Pengembangan Model Estimasi TSS

24

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Pengembangan Model Estimasi TSS

Hasil pengembangan model estimasi TSS di Teluk Jakarta menggunakan beberapa persamaan regresi, yaitu eksponensial, linear, logaritmik, polynomial orde 2, polynomial orde 3, dan power untuk nilai radiansi rasio antar kanal merah dan biru K1K3, rasio kanal merah dan hijau K1K4, serta rasio kanal biru dan hijau K3K4 disajikan dalam Tabel 5, sedangkan transformasi radiansi kromatisiti kanal biru K3K1+K3+K4, radiansi kromatisiti kanal hijau K4 K1+K3+K4 dan radiansi kromatisiti kanal merah K1 K1+K3+K4 disajikan pada Tabel 6. Dari Tabel 5 terlihat bahwa persamaan logaritmik rasio antara kanal merah terhadap hijau K1K4 , yaitu : TSS mgl = 6.332lnK1K4 + 92.55 .................................................... Pers. 4 adalah merupakan model pendugaan TSS yang terbaik dari kelompok transformasi rasio dengan nilai R 2 tertinggi 0.547 dan RMS error yang rendah 0.021. Dari Tabel 6 terlihat pula bahwa persamaan regresi linier radiansi kromatisiti kanal merah K1 K3+K4+K1 dengan persamaan, yakni: TSS mgl = 44.06 K1 K1+K3+K4 + 80.26 …………..……….. Pers. 5 merupakan model pendugaan TSS yang terbaik dari kelompok transformasi kromatisiti dengan nilai R 2 termasuk yang tertinggi 0.594 dan RMS error yang rendah 0.019, selain itu model tersebut memiliki nilai bias cukup rendah yang dapat dibuktikan dengan uji residual analisis Gambar 8. Tabel 5. Model algoritma pendugaan TSS menggunakan transformasi rasio antar kanal dari berbagai persamaan regresi Model yang dicetak tebal adalah yang terbaik dari seluruh model Rasio Persamaan Model Hubungan R² RMS error Kanal K1K3 Eksponensial y = 84.60e 0.143x 0.503 0.3546 Linear y = 13.51x + 84.17 0.505 0.0143 Logaritmik y = 9.541lnx + 97.44 0.519 0.0018 Polynomial orde 2 y = -6.351x 2 + 23.09x + 80.83 0.512 0.0317 Polynomial orde 3 y = 74.56x 3 - 182.4x 2 + 153.3x + 50.95 0.545 0.0189 Power y = 97.42x 0.101 0.52 0.0911 K1K4 Eksponensial y = 87.64e 0.049x 0.525 0.5723 Linear y = 4.679x + 87.49 0.526 0.0169 Logaritmik y = 6.332lnx + 92.55 0.547 0.0206 Polynomial orde 2 y = -1.675x 2 + 9.767x + 84.28 0.545 0.0182 Polynomial orde 3 y = -0.875x 3 + 2.309x 2 + 4.316x + 86.47 0.547 0.0289 Power y = 92.48x 0.067 0.548 0.2097 K3K4 Eksponensial y = 88.78e 0.029x 0.179 0.6568 Linear y = 2.765x + 88.72 0.178 0.0360 Logaritmik y = 5.673lnx + 90.60 0.181 0.0158 Polynomial orde 2 y = -0.831x 2 + 6.441x + 85.05 0.187 0.0317 Polynomial orde 3 y = -2.857x 3 + 18.53x 2 - 34.37x + 111.8 0.213 0.2045 Power y = 90.58x 0.060 0.181 0.3826 Keterangan : y = konsentrasi TSS dugaan x = transformasi rasio antar kanal Tabel 6. Model algoritma pendugaan TSS menggunakan transformasi kromatisiti dari berbagai persamaan regresi Model yang dicetak tebal adalah yang terbaik dari seluruh model Rasio Persamaan Model Hubungan R² RMS error Kanal K3 Eksponensial y = 107.5e -0.31x 0.108 0.3556 Linear y = -29.14x + 106.7 0.108 0.0371 Logaritmik y = -12.9lnx + 83.17 0.113 0.2500 K1+K3+K4 Polynomial orde 2 y = 324.1x 2 - 313.7x + 168.5 0.129 0.1406 Polynomial orde 3 y = -8091x 3 + 10905x 2 - 4897x + 826.3 0.155 0.7400 Power y = 83.70x -0.13 0.112 2.8766 K4 Eksponensial y = 104.4e -0.42x 0.391 0.3546 Linear y = -40.05x + 103.9 0.391 0.0143 Logaritmik y = -9.51lnx + 80.48 0.387 0.0018 K1+K3+K4 Polynomial orde 2 y = 43.62x 2 - 61.90x + 106.5 0.392 0.0317 Polynomial orde 3 y = 2193x 3 - 1557x 2 + 3119x + 78.7 0.402 0.0189 Power y = 81.33x -0.10 0.387 0.0911 K1 Eksponensial y = 81.14e 0.468x 0.594 0.2761 Linear y = 44.06x + 80.26 0.594 0.0193 Logaritmik y = 12.86lnx + 109.3 0.587 0.0908 K1+K3+K4 Polynomial orde 2 y = 14.30x 2 + 35.29x + 81.53 0.595 0.1781 Polynomial orde 3 y = 2917x 3 - 2692x 2 + 844.4x + 4.028 0.630 0.2956 Power y = 110.5x 0.137 0.589 0.3893 Keterangan : y = konsentrasi TSS dugaan x = kromatisiti radiansi kanal Dari kedua Tabel Tabel 5 dan 6 dan Persamaan tersebut Pers. 4 dan 5, maka Persamaan 5 yang terdapat pada Tabel 6 dipilih sebagai model atau algoritma akhir pendugaan TSS untuk perairan Teluk Jakarta menggunakan sensor MODIS dengan x merupakan transformasi kromatisiti kanal merah. Nilai R 2 yang tidak terlalu tinggi dikarenakan tidak banyaknya nilai konsentrasi TSS insitu yang digunakan. Hal tersebut akibat banyaknya daerah pengambilan data yang tertutp awan sehingga nilai radiansi yang dihasilkan tidak relevan. Uji analisis lanjutan estimasi konsentrasi TSS akan divalidasi dengan uji- uji statistik. Plot hubungan antara nilai transformasi kromatisiti radiansi kanal merah dengan TSS ditunjukkan pada Gambar 5. Penggunaan transformasi kromatisiti radiansi kanal merah karena nilai transformasi kromatisiti radiansi kanal merah terhadap data TSS in situ menunjukkan korelasi yang paling tinggi berdasarkan pada Tabel 6 dengan model algoritma yang bercetak tebal. Pada Gambar 5 terdapat hanya 15 data insitu yang digunakan untuk membuat model yang digunakan. Sedikitnya data yang digunakan karena cukup banyak stasiun pengambilan data insitu lainnya tertutup awan, sehingga data tidak terpakai harus dibuang. Gambar 5. Plot hubungan antara kromatisiti radiansi kanal merah dengan TSS. Dari Gambar 5 diatas dapat diketahui bahwa semakin tinggi nilai radiansi kromatisiti kanal merah, maka semakin tinggi pula nilai TSS-nya. Hal tersebut ditandai dengan nilai positif slope dari model persamaan regresi linear yang dihasilkan. Energi pada panjang gelombang 0.60 m - 0.70 m kanal merah dapat menembus hingga kedalaman 3 m di perairan jernih. Teluk Jakarta termasuk dalam perairan kasus II, yaitu perairan yang didominasi oleh TSS baik y = 44.06x + 80.26 R² = 0.594 n = 15 86 88 90 92 94 96 98 100 102 0.1 0.2 0.3 0.4 0.5 T S S m g l K1K1+K3+K4 material organik yellow substance, maupun material anorganik sedimen, dimana meningkatnya nilai reflektansi atau radians akan sejalan dengan meningkatnya konsentrasi TSS Robinson, 1985.

4.2. Analisis TSS Perairan Teluk jakarta

Dokumen yang terkait

Analisis Kandungan Aluminium (Al), Sulfida, Bod, Cod, Total Padatan Tersuspensi (TSS) Dan pH Dari Air Sungai Kapal Keruk Di Desa Karang Anyer Kec. Secanggang Kab. Langkat

5 63 102

Penentuan Kandungan Padatan Total ( % Tsc ) Lateks Pekat Dan Pengaruhnya Terhadap Kekuatan Tarik Benang Karet Di PT. IKN – Medan

1 45 47

Pemodelan Algoritma Penduga Konsentrasi Klorofil-a Menggunaltan Citra Satelit Terra MODIS di Perairan Teluk Jakarta dan Kepulauan Seribu

0 10 68

Kajian konsentrasi dan sebaran spasial klorofil-A di perairan teluk Jakarta menggunakan citra satelit Aqua Modis

0 14 86

Variabilitas konsentrasi klorofil-a dan suhu permukaan laut dari citra satelit aqua modis serta hubungannya dengan hasil tangkapan ikan lemuru di perairan selat bali.

2 56 135

Pendugaan Konsentrasi Klorofil-a dan Transparansi Perairan Teluk Jakarta dengan Citra Satelit Landsat.

3 18 123

Deteksi Tumpahan Minyak Dan Perubahan Konsentrasi Klorofil-A Dari Citra Modis Di Perairan Celah Timor

1 11 126

Variabilitas konsentrasi klorofil-a dan suhu permukaan laut dari citra satelit MODIS serta hubungannya dengan hasil tangkapan ikan pelagis di perairan Laut Jawa

4 8 197

Analisis Spasial dan Temporal Kualitas Perairan (Muatan Padatan Tersuspensi dan Klorofil-a) di Teluk Jakarta pada Tahun 2002-2012 menggunakan Citra Satelit LANDSAT-7 ETM.

3 16 30

Validasi Algoritma Estimasi konsentrasi Klorofil-a dan Padatan Tersuspensi Menggunakan Citra Terra dan Aqua Modis dengan Data In situ (Studi Kasus: Perairan Selat Makassar)

0 0 6