23
Limpasan terjadi karena tanah sudah tidak mampu lagi menampung air yang masuk atau kapasitas infiltrasi tanah sudah terlampaui.
Perubahan tataguna lahan yang terjadi merupakan salah satu faktor yang menyebabkan terjadinya peningkatan limpasan yang terjadi. Perubahan
lahan dari lahan bervegetasi alami menjadi lahan bervegetasi dengan pengolahan tanah serta menjadi area pemukiman dapat mengurangi
jumlah air hujan yang dapat terserap melalui pori-pori tanah. Selain perubahan tataguna lahan, faktor intensitas hujan juga menjadi
pengaruh terhadap perubahan debit maksimum. Jika intensitas hujan yang terjadi terlalu tinggi dan melebihi kecepatan infiltrasi tanah, maka
banyak air hujan yang tidak dapat terserap oleh tanah. Pada Gambar 9, terlihat bahwa terdapat beberapa perubahan nilai
debit minimum yang tercatat, namun secara umum dapat dikatakan bahwa nilai debit minimum yang tercatat pada periode 2000-2007
cenderung seragam. Namun pada tahun 2007 didapatkan bahwa nilai debit minimum yang tercatat cenderung lebih kecil dibandingkan pada
tahun-tahun sebelumnya. Penurunan tersebut menunjukan bahwa pada tahun 2007 terjadi penurunan baseflow yang mengakibatkan menurunnya
cadangan air tanah pada musim kemarau. Penurunan baseflow yang kecil tidak menjadi masalah jika pada
musim kemarau masih terdapat kejadian hujan sehingga cadangan air tanah dapat terisi kembali. Namun penurunan yang kecil akan sangat
berdampak jika pada musim kemarau curah hujan yang masuk sangat kecil. Menurut Asdak 2007, baseflow yang terus mengalami penurunan
mengindikasikan bahwa telah terjadi kerusakan pada sungai tersebut.
4.3.3 Koefisien Regim Sungai KRS
Selain perubahan debit maksimum dan minimum, nilai Koefisien Regim Sungai KRS juga merupakan kriteria untuk melihat kondisi
suatu DAS. KRS merupakan nilai nisbah debit maksimum dan debit minimum yang terjadi pada waktu yang sama. Keadaan suatu DAS
dikatakan baik bila KRS yang didapat semakin kecil. Berdasarkan kriteria dan indikator kinerja DAS yang dikeluarkan oleh Departemen
Kehutanan, diketahui bahwa DAS yang baik adalah yang memiliki nilai KRS 50, sedangkan DAS dikatakan buruk jika KRS 120.
24
Dilakukan perhitungan nilai KRS sub-DAS Citarik tahun 2000 dan 2007. Pada tahun 2000 diperoleh rata-rata debit maksimum sebesar 1,22
m
3
detik dan rata-rata debit minimum sebesar 0,84 m
3
detik Lampiran 9 sehingga diperoleh nilai KRS sebesar 1,45. Sedangkan pada tahun
2007 didapatkan rata-rata debit maksimum sebesar 7,75 m
3
detik dan rata-rata debit minimum sebesar 0,78 m
3
detik Lampiran 16 sehingga diperoleh nilai KRS sebesar 9,89.
Kedua nilai KRS tersebut berada dalam kategori baik Kriteria dan Indikator Kinerja DAS. Meskipun begitu, peningkatan yang terjadi
sebesar 8,44 pada periode tersebut tetap menunjukan bahwa adanya penurunan kondisi DAS.
4.3.4 Perbedaan Nilai Debit Perhitungan dengan Debit Aktual
Debit aliran merupakan laju aliran air dalam bentuk volume air yang melewati suatu penampang melintang sungai per satuan waktu .
