5.2 Hasil Evaluasi Berbasis Rambatan Gelombang Ultrasonik
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hanya 30 pohon di sepanjang Jalan Raya Pajajaran, Kota Bogor memiliki penampakan sehat dengan kategori
kecepatan I. Pohon tersebut sebagian besar adalah jenis pohon S. macrophylla. Sejumlah pohon lainnya termasuk kedalam kategori II 24; III 8; dan IV
11. Sementara pohon yang memiliki kondisi tidak sehat sakit mencapai 27, dimana merupakan jenis pohon S. macrophylla, P. indicus, dan seluruh pohon
A. loranthifolia yang menjadi sasaran. Kondisi pohon sakit mengindikasikan pohon tersebut mengalami kerusakan dalam batang pohon, selain kerusakan yang
tampak dari luar. Klasifikasi beberapa kategori kecepatan yang telah disebutkan sebelumnya
dapat dilihat selengkapnya pada Tabel 2. Dalam penentuan kategori kecepatan, nilai kecepatan rambatan gelombang ultrasonik yang dihasilkan dari pengujian
menggunakan alat Sylvatest Duo
®
Lampiran 3, didukung dengan keadaan fisik masing-masing pohon sasaran.
Tabel 2 Klasifikasi kategori kecepatan rambatan gelombang ultrasonik
Vus Persentase
Nilai mdetik
Keadaan fisik pohon
I
30
1600 Penampakan sehat
II
24
1200-1600 Penampakan sehat, benjolan sehat,
dieback tidak mematikan III
8
800-1200 Dieback, jamur, luka terbuka
IV
11
500-800 Batang keropos, ada benjolan terlihat
parah, tunnel rayap V
27
500 Gerowong, kanker, konk, tumbuhan
pengganggu
Keterangan: Kategori kecepatan rambatan gelombang ultrasonik
Posisi geografis pohon sasaran yang termasuk kedalam kategori kecepatan I dengan tidak adanya kerusakan yang dialami pohon, lebih tersebar merata
keberadaannya di sepanjang Jalan Raya Pajajaran, Kota Bogor. Demikian juga untuk kategori II, III, dan IV dengan koordinat posisi geografis masing-masing
pohon sasaran berada Lampiran 5. Sementara untuk pohon yang termasuk kedalam kategori V dengan
kondisi pohon sakit, tumbuh dominan di sepanjang jalan kawasan Plasa Ekalokasari hingga Terminal Baranang Siang dan sejumlah kecil pohon lainnya di
sepanjang jalan kawasan Kampus Manajemen dan Bisnis Institut Pertanian Bogor Kampus MB IPB hingga Plasa Warung Jambu, bahkan seluruh pohon A.
loranthifolia dengan kondisi pohon yang rusak parah berada di sepanjang jalan kawasan Kampus Pascasarjana Institut Pertanian Bogor. Posisi geografis pohon
sasaran disajikan pada Lampiran 4. Nilai kecepatan yang dihasilkan berdasarkan evaluasi kesehatan pohon
dengan memanfaatkan rambatan gelombang ultrasonik, menunjukkan terjadinya penurunan dari kategori I hingga V Gambar 22. Nilai tersebut dapat
mengindikasikan bahwa pohon mengalami kerusakan dalam batang. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Wang et al. 2005, bahwa meskipun tidak ada
nilai kecepatan rambatan gelombang yang dapat diandalkan menjadi standar dalam mendeteksi keadaan internal pohon, akan tetapi secara umum kecepatan
rambatan gelombang ultrasonik lebih lambat pada pohon yang mengalami lapuk atau membusuk karena harus mengitari lintasan rambatan.
Gambar 22 Kecepatan rambatan gelombang ultrasonik pohon sasaran. Jenis pohon agatis A. loranthifolia yang berada di sepanjang Jalan Raya
Pajajaran, seluruhnya memiliki kategori kecepatan V dengan kecepatan rambatan gelombang ultrasonik rata-rata 287 mdetik Gambar 22. Jenis pohon tersebut
memiliki kondisi gerowong, kanker, konk, dan tumbuhan pengganggu, dimana jumlah pohon yang masuk kedalam kategori ini yaitu sebanyak lima pohon seperti
yang tertera pada Tabel 3.
500 1000
1500 2000
2500
A. loranthifolia P. indicus
B. purpurea S. macrophylla M. elengi
D. regia K
ece p
at an
m d
et ik
I II
III IV
V
Tabel 3 Sebaran jumlah pohon sasaran menurut jenis pohon dan kategori rambatan kecepatan gelombang ultrasonik
Keterangan: Kategori kecepatan rambatan gelombang ultrasonik
Terdapat 8 batang pohon jenis P. indicus yang masuk kedalam kategori kecepatan V, dengan nilai kecepatan rambatan gelombang rata-rata 404 mdetik.
