Waktu dan Tempat Alat dan Bahan Analisis Data

BAB III BAHAN DAN METODE

3.1. Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan pada bulan April sampai dengan Juli 2011 di sepanjang Jalan Raya Pajajaran Kota Bogor, Jawa Barat. Pengujian laboratorium dilakukan di Laboratorium Anatomi dan Fisika Kayu, Bagian Teknologi Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan, Institut Pertanian Bogor IPB.

3.2. Alat dan Bahan

Alat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat uji non destruktif merk Sylvatest Duo ® frekuensi 22 KHz, kompas brunton, kamera digital, haga hypsometer, GPS Garmin 12XL, bor riap, phiband, oven, desikator, timbangan elektrik, dan kaliper. Bahan yang digunakan dalam penelitian yaitu jenis pohon yang berada di sepanjang jalur hijau jalan yang menjadi sasaran.

3.3. Prosedur Penelitian

3.3.1 Pemilihan Pohon Sasaran

Pohon sasaran yang dipilih sebagai objek penelitian adalah jenis pohon yang tumbuh dominan di sepanjang Jalan Raya Pajajaran, Kota Bogor yaitu Angsana Pterocarpus indicus, Mahoni Swietenia macrophylla, Daun kupu- kupu Bauhinia purpurea, Agatis Agathis loranthifolia, Flamboyan Delonix regia dan Tanjung Mimusops elengi dengan diameter batang lebih dari 30 cm sebanyak 100 pohon.

3.3.2 Penentuan Posisi dan Pengukuran Dimensi Pohon Sasaran

Masing-masing pohon sasaran ditentukan posisi geografisnya dengan menggunakan Global Position System GPS Garmin 12XL. Global Position System GPS merupakan sistem koordinat global yang dapat menentukan koordinat global suatu objek di permukaan bumi, baik koordinat posisi lintang Latitude dan bujur Longitude yang didukung oleh informasi dari 24 satelit pada ketinggian orbit sekitar 11.000 mil di atas bumi. Setiap satelit GPS memancarkan sinyal-sinyal gelombang mikro. Dengan mengunci minumum tiga sinyal dari satelit yang berbeda, maka GPS receiver dapat menghitung posisi tetap sebuah titik Anonim 2010. Setiap pohon sasaran kemudian diukur tingginya menggunakan haga hypsometer. Setelah itu diameter batang pohon setinggi dada DBH, Diameter at The Breast Height diukur dengan menggunakan phiband. 3.3.3 Evaluasi Kesehatan Pohon 3.3.3.1 Evaluasi Secara Visual Evaluasi secara visual dilakukan dengan mengamati ada tidaknya gejala deteriorasi pada pohon sasaran mulai dari daerah pangkal batang sampai tajuk. Selanjutnya setiap gejala deteriorasi yang terjadi pada pohon dicatat.

3.3.3.2 Evaluasi Berbasis Gelombang Ultrasonik

Untuk mendukung evaluasi secara visual dilakukan juga evaluasi menggunakan alat Sylvatest Duo ® . Alat ini menggunakan parameter waktu rambatan gelombang bunyi time of flight, TOF serta kecepatan gelombang ultrasonik. Evaluasi dilakukan pada ketinggian batang pohon setinggi dada DBH; Diameter at The Breast Heigh dengan empat titik pengujian yaitu pada arah melintang Utara U – Selatan S dan Barat B – Timur T Gambar 1. a b Keterangan : Dint : Selisih jarak yang diukur cm SD : Sylvatest Duo ® Gambar 1 Evaluasi kesehatan pohon dengan alat Sylvatest Duo ® a dan penampang melintang batang pohon saat pengujian b. Dint SD Gelombang ultrasonik frekuensi 22 KHz dirambatkan melalui sensor piezoelectric yang terdiri dari dua buah transduser. Satu sebagai tranduser pengirim dan yang lainnya sebagai transduser penerima gelombang yang dimasukkan pada titik pengujian yang telah dibuat sebelumnya diameter lubang 0,5 cm, kedalaman lubang ± 2 cm Gambar 2. Gambar 2 Pengujian non destruktif pada tegakan berdiri. Kedua transduser tersebut ditempatkan pada ketinggian 1.4 m disisi yang saling berhadapan dan saling tegak lurus. Nilai selisih jarak antar transduser adalah sesuai dengan diameter pohon D yang diperoleh dengan cara; dimana: D = Selisih jarak yang dimasukkan pada alat cm Dint = Selisih jarak yang diukur cm Nilai rambatan gelombang ultrasonik yang ditunjukan oleh alat Sylvatest Duo ® berupa nilai waktu dalam ukuran micro second µs dan kecepatan dalam meter per second ms serta nilai energi dalam milivolt mv.

