menjalar dengan cepat bahkan dapat tumbuh dan
melilit pokok sawit tersebut dengan polybag. Kondisi Mucuna bracteata di
pembibitan dan di lapang dapat dilihat pada Gambar 4.

(a)
(b)
Gambar 4 Penanaman dan pemeliharaan LCC: (a) Pembibitan Mucuna bracteata
(b) Mucuna bracteata di lapang
Pemupukan
Penyimpanan pupuk. Pupuk yang akan diaplikasikan terlebih dahulu
disimpan di gudang pupuk. Gudang ini memiliki sirkulasi udara dalam ruangan
yang sudah cukup baik. Pupuk diletakkan di atas alas kayu agar tidak lembab.
Lantai di dalam gudang juga disemen agar tidak mudah lembab juga. Pupuk
disusun rapi didalam gudang agar memudahkan dalam pengangkutan. Kondisi
gudang pupuk kebun Tanjung Jati dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5 Gudang pupuk
Tenaga kerja pemupukan. Jumlah tenaga kerja yang ada di afdeling I
adalah 13 orang yang terdiri dari 9 tenaga pemupuk, 3 orang tenaga bongkar muat,
dan 1 orang tenaga pengecer. Selain sebagai bongkar muat pupuk, tenaga kerja
bongkar muat juga berkewajiban mengumpulkan karung pupuk yang sudah habis
dan melipatnya per 5 karung dan dikembalikan ke gudang setalah pelaksanaan
pupuk di lapang selesai.
Sistem teknis pemupukan. Teknis pemupukan di Kebun Tanjung Jati
menerapkan aplikasi pupuk 5T (Tepat Jenis, Tepat Dosis, Tepat Waktu, Tepat
Cara, dan Tepat Tempat).
Persiapan dan pengambilan pupuk digudang. Kegiatan ini dilakukan
oleh tenaga bongkar muat. Pengambilan pupuk dilakukan pada pagi hari dan
dilakukan tiga orang. Sebelum melakukan pengambilan pupuk terlebih dahulu
mandor pupuk harus membuat perencanaan mengenai kebutuhan pupuk yang

15
dibutuhkan untuk luasan yang akan dipupuk. Lalu laporan perencanaan yang telah
diketahui asisten afdeling dan kepala dinas tanaman kebun selanjutnya disetujui
oleh Manajer Kebun. Kemudian surat pengambilan pupuk tersebut diserahkan ke
kantor gudang sehingga pihak dari kantor gudang mengetahui berapa ton pupuk
yang harus dikeluarkan pada hari itu. Kemudian pupuk dimuat ke truk dengan
kapasitas 5 ton. Jumlah pupuk yang diaplikasikan berbeda-beda pada setiap
harinya tergantung jumlah pokok dan dosis pupuk. Situasi muat bongkar pupuk di
gudang dapat dilihat pada Gambar 6.

(a)
(b)
Gambar 6 Persiapan dan pengambilan pupuk digudang: (a) muat pupuk dari
gudang ke truk (b) penempatan pupuk di truk
Pelangsiran pupuk. Pupuk yang sudah dimuat ke dalam truk lalu
ditempatkan di supply point . Supply point adalah titik peletakan zak pupuk. Pada
Kebun Tanjung Jati tidak dilakukan kegiatan pengeceran dari supply point besar
ke supply point kecil. Tugas tenaga pengecer pupuk adalah meletakkan pupuk
yang diambil dari truk muat pupuk ke pinggir pasar tempat dilakukan pemupukan.
Banyaknya karung pupuk yang diletakkan disesuaikan dengan dosis pupuk dan
jumlah pokok yang dipupuk yang sebelumnya telah ditentukan oleh mandor
pupuk. Apabila pelangsiran pupuk di supply point sudah selesai, tenaga pengecer
pupuk mengumpulkan karung pupuk yang sudah kosong dan menggulung per 5
karung untuk dibawa ke gudang lagi. Pupuk yang sudah dilangsir harus habis
diaplikasikan pada hari itu juga dan jangan sampai ada karung pupuk yang
tertinggal di lapangan. Supply point dan dapat dilihat pada Gambar 7.

Gambar 7 Supply Point
Pengambilan pupuk di supply point. Para penabur pupuk mengambil
pupuk langsung di supply point. 5 karung pupuk yang diletakkan di masingmasing supply point akan dibagi rata terhadap 9 orang penabur. Pupuk tersebut
diisi ke dalam ember para penabur. Setelah ke-9 penabur selesai mengisi pupuk ke

16
ember pupuknya, mereka mulai untuk memupuk tanaman sawit. Pengambilan
pupuk oleh penabur di supply point dapat dilhat pada Gambar 8.