Pada penelitian ini, nilai limpasan yang digunakan merupakan nilai yang didapatkan dari penggunaan program Thorntwhaite Monthly Water
Balance bukan dari perhitungan debit aliran. Dilakukan kembali perhitungan besar debit aliran dengan
memasukan nilai C yang telah didapatkan sebelumnya rumus 6 dan 7. Perhitungan kembali debit aliran dimaksudkan untuk melihat apakah
terdapat perbedaan antara hasil pengukuran dengan perhitungan. Didapatkan bahwa adanya perbedaan besar debit pengukuran dengan
debit hasil perhitungan Tabel 3
Tabel 3. Perbandingan nilai debit pengukuran dan perhitungan m
3
detik Tahun
Q
ukur
Q
hitung
∆Q Total ∆Q
Rata-rata harian
Total Rata-rata
harian Total
Rata-rata harian
2000 360,80
0,98 1167,43
3,19 806,63
2,21 2001
358,14 0,98
2440,80 6,69
2082,66 5,71
2002 344,80
0,94 4153,55
11,38 3808,75
10,44 2003
458,78 1,26
2325,92 6,37
1867,14 5,11
2004 358,23
0,98 1907,24
5,21 1549,01
4,23 2005
350,90 0,97
1540,27 4,22
1189,37 3,25
2006 511,91
1,40 799,98
2,19 288,07
0,79 2007
769,32 2,10
3452,65 9,46
2683,33 7,36
25
Dari tabel tersebut dapat terlihat bahwa debit perhitungan lebih besar dibandingkan debit pengukuran. Debit pengukuran merupakan nilai debit
aliran yang terukur pada stasiun pengukur debit di hilir sungai Citarik. Sedangkan debit perhitungan dalam penelitian ini merupakan nilai debit
yang dihitung berdasarkan besar masukan air hujan di sepanjang aliran sungai.
Dapat diasumsikan bahwa telah terjadi kehilangan air sungai di sepanjang aliran sungai sehingga debit yang tercatat di hilir menjadi
lebih kecil. Air sungai yang berkurang tersebut masuk ke dalam tanah dan kembali mengisi airtanah influent. Menurut Lee 1980, terdapat
empat tipe hubungan air sungai dengan airtanah akibat dari perbedaan litologi. Pada sub-DAS Citarik didapatkan jenis tanah berupa alluvial
coklat kelabu, asosiasi andosol dan regosol coklat, serta latosol coklat kemerahan Gambar 10.
Gambar 10. Peta sebaran jenis tanah sub-DAS Citarik
Sungai Citarik mengalir dari timur sehingga dari Gambar 10, dapat dilihat bahwa jenis tanah di sekitar daerah hulu sungai merupakan tanah
asosiasi andosol dan regosol coklat. Tanah andosol coklat merupakan tanah yang berasal dari abu vulkanik. Tanah tersebut memiliki sifat daya
pengikat air yang sangat tinggi serta permeabilitas yang tinggi karena mengandung makropori. Tanah regosol memiliki sifat yang hampir sama
dengan andosol. Sehingga dapat dikatakan bahwa tanah asosiasi andosol dan regosol coklat mempunyai permeabilitas yang tinggi. Kemudian
26
aliran memasuki daerah dengan jenis tanah latosol coklat kemerahan, dimana permeabilitas tanah jenis tersebut berada pada kategori sedang.
Aliran sungai kemudian memasuki wilayah dengan jenis tanah alluvial yang terbentuk dari bahan induk endapan liat. Seperti sifat bahan
induknya, kemampuan tanah tersebut dalam meloloskan air relatif lambat 0,5-2,0 cmjam.
Dari sifat tiap jenis tanah dalam kemampuannya meloloskan air serta arah aliran sungai, dapat diasumsikan bahwa kehilangan air sungai
terjadi pada daerah-daerah sepanjang aliran sungai dengan jenis tanah asosiasi andosol dan regosol coklat serta latosol coklat kemerahan
dikarenakan sifat permeabilitas kedua jenis tanah tersebut yang tergolong tinggi.
Perlu dilakukan penelitian yang lebih tepat dengan menggunakan data muka airtanah di sepanjang sub-DAS Citarik agar dapat terlihat
lokasi terjadinya influen maupun efluen air sungai.
4.4 ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA