Hubungan suhu permukaan dengan tutupan lahan

5.2.3 Hubungan suhu permukaan dengan tutupan lahan

Berdasarkan hasil interpretasi citra Landsat 7 ETM pada 28 Mei 2011, terdapat hubungan antara suhu permukaan dengan masing-masing penutupan lahan. Adiningsih et al. 2001 menyebutkan suatu pola interval suhu udara tinggi di permukaan kota khususnya pada penutupan lahan permukiman, lahan terbuka, dan industri dapat disebabkan oleh proses konveksi, yakni panas dipindahkan bersama-sama dengan molekul-molekul udara yang bergerak, sehingga udara dipanaskan oleh permukaan bumi akibat radiasi matahari, dan udara akan mengembang dan naik menuju tekanan yang lebih rendah. Sementara itu suhu akan menurun pada jenis lahan tanaman semusim, vegetasi tinggi dan tubuh air. Hasil interpretasi citra Landsat 7 ETM menunjukkan nilai suhu permukaan dominan pada lahan RTH rumput dan semak, sawah, ladang, vegetasi rapat, vegetasi jarang di Kabupaten Sidoarjo lebih rendah dibandingkan dengan tipe penutupan lahan berupa lahan terbuka dan lahan terbangun. Suhu permukaan dominan pada tipe penutupan lahan berupa lahan terbuka dan lahan terbangun masing-masing berada pada selang 33 - 34 o C. Pada lahan RTH, suhu permukaan dominan berada diantara selang 29 - 32 o C Tabel 5. Data ini menunjukkan pentingnya mempertahankan keberadaan lahan bervegetasi yakni RTH, sehingga pengembangan RTH lebih ke arah mempertahankan dan menambah yang sudah ada. Tabel 5 Hubungan suhu permukaan dengan lahan RTH di Kabupaten Sidoarjo No Tutupan Lahan Suhu Permukaan Dominan o C 1 Lahan Terbuka 33 - 34 2 Lahan Terbangun 33 - 34 3 RTH a. Rumput Semak 31 - 32 b. Sawah 31 - 32 c. Ladang 29 - 30 d. Vegetasi rapat 29 - 30 e. Vegetasi jarang 31 - 32 4 Badan Air 29 - 30 Ruang terbuka hijau berperan penting dalam perkotaan karena setiap pengurangan luasan RTH akan berakibat naiknya suhu udara dengan nilai relatif lebih besar pada wilayah perkotaan dibandingkan dengan kabupaten. Tipe penutupan lahan yang memiliki vegetasi yang rapat dengan jumlah pepohonan yang banyak, dapat memberikan kesejukan pada daerah kota yang panas akibat pantulan panas matahari dari gedung bertingkat dan juga aspal Effendy 2007 diacu dalam Heksaputri 2011. Tipe penutupan lahan berupa lahan terbuka memiliki suhu permukaan dominan pada selang 33 - 34 o C. Lahan terbuka pada selang ini mencapai luasan sebesar 453,32 ha. Fajri 2011 menyatakan bahwa karakteristik penutupan pada lahan terbuka, sebagian besar energi yang diterimanya digunakan untuk memanaskan udara sehingga banyak dari radiasinya digunakan untuk memanaskan atmosfer. Lahan terbangun memiliki kisaran suhu permukaan dominan pada selang 33 - 34 o C. Luasan lahan terbangun pada selang ini mencapai 2.651,03 ha. Fajri 2011 menyebutkan bahwa lahan terbangun akan memiliki suhu permukaan yang lebih tinggi dibandingkan dengan penutupan lahan lainnya berkaitan dengan albedo yang tinggi pada lahan terbangun menyebabkan radiasi gelombang pendek yang diterimanya akan lebih dominan untuk dipantulkan dibandingkan dengan radiasi gelombang panjang yang dipancarkan. Selain itu kapasitas kalor pada perkerasan yang cenderung lebih rendah, sehingga kemampuan obyek dalam menyimpan energi yang diterima menjadi rendah dibanding energi