Gambar 8 Pengambilan pupuk di supply point
Pengawasan kualitas pemupukan. Pengawasan kegiatan pemupukan
dilakukan oleh mandor pupuk dan asisten afdeling. Tujuan pengawasan kualitas
pemupukan yaitu untuk memastikan bahwa kegiatan pemupukan yang dilakukan
sudah terlaksana sesuai dengan Instruksi Kerja (IK) pemupukan tanaman
menghasilkan (TM) dan tanaman belum menghasilkan (TBM).
Penunasan (Pruning)
Penunasan adalah kegiatan memotong pelepah daun yang tidak produktif
dengan tujuan untuk mempertahankan jumlah pelepah daun sesuai umur tanaman,
mempertahankan luas permukaan daun untuk proses fotosintesis, mempermudah
pelaksanaan panen dan mencegah kehilangan brondolan yang tersangkut di ketiak
pelepah.
Jenis penunasan kelapa sawit terdiri dari tiga yaitu tunas selektif, tunas
periodik, dan tunas progresif. Penunasan selektif dilaksanakan pada tanaman
menghasilkan 1 sampai dengan tanaman menghasilkan 2 dengan melakukan
penunasan pelepah yang rata dengan tanah dan pelepah yang telah menguning
atau kering. Jumlah pelepah yang dipertahankan adalah 56-64 pelepah. Rotasi
kegiatan tunas selektif dilakukan selama 2 kali per tahun. Penunasan periodik
dilakukan pada saat kondisi tertentu dan tidak bersamaan dengan kegiatan panen.
Penunasan periodik dilaksanakan pada tanaman menghasilkan >4 tahun. Pelepah
yang harus dipertahankan dalam 1 pokok kelapa sawit berdasarkan umur tanaman
tersebut yaitu untuk tanaman 8 tahun jumlah
pelepah yang dipertahankan 48-56 atau songgo dua yakni mempertahankan
minimal 2 pelepah dibawah tandan tertua. Rotasi kegiatan tunas periodik
dilakukan selama 9 bulan.
Penunasan progresif dilakukan bersamaan dengan kegiatan panen, yaitu
memotong pelepah terlebih dahulu sebelum menurunkan TBS. Penunasan tersebut
dilakukan oleh pemanen pada hancak panennya. Pemotongan pelepah dilakukan
rapat ke pangkal pelepah dan bidang potongan berbentuk tapak kuda yang miring
keluar membentuk sudut 15°-30° terhadap bidang datar. Pangkal pelepah bekas
tunasan yang menempel pada pohon harus kurang dari 5 cm bertujuan mencegah
tersangkutnya brondolan di ketiak pelepah. Pelepah yang telah ditunas dipotong
tiga bagian lalu dikumpulkan dan ditumpuk diantara tanaman pada areal datar

17
sampai bergelombang dengan membentuk huruf “U”. Pada areal miring pelepah
tidak dipotong namun ditumpuk diantara barisan tanaman dengan posisi tegak
lurus terhadap kemiringan yang bertujuan untuk mengurangi erosi permukaan.
Penulis tidak melakukan kegiatan penunasan namun mendampingi mandor panen
untuk mengawasi para pemanen melakukan penunasan. Kegiatan penunasan
dilakukan oleh setiap pemanen (Gambar 9).

Gambar 9 Kegiatan penunasan kelapa sawit
Pemanenan Kelapa Sawit
Panen adalah kegiatan menurunkan tandan buah segar (TBS) dengan
menggunakan alat egrek/dodos. Kriteria matang panen merupakan salah satu
kriteria untuk menentukan TBS yang dapat dipanen. Urutan kegiatan pemanen
yaitu pemotongan TBS di pohon kelapa sawit, mengutip brondolan dengan
menggunakan ember, memotong pelepah, mengumpulkan TBS ke tempat
pengumpulan hasil (TPH), penomoran di setiap TBS, dan pengangkutan TBS ke
pabrik. Kebun Tanjung Jati menerapkan target dan realisasi produksi untuk setiap
afdeling. Target dan produksi Afdeling I (satu) tersaji pada Tabel 2.
Tabel 2 Produksi tandan buah segar periode Januari-Mei 2014
Produksi TBS
Periode

Target

Realisasi

Realisasi terhadap target
(%)

Kg
Januari

679 180

524 550

77.23

Februari

532 149

431 600

81.10

Maret

671 456

407 410

60.67

April

767 421

437 010

56.95

641 180

71.95

Mei
891 175
Sumber : Kantor Afdeling I, Kebun Tanjung Jati (2014)

