BAB III METODOLOGI
3.1 Lokasi dan Waktu
Penelitian dilakukan di persemaian milik PT MIP site Krassi, Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Timur. Adapun
pengecambahan benih dilakukan di rumah kaca Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB. Waktu penelitian dimulai dari Mei hingga Juli 2011.
3.2 Alat dan Bahan
Alat yang digunakan pada penelitian ini antara lain: bak berukuran 1 m x 1 m x 0,5 m sebanyak 9 buah, plastik untuk melapisi bak, mistar, jangka sorong, pH
meter digital, spidol, dan kamera digital untuk dokumentasi. Sedangkan bahan yang digunakan adalah air asam tambang batubara, 27 bibit kayu putih berumur ±
3 bulan, 27 bibit longkida berumur ± 8 bulan, dan rumput tifa sebanyak 144 bibit, serta lumpur atau endapan settling pond sebagai media tanam.
3.3 Rancangan Penelitian
Rancangan percobaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap RAL dengan satu perlakuan yang berupa kombinasi
jenis tanaman, yaitu rumput tifa dan kayu putih, rumput tifa dan longkida, serta rumput tifa saja. Masing-masing diulang sebanyak tiga kali. Dengan demikian,
dalam percobaan terdapat 3 x 3 = 9 unit percobaan. Pengaruh perlakuan, yaitu kombinasi jenis tanaman terhadap kenaikan pH
air asam tambang diduga dengan model rancangan yang sesuai dengan Mattjik dan Sumertajaya 2006.
Y
ij
= µ + σ
i
+ ε
ij
Keterangan: Y
ij
= Pengamatan pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j µ
= Rataan umum σ
i
= Pengaruh perlakuan ke-i ε
ij
= Pengaruh acak pada perlakuan ke-i dan ulangan ke-j i
= 1,2,3 j
= 1,2,3
3.4 Tahapan Penelitian
Pada penelitian ini terdapat sembilan unit percobaan yang berupa bak. Tiga bak ditanami rumput tifa dan kayu putih, tiga bak ditanami rumput tifa dan
longkida, serta tiga bak lainnya hanya ditanami rumput tifa saja. Adapun tahapan kerjanya sebagai berikut:
3.4.1 Penyiapan Bibit
Bibit longkida yang digunakan memiliki ukuran tinggi ± 1 m dan kayu putih berukuran ± 30 cm. Kedua bibit, baik kayu putih maupun longkida berasal
dari benih yang disemai. Benih kayu putih berasal dari Jawa Timur, sedangkan benih longkida diperoleh dari Kendari, Sulawesi Tenggara. Tepatnya diunduh dari
pohon-pohon longkida yang tumbuh di rawa sekitar kampus Universitas Haluoleo.
3.4.1.1 Kayu Putih
Pembibitan kayu putih dilakukan di rumah kaca Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB. Media yang digunakan untuk pengecambahan benih
kayu putih ialah pasir yang sudah diayak dan disterilisasi dengan cara disangrai selama ± 1 jam. Pasir yang steril, kemudian dimasukkan ke dalam tempat kue
berbahan mika dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 5 cm yang sebelumnya sudah diberi lubang. Setelah itu, dilakukan penyemprotan dengan air agar kelembaban
media tetap terjaga. Sebelum ditabur, benih kayu putih terlebih dahulu dicampur pasir halus dengan komposisi 2:3. Saat penaburan benih, jarak tanam tidak
diperhatikan. Hal ini mengingat ukuran benih kayu putih yang sangat kecil. Penyiraman rutin dilakukan setiap hari selama proses perkecambahan. Kecambah
kayu putih muncul ± 1 minggu setelah benih ditabur. Kecambah siap disapih bila sudah memiliki 1
–2 pasang daun. Media sapih yang digunakan adalah campuran tanah, pasir, dan kompos
dengan perbandingan 2:1:1. Media tersebut dimasukkan ke dalam pot tray. Kecambah yang siap sapih terlebih dahulu dipindahkan ke pot tray sebelum
ditanam dalam polybag. Pemindahan ini dilakukan dengan cara dicungkil. Sebelum dicungkil, media sebaiknya disiram terlebih dahulu guna mempermudah
proses pencungkilan. Saat pencungkilan, media diusahakan ikut terbawa supaya
akar tetap utuh. Pemindahan ke dalam polybag dilakukan bila longkida sudah memiliki tinggi ± 6 cm dan jumlah daun sebanyak 10
–12 helai.
