5
Salah satu metode yang kerap digunakan untuk menghitung besar ETP yang terjadi ialah metode Thorntwhaite. Metode ini telah
dikembangkan oleh USGS menjadi sebuah model perhitungan bulanan. USGS Thornthwaite Water Balance menggunakan prosedur perhitungan
dan analisis alokasi air dalam beberapa komponen hidrologi. Input yang digunakan ialah suhu dan curah hujan bulanan dengan output berupa
evaportranspirasi potensial, evapotranspirasi aktual, simpanan air tanah, simpanan salju, kelebihan air, dan limpasan USGS, 2012. Penggunaan
model ini juga memperhatikan besar kelembaban tanah serta lokasi geografis wilayah pengamatan.
2.4 KOEFISIEN LIMPASAN C
Limpasan merupakan kelebihan air hujan yang mengalir diatas permukaan tanah akibat terlampauinya kapasitas infiltrasi tanah tersebut.
Kelebihan air tersebut akan mengalir menuju ke sungai, danau, dan lautan. Menurut Sosrodarsono 2006, limpasan dipengaruhi oleh
beberapa faktor yaitu faktor meteorologi jenis presipitasi, intensitas dan lamanya curah hujan, distribusi curah hujan, arah pergerakan curah hujan,
dan kelembaban tanah serta faktor kondisi daerah pengaliran kondisi penggunaan tanah, luas daerah pengaliran, kondisi topografi, dan jenis
tanah. Koefisien limpasan merupakan nilai perbandingan antara jumlah
limpasan permukaan dengan jumlah hujan yang jatuh Departemen Pekerjaan Umum. Koefisien limpasan C bernilai antara 0-1. Nilai C
merupakan salah satu indikator yang menentukan baik-buruknya suatu DAS. Semakin besar nilai C mendekati 1 maka semakin banyak air
hujan yang menjadi limpasan dan semakin besar terjadinya ancaman erosi dan banjir di DAS tersebut.
2.5 KLASIFIKASI IKLIM
Klasifikasi iklim merupakan penggolongan iklim menjadi beberapa kelas yang mempunyai sifat karakteristik yang sama melalui sudut
pandang tertentu Kartasapoetra,2004. Salah satu sistem klasifikasi iklim yang umum digunakan di Indonesia ialah klasifikasi iklim
Schmidt-Fergusson. Sistem klasifikasi ini merupakan pengembangan dari sistem klasifikasi Mohr dengan menggunakan perhitungan bulan
6
basah dan bulan kering sebagai dasar perhitungannya. Bulan basah merupakan bulan yang memiliki curah hujan 100 mm sedangkan bulan
kering merupakan bulan dengan curah hujan 60 mm. Antara bulan basah dan bulan kering terdapat bulan lembab dengan curah hujan = 60-
100 mm. Dalam sistem klasifikasi Schmidt-Fergusson, bulan lembab tidak digunakan dalam perhitungan.
Sistem klasifikasi Schmidt-Fergusson membagi iklim menjadi tujuh golongan, yaitu golongan A-H dengan berdasarkan nilai nisbah bulan
kering dan bulan basah Q.
2.6 DAERAH ALIRAN SUNGAI DAS
Daerah aliran sungai DAS merupakan wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak
– anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, mengalirkan air yang berasal
dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami Ongkosongo, 2010. Dalam pengelolaannya, DAS dibagi menjadi tiga daerah, yaitu daerah
hulu, tengah, dan hilir. DAS bagian hulu merupakan bagian penting dalam sistem DAS
karena merupakan daerah peresapan air sehingga memiliki fungsi perlindungan terhadap seluruh bagian DAS. Secara biogeofisik, daerah
hulu DAS memiliki ciri seperti, merupakan daerah konservasi, mempunyai kerapatan drainase lebih tinggi, daerah dengan kemiringan
lereng besar 15, bukan daerah banjir, pengaturan pemakaian air ditentukan oleh pola drainase, dan jenis vegetasi merupakan tegakan
hutan Asdak, 2007. Perubahan kondisi fisik pada DAS hulu akan memberikan pengaruh
terhadap kondisi hidrologis DAS tersebut. Parameter hidrologis yang dapat dimanfaatkan untuk menelaah kondisi suatu DAS ialah data
klimatologi, data debit sungai, muatan sedimen air sungai, potensi air tanah, koefisien regim sungai KRS, koefisien limpasan C, serta
frekuensi banjir. KRS merupakan nilai perbandingan antara debit maksimum rata-rata dengan debit minimum rata-rata.
Menurut Asdak 2007, suatu DAS dikatakan mengalami gangguan dalam fungsi hidrologisnya jika :
Koefisien limpasan C cenderung terus naik dari tahun ke tahun Angka KRS cenderung terus naik dari tahun ke tahun
Debit aliran minimum menunjukan kecenderungan menurun
7
2.7 HUBUNGAN AIR SUNGAI DENGAN AIRTANAH