Sedangkan sisanya termasuk kedalam kategori kecepatan I hingga IV, dimana masing-masing memiliki kecepatan rambatan gelombang rata-rata 2209 mdetik;
1366 mdetik; 1025 mdetik; dan 547 mdetik. Jenis pohon B. purpurea yang termasuk kedalam kategori kecepatan I
hingga III dan V memiliki nilai kecepatan rambatan gelombang masing-masing yaitu 1760 mdetik; 1438 mdetik; 973 mdetik dan 359 mdetik. Pohon-pohon
tersebut tumbuh dominan di kawasan jalan Plasa Ekalokasari hingga Terminal Baranang Siang dan Kampus MB IPB hingga Plasa Jambu Dua.
Sebanyak 23 pohon S. macrophylla yang diuji masuk kedalam kategori kecepatan I dengan kecepatan rambatan gelombang rata-rata 1902 mdetik yang
menunjukkan kondisi fisik sehat. Berikutnya untuk kategori kecepatan II hingga V yaitu masing-masing sebanyak 8 pohon; 3 pohon; 6 pohon; dan 10 pohon
dengan kecepatan rambatan gelombang rata-rata 1381 mdetik; 1075 mdetik; 609 mdetik; dan 419 mdetik. Sementara untuk jenis pohon M. elengi, terdapat 3
pohon yang masuk kedalam kategori kecepatan I dan 2 pohon termasuk kategoi kecepatan II, dengan masing-masing kecepatan rambatan gelombang yaitu 1828
mdetik dan 1170 mdetik. Pohon sasaran M. elengi yang diuji ini berada pada kawasan jalan Terminal Baranang Siang hingga MB IPB.
Jenis pohon D. regia yang tumbuh dominan di sepanjang kawasan jalan Kampus MB IPB hingga Plasa Jambu Dua, dimana terdapat 6 pohon yang masuk
kedalam kategoi kecepatan II dengan rata-rata kecepatan rambatan gelombang yang dihasilkan seperti yang ditunjukkan pada Gambar 22, yaitu 1473 mdetik.
Vus Jenis Pohon
Jumlah A. loranthifolia
P. indicus B. purpurea
S. macrophylla M. elengi
D. regia
I -
2 2
23 3
- 30
II -
6 2
8 2
6 24
III -
4 1
3 -
- 8
IV -
5 -
6 -
- 11
V 5
8 3
10 -
1 27
Sisanya termasuk kedalam kategori kecepatan V dengan kecepatan rambatan gelombang 333 mdetik yang menunjukkan kerusakan berupa akar gerowong.
Nilai kecepatan rambatan gelombang ultrasonik semakin rendah dari kategori kecepatan I hingga V. Nilai tersebut dapat digunakan untuk
mengevaluasi kesehatan pohon dengan mengetahui kondisi bagian dalam batang pohon. Hal ini dikarenakan saat gelombang ultrasonik dibangkitkan dalam pohon
dengan alat Sylvatest Duo
®
, gelombang yang merambat mengalami hambatan
internal dalam batang pohon akibat adanya gerowong, decay dan kerusakan lainnya yang menghalangi sehingga gelombang sampai lebih lambat pada receiver
dan kerusakan tersebut akan mempengaruhi sifat mekanis kayu juga ketahannannya.
Kecepatan rambatan gelombang dipengaruhi oleh jenis kayu, kadar air, suhu dan arah rambatan gelombang rambatan arah longitudinal, radial atau
tangensial. Variabel spesifik kayu lainnya yang berpengaruh adalah miring serat, mata kayu dan pelapukan yang terjadi pada kayu. Pada pohon berdiri Hardwood
dengan kondisi yang prima kecepatan gelombang radial memiliki nilai sebesar 1000 hingga 1600 mdetik yang cenderung lebih cepat dibandingkan pada
softwood yaitu 900 hingga 1300 mdetik Wang et al. 2005. Pada pohon sasaran diketahui bahwa kondisi kesehatan pohon tidak bisa
hanya diduga dari penampakan luar pohon, karena terkadang pohon yang penampakan fisiknya baik memiliki nilai kecepatan rambatan gelombang yang
rendah. Hal ini dapat mengindikasikan pohon tersebut telah mengalami kerusakan internal seperti lapuk. Oleh karena itu penilaian kesehatan pohon didasarkan atas
dua parameter yaitu pengamatan secara visual dan pengujian non destruktif.
5.3 Sifat Fisis Kayu