14
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Bahan dan Alat
Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini adalah onggok dan campuran mikroorganisme atau inokulum cair yang terdiri atas Saccharomyces sp, Lactobacillus sp,
Actynomycetes, Pseudomonas sp, dan Aspergillus sp. Bahan lainnya yang digunakan untuk analisa adalah larutan pereaksi COD seperti kalium bikromat, perak sulfat, Ferro Amonium Sulfat sebagai
bahan penitran, Feroin sebagai indikator titrasi, larutan NaOH, larutan luffschoorl, dan larutan asam sulfat.
Penelitian ini menggunakan berbagai macam alat, diantaranya gelas piala, kertas saring. desikator, buret, pipet volumetrik, neraca analitik, pompa vakum, oven, labu takar, COD reaktor,
tabung reaksi, labu erlenmeyer, cawan petri, dan pendingin balik.
3.2 Metodologi Penelitian
Gambar 4. Diagram Alir Metodelogi Penelitian.
Gambar 13. Diagram Alir Metodelogi Penelitian Tepung Onggok
Dilakukan pengujian karakteristik bahan : Kadar air, kadar serat, kadar protein, kadar lemak kasar, kadar karbohidrat,
dan kadar komposisi ligniselulosa sebelum pretreatment
Dilakukan proses pretreatment dengan penambahan inokulum 5-10 g100 g TS selama 16 jam
Dilakukan pengujian COD terlarut dan SS setelah pretreatment
Dilakukan pengujian kadar komposisi ligniselulosa : Kadar lignin, hemiselulosa, dan selulosa setelah pretreatment
Kondisi Pretreatment onggok terbaik Dilakukan analisis statistika Rancangan
Percobaan Acak Lengkap kuadrat tengah
15
3.3 Analisis Proksimat
Analisis ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik suatu bahan terutama onggok. Karakteristik ini diperlukan untuk menentukan komponen bahan yang terkandung dan kadarnya. Hal
tersebut terkait dengan perlakuan yang akan dilakukan pada penelitian ini sehingga perlu menentukan ada atau tidaknya bahan tambahan serta mengikuti perubahan secara kualitatif maupun kuantitatif
perlakuan yang akan dikerjakan.
3.3.1 Kadar Air AOAC, 1999
Cawan aluminium yang telah dikeringkan dan diketahui bobotnya diisi sebanyak 5 gram sampel lalu ditimbang W1 kemudian dimasukkan ke dalam oven dengan suhu 105
o
C selama 3 jam. Cawan aluminium dan sampel yang telah dikeringkan, dimasukkan ke dalam desikator
kemudian ditimbang. Pemanasan sampel diulangi hingga dicapai bobot konstan W2. Sisa contoh dihitung sebagai total padatan dan air yang menghilang sebagai kadar air.
Perumusan : Kadar Air = W1-W2 x 100
W1 Total Solid TS = 100 - Kadar Air
3.3.2 Kadar Abu AOAC, 1999
Sebanyak 2 gram contoh ditimbang dalam cawan porselin yang telah diketahui bobotnya A, kemudian diarangkan dengan menggunakan pemanas bunsen hingga tidak mengeluarkan asap
lagi. Cawan porselin berisi contoh B yang sudah diarangkan kemudian dimasukkan ke dalam tanur bersuhu 600
o
C selama 2 jam untuk mengubah arang menjadi abu C. Cawan porselin berisi abu didinginkan dalam desikator dan ditimbang hingga mencapai bobot tetap.