3.4.1.2 Longkida
Pembibitan longkida dilakukan di rumah kaca Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB. Media yang digunakan untuk pengecambahan benih
longkida ialah pasir yang sudah diayak dan disterilisasi dengan cara disangrai selama ± 1 jam. Pasir yang sudah steril, kemudian dimasukkan ke dalam tempat
kue berbahan mika dengan ukuran 20 cm x 20 cm x 5 cm yang sebelumnya sudah dilubangi. Setelah itu, dilakukan penyemprotan dengan air agar kelembaban
media tetap terjaga. Sebelum ditabur, benih longkida terlebih dahulu dicampur pasir halus dengan komposisi 2:3. Saat penaburan benih, jarak tanam tidak
diperhatikan. Hal ini mengingat ukuran benih longkida yang sangat kecil. Penyiraman rutin dilakukan setiap hari selama proses perkecambahan. Kecambah
longkida muncul ± 1 minggu setelah benih ditabur. Kecambah siap disapih bila sudah memiliki 1
–2 pasang daun. Media sapih yang digunakan adalah campuran tanah, pasir, dan kompos
dengan perbandingan 2:1:1. Media tersebut dimasukkan ke dalam pot tray. Kecambah yang siap sapih terlebih dahulu dipindahkan ke pot tray sebelum
ditanam dalam polybag. Pemindahan ini dilakukan dengan cara dicungkil. Sebelum dicungkil, media sebaiknya disiram terlebih dahulu guna mempermudah
proses pencungkilan. Saat pencungkilan, media diusahakan ikut terbawa supaya akar tetap utuh. Pemindahan ke dalam polybag dilakukan bila longkida sudah
memiliki tinggi ± 3 cm dan jumlah daun sebanyak 5 –6 helai.
3.4.2 Pengemasan Bibit
Pengemasan bibit perlu dilakukan untuk keperluan pengiriman bibit dari persemaian Departemen Silvikultur, Fakultas Kehutanan IPB, Bogor ke
persemaian milik PT. MIP di site Krassi, Kecamatan Sembakung, Kabupaten Nunukan, Kalimantan Timur. Pengiriman ini dilakukan menggunakan jasa Titipan
Kilat TIKI. Sebelum dikemas, akar tanaman kayu putih dan longkida dibebaskan dari media tanamnya, sehingga akar tersebut benar-benar berada dalam kondisi
telanjang. Hal ini dilakukan guna mengurangi berat saat sudah dikemas dan
efisiensi biaya pengiriman. Selain itu, daunnya juga dipotong untuk mengurangi penguapan. Selanjutnya, kedua bibit tersebut dibungkus plastik secara terpisah
dan dimasukkan ke dalam kotak berukuran 1 m x 0,5 m x 0,2 m.
3.4.3 Aklimatisasi Bibit
Proses pengiriman bibit hingga sampai di lokasi penelitian membutuhkan waktu ± 5 hari. Sesampainya di lokasi penelitian, bibit kayu putih dan longkida
dipindahkan ke dalam polybag. Media tanam yang digunakan berupa campuran tanah dan kompos dengan perbandingan 1:1. Penambahan pasir tidak diperlukan
lagi karena kondisi tanah yang sudah mengandung pasiran. Selanjutnya dilakukan pemeliharaan berupa penyiraman rutin setiap hari selama ± 6 minggu untuk proses
aklimatisasi bibit. Namun, selama pemeliharaan, bibit kayu putih tidak dapat bertahan dan mati. Oleh karena itu, kebutuhan bibit kayu putih diganti dengan
bibit yang sudah ada milik persemaian PT. MIP, tetap dengan jenis yang sama.
3.4.4 Penyiapan Media Tanam
Media tanam yang digunakan berupa lumpur atau endapan settling pond yang ditempatkan dalam bak berukuran 1 m x 1 m x 0,5 m. Lumpur tersebut
dimasukkan ke dalam bak dengan ketinggian 20 cm dari dasar bak.
3.4.5 Penanaman
Penanaman bibit dilakukan pada bak yang sudah berisi lumpur, setelah itu digenangi dengan air asam tambang setinggi 10 cm dari permukaan lumpur. Pada
bak yang ditanami kayu putih dan rumput tifa, antar bibit kayu putih ditanam dengan jarak 30 cm x 30 cm. Sedangkan penanaman rumput tifa dilakukan di
sela-sela bibit kayu putih. Selanjutnya, pada bak yang ditanami longkida dan rumput tifa, antar bibit longkida juga ditanam dengan jarak 30 cm x 30 cm. Sama
halnya dengan penanaman sebelumnya, penanaman rumput tifa juga dilakukan di sela-sela bibit longkida. Adapun yang berperan sebagai kontrol adalah bak yang
hanya ditanami dengan rumput tifa saja.
3.5 Pengamatan dan Pengambilan Data