BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kayu Putih
M. leucadendron
Klasifikasi ilmiah kayu putih yang dinyatakan oleh USDA 2011 adalah sebagai berikut:
Kerajaan : Plantae
Subkerajaan : Tracheobionta Superdivisi
: Spermatophyta Divisi
: Magnoliophyta Kelas
: Magnoliopsida Subkelas
: Rosidae Ordo
: Myrtales Famili
: Myrtaceae Genus
: Melaleuca Spesies
: M. leucadendron Linn. Lutony dan Rahmayati 1994 mengemukakan mengenai nama daerah di
Indonesia untuk kayu putih, antara lain: inggolom Batak, gelam Sunda, Jawa, ghelam
Madura, ngelak Roti, calam Dayak, baru galang Makasar, waru galang
bugis, ilen sakeran Piru, irano Amahai, ai kelano Hila, irono Haruku, ilano Nusa Laut, Saparua, elan Buru, danruk Merauke.
2.1.1 Morfologi Kayu Putih
Suatu perdu atau pohon yang dapat mencapai ketinggian hampir 14 m Guenther 1990 dengan batang berwarna abu-abu keputih-putihan yang kerak-
keraknya terkelupas-kelupas dalam bentuk lembaran-lembaran agak tebal dan bersifat seperti sepon. Daun tunggal, bertangkai pendek, bangun jorong atau
memanjang. Bunga berwarna kuning gading, merah jambu, atau lembayung yang tersusun dalam bulir yang keluar dari ketiak-ketiak daun Tjitrosoepomo 2005.
Buahnya berbentuk kotak dan bijinya halus seperti sekam Lutony dan Rahmayati 1994.
2.1.2 Syarat Tempat Tumbuh Kayu Putih
Kayu putih tidak memerlukan syarat tumbuh yang spesifik, dari ketinggian tempat antara 5
–450 m dpl, terbukti bahwa tanaman ini memiliki toleransi yang cukup baik untuk berkembang. Sebagai contoh, di daerah Sukaraja, Jawa Barat,
yang berketinggian tempat 340 –380 m dpl dengan curah hujan 2.000–3.000 mm
per tahun dan kondisi tanahnya yang miskin unsur mineral yang terdiri dari laterit merah dan sebagian berbatu kapur tertier, masih dapat menghasilkan minyak kayu
putih yang bermutu baik kadar sineol lebih dari 60. Keistimewaan dari tumbuhan ini adalah mampu bertahan hidup di tempat yang kering, di tanah yang
berair, atau di daerah yang banyak memperoleh guncangan angin atau sentuhan air laut Lutony dan Rahmayati 1994. Pohon tanaman ini sangat kuat dan
resisten, serta dapat mematikan tanaman lainnya dan tidak dapat dimusnahkan dengan cara ditebang atau dibakar. Hutan-hutan kayu putih sering dimusnahkan
oleh api, namun dapat segera tumbuh kembali Guenther 1990.
2.1.3 Budidaya Kayu Putih
Dalam dunia perdagangan, minyak kayu putih dikenal dengan nama cajeput
oil atau melaleuca oil yang diperoleh dari hasil penyulingan daun. Daun kayu putih yang akan disuling minyaknya mulai bisa dipangkas atau dipungut
setelah berumur lima tahun. Seterusnya dapat dilakukan pemangkasan setiap enam bulan sekali sampai tanaman berusia 30 tahun. Di beberapa daerah yang
subur, tanaman kayu putih telah bisa dipungut daunnya pada usia dua tahun. Setiap pohon kayu putih yang telah berumur lima tahun atau lebih dapat
menghasilkan sekitar 50 –100 kg daun berikut ranting Lutony dan Rahmayati
1994.
2.1.4 Kegunaan Kayu Putih