Sisanya termasuk kedalam kategori kecepatan V dengan kecepatan rambatan gelombang 333 mdetik yang menunjukkan kerusakan berupa akar gerowong.
Nilai kecepatan rambatan gelombang ultrasonik semakin rendah dari kategori kecepatan I hingga V. Nilai tersebut dapat digunakan untuk
mengevaluasi kesehatan pohon dengan mengetahui kondisi bagian dalam batang pohon. Hal ini dikarenakan saat gelombang ultrasonik dibangkitkan dalam pohon
dengan alat Sylvatest Duo
®
, gelombang yang merambat mengalami hambatan
internal dalam batang pohon akibat adanya gerowong, decay dan kerusakan lainnya yang menghalangi sehingga gelombang sampai lebih lambat pada receiver
dan kerusakan tersebut akan mempengaruhi sifat mekanis kayu juga ketahannannya.
Kecepatan rambatan gelombang dipengaruhi oleh jenis kayu, kadar air, suhu dan arah rambatan gelombang rambatan arah longitudinal, radial atau
tangensial. Variabel spesifik kayu lainnya yang berpengaruh adalah miring serat, mata kayu dan pelapukan yang terjadi pada kayu. Pada pohon berdiri Hardwood
dengan kondisi yang prima kecepatan gelombang radial memiliki nilai sebesar 1000 hingga 1600 mdetik yang cenderung lebih cepat dibandingkan pada
softwood yaitu 900 hingga 1300 mdetik Wang et al. 2005. Pada pohon sasaran diketahui bahwa kondisi kesehatan pohon tidak bisa
hanya diduga dari penampakan luar pohon, karena terkadang pohon yang penampakan fisiknya baik memiliki nilai kecepatan rambatan gelombang yang
rendah. Hal ini dapat mengindikasikan pohon tersebut telah mengalami kerusakan internal seperti lapuk. Oleh karena itu penilaian kesehatan pohon didasarkan atas
dua parameter yaitu pengamatan secara visual dan pengujian non destruktif.
5.3 Sifat Fisis Kayu
5.3.1 Kerapatan
Kerapatan kayu merupakan perbandingan antara massa atau berat kayu dengan volumenya yang dinyatakan dengan satuan gcm
3
atau kgm
3
, dimana jumlah bahan penyusun dinding sel maupun zat-zat kayu lainnya yang terkandung
memberikan sifat kekuatan pada kayu Haygreen Bowyer 2003.
Kerapatan tertinggi yang ditunjukkan pada Gambar 23 dimiliki oleh kayu jenis pohon D. regia yaitu sebesar 0,78 ± 0,1 gcm
3
yang sebagian besar termasuk kedalam kategoi kecepatan II dengan rata-rata kecepatan rambatan gelombang
yaitu 1473 mdetik. Sementara untuk kerapatan terendah dimiliki pohon A. loranthifolia yaitu 0,41 ± 0,04 gcm
3
yang termasuk kedalam kategoi kecepatan V dengan kecepatan rata-rata 287 mdetik.
Gambar 23 Kerapatan kayu pohon sasaran. Nilai kerapatan yang diperoleh merupakan kerapatan kayu segar pada saat
pohon masih berdiri. Menurut Haygreen et al. 2003, kerapatan kayu yang tinggi menunjukkan besarnya proporsi sel dengan dinding sel yang tebal dan rongga sel
yang kecil sehingga akan menghasilkan kayu dengan kekuatan yang tinggi Nilai kerapatan beberapa jenis kayu dapat juga dilihat secara lengkap pada tabel 4.
Tabel 4 Kerapatan kayu pohon sasaran
Nilai A. loranthifolia
P. indicus B. purpurea
S. macrophylla M. elengi
D. regia
min 0,38
0,44 0,50
0,51 0,62
0,59 max
0,48 0,59
0,60 0,86
0,83 0,90
average 0,41
0,50 0,56
0,60 0,70
0,73 SD
0,04 0,04
0,04 0,07
0,10 0,10
0,41 0,50
0,56 0,60
0,70 0,78
0,00 0,10
0,20 0,30
0,40 0,50
0,60 0,70
0,80 0,90
A. loranthifolia P. indicus
B. purpurea S. macrophylla M. elengi
D. regia
Ker ap
atan g
cm 3
Pada antar jenis kayu semakin tinggi kerapatan kayu maka gelombang ultrasonik merambat lebih lambat, dalam pengujian non destruktif gelombang
ultrasonik pada balok tiga jenis kayu tanaman Indonesia yang dilakukan Karlinasari et al. 2006. Akan tetapi, menurut Smith 1989 dalam Karlinasari et
al. 2006, disampaikan juga bahwa kerapatan suatu jenis kayu tidak secara nyata mempengaruhi kecepatan gelombang, tetapi rasio antara modulus elasitas atau
kekakuan bahan dengan kerapatan kayulah yang lebih berpengaruh. Sehubungan dengan itu, tentunya nilai kecepatan rambatan gelombang ultrasonik pada tegakan
berdiri akan dipengaruhi oleh berbagai faktor baik internal pohon maupun pengaruh lingkungan.
Sementara itu menurut Oliveira et al. 2002, pada satu jenis kayu semakin besar kerapatan maka gelombang ultrasonik merambat makin cepat. Hal
ini dikarenakan dengan semakin tingginya kerapatan kayu maka dinding sel kayu semakin tebal, yang berarti tersedianya media untuk gelombang merambat dimana
interaksi partikel didalamnya semakin kuat. Sementara itu, dinding sel dengan porositas dan permeabilitas tinggi akan memperlambat kecepatan gelombang
ultrasonik.
5.3.2 Kadar Air