Hasil Evaluasi secara Visual

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Evaluasi secara Visual

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar 64,09 pohon ornamental di sepanjang Jalan Raya Pajajaran, Kota Bogor menunjukkan gejala deteriorasi atau kerusakan dan hanya 35,94 yang menunjukkan tidak adanya kerusakan fisik pohon. Gejala deteriorasi yang ditemukan adalah kanker 3,13; konk 6,25; gerowong 9,38; luka terbuka 5,47; dieback 7,81; mata kayu 5,47; keropos 14,84 dan lain-lain 10,93. Secara lengkap kondisi pohon sasaran disajikan pada Gambar 9. Gambar 9 Kondisi kesehatan pohon sasaran berdasarkan gejala deteriorasi yang ditemukan. Pada pohon sasaran ditemukan beberapa tipe kerusakan yang tidak dapat diabaikan. Hal ini berkaitan dengan kondisi ketahanan masing-masing pohon yang berbeda, sehingga dapat menurunkan kualitas pohon yang mengindikasikan menurunnya kesehatan pohon. Kerusakan pohon timbul diakibatkan karena terganggunya proses fisiologis pohon baik oleh penyakit, serangga dan penyebab abiotik lainnya. Pada setiap pohon yang diamati bisa terdapat lebih dari satu tipe 3,13 6,25 9,38 5,47 7,81 5,47 14,84 1,56 2,34 7,03 0,78 35,94 Kanker Konk Gerowong Luka terbuka Dieback. Mata kayu Keropos dan Terdapat Rayap Hilangnya dominasi ujung, mati ujung Kerusakan kuncup, daun atau tunas Tumbuhan pengganggu Perubahan warna daun Tidak ada kerusakan fisik kerusakan, oleh karena itu tipe kerusakan yang terparahlah yang harus mendapat prioritas utama untuk ditangani. Gejala deteriorasi pada pohon sasaran yang ditemukan adalah sebagai berikut; 1. Kanker Kanker pada batang pohon ditunjukkan oleh adanya lapisan kulit dan kambium yang mengalami kematian disfunction, yang kemudian diikuti oleh matinya kayu dibawah kulit. Gejalanya ditunjukkan dengan permukaan kulit yang biasanya tertekan kebawah atau bagian kulitnya pecah sehingga terlihat bagian kayunya Gambar 10. Gambar 10 Kanker pada batang pohon mahoni S. macrophylla. Tipe deteriorasi ini seluruhnya ditemukan pada jenis mahoni S. macrophylla yang merupakan pohon tua berdiameter batang pohon lebih dari 60 cm. Kanker banyak menyerang bagian kambium yang akan mematikan fungsi pengangkutan hara dan nutrisi di dalam batang. Kanker juga dapat menurunkan nilai manfaat pohon karena adanya degradasi yang dialami pohon sehingga volume batang berkurang, pertumbuhan pohon terbatas dan kurang optimal Koch P 1972. Disamping itu, hasil pengujian non destruktif yang juga digunakan dalam mengevaluasi kesehatan pohon ornamental Kota Bogor, menunjukkan nilai kecepatan gelombang ultrasonik yang rendah pada pohon yang mengalami kerusakan ini. Selain itu pohon yang mengalami tingkat kerusakan berupa kanker yang cukup parah dapat dengan mudah tumbang oleh adanya angin dengan intensitas tinggi. 2. Lapuk hati atau konk Gejala lapuk hati ditunjukkan oleh adanya pembusukan dalam batang sehingga sukar diamati dari luar, tetapi kadang-kadang timbul tubuh buah jamur yang dapat menjadi indikator pelapukan yang sudah lanjut Gambar 11. Tipe kerusakan ini menyebabkan meningkatnya resiko penurunan penyerapan air dan unsur hara serta kerusakan dari dalam sehingga pohon mudah roboh oleh angin. Gambar 11 Indikator lapuk lanjut berupa tubuh buah jamur pada batang pohon mahoni S. macrophylla. Sebagian besar lapuk hati terjadi pada jenis P. indicus, S. macrophylla dan sejumlah kecil pada D. regia. Dengan adanya tubuh buah jamur maka pohon yang mengalami lapuk hati dapat lebih mudah diidentifikasi. Hal ini diperkuat dengan hasil pengujian non destruktif yang menunjukkan bahwa nilai kecepatan rambatan gelombang yang dirambatkan pada pohon tersebut menjadi lebih lambat, dikarenakan adanya hambatan internal dalam batang. 