Perumusan : Kadar Abu = C-A x 100
B
3.3.3 Kadar Protein AOAC, 1999
Sebanyak 0,1-0,5 gram contoh dimasukkan ke dalam labu kjeldahl lalu ditambahkan 5 ml H
2
SO
4
pekat dan 1 gram katalis CuSO
4
dan Na
2
SO
4
. Larutan didestruksi hingga menghasilkan larutan jernih kemudian didinginkan. Larutan hasil destruksi dipindahkan ke alat destilasi dan
ditambahkan NaOH 6 N dan asam borat. Destilasi dilakukan sampai volume larutan dalam labu erlenmeyer mencapai dua kali volume awal. Ujung kondensor dibilas dengan akuades ditampung
dalam labu Erlenmeyer. Larutan yang berada dalam labu Erlenmeyer dititrasi dengan H
2
SO
4
0,02 N hingga diperoleh perubahan warna dari hijau menjadi ungu. Setelah itu dilakukan pula
penetapan blanko. Perumusan :
Kadar protein = b-a x N x 0,014 x 6,25 x 100 W
Keterangan : a = ml H
2
SO
4
untuk titrasi blanko b = ml H
2
SO
4
untuk titrasi contoh N = Normalitas H
2
SO
4
W = bobot contoh g
16
3.3.4 Kadar Lemak AOAC, 1999
Sebanyak 2 g contoh diekstraksi dengan pelarut organik heksan dalam alat soxhlet selama 6 jam. Contoh hasil ekstraksi diuapkan dengan cara diangin-anginkan dan dikeringkan
dalam oven bersuhu 105
o
C. Contoh didinginkan dalam desikator dan ditimbang hingga diperoleh bobot tetap.
Perumusan : Kadar Lemak = Bobot Lemak x 100
Bobot Contoh
3.3.5 Kadar Pati AOAC, 1999
Sebanyak 1-2 gram bahan ditimbang dan ditambahkan 100 ml HCl 3. Larutan dimasukkan ke dalam otoklaf pada suhu 105
o
C selama 15 menit. Kemudian larutan didinginkan dan dinetralkan menggunakan larutan NaOH 4 N, lalu dimasukkan ke dalam labu ukur 250 ml
sampai tanda tera. Sebanyak 10 ml larutan dipipet ke dalam labu erlenmeyer, ditambahkan 25 ml larutan luff schoorl, dihubungkan dengan pendingin udara, dipanaskan hingga mendidih dan
ditunggu 10 menit. Setelah itu, didinginkan kemudian ditambahkan 25 ml larutan H
2
SO
4
6 N dan 15 ml larutan KI 20 , dititrasi dengan Na
2
S
2
O
3
0,1 N dengan indikator amilum 1 . Dihitung selisih antara jumlah ml titran sampel dengan blangko dengan perhitungan sebagai berikut :
Perumusan : Gula pereduksi G = b-a x N.Na Thio
0,1 b = bobot blangko g
a = bobot sampel g Kemudian dihitung kesetaraan kadar gula invert dengan tabel kadar gula invert sebagai glukosa
Perumusan : Kadar karbohidrat = 0,9 x G x P x 100
Y G = mg glukosa yang setara dengan ml blanko-ml contoh Na
2
S
2
O
3
0,1 N P = faktor Pengenceran
Y = mg berat contoh
3.4 Analisis COD APHA, 2005
Metode pengukuran COD, yaitu sebanyak 1-2 ml sampel dipipet ke dalam tabung reaksi berulir yang berisi 1.5 ml pereaksi K
2
Cr
2
O
7
dan 3.5 larutan asam pekat, kemudian aduk dengan cara membalikkan tabung. Tabung dimasukkan ke dalam COD reaktor selama 2 jam pada suhu 150
o
C. Tabung didinginkan dan isi tabung dituang ke dalam erlenmeyer 100 ml dan bilas dengan aquades.
Kemudian dititrasi dengan larutan FAS 0,01 M dengan 1-2 tetes indikator feroin. Catat jumlah FAS yang digunakan dan kadar COD dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Perumusan : Kadar COD = ml blanko-ml sampel x M FAS x 8000 x P
ml sampel Keterangan :
P = Pengenceran
17
3.5 Analisis Suspended Solid APHA, 2005