3.3.4 Pengujian Sifat Fisis Kayu

Sifat fisis kayu diketahui berdasarkan hasil pengujian kadar air dan kerapatan kayu pohon sasaran. Contoh kayu dari masing-masing batang pohon sasaran diambil pada ketinggian 1,3 m dari permukaan tanah dengan menggunakan bor riap yang memiliki diameter selongsong 0,6 cm dan panjang selongsong 30 cm Gambar 3. D = Dint − 14 Gambar 3 Pengambilan contoh uji kayu dengan menggunakan bor riap.

3.3.4.1 Pengujian Kerapatan Kayu

Contoh kayu yang diambil dari selongsong bor riap Gambar 4 ditimbang berat dan diukur panjangnya pada kondisi basah kemudian dihitung volumenya. Kerapatan dihitung dengan menggunakan persamaan: dimana: ρ = Kerapatan gcm 3 BB = Berat awal g Vol = Volume cm³ Gambar 4 Contoh uji kayu pohon sasaran. � = �� ��� selongsong

3.3.4.2 Pengujian Kadar Air Kayu

Contoh kayu yang digunakan pada pengujian kadar air sama seperti pada pengujian kerapatan kayu. Contoh kayu tersebut ditimbang untuk memperoleh berat basahnya, lalu dioven dengan suhu 103±2ºC selama 24 jam untuk memperoleh berat kering tanur sampai beratnya konstan. Nilai kadar air diperhitungkan dengan persamaan: dimana: BB = Berat awal g BKT = Berat Kering Tanur g

3.4. Analisis Data

Analisis data dilakukan secara statistik sederhana menggunakan Microsoft office excel 2007. Hasil yang diperoleh kemudian disajikan dalam tabel dan gambar juga secara deskriptif. Kadar Air = BB − BKT BKT × 100

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

4.1 Lokasi Penelitian

Kota Bogor memiliki luas wilayah 11.850 ha, dimana seluas 6.088,58 ha 51,38 diantaranya digunakan sebagai Ruang Terbuka Hijau RTH. Seluas 138,02 ha 1,16 dari total RTH Kota Bogor tersebut merupakan jalur hijau jalan yang ditanami dengan berbagai jenis pohon. Salah satu jalur hijau jalan yang paling panjang di Kota Bogor tedapat di sepanjang kiri kanan dan median Jalan Raya Pajajaran. Jalan Raya Pajajaran yang terletak pada 6°349LS - 106°493BT dan merupakan salah satu jalan protokol utama Kota Bogor dengan panjang 6,4 km 6400 m, membentang dari utara ke selatan melalui tiga wilayah administratif yaitu Kecamatan Bogor Utara, Bogor Tengah dan Bogor Timur. Intensitas pemakaian jalan tersebut mencapai 2280 kendaraanjamhari setara dengan 38 kendaraanmenithari Tabel 1. Tabe 1 Intensitas penggunaan Jalan Raya Pajajaran, Kota Bogor Jenis Kendaraan Jumlah kendaraanjamhari Jumlah kendaraanmenithari Persentase Sepeda Motor 1249 20,82 54,78 Sedan, Minibus, Jeep, Pick Up 637 10,62 27,94 Angkot 252 4,20 11,05 Truk Sedang 63 1,05 2,76 Truk Besar 9 0,15 0,39 Bus Sedang 63 1,05 2,76 Bus Besar 7 0,12 0,31 Total 2280 38 100 Sumber: DLLAJ 2010 Lingkungan sepanjang jalan pajajaran merupakan area pemukiman, perkantoran pemerintahanswasta, perdaganganjasa, pendidikan, serta fasilitas sosial seperti rumah ibadah, rumah sakit, dan terminal. Kondisi Jalan Raya Pajajaran tampak lebih baik jika dibandingkan dengan jalan utama lainnya di Kota Bogor. Jalan ini dilengkapi jalur hijau median dan