3. Gerowong Gerowong terbentuk karena timbulnya luka pada kulit pohon dan tidak langsung ditangani sehingga kulit pohon tersebut terserang oleh hama atau penyakit yang dapat menimbulkan rongga pada batang. Kerusakan ini terdapat pada hampir seluruh jenis yang diamati kecuali pada jenis pohon tanjung M. elengi, dimana nilai kecepatan rambatan gelombang ultrasonik yang digunakan juga dalam mengevluasi kesehatan pohon, lebih lambat pada pohon yang mengalami kerusakan ini. Pola kerusakan pohon dimulai dari bagian pangkal pohon seperti perakaran Gambar 12 hingga batang, dijumpai juga beberapa pohon yang mengalami gerowong memanjang pada batang. Pohon yang mengalami gerowong dapat membahayakan pengguna jalan, karena dapat roboh sewaktu-waktu. Gambar 12 Gerowong yang terdapat pada batang bagian pangkal batang pohon agatis A. loranthifolia. Masyarakat sekitar yang peduli dengan kondisi pepohonan yang mengalami kerusakan berupa gerowong, biasanya ditambal dengan semen dan batu bata ataupun menutupnya dengan bebatuan seperti pada Gambar 13. Tetapi tidak jarang juga yang justru membuatnya menjadi tempat membakar sampah, sehingga memperparah kondisi kerusakan. Gambar 13 Gerowong yang terdapat pada batang pohon daun kupu-kupu B. purpurea. 4. Luka terbuka Kerusakan ini sebagian besar dialami jenis pohon P. indicus dan sejumlah kecil pada S. macrophylla. Lokasi ditemukannya kerusakan yaitu pada daerah perakaran dan batang pohon bagian bawah. Luka terbuka ditunjukkan dengan pengelupasan kulit atau kayu bagian dalam yang telah terbuka dan tidak ada tanda lapuk lanjut Gambar 14. Luka terbuka disebabkan oleh aktivitas manusia yang kurang sadar akan pentingnya nilai pohon sehingga seringkali melukai pohon dengan benda tajam. Apabila luka dibiarkan akan menimbulkan kanker, konk atau kerusakan lebih lanjut lainnya jika terserang patogen. Gambar 14 Luka terbuka pada batang bagian bawah pohon angsana P. indicus. 5. Dieback Dieback ditunjukkan dengan terjadinya kematian ranting atau cabang dari ujung atas dan meluas bagian bawah yang mengalami kerusakan Gambar 15. Kerusakan ini ditemukan sebagian besar pada S. macrophylla dan P. indicus. Gambar 15 Dieback pada pohon angsana P. Indicus. Dieback bukan serta merta hasil dari satu faktor seperti akibat adanya organisme perusak atau musim kering berkepanjangan saja, melainkan karena akumulasi dari kurangnya nutrisi sehingga memicu organisme perusak. Selain itu, dieback disebabkan juga oleh serangan cendawan yang berasosiasi dapat menurunkan pertumbuhan dan membunuh jaringan sebelumnya Shaw JB 1961. 6. Mata Kayu Mata kayu adalah bagian dari cabang atau ranting yang dikelilingi oleh pertumbuhan kayu, penampang melintangnya berbentuk bulat atau lonjong. Mata kayu yang ditemukan pada pohon sasaran yaitu mata kayu sehat yang banyak dialami jenis pohon S. macrophylla dan mata kayu lepas seperti pada Gambar 16 yang dialami jenis pohon B. purpurea. Gambar 16 Mata kayu lepas pada batang pohon daun kupu-kupu B. purpurea. Nilai kecepatan rambatan gelombang ultrasonik yang juga digunakan sebagai pendekatan dalam mendeteksi kondisi pohon akan menurun apabila melewati mata kayu dan serat miring di sekitar mata kayu, karena dengan adanya mata kayu orientasi serat akan menyimpang 7. Keropos dan Terdapat Rayap Keropos yang terjadi merupakan kerusakan lebih lanjut dengan adanya tunnel sebagai indikator keberadaan rayap. Kerusakan ini sebagian besar ditemukan pada jenis pohon B. purpurea Gambar 17, dan jenis lainnya yaitu P. indicus, S. macrophylla, dan A. loranthifolia. Gambar 17 Keropos pada batang pohon daun