Sistem Panen. Sistem panen yang dilakukan di Afdeling I Kebun Tanjung
Jati adalah pemanenan yang dilakukan dan diselesaikan pada satu kapveld per hari
kerja berdasarkan interval yang telah ditentukan. Satu kapveld terdiri dari
beberapa blok dan dibagi menjadi beberapa hanca yang harus diselesaikan oleh
pemanen dalam jangka waktu satu hari. Pemanen melakukan kegiatan pemanenan
dengan cara menurunkan TBS sekaligus mengutip brondolan yang berada
disekitar pohon kelapa sawit. Metode yang digunakan dalam kegiatan pemanen di

18
Afdeling I adalah sistem hanca giring tetap dimana pemanen sudah memiliki
hanca setiap harinya di setiap kapveld.
Kriteria Matang Tandan Buah Segar. Kriteria matang panen merupakan
syarat utama untuk menentukan TBS yang akan dipanen. Kriteria tersebut dapat
dilihat dari jumlah brondolan yang jatuh disekitar piringan. Brondolan yang jatuh
secara alami dan bukan dikarenakan oleh serangan hama. Kebun Tanjung Jati
menerapkan TBS yang dapat dipanen dengan kriteria jumlah brondolan yaitu
untuk areal tanah rata minimal satu brondolan per TBS. Kriteria mutu buah di
PTPN II dijelaskan pada Tabel 3.
Tabel 3 Kriteria mutu tandan buah segar di Kebun Tanjung Jati, PTPN II
Kriteria mutu TBS

Keterangan
Buah normal

Buah mentah

Buah tidak membrondol berwarna hitam pekat

Buah matang

12.5%-50% buah luar membrondol berwarna merah mengkilat

Buah lewat matang

50%-100% buah luar atau sebagian buah bagian dalam

membrondol

Buah abnormal
Buah banci

Muncul bunga jantan atau bunga betina dalam satu tandan

Sumber : Kantor Afdeling I, Kebun Tanjung Jati (2014)

Selama melakukan kegiatan magang, penulis menemukan beberapa buah
yang dapat digolongkan menjadi buah abnormal yaitu buah batu, buah busuk, dan
buah landak. Buah batu memiliki ciri tidak jatuhnya brondolan walaupun warna
buah merah mengkilat atau fraksi 2 (matang). Buah busuk memilki ciri warna
buahnya sudah kecoklatan dan berbau busuk. Buah landak memiliki ciri adanya
bunga betina di bagian buahnya.
Rotasi Panen. Rotasi panen adalah interval yang dibutuhkan untuk
kembali ke kapveld/blok yang sudah dipanen sebelumnya. Rotasi panen dilakukan
7 hari dengan rumus standard 5/7 untuk semester I dan 6/7 untuk semester II
sehingga Afdeling I Kebun Tanjung Jati pada semester I menerapkan rotasi panen
5/7 yang terdiri dari 5 kapveld panen dalam seminggu.
Kapveld Panen. Kapveld panen adalah luasan areal terdiri atas beberapa
blok yang terbagi menjadi beberapa hanca dan harus dipanen dalam jangka waktu
satu hari. Afdeling I (satu) Kebun Tanjung Jati memiliki 5 kapveld panen pada
semester I dan 6 kapveld panen pada semester II. Penetapan kapveld panen ini
dilakukan pada tanaman menghasilkan (TM) dan membagi hanca panen kepada
setiap pemanen sehingga mempermudah pekerjaan panen dan pengontrolan oleh
asisten dan supervisi. Penomoran kapveld menggunakan angka romawi, yakni
kapveld I, kapveld II, kapveld III, kapveld IV, dan kapveld V. Kegiatan panen
pada setiap kapveld dimulai pada hari senin hingga jumat. Luas masing-masing
kapveld panen di Afdeling I dapat dilihat pada Tabel 4. Berdasarkan tabel,
terdapat perbedaan antara luas kapveld yang telah ditentukan dengan realisasi luas
kapveld. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh keadaan areal atau topografi dan
posisi masing-masing blok. Selain itu, jumlah luasan panen ditentukan oleh
jumlah blok yang akan dipanen sedangkan rata-rata luas panen ditentukan oleh
perhitungan kapveld panen dalam satu afdeling. Afdeling I Kebun Tanjung Jati
memiliki luas areal tanaman menghasilkan (TM) 439.74 ha. Perhitungan dalam
menentukan kapveld panen adalah sebagai berikut :

19
A. Luas rata rata per kapveld

439.74 ℎ�

ℎ�

= 5 ������� = 87.948 �������
5 ���

B. Luas rata rata per 5 jam kerja = 7 ��� � 87.948 ℎ� = 62.82 ℎ�
C. Penambahan luas areal

=

87.948−62.82
5 �������

= 5.026 ℎ�

D. Luas rata rata kapveld panen hari biasa = 87.948 ha + 5.026 ha = 92.9