2.4 Aplikasi Penginderaan Jauh untuk Studi Suhu Permukaan
Perubahan suhu udara pada dasarnya merupakan resultante dari berbagai proses yang terjadi dalam suatu kawasan. Banyak aspek yang terlihat di
dalamnya, termasuk di antaranya adalah perubahan penggunaan lahan yang sering dianggap sebagai penyebab peningkatan suhu kawasan. Dampak dari
perubahan penggunaan lahan itu adalah perubahan suhu yang meningkat dari waktu ke waktu Fracillia 2007. Peningkatan suhu dipelajari untuk memahami
dampak perubahan lingkungan terhadap iklim mikro. Fenomena ini akan mempengaruhi permintaan energi, kesehatan masyarakat dan kondisi lingkungan
Chen et al. 2001 diacu dalam Fracillia 2007. Vazquet et al. 1997 diacu dalam Prasasti 2004 mengatakan hasil
pengukuran kanal termal pada data satelit dapat digunakan dalam pemetaan pola suhu permukaan pada skala waktu dan spasial yang lebih luas. Suhu permukaan
dapat diduga dari data kanal inframerah termal, dan khusus pada data NOAA- AVHRR dengan menggunakan algoritma Split Window. Sedangkan, pada data
Landsat-ETM dapat diduga dari nilai digital Digital Number kanal 6 radiasi inframerah panas yang telah terkoreksi secara radiometris Malaret et al. 1985
diacu dalam Prasasti 2004. Baumann 2001 diacu dalam Khomarudin 2004, mengkaji heat island
dengan data Landsat sensor 6 untuk mendeteksi daerah heat island di Washington DC, namun hasilnya tidak tergambar heat island yang luas tetapi kecil. Hal ini
disebabkan oleh vegetasi yang masih mendominasi kota, sehingga sebaran heat island tidak mengumpul. Estes et al. 1999 diacu dalam Khomarudin 2004,
mendeteksi heat island dengan data Landsat TM sensor 6 untuk dua kota sekaligus yaitu Atlanta dan Salt Lake City. Pada kedua hasil penelitiannya terlihat
terjadi perubahan suhu permukaan di wilayah perkotaan dengan daerah perkampungan.
Adiningsih et al. 1994 diacu dalam Adiningsih et al. 2001, mengkaji heat island dan perkembangannya di wilayah Jakarta, Bogor, Tangerang dan
Bekasi berdasarkan analisis suhu udara permukaan harian dari satelit NOAA- AVHRR. Hasilnya menunjukkan, heat island berkembang cepat di musim
kemarau dan sering terjadi di pusat kota.
Suhu udara permukaan di masing-masing penutup lahan umumnya meningkat setiap tahun karena adanya pertambahan luas penutup lahan yang
banyak menghasilkan panas yaitu industri, lahan terbuka dan pemukiman. Sementara penutup lahan yang mampu meredam suhu seperti vegetasi tinggi,
tanaman semusim dan badan air berkurang sehingga mengakibatkan peningkatan suhu Adiningsih et al. 2001. Suhu permukaan DKI Jakarta tahun 1997 adalah
sebesar 26,2
o
C dan tahun 2004 mengalami kenaikan sebesar 0,4
o
C yaitu menjadi 26,6
o
C. Perubahan lahan menjadi wilayah pemukiman akan menyebabkan suhu yang tinggi Fracillia 2007.
Tursilowati 2007a menyatakan bahwa, secara analisa kuantiatif dengan statistik terhitung adanya perluasan daerah dengan suhu tinggi 30-35
o
C yang terletak pada kawasan terbangun yang terdiri dari pemukiman dan industri di
pusat Kota Bandung per tahun kira-kira 12.606 ha atau 4,47. Tursilowati 2007a mengatakan, daerah penyebaran urban heat island terletak di pusat Kota
Bandung. Tingginya laju urbanisasi yang ditandai dengan meningkatnya lahan terbangun pemukiman dan industri menjadi salah satu penyebab meluasnya
urban heat island yaitu bertambah luasnya area yang bersuhu tinggi di atas 30
o
C. Pada tahun 1994, Kota Surabaya masih memiliki suhu 25-28
o
C di wilayah bagian selatan dan timur, namun pada tahun 2002 suhu ini terganti oleh
suhu yang lebih tinggi lebih dari 29
o
C hampir di semua wilayah. Hal ini menunjukkan bahwa di Kota Surabaya, urban heat island telah menyebar di
seluruh area Tursilowati 2007b. Tursilowati 2007b menyebutkan bahwa dampak perubahan penggunaan lahan dan penutupan lahan pada skala yang lebih
besar di Surabaya yakni bergantinya variabel iklim. Perubahan variabel iklim yaitu suhu udara urban heat island, kelembaban relatif RH dan Temperature
Humidity Index THI.
BAB III METODE PENELITIAN