yang dipantulkan. Adiningsih et al. 2001 menyebutkan penutup lahan berupa industri dan permukiman dengan bahan beton, permukaannya akan cepat menjadi panas dan suhunya cepat meningkat. Hal ini disebabkan oleh beton memiliki kapasitas kalor kecil dengan konduktivitas termal yang sangat besar. Penutupan lahan berupa rumput dan semak, suhu permukaan dominan berada pada selang 31 - 32 o C. Rumput dan semak pada selang ini memiliki luasan sebesar 1.760,19 ha. Sawah memiliki kisaran suhu permukaan dominan pada selang 31 - 32 o C. Luasan sawah pada selang ini mencapai 4.909,98 ha. Tipe penutupan lahan berupa ladang, suhu permukaan dominan berada pada selang 29 - 30 o C. Luasan ladang pada selang ini sebesar 3.496,69 ha Gambar 13. Penutupan lahan berupa vegetasi rapat memiliki suhu permukaan dominan pada selang 29 - 30 o C. Vegetasi rapat pada selang ini memiliki luasan mencapai 371,37 ha. Suhu permukaan dominan pada tipe penutupan lahan berupa vegetasi jarang berada pada selang 31 - 32 o C. Luasan vegetasi jarang pada selang ini sebesar 606,78 ha. Gambar 13 Grafik suhu permukaan pada berbagai tipe penutupan lahan. Pada lahan bervegetasi baik berupa rumput dan semak, ladang maupun vegetasi dan sawah, memiliki radiasi pantul yang lebih rendah dibandingkan dengan lahan terbangun. Hal ini disebabkan energi yang diterima oleh tumbuhan sebagian besar digunakan untuk metabolisme tumbuhan dan hanya beberapa bagian yang dipantulkan kembali ke atmosfer Fajri 2011. Suhu permukaan pada vegetasi rapat dapat bernilai lebih rendah karena karakteristik vegetasi rapat dengan ketinggian tanaman yang lebih besar dibandingkan vegetasi lainnya menyebabkan penggunaan energi untuk proses fisiologis tumbuhan lebih besar dibandingkan dengan rumput dan semak, sawah, maupun ladang yang memiliki tinggi tanaman lebih terbatas. Badan air memiliki kisaran suhu permukaan dominan pada selang 29 - 30 o C dengan luasan distribusi pada selang ini mencapai 7.717,15 ha Gambar 13. Fajri 2011 menyebutkan bahwa dengan kapasitas kalor yang besar, badan air mampu menampung energi radiasi yang lebih besar sehingga menyebabkan radiasi yang dipantulkan juga akan cenderung lebih kecil dibandingkan penutupan lahan yang lain. Air dengan kapasitas kalor yang besar memungkinkan penyerapan kalor secara besar-besaran dan melepaskan secara lambat melalui evaporasi. Dengan adanya uap air yang ditambahkan ke udara melalui evaporasi dalam jumlah besar menjadikan udara lebih sejuk Adiningsih et al. 2001. Waluyo 2009 menyatakan bahwa radiasi sinar matahari akan menembus permukaan air dan disimpan dalam waktu yang lama kemudian dilepaskan dalam bentuk panas. Khomarudin et al. 2005 menyebutkan bahwa jika terjadi perubahan lahan dari vegetasi menjadi pemukiman perkotaan akan meningkatkan energi untuk memanaskan udara dan menurunkan evapotranspirasi. Hal ini mengakibatkan suhu udara di wilayah perkotaan akan meningkat, demikian juga dengan kelembaban udara akan menurun, tingkat kekeringan akan tinggi, sehingga kenyamanan akan menjadi lebih rendah. Menjaga keseimbangan antara vegetasi dan bangunan di wilayah perkotaan perlu dilakukan, sehingga akan menjadikan kota lebih nyaman.

5.3 Penentuan Pengaruh Jarak Jangkau Ruang Terbuka Hijau terhadap