4
Gambar 1. Siklus Hidrologi http:www.ilmusipil.com
Dalam siklus hidrologi masukan berupa curah hujan akan didistribusikan melalui beberapa cara, yaitu air lolos throughfall, aliran
batang streamfall, dan air hujan langsung sampai ke permukaan tanah untuk kemudian terbagi menjadi air larian, evaporasi, dan air infiltrasi.
Gabungan evaporasi uap air hasil proses transpirasi dan intersepsi dinamakan evapotranspirasi. Sedang air larian dan air infiltrasi akan
mengalir ke sungai sebagai debit aliran Asdak, 2007. Sirkulasi air yang terjadi dipengaruhi kondisi meteorologi seperti
suhu,tekanan atmosfer, dan angin Sosrodarsono, 2006. Selain itu terdapat pula faktor kondisi lingkungan seperti topografi serta vegetasi.
Hal-hal tersebut mempengaruhi besar air yang dapat diserap, disimpan, maupun yang tidak dapat disimpan limpasan pada suatu wilayah.
2.3 EVAPOTRANSPIRASI
Daerah tropis merupakan daerah yang memiliki suhu tinggi dengan perbedaan antara suhu minimum dan maksimum yang tidak terlalu tinggi.
Suhu merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kejadian evapotranspirasi suatu wilayah. Evapotranspirasi adalah jumlah air total
yang dikembalikan lagi ke atmosfer dari permukaan tanah, badan air, dan vegetasi oleh adanya pengaruh faktor-faktor iklim dan fisiologis vegetasi
Asdak, 2007. Evapotranspirasi dibagi menjadi dua berdasar jenis faktor yang mempengaruhinya. Evapotranspirasi yang lebih dipengaruhi faktor
metereologi disebut evapotranspirasi potensial ETP.
5
Salah satu metode yang kerap digunakan untuk menghitung besar ETP yang terjadi ialah metode Thorntwhaite. Metode ini telah
dikembangkan oleh USGS menjadi sebuah model perhitungan bulanan. USGS Thornthwaite Water Balance menggunakan prosedur perhitungan
dan analisis alokasi air dalam beberapa komponen hidrologi. Input yang digunakan ialah suhu dan curah hujan bulanan dengan output berupa
evaportranspirasi potensial, evapotranspirasi aktual, simpanan air tanah, simpanan salju, kelebihan air, dan limpasan USGS, 2012. Penggunaan
model ini juga memperhatikan besar kelembaban tanah serta lokasi geografis wilayah pengamatan.
2.4 KOEFISIEN LIMPASAN C
Limpasan merupakan kelebihan air hujan yang mengalir diatas permukaan tanah akibat terlampauinya kapasitas infiltrasi tanah tersebut.
Kelebihan air tersebut akan mengalir menuju ke sungai, danau, dan lautan. Menurut Sosrodarsono 2006, limpasan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu faktor meteorologi jenis presipitasi, intensitas dan lamanya curah hujan, distribusi curah hujan, arah pergerakan curah hujan,
dan kelembaban tanah serta faktor kondisi daerah pengaliran kondisi penggunaan tanah, luas daerah pengaliran, kondisi topografi, dan jenis
tanah. Koefisien limpasan merupakan nilai perbandingan antara jumlah
limpasan permukaan dengan jumlah hujan yang jatuh Departemen Pekerjaan Umum. Koefisien limpasan C bernilai antara 0-1. Nilai C
merupakan salah satu indikator yang menentukan baik-buruknya suatu DAS. Semakin besar nilai C mendekati 1 maka semakin banyak air
hujan yang menjadi limpasan dan semakin besar terjadinya ancaman erosi dan banjir di DAS tersebut.
2.5 KLASIFIKASI IKLIM