kupu-kupu B. purpurea. Gejala kerusakan biasanya dimulai dari bagian pohon yang berdekatan dengan tanah seperti daerah perakaran. Adapula serangan yang memanjang hingga batang bagian atas yang ditunjukkan dengan adanya tunnel. Bahkan pada jenis pohon A. loranthifolia ditemukan batang pohon yang saat kulitnya dikelupas terdapat serangan yang cukup parah dan terdapat rayap seperti ditunjukkan pada Gambar 18. Gambar 18 Serangan rayap pada batang pohon agatis A. Loranthifolia. Sebagian besar pohon dengan kerusakan ini memiliki kecepatan rambatan gelombang rata-rata yang lebih lambat. Hal ini menunjukan bahwa pohon perlu diwaspadai, penanganan terhadap pohon tersebut harus segera dilakukan baik dalam upaya perawatan maupun reklamasi mempertimbangkan kondisinya yang berpotensi menimbulkan bahaya bagi masyarakat sekitar yang beraktivitas di sepanjang Jalan Raya Pajajaran, Kota Bogor. 8. Hilangnya dominasi ujung, mati ujung Hilangnya dominasi ujung seperti ditunjukkan pada Gambar 19, terjadi pada jenis pohon A. loranthifolia, dimana pohon tersebut merupakan pohon ornamental kota yang sudah berumur tua dengan diameter pohon cukup besar yaitu lebih dari 60 cm. Sebagian besar jenis pohon A. loranthifolia memiliki kondisi pohon dengan kerusakan yang cukup parah. Hal ini dikarenakan pohon mengalami kerusakan lebih dari satu tipe kerusakan yang akan semakin menurunkan kualitas pohon. Gambar 19 Hilangnya ujung dominasi pada pohon agatis A. loranthifolia. Kerusakan ini merupakan gejala dari kematian ujung tajuk yang disebabkan oleh faktor cuaca, serangga dan penyakit, ataupun sebab-sebab lainnya. Mati ujung dapat menyebabkan pertumbuhan tanaman terganggu, jaringan pucuk menjadi kering, rapuh dan busuk. 9. Kerusakan kuncup, daun atau tunas Gejala yag terlihat yaitu daun yang termakan serangga, terkerat atau terkeliat ataupun terserang jamur termasuk kuncup atau tunas, akibatnya daun- daun rontok dan proses fotosintesis menjadi terganggu. Tipe Kerusakan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 20, sebagian besar dialami oleh jenis pohon P. indicus dan juga pada beberapa pohon jenis D. regia. Gambar 20 Daun rontok pada pohon angsana P. Indicus. 10. Tumbuhan pengganggu Tumbuhan pengganggu sebagian besar ditemukan pada jenis pohon S. macrophylla, P. indicus, dan sejumlah kecil pada A. loranthifolia, dimana yaitu berupa benalu. Benalu merupakan tumbuhan semi parasit yang hidupnya menempel dan mengambil sari makanan yang ada pada inangnya. Benalu Gambar 21 memiliki tingkat hidup yang rendah dan bahkan lebih senang hidup di atas tumbuh tumbuhan lain daripada tumbuh sendiri. Tumbuhan pengganggu ini juga mudah berkembang biak dan membuat tanaman inangnya merana karena kekurangan makanan bahkan dapat menimbulkan kematian pada tanaman inanngnya Najiyati dan Danarti 1999. Gambar 21 Tumbuhan penggangu berupa benalu dan lumut. 11. Perubahan warna daun Gejala yang tampak yaitu daun tidak lagi berwarna hijau atau khlorosis dan daun menjadi layu. Penyebabnya kemungkinan karena kekurangan cahaya matahari, temperatur rendah, kekurangan Fe, virus, gangguan oleh cendawan, bakteri atau patogen, bahan beracun di udara atau tanah, kelembaban tanah yang berlebihan, surplus mineral tanah, kekurangan atau ketidaktersediaan nutrisi. Kerusakan ini sangat sedikit dijumpai pada pohon yang diamati, yaitu hanya terjadi pada jenis pohon M. elengi. Perubahan warna mulai terjadi dengan timbulnya bercak-bercak pada daun dan daun mulai berubah warna jadi menguning. Kerusakan daun dapat juga disebabkan oleh infeksi jamur yang dapat mematikan jaringan epidermis daun.

5.2 Hasil Evaluasi Berbasis Rambatan Gelombang Ultrasonik