3.
Anoxic Limestone Drainage ALD adalah pengolahan air asam tambang
dengan memanfaatkan batu gamping dalam sebuah konstruksi yang tertutup untuk membentuk kondisi aerobik. Hal ini bertujuan untuk
mencegah terjadinya filtrasi oksigen yang menyebabkan timbulnya armoring
pada batu gamping. Peningkatan pH air asam tambang pada sistem tersebut berlangsung melalui reaksi keterlarutan CaCO
3
batu gamping yang menghasilkan alkalinitas.
4. Successive Alkalinity Producing System SAPS adalah sistem pengolahan
yang mengkombinasikan penggunaan kompos wetland dan ALD.
2.5 Rawa Buatan untuk Reklamasi Daerah Pertambangan
Tujuan utama membangun rawa buatan sekitar tambang adalah menampung limpahan air hujan yang menghanyutkan tanah galian tambang
beserta dengan senyawa logam belerang, seperti pirit FeS
2
yang dapat menghasilkan asam sulfat dalam keadaan basah dan sisa-sisa bijih logam. Bila
tanah dan batuan di sekitar tidak mampu menetralisirnya, maka asam sulfat tersebut akan memasuki perairan. Limpahan air hujan dari galian tambang yang
mengandung asam sulfat sangat berbahaya bagi perairan karena dapat mematikan flora dan fauna air yang peka terhadap pH yang rendah. Kadar logam yang tinggi
dalam limbah tambang juga meracuni tanaman dan karena senyawa logam bertahan lama di alam, tanah di sekitar tambang tidak dapat ditumbuhi oleh
tanaman yang peka terhadap senyawa logam dalam waktu yang panjang. Penciptaan rawa buatan di sekitar tambang dilakukan dengan cara
mengeruk tanah untuk membentuk kolam-kolam dangkal 0,3 –0,5 m dan
membangun tanggul di sekelilingnya sehingga cukup kuat untuk menampung air dalam volume yang besar ketika hujan turun sewaktu-waktu. Air tampungan
tersebut kemudian dilepas sedikit demi sedikit ke dalam rawa buatan yang selanjutnya melepaskan lagi ke saluran umum. Flora yang toleran terhadap
lingkungan asam dan kadar logam yang tinggi ditanam di dasar kolam, di lahan basah dan di lahan kering di sepanjang tanggul. Untuk memudahkan kehidupan
tanaman pada tahap pendahuluan, lahan yang bersifat asam tersebut sering diolah lebih dahulu dengan cara menebari kapur dan pupuk alami. Jenis tanaman yang
biasa digunakan dalam rawa buatan adalah rerumputan air, seperti tifa. Tifa
merupakan tanaman yang mencuat di atas permukaan air. Ada beberapa jenis tifa yang digunakan, diantaranya Typha domingensis, Typha latifolia, dan Typha
orientalis Khiatuddin 2003.
2.5.1 Tifa T. angustifolia
Klasifikasi ilmiah rumput tifa dalam USDA 2011 adalah sebagai berikut: Kerajaan
: Plantae Subkerajaan : Tracheobionta
Superdivisi : Spermatophyta
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Liliopsida
Subkelas : Commelinidae
Ordo : Typhales
Famili : Typhaceae
Genus : Typha
Spesies : T. angustifolia Linn.
Don et al. 2000 menyatakan bahwa di kedai bunga potong, bunga tanaman ini lebih populer dengan nama stok. Di penjual tanaman hias disebut tifa.
2.5.1.1 Morfologi Tifa
Ciri khas tanaman ini adalah munculnya bunga berbentuk silindris mirip cerutu yang bertengger tegak di ujung tangkai tanaman. Sebenarnya bunga
tersebut adalah bunga betina yang berwarna coklat tua. Panjangnya 7 –20 cm, jika
sudah matang tebalnya 2 cm. Bunga jantan terletak tepat di atasnya. Keduanya dipisahkan oleh tangkai sepanjang 1
–8 cm. Panjang bunga jantan tersebut berbeda jauh dengan bunga betinanya, tetapi ukurannya lebih kecil dan ramping.
Seperti julukannya, narrow leaf, tanaman ini tumbuh merumpun dengan daun sempit, tipis, dan tumbuh dalam seludang daun pelindung. Tinggi daun dan
tangkai bunganya hampir sama, 0,6 –1,5 m.
Akar tifa berupa rimpang yang rebah horizontal dari dasar daun. Di habitat aslinya rimpang biasa mencapai panjang 70 cm dengan diameter 2
–4 cm. Biasanya diperbanyak dengan memisahkan rimpang atau rumpunnya. Di alam,
biji-bijinya yang ringan diterbangkan angin sehingga tersebar dan tumbuh menjadi tanaman baru.
Selain T. angustifolia masih ada lagi satu spesies yang serupa tapi tak sama, yakni T. latifolia. Pada jenis ini, ukuran daun dan bunganya lebih lebar,
lebih gemuk, dan lebih berisi. Tidak seperti narrow leaf, tepat di atas bunga betina yang berwarna coklat tua tidak ada tangkai yang menyangga bunga jantan.
Namun, bunga-bunga jantan yang berwarna coklat muda dan lembut tersebut langsung menempel pada ujung bunga betina Marianto 2001. T. latifolia dan T.
angustifolia merupakan jenis-jenis cat tail yang mudah dijumpai Don et al.
2000.
2.5.1.2 Syarat Tempat Tumbuh Tifa
Sesuai dengan namanya, tanaman jenis ini habitat aslinya daerah berlumpur dan sedikit digenangi air Marianto 2001. Tanaman ini membutuhkan
cahaya matahari penuh. Tanah liat merupakan media tanam yang sangat bagus untuk pertumbuhannya Prayugo 2006.
2.5.1.3 Kegunaan Tifa
Selain untuk penghias kolam, tanaman keluarga Typhaceae ini juga banyak digunakan sebagai ornament rangkaian bunga potong Marianto 2001. Di
Brazil, daun Typha juga digunakan untuk membuat sejenis tikar atau kerajinan tangan lainnya Puspita et al. 2005.
BAB III METODOLOGI
3.1 Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di persemaian milik PT MIP site Krassi, Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur. Adapun
pengecambahan benih dilakukan di rumah kaca Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB. Waktu penelitian dimulai dari Mei hingga Juli 2011.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain: bak berukuran 1 m x 1 m x 0,5 m sebanyak 9 buah, plastik untuk melapisi bak, mistar, jangka sorong, pH
meter digital, spidol, dan kamera digital untuk dokumentasi. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air asam tambang batubara, 27 bibit kayu putih berumur ±
3 bulan, 27 bibit longkida berumur ± 8 bulan, dan rumput tifa sebanyak 144 bibit, serta lumpur atau endapan settling pond sebagai media tanam.
3.3 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap RAL dengan satu perlakuan yang berupa kombinasi
jenis tanaman, yaitu rumput tifa dan kayu putih, rumput tifa dan longkida, serta rumput tifa saja. Masing-masing diulang sebanyak tiga kali. Dengan demikian,
dalam percobaan terdapat 3 x 3 = 9 unit percobaan. Pengaruh perlakuan, yaitu kombinasi jenis tanaman terhadap kenaikan pH
air asam tambang diduga dengan model rancangan yang sesuai dengan Mattjik dan Sumertajaya 2006.
Y
ij
= µ + σ
i
+ ε
ij
Keterangan: Y
ij
= Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ
= Rataan umum σ
i
= Pengaruh perlakuan ke-i ε
ij
= Pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j i
= 1,2,3 j